Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67737 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitaqi Almada
"Studi ini mengeksplorasi aktivitas ruang publik yang dihadirkan di Radio Marsinah FM. Dalam konteks gerakan buruh perempuan di Indonesia, Radio Marsinah FM telah menjadi platform penting untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan kelompok marginal. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa Radio Marsinah FM telah menunjukkan perannya dalam menciptakan ruang publik melalui tiga aspek, yaitu membangun partisipasi, melakukan pengawasan, dan independensi yang berpihak. Penelitian juga menganalisis siaran Union, salah satu program unggulan berupa talkshow interaktif dan diskusi publik tentang diri dan persoalan masyarakat khususnya perempuan. Temuan menunjukkan bahwa siaran Union tidak hanya menjadi sarana informasi dan diskusi, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun pemberdayaan di antara buruh perempuan, mendorong kesadaran akan hak-hak mereka, dan memperkuat solidaritas buruh. Untuk melengkapi diskusi mengenai ruang publik, kami juga mempertimbangkan kritik ruang publik Nancy Fraser (1990) dengan gagasan subaltern counterpublics—ruang publik bagi kelompok marginal atau tersubordinasi.

This study explores the public sphere activities presented at Radio Marsinah FM. In the context of the women's labor movement in Indonesia, Radio Marsinah FM has become an important platform to fight for gender equality and marginalized groups. Using qualitative research methods, this study found that Radio Marsinah FM has demonstrated its role in creating public sphere through three aspects, namely building participation, conducting surveillance, and impartial independence. The research also analyzed the Union broadcast, one of the flagship programs in the form of interactive talk shows and public discussions about themselves and community issues, especially women. The findings show that the Union broadcast is not only a means of information and discussion, but also a place to build empowerment among women workers, encourage awareness of their rights, and strengthen labor solidarity. To complement the discussion on public sphere, we also consider Nancy Fraser's (1990) critique of public sphere with the idea of subaltern counterpublics-public sphere for marginalized or subordinated groups."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Satria Mangkuwinata
"Tesis ini membahas tentang perkembangan radio komunitas di Aceh pasca tsunami yang berlangsung dalam masa tanggap darurat. Titik fokus peneiitian ini pacia program Ayeh Emergency Radio Network (AE.RNet), dimana radio komunitas Samudera FM adalah salah sam dari lima radio yang didirikan dalam masa tanggap darurat tarsebut.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan studi kasus dan bersifat longitudinal (waklu tertentu). Hal ini dilakukan untuk mendapalkan fakta atau informasi tentang perkembangan radio komunitas di masa tanggap darurat bcncana. Tipe dari penclitian ini bersifat deskriptif yakni penelitian yang menggunakan variabel masa lalu dan masa kini berupa penjelasan dari responden sebagai key irjzman.
Dari hasil temuan penelitian bahwa kehadiran radio komunitas di Aceh pasca tsunami bukan atas inisiatif warga komunitas melainkan bei-kat bantuan dari lembaga diluar komunilas ilu sendiri yang bergerak dalam pengembangan media komunitas, khususnya radio. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat prospek dan kendala perkembangan radio komunitas dalam mendukung proses penanggulangan bencana terutama peran dan fungsi radio komunitas dalam mengisi kekosongan informasi ditcngah situasi tanggap damrat.
Hasil yang diperoleh bahwa radio kornunitas di Aceh walaupun berperan dalam masa tanggap darurat namun memiliki kelemahan dalam hal partisipasi warga. Disamping itu secara keiembagaan masih hams diberi pendampingan. Radio komunitas juga ikut memainkan peran sebagai media tanggap darurat untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi antara sesama korban tsunami, baik tentang lingkimgannya maupun di luar lingkungannya. Dengan demikian Iingkunganlah yang mcmbawa infomiasi yang kemudian diterima media massa. Sehingga radio komunitas di daerah bencana dapat berfungsi sebagai media early warming system terhadap sualu pcristiwa.

The thesis discusses about community radio development in Aceh during emergency response period after the tsunami. Tl1e focus ofthe research was on the program of Ayeh Emergency Radio Network (AERNet), in which the Samudera FM community radio was one of the tive radios founded over the emergency response period.
The research used qualitative approach that applied ease study and had longitudinal characteristic (at a particular time). It was done in order to gather facts or information on the community radio development during the disaster emergency response period. Type of the research is descriptive in which the research uses the past and fixture variable collected fiom the respondents explanation as key informants.
From the result of the research, it was found that the radio community in Aceh after the tsunami was not founded based on the initiative of the people in the community, but it was an aid from an institution beyond the commtmity itself that focused on the community media development, especially radio. That was why the research was aimed to find the prospect and obstacles of the community radio development in order to support the process on overcoming disaster, especially its role and timction as the community radio in filling the lack of information in the middle of emergency situation.
The gathered result showed that even though the community radio in Aceh played its role in the emergency response period, it still had a weakness in people’s participation. Besides, as an institution, it still needed a support. The community radio played its role as an emergency response media as well, that was used to communicate each other and share information among the victims of the tsunami, whether it was about the circumstances in their own area or beyond. So that the people in the spot area became the ones who carried out the information received by the mass media. That is why the radio community in the disaster area can have its function as a media ofthe early waming system towards a particular event.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33845
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chintia Maligia
"Radio sebagai salah satu jenis medium komunikasi massa telah sejak lama ambil bagian dalam kehidupan masyarakat luas. Eksistensi dan besarnya industri radio ini juga terjadi di Indonesia. Keadaan ini membuat industri radio melakukan kegiatan promosi agar selalu bisa menjadi yang terdepan. Kegiatan promosi ini diklasifikasi oleh Hendriks & Mims (2014) menjadi on-air promotion dan off-air promotion. Dalam makalah ini penulis akan menganalisa bagaimana penerapan kedua jenis promosi radio ini diterapkan di Indonesia. Analisa dilakukan pada OZ Radio Jakarta sebagai radio yang terbilang baru di Jakarta, melalui jenis-jenis promosi yang dijalankannya. Dalam makalah ini, penulis mendapatkan data mengenai kegiatan OZ Radio Jakarta melalui salah satu stafnya dengan melakukan wawancara mendalam.

Radio as a medium of mass communication has been a part of society for a long time. The radio industry has also developed in Indonesia and many company are competing to be the frontrunner in radio industry by doing promotional activity. Promotion activity is classified by Hendriks and Mims (2014) into on-air promotion and off-air promotion. In this paper, writer will analyze how is the promotional activity being implemented in Indonesia. OZ Radio Jakarta will be the subject of analysis as the writer look through their promotional activity. In the end, writer discovers about the matter by doing in depth interview with one of its staff."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stania Puspawardhani
"Kepemilikan media di Amerika Serikat telah mengerut dalam beberapa dekade terakhir ini karena kebijakan pemerintah yang memperbolehkan sebuah perusahaan menguasai banyak media. Hal ini menimbulkan kekahwatiran mengenai isi pemberitaan yang terdistorsi oleh kepentingan bisnis atau kebijakan pemerintah.
Radio dukungan pendengar merupakan sebuah konsep radio publik baru yang diajukan oleh Lewis Kimball Hill pada tahun 1949 sebagai alternatif terhadap struktur media saat itu. Meskipun uang yang diperoleh dari pendengar seringkali tidak cukup untuk membiayai ongkos produksi keseluruhan, ide Hill masih dapat kita lihat sampai saat ini. Yayasan Pacifica yang didirikan HiII telah mengembangkan jaringannya dari stasiun KPFA di Berkeley, California, menjadi lima stasiun di seluruh Amerika Serikat. Konstituten utama radio ini adalah pendengarnya, karena itu kepentingan utama programnya adalah memenuhi kebutuhan pendengar. Hal ini sejalan dengan etika jurnalistik dimana salah satu prinsipnya adalah untuk melayani kepentingan publik.
Untuk melihat perbedaan isi yang diproduksi oleh media, saya mengkaji bagimana media arus utama (mainstream) dan media alternatif di Amerika Serikat menarasikan Perang Irak. Saya mengumpulkan hasil kajian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga sebelumnya mengenai narasi media TV, radio dan cetak. Narasi yang saya bandingkan adalah berita the Washington Post dengan berita radio yang diproduksi Pacifica. Dengan analisis teks kritis, kedua media ini ternyata memiliki karakterisasi berbeda. Saya menemukan bahwa the Washington Post mendukung perang, sementara Pacifica menyuarakan anti-perang.

The thriving number of media ownership in United States has contracted in the couple of decades due to government policy to allow big corporations dominate most media outlets in the country. This creates concerns on the content of the media which is assumed distorted by business interest and/or government stance.
Listener-sponsored radio is a new public radio concept proposed by Lewis Kimball Hill in 1949 to be alternative of the current media structure. Although the money generated from listeners are often not sufficient to fund the whole radio operation, Hill's experiment is still exist and alive today. The Pacifica foundation enlarges their radio affiliation from KPFA station in Berkeley, California to five radio stations across United States. Main constituents of this radio is their listeners, and thus the content will be based on the listener interest. This seems in accordance with journalism ethics, which is to serve fair and correct information to the public.
To see the difference content produced by media, I examine how mainstream and alternative media in United States narrate Iraq War. I collect studies done by several organizations on media narration in TV, radio and print. I also compare the narration between mainstream media, which is the Washington Post with the alternative one, produced by Pacifica. Using the critical text analysis, these media have different characterization in their articles.I found out that the Washington Post voices the pro war stance in their editorials and article, while Pacifica voices the anti war aspiration.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jurriens, Edwin
"This article is about community radio in Indonesia. This type of radio developed as an alternative to both public radio and commercial radio after the fall of Soeharto in 1998. Two important features of community radio are that it provides all community members with equal access to information, and also enables them to participate actively in management and production. Both features enhance people's self-awareness and sense of belonging to a community. This article compares the way in which community radio creates communal feelings with Bertolt Brecht 's ideas on theatre and radio, and Walter Benjamin's theory of mass media. In the second part of the article, the conceptual tools generated by this comparative framework are used for the discussion of the ideas and practices of community radio practitioners in Central Java. The stations discussed comprise two types of community radio: one based on geographical or professional grounds, the other tied to the interests of students at university campuses (so-called campus radio). The theoretical discussion of community radio as well as the description of the Central Javanese radio stations make it clear that community radio has a democratic right and duty to exist in Indonesian society, as it enables social groups to express themselves without interference of other parties, and contributes to the variety of the Indonesian media scene."
2003
AIIJ-XXVII-72-SeptDes2003-116
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Nadia Fatimah
"Penelitian kualitatif berdesain deskriptif ini memaparkan tentang realita kebertahanan artikulasi ideologi subordinat di hadapan dominasi kapitalisme di pasar Industri Budaya. Setelah meninjau baik aspek bisnis maupun ideologis, penelitian ini menemukan bahwa MQFM berhasil mempertahankan eksistensi bisnisnya dengan tetap mengedepankan idealisme ideologisnya. Secara mikro, kebertahanan ini di bangun di atas fondasi ideologisasi yang terbagi menjadi empat lini : landasan berdiri, budaya organisasi, formulasi program, dan pembangunan jaringan. Sedangkan, secara makro hal tersebut merupakan implikasi dari ketidakstabilan hegemoni dan eksistensi agen dalam tubuh MQFM sendiri.

This descriptive designed qualitative research explains the reality arounds survivality of subordinat ideology articulation in front of capitalism domination in Culture Industry market. By considering the aspects of bussiness and ideologist, this research finds out that MQFM successes in maintaining it?s bussiness existence by also maintain it?s ideologic idealism. In minor scope, this survivality is formed on the foundation of ideologization which devides into four lines : foundations, organization culture, program formulation, and network building. In major scope, it comes as an implication of hegemony unstability and the agent existence from MQFM itself."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ressi Dwiana
"Disertasi ini membahas bagaimana para pendukung radio komunitas berusaha mempertahankan eksistensi penyiaran tersebut di tengah kondisi regulasi yang mempersulit penyiaran komunitas. Regulasi, berupa produk hukum dan proses implementasinya, diasumsikan sebagai penyebab utama kemunduran radio komunitas. UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 adalah regulasi yang mengakui keberadaan penyiaran komunitas. Meskipun demikian, di dalam UU tersebut, radio komunitas dituntut agar menjadi penyiaran yang utopis: bersifat independen, tidak komersial, dan melayani kepentingan komunitasnya. Di sisi lain, tidak ada dukungan nyata dari negara, bahkan dalam aturan-aturan pelaksanaan, pemerintah membuat batasan-batasan yang sangat ketat sehingga mempersulit kehidupan radio komunitas. Persoalan-persoalan yang muncul akibat regulasi yaitu terkait masalah perizinan, keuangan, alokasi frekuensi, pembatasan kekuatan jangkauan dan siaran, dan pencapaian tujuan radio komunitas. Selain tekanan regulasi, radio komunitas juga kehilangan dukungan dari kelompok masyarakat sipil karena perkembangan teknologi media dan polarisasi kepentingan masing-masing kelompok. Dalam iklim regulasi yang menekan dan gerakan masyarakat sipil yang semakin lemah, upaya para praktisi untuk mempertahankan eksistensi radio komunitas dilakukan dengan berbagai cara. Upaya-upaya tersebut ada yang berhasil membuat radio komunitas dapat terus bertahan. Namun, akar permasalah utama radio komunitas, yaitu regulasi, tidak pernah terselesaikan.
This dissertation discusses about how community radio supporters try to maintain the existence of this media in the midst of regulatory conditions that complicate community broadcasting. Regulation and its implementation process, are assumed to be the main cause of the decline of community radio. Broadcasting Law No. 32/2002 is the regulation that recognizes the existence of community broadcasting. However, community radio required to be a utopian broadcast: independent, noncommercial, and serves the interests of its community. On the other hand, there is no real support from the state, even in the implementing regulations, the government makes very strict restrictions that complicate the life of community radio. Problems that arise as a result of regulation are related to licensing, finance, frequency allocation, limitation of coverage and broadcast power, and achievement of community radio goals. Apart from regulatory pressure, community radio also lost support from civil society groups due to developments in media technology and the polarization of interests in civil society. In a climate of oppressive regulations and a weakening civil society movement, practitioners' efforts to maintain the existence of community radio are carried out in various ways. Some of these efforts have succeeded in making community radio sustainable. However, the root of the main problem of community radio, regulation, has never been resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Megawati
"Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan positioning yang tepat untuk Radio Ramako 105,8 FM dengan mengetahui pembentukan positioning statement (motto) oleh manajemen Radio Ramako dan pendapat pendengar terhadap positioning statement (motto) Radio Ramako "Listen and Talk to Magic?. Penelitian ini dilakukan terhadap manajemen Radio Ramako 105,8 FM dan 253 orang responden di Jakarta dan sekitamya. Pertimbangannya adalah pendapat responden sebagai pendengar radio pada umumnya dan pendengar Radio Ramako pada khususnya mempunyai pengaruh sangat penting sebagai masukan bagi penentuan positioning yang tepat untuk Radio Ramako 105,8 FM.
Radio Ramako 105,8 FM menentukan positioning perusahaan secara umum melalui positioning statement (motto) "Listen and Talk to Magic? yang diterapkan ke dalam format siarannya, meliputi program siaran dan program musik. Radio Ramako 105,8 FM berharap positioning yang telah dibentuk sudah tepat dan dipersepsikan positif oleh target pendengarnya. Tetapi dalam pandangan pendengar, ternyata mereka memiliki pandangan, pendapat dan persepsi yang tidak selalu sama dengan manajemen Radio Ramako 105,8 FM. Ada kelebihan dan kelemahan Radio Ramako yang dilihat pendengar dari positioning lewat positioning statement (motto) yang diterapkan ke dalam format siaran Radio Ramako 105,8 FM.
Penelitian ini didasarkan pada teori-teori utama seperti : Active Audience - Uses and Gratifications, Segmentasi (Segmentasi Demografis dan Segmentasi Psikografis), dan Positioning. Selain teori-teori utama, penelitian ini juga menyertakan teori-teori pendukung seperti : Perilaku Konsumen dan teori-teori yang terkait dengan Media Radio Siaran.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif dan metode deskriptif evaluatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (hasil survei responden dan hasil wawancara mendalam kepada manajemen Radio Ramako 105,8 FM) dan data sekunder (buku bacaan, jurnal, artikel dan lain sebagainya). Untuk mendapatkan data kuantitatif dilakukan dengan survei on line terhadap 253 orang responden yang kemudian hasilnya dianalisa dengan menggunakan penghitungan statistik frekuensi dan crosstab. Untuk pengumpulan data primer lainnya, dilakukan wawancara mendalam yang kemudian hasilnya dianalisa dengan diinterpretasikan berdasarkan teori dan fakta yang terjadi. Pemilihan narasumber dari Radio Ramako berdasarkan kebijaksanaan manajemen Radio Ramako 105,8 FM, dipilih yang dianggap dapat mewakili dan memenuhi informasi penelitian ini. Untuk responden yang mewakili kelompok target pendengar Radio Ramako dengan menyebarkan kuestioner dan jumlah jawaban yang diterima dalam waktu empat bulan (periode Mei - Agustus 2005) seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Dari hasil wawancara mendalam pada pihak manajemen Radio Ramako 105,8 FM mengenai pembentukan motto Listen and Talk to Magic ternyata mengandung makna positif dan diterapkan pada format siaran Radio Ramako. Program acara talkshow tenrtama talkshow pagi hari menjadi kekuatan Ramako, manajemen menambahkan kekuatan lain Radio Ramako adalah format musik dan acara request lagu. Namun saat melihat hasil survei terhadap 253 responden, ada kekuatan dan kekurangan yang dimiliki Radio Ramako. Menggenai pembentukan motto Listen and Talk to Magic ternyata sebagian besar responden menjawab motto tersebut TIDAK TEPAT untuk Ramako dan banyak yang tidak mengenal motto Radio Ramako yang telah dibentuk oleh manajemen Radio Ramako 105,8 FM. Masukan bagi manajemen Radio Ramako terkait dengan motto Listen and Talk to Magic lewat jawaban dari hasil survei sebagian besar responden mengusulkan motto Ramako memuat kata-kata yang terdengar hangat dan bersahabat, juga motto yang memuat kata-kata yang terdengar profesional. Masukan lain yang berguna untuk manajemen Radio Ramako, agar dapat menggunakan motto Listen and Talk to Magic banyak responden mengusulkan agar penyiar lebih menarik dan interaktif membawakan acara, memperhatikan content manajemen yang baik, menambah ragam acara talkshow, menambah koleksi lagu-lagunya dan membuat acara-acara yang lebih interaktif dan melibatkan pendengar. Masukan-masukan dari responden ini sangat berarti bagi manajemen untuk menentukan positioning yang tepat untuk Radio Ramako 105,8 FM lewat positioning statement (motto).
Akhir kata, pembentukan positioning oleh manajemen Radio Ramako lewat positioning statement (motto) Listen and Talk to Magic belum dipersepsikan secara positif oleh target audience (pendengar potensial) Radio Ramako yang menjadi responden dalam penelitian ini dan direkomendasikan agar motto tersebut diganti karena dianggap TIDAK TEPAT oleh sebagian besar responden."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Wiryadi Muhammad
"Penelitian ini membahas komunikasi yang terjadi dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) sebagai ruang publik. Penelitian kualitatif dilakukan melalui metode studi kasus dengan desain studi multikasus. Dari hasil observasi yang dilakukan dapat diungkapkan bahwa proses komunikasi persidangan MKRI memenuhi kategori ruang publik. Dalam proses persidangan memang terjadi adanya intimidasi dalam persidangan di antara para pihak maupun perlakuan tidak setara yang dilakukan oleh Hakim Konstitusi. Namun secara keseluruhan proses komunikasi dalam persidangan MKRI termasuk sebagai ruang publik.

This study discusses the communication that occurs in the trial in the Constitutional Court of the Republic of Indonesia (MKRI) as a public space. Qualitative research conducted through the case study method to multi-case study design. From the observations made can be disclosed that the communication process hearing MKRI meet public space category. In the process of the trial does take place for intimidation in the trial between the parties or unequal treatment is carried out by the Constitutional Court. But overall communication process in the trial MKRI including a public space.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>