Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim Arif
"Peningkatan emisi gas karbon dioksida mendorong terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Tanah memiliki kemampuan menyimpan emisi gas karbon dioksida yang diserap oleh vegetasi. Kajian mengenai dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di ekosistem Hutan Kota Srengseng belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah di ekosistem Hutan Kota Srengseng dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi serta menganalisis hubungan antara suhu udara, kelembapan tanah, suhu tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluktuasi emisi gas karbon dioksdia tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penangkapan gas rumah kaca menggunakan chamber, pengukuran faktor lingkungan, dan analisis data menggunakan uji ANOVA dan korelasi Spearman. Hasil penelitian serta kesimpulan peneleitian menyatakan bahwa nilai fluks emisi gas karbon dioksida tanah tidak berbeda signifikan di berbagai tutupan kanopi vegetasi Hutan Kota Srengseng. Lebih lanjut, faktor lingkungan yang memiliki hubungan terhadap fluks emisi gas karbon dioksida di Hutan Kota Srengseng, yakni suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah, kecuali suhu udara.

Increasing carbon dioxide gas emissions encourages global warming and climate change. Soil can store carbon dioxide gas emissions, which are absorbed by vegetation. Studies on the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes with differences in the percentage of vegetation canopy cover in Srengseng Urban Forest ecosystem have never been carried out. This research aims to analyze and compare the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes in Srengseng Urban Forest ecosystem with different percentages of vegetation canopy cover and analyze the relationship between air temperature, soil moisture, soil temperature and soil acidity (pH) with carbon gas emission fluxes soil dioxide. The research method used is the greenhouse gas capture method, which uses a chamber to measure environmental factors and data analysis using the ANOVA test and Spearman correlation. The research results and research conclusions state that no significant difference between the percentage of vegetation canopy cover of the Srengseng Urban Forest and the flux of carbon dioxide gas emissions. Environmental factors related to the flux of carbon dioxide gas emissions in Srengseng Urban Forest are soil temperature, humidity, and acidity (pH), except air temperature.
"
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Asmawari Putri
"Hutan kota di Jakarta memiliki peran penting dalam mengurangi dampak negatif pemanasan global dengan menyerap emisi gas karbon dioksida (CO2) atmosfer yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik manusia dan menyimpannya di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi CO2 tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Cijantung, Jakarta Timur dan menganalisis hubungan antara suhu udara, suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluks emisi CO2 tanah. Metode penelitian melibatkan penggunaan Chamber-Based untuk mengambil CO2 tanah, yang kemudian diukur menggunakan Gas Chromatograph Shimadzu 2014. Chamber ditempatkan pada tiga kondisi stasiun: tutupan kanopi vegetasi terbuka (0%–30%), setengah terbuka (31%–60%) dan tertutup (61%–100%). Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk setiap lokasi pengambilan emisi CO2 tanah dan dianalisis korelasinya menggunakan Spearman-rho. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata fluks emisi CO2 tanah di stasiun setengah terbuka (1,443–5,050 g CO2 m-2hari-1) lebih besar daripada stasiun terbuka (0,747–3,376 g CO2 m-2hari-1) dan tertutup (1,243–2,518 g CO2 m-2hari-1). Namun, ketika dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan signifikan antara fluks emisi CO2 tanah terhadap persentase tutupan kanopi vegetasi (0%–30%), (31%–60%) dan (61%–100%). Terdapat hubungan antara suhu tanah (r = -0,263) dan pH tanah (r = 0,233) dengan fluks emisi CO2 tanah, sedangkan suhu udara (r = -0,082) dan kelembapan tanah (r = -0,195) tidak memiliki hubungan dengan fluks emisi CO2 tanah. Hasil ini menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan aliran emisi gas CO2 tanah di Hutan Kota.

Urban forests in Jakarta play a crucial role in mitigating the negative impacts of global warming by absorbing atmospheric CO2 emissions from anthropogenic activities and storing them in the soil. This study aims to analyze the dynamics of soil CO2 emission fluxes based on varying percentages of canopy cover in the Cijantung Urban Forest Ecosystem, East Jakarta, and to examine the relationships between air temperature, soil temperature, soil moisture, and soil pH with soil CO2 emission fluxes. The research methodology involved using a Chamber-Based method to collect soil CO2, which was then measured using a Shimadzu 2014 Gas Chromatograph. Chambers were placed in three station conditions: open canopy cover (0%–30%), semi-open (31%–60%), and closed (61%–100%). Environmental parameters were measured at each CO2 emission sampling location, and their correlations were analyzed using Spearman-rho correlation analysis. The results showed that the average soil CO2 emission flux at the semi-open (1.443–5.050 g CO2 m-2day-1) was higher than at the open (0.747–3.376 g CO2 m-2day-1) and closed (1.243–2.518 g CO2 m-2day-1). However, the Kruskal-Wallis test revealed no significant differences between soil CO2 emission flux and vegetation canopy cover percentage (0%–30%), (31%–60%) and (61%–100%). Soil temperature (r = -0.263) and soil pH (r = 0.233) were related to soil CO2 emission flux, while air temperature (r = -0.082) and soil moisture (r = -0.195) were not. These results highlight the complexity of interactions between environmental factors and soil CO2 gas emission flows in Urban Forests"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Carla Mariana
"Hutan Kota Ciganjur, Jakarta Selatan merupakan hutan kota yang dikelola oleh pemerintah daerah sebagai ruang terbuka hijau yang bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Ciganjur dan menganalisis hubungan antara suhu tanah, suhu udara, kelembaban tanah, dan pH tanah dengan fluks emisi gas karbon dioksida tanah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September-November 2023. Sampel gas karbon dioksida diambil menggunakan metode Chamber-based pada tiga stasiun dengan persentase tutupan kanopi vegetasi yang berbeda, yaitu stasiun tutupan terbuka T1 (0%-30%), stasiun tutupan sedang T2 (31%-60%), dan stasiun tutupan tertutup T3 (61%-100%). Sampel gas yang diperoleh dikirim ke Laboratorium GRK BSIP, Pati untuk diukur. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan langsung dilapangan. Hasil emisi gas yang diperoleh pada masing-masing tutupan terbuka, sedang, dan tertutup adalah 6,87 g CO2/m-2 hari-1, 2,57 g CO2/m-2 hari-1, dan 3,21 g CO2/m-2 hari-1. Hasil dari analisis Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara tutupan kanopi vegetasi berbeda dengan fluks emisi gas karbondioksida (H hitung = 1,921; x2 tabel = 5,991). Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain seperti suhu dan tanah, kelembapan, dan pH tanah yang mempengaruhi. Hasil analisis korelasi Spearman-rho menunjukkan terdapat korelasi dengan arah positif pada suhu udara (r = 0,28) dan pH (r = 0,34) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida. Sebaliknya, tidak terdapat korelasi antara suhu tanah (r = 0,16) dan kelembapan (r = -0,10) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida (rho tabel = 0,226; signifikansi = 0,05).

Ciganjur Urban Forest, South Jakarta is a urban forest managed by the local government as a green open space that is beneficial for the environment and society. The aims of this research were to to analyze the dynamics of soil carbon dioxide gas emission flux at different percentages of vegetation canopy cover in Ciganjur Urban Forest Ecosystem and analyze the relationship between soil temperature, air temperature, soil moisture and soil pH with soil carbon dioxide gas emission flux. Sampling was carried out in September-November 2023. Carbon dioxide gas samples were taken using the Chamber-Based method at three stations, namely open cover station T1 (0%-30%), medium cover T2 (31%-60%), and closed cover T3 (61%-100%). Environmental parameter measurements are carried out directly in the field. The gas emission results obtained for each open, medium and closed cover were 6,87 g CO2/m-2 day-1, 2,57 g CO2/m-2 day-1, and 3,21 g CO2/m-2 day-1. Results of Kruskal-Wallis analysis showed that there was no significant difference between different vegetation canopy cover and carbon dioxide gas emission flux (H calculated = 1,921; x2 table = 5.991). The differences are not significant because of the factors of air and soil temperature, moisture, and pH. Spearman-rho correlation analysis show a positive correlation between air temperature (r = 0,28) and pH (r = 0,34) on the carbon dioxide gas emission flux, but there is no correlation between soil temperature (r = 0,16) and moisture (r = -0,10) on carbon dioxide gas emission flux (rho table = 0,226; sig = 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
"Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas umah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim lobal. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan ada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem umber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat ndikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global. Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari ecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan engumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar ujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan dalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu pearman Rank Test dan Moving Average.
Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 5 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan aksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan ersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun erakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien orelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan ang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global. Diharapkan analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih itingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim - musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.

Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change. In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study.
The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change. This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bayu Dwi Apri Nugroho
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2020
551.659 8 BAY f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: P3DI Setjen DPR RI, 2010
363.738 74 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Presenting recent research across temperate and tropical ecosystems, this volume synthesises the numerous ways that forests are responding to global change and includes perspectives on: the role of forests in the global carbon and energy budgets, historical patterns of forest change and diversification, contemporary mechanisms of community assembly and implications of underlying drivers of global change, and the ways in which forests supply ecosystem services that support human lives
"
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2014
577.27 FOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Budi Wahyono
"ABSTRAK
CO2 merupakan salah satu gas penyebab utama pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim dunia sehingga terjadi kekeringan, kebakaran hutan, naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas dan periode hujan. Darat, laut dan atmosfer penyerap CO2 alami. Perairan Indonesia berpotensi menyerap CO2 karena produktifitas primer tinggi.
Penelitian ini untuk mengetahui variabilitas CO2 dalam menentukan
apakah perairan Indonesia sebagai carbon source atau carbon sink dan mengisi kekosongan data CO2. Penelitian pada bulan Februari-Maret 2010 di Selat Sunda dan bulan April 2010 di Barat Sumatera menggunakan K/R Baruna Jaya III. Data pCO2 udara didapatkan dari hasil rata-rata pengamatan bulanan stasiun Global Atmospheric Watch di Kototabang Bukittinggi pada Februari, Maret dan April 2010.
CO2 di lihat dari parameter karbon anorganik, derajat keasaman, total
alkalinitas dan tekanan parsial CO2 di lokasi studi bervariasi dengan nilai berbedabeda. Selat Sunda berperan sebagai source karbon dan barat Sumatera berperan sebagai sink karbon. Tekanan parsial CO2 di selat Sunda dan barat Sumatera lebih dipengaruhi oleh parameter pH. Rata-rata flux bersih CO2 di selat Sunda 841.603 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan pelepasan CO2 dari laut ke atmosfer terjadi
di wilayah ini dan rata-rata flux bersih CO2 di barat Sumatera -945.292 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan penyerapan CO2 oleh laut terjadi di wilayah ini.

ABSTRACT
CO2 is one of the main causes of global warming gases which cause global climate change, droughts, forest fire, sea level rise and flooding. Natural CO2 sinks are the Mainland, oceans and atmosphere. Indonesian waters has the potential to absorb CO2 due to high primary productivity.
This research is to know the variability of CO2 in determining whether the Indonesian waters as carbon sources or carbon sinks and fill the CO2 data gaps. dan mengisi kekosongan data CO2. Research in February-March 2010 in the Sunda Strait and April 2010 in west Sumatra, using the RV Baruna Jaya III. Air pCO2 data obtained from the average of monthly observations of the Global Atmospheric Watch station in Kototabang Bukittinggi in February, March and April 2010.
CO2 gases in view of the inorganic carbon parameters, acidity, alkalinity and total CO2 partial pressure in the study area varies with different values. Sunda Strait have a role carbon source and west Sumatra as carbon sinks. Partial pressure of CO2 in the Sunda Strait and west Sumatra is more influenced by the pH. The average net flux of CO2 in the Sunda strait 841.603 mol CO2cm-2day-1 which shows the release of CO2 from the ocean into the atmosphere occur in this
region and average net flux of CO2 in the west of Sumatra -945.292 mol CO2cm-2day-1 which shows the absorption of CO2 by the ocean occurs in the region."
2011
T29918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>