Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Wahyuni
"Kabupaten Pangandaran terletak di Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah sehingga terdapat percampuran bahasa, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi bahasa di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini juga menjelaskan batas bahasa dan sentuh bahasa yang terjadi di Kabupaten Pangandaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Data penelitian ini berupa 317 kata yang terdiri atas kosakata swadesh dan kosakata budaya dasar menurut medan makna yang digunakan di Kabupaten Pangandaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dialektologi dan sosiolinguistik. Hasil penelitian ini meliputi (1) peta bahasa terbanyak ada pada kelompok dua etima yang menunjukkan bahwa di Kabupaten Pangandaran terdapat dua variasi bahasa, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa; (2) daerah pakai bahasa Sunda tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Pangandaran, sedangkan daerah pakai bahasa Jawa hanya tersebar di lima daerah; dan (3) sentuh bahasa yang terjadi di Kabupaten Pangandaran termasuk dalam kategori casual contact. Casual contact itu menyebabkan adanya beberapa bahasa Sunda yang dipinjam oleh bahasa Jawa, begitu pula sebaliknya. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa penutur bahasa Sunda belum tentu dapat berbahasa Jawa, sedangkan penutur bahasa Jawa biasanya dapat berbahasa Sunda.

Pangandaran Regency is located in West Java Province and borders Central Java Province so that there is a mixture of languages, Sundanese and Javanese. Based on that, this study aims to explain language variation in Pangandaran Regency. This research also explains the language boundaries and language contact that occur in Pangandaran Regency. The methods used in this research are qualitative and quantitative methods. The data of this study are 317 vocabularies consisting of swadesh vocabulary and basic cultural vocabulary according to the meaning field used in Pangandaran Regency. The approaches used in this research are dialectology and sociolinguistic approaches. The results of this study include (1) the largest language map is in the two etymes group which shows that in Pangandaran Regency there are two language variations, Sundanese and Javanese; (2) Sundanese is spoken in almost all areas of Pangandaran Regency, while Javanese is only spoken in five areas; and (3) language contact that occurs in Pangandaran Regency is included in the casual contact category. Casual contact causes some Sundanese to be borrowed by Javanese, and vice versa. The findings in the field show that Sundanese speakers are not necessarily able to speak Javanese, while Javanese speakers can usually speak Sundanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2002
499.221 KOS (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmatus Sa Diyah
"Kosakata menjadi bagian penting dalam pembelajaran bahasa untuk menunjang keterampilan berbahasa. Kosakata di kelas BIPA LBI Univeritas Indonesia diajarkan melalui pembelajaran secara implisit. Kosakata diintegrasikan melalui empat keterampilan berbahasa, keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, serta mata kuliah tata bahasa. Oleh karena itu, tesis ini bertujuan menemukan keterampilan yang memudahkan dan memudahkan pembelajar BIPA untuk belajar kosakata, strategi belajar kosakata yang digunakan, dan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis setelah menggunakan strategi belajar kosakata. Metode yang digunakan adalah mix-method dengan pendekatan convergent parallel design. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang diadaptasi dari taksonomi strategi belajar kosakata Schmitt, wawancara, dan hasil evaluasi pembelajar pada keterampilan menulis. Subjek penelitian adalah 47 pembelajar BIPA di LBI UI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan berbahasa yang menyulitkan untuk belajar kosakata adalah keterampilan menyimak, sedangkan keterampilan berbahasa yang memudahkan adalah keterampilan membaca. Strategi belajar kosakata yang digunakan pembelajar BIPA adalah strategi kognitif. Sementara itu, setelah mengggunakan strategi belajar kosakata selama dua bulan, pembelajar menunjukkan perkembangan penguasaan kosakata yang baik secara jumlah kosakata, tetapi kurang baik pada variasi kata dalam tulisan. Kata berimbuhan yang digunakan masih terbatas pada tematik yang diperolehnya dari pembelajaran di kelas.

Vocabulary becomes an important part of language learning to support language skills. Vocabulary in BIPA LBI Univeritas Indonesia class is taught through implicit learning. Vocabulary is integrated through four language skills, listening, speaking, reading, and writing skills, as well as grammar courses. Therefore, this thesis aims to find skills that facilitate and facilitate BIPA learners to learn vocabulary, vocabulary learning strategies used, and mastery of vocabulary in writing skills after using vocabulary strategies. The method used is a mix method with the convergent parallel design approach. Data were collected through a questionnaire adapted from the taxonomy of Schmitt 39 s vocabulary strategy, interviews, and the results of the learners 39 evaluation of writing skills. Research subjects were 47 BIPA learners in LBI UI. The results of this study indicate that language skills that make it difficult to learn vocabulary are a listening skill, while the language skills that facilitate the reading skill. The vocabulary learning strategy used by BIPA learners is a cognitive strategy. Meanwhile, after using the vocabulary learning strategy for two months, the learners showed good vocabulary mastery development in the number of vocabulary, but less well on word variation in writing. The related word used is still limited to the thematic obtained from the classroom learning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Disyacitta Nariswari
"Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi yang bertujuan untuk memetakan distribusi variasi bahasa dan istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Hasil penelitian ini juga dibandingkan dengan dua penelitian terdahulu di tahun 1990 dan 1996. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun glosarium istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Penelitian dibatasi pada tataran leksikon. Metode yang digunakan adalah metode pupuan lapangan dengan 50 titik pengamatan, 100 informan, dan daftar tanyaan sebanyak 200 kosakata swadesh dan 125 istilah pertanian. Teknik analisis data menggunakan peta bahasa, isoglos, dan dialektometri. Hasil menunjukkan bahwa terdapat tiga daerah pakai kosakata, yaitu kosakata Betawi, kosakata Jawa, dan kosakata Sunda. Hal ini masih sesuai dengan hasil kedua penelitian terdahulu, tetapi saat ini telah mengalami perubahan daerah distribusi.

This research uses dialectology to mapping distribution of language variation and agricultural terms in Karawang regency. The results of this research are compared to two former research in 1990 and 1996. Besides, this research is also to compose a glossary of agricultural terms in Karawang regency. The conduct of this research is limited to the lexicon level. Method that being used was field research method with 50 observatory points, 100 informants, and list of questions which consist of 200 swadesh vocabulary and 125 agricultural terms. Data analytical technique used language map, isogloss, and dialectrometric. Result shown that there are three vocabulary using areas, which are Betawi vocabulary, Java vocabulary, and Sunda vocabulary. This is still suitable with two former research result. However, the areas have been changed nowadays."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi bahasa dan sentuh bahasa di Kabupaten Pringsewu melalui pendekatan dialektologi. Dengan menggunakan metode pupuan lapangan, penelitian ini menjaring data dengan daftar tanyaan kosakata Swadesh, medan makna anggota Tubuh, dan medan makna gerak dan kerja. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah geografi dialek Lauder, 2007 dan Chambers dan Trudgill, 2007, pemetaan bahasa Ayatrohaedi, 2002 dan sentuh bahasa McMahon, 1994 dan Thomason, 2001. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Pringsewu terdapat empat bahasa yang dominan yakni bahasa Lampung, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Semendo. Bahasa Lampung di Pringsewu memiliki tiga variasi sub wicara, yakni bahasa Lampung Pesisir, bahasa Lampung Pubian dan bahasa Lampung Komering. Selain itu, terdapat variasi leksikal sampai dengan empat belas etima dengan beberapa korespondensi bunyi dan perubahan bunyi antarbahasa di dalamnya. Perhitungan dialektometri menunjukkan bahwa terdapat banyak wilayah yang sebenarnya memiliki perbedaan bahasa hanya berstatus beda dialek. Keadaan ini terjadi karena adanya sentuh bahasa dan warisan bersama bahasa proto. Sentuh bahasa melalui peminjaman leksikal terjadi lebih banyak secara adopsi daripada adaptasi dan terjadi dalam kategori kontak biasa.

This research was aimed at investigating language variation and language contact in Pringsewu regency using dialectology approach. By applying field research, this study collected the data using the Swadesh list and lexical fields of body parts and activities. The theories used in this study were dialect geography Lauder, 2007 dan Chambers dan Trudgill, 2007, language mapping Ayatrohaedi, 2002 and language contact McMahon, 1994 dan Thomason, 2001 . This study revealed that there were for main languages in Pringsewu namely Lampungic, Javanese, Sundanese and Semendo. In this study, there are three variations of Lampung language, namely Lampung Pubian, Lampung Pesisir, and Lampung Komering. The lexical variaties can be classified in 14 groups of etyma, and sound correspondence as well as pattern of language changes were found in this study. The result of dialectometry revealed that there were alot of areas categorized as 'different in dialect', whereas they were actually 'different in language'. This was due to the existence of language contact and shared features of proto languages. Language contact in the Lampung villages was in the level of casual contact where lexical adoption borrowing occured more than lexical adaptation one."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T48786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwiko Budiono
"Adanya Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) dan Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) yang dibuat oleh Hasan Ali membuat bahasa Using semakin mantap memisahkan diri dari bahasa Jawa. Terlebih lagi, terdapat pula peraturan pemerintah Banyuwangi tentang muatan lokal yang diajarkan pada pendidikan dasar adalah bahasa Using. Akan tetapi, Badan Bahasa (2008: 39) dalam Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia tetap menggolongkan bahasa masyarakat Banyuwangi sebagai bahasa Jawa dialek Using.
Berdasarkan kondisi tersebut, tulisan ini akan melihat situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Selain itu, variasi bahasa juga akan diperlihatkan ke dalam bentuk peta bahasa.

The existences of Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) and Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) that be made by Hasan Ali have affected Using language to be separated away from Javanese language. Likewise, there are also Banyuwangi government’s policies about the application of “local-content” curriculums in elementary schools which acknowledge Using language as their local language. However, Banyuwangi language is still classified as Using dialect of Javanese in Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia by Badan Bahasa (2008:39).
Based on these conditions, the research will focus on literary situation in Banyuwangi regency using dialectology method, in quantitative and qualitative. Dialectometrics are applied on this research as quantitative calculation method. In addition, the varieties of the language will be shown in form of language map.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fautngil, Christ
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu pemetaan dan sebaran unsur-unsur leksikal bahasa-bahasa daerah di Lima wilayah kecamatan Kotamadya Jayapura dan sekitarnya. Pendekatan yang digunakan ialah perhitungan jarak kosa kata yang dikemukakan Seguy dengan persentase yang disarankan Guitar. Perhitungan ini diperkuat pula dengan penarikan garis-garis isoglos sebagaimana digunakan oleh Chambers & Trudgill. Interpretasi dipakai unsur-unsur bahasa, yaitu gejala-gejala kebahasaan, baik fonologis maupun morfologis dan latar belakang sejarah, geografi, dan sosial budaya.
Hasil yang diperoleh antara lain (1) terdapat tujuh bahasa dalam lima wilayah kecamatan itu, (2) terdapat saling pengaruh antara bahasa-bahasa itu, (3) bahasa-bahasa yang ada sekarang ini merupakan hasil asimilasi dan hasil perkembangan bahasa-bahasa pada masa lalu. Dalam kaitan dengan tujuh bahasa itu, penelitian terdahulu menyatakan bahwa antara Kayu Pulau dan Tobati merupakan bahasa tersendiri, demikian halnya Kemtuk di Sabron dan Moi di Dosai-Hasil perhitungan jarak kosa kata dalam penelitian ini hanya sebesar 511 untuk Sabron-Dosai dan 54% untuk Kayu Pulau-Tobati.
Terdapatnya rumpun bahasa Austronesia di Teluk Yos Sudarso, menurut penelitian terdahulu (yakni Orru, Kayu Pulau, dan Tobati), diasumsikan sebagai akibat pengaruh yang kuat dari sebelah barat, yakni pengaruh Ternate-Tidore melalui Raja Ampat dan Biak. Dengan pengaruh-pengaruh kuat tersebut, bahasa-bahasa di teluk itu yang dulunya diperkirakan serumpun dengan bahasa-bahasa di batik gunung Dobonsolo (yakni bahasa-bahasa Irian), akhirnya didominasi oleh rumpun Austronesia.
Sebaran penduduk berdasarkan sejarah dimulai dari bagian timur, selatan, dan barat- Sebaran tersebut diperkirakan dalam dua tahapan besar, yakni kelompok timur, selatan, dan barat (dekat --> Demta) merupakan kelompok pertama dan kelompok yang datang dari daerah barat dan jaLinan kembali hubungan timur-barat seperti dikemukakan di atas sebagai kelompok kedua. Hubungan timur dan barat yang dekat masih berjalan terus hingga sekarang.

ABSTRACT
This study has two main objectives: the mapping and distribution of lexical elements in five districts in Jayapura and the neighboring areas. This study used the technique created by Seguy for counting word distance, and word percentage created by Guiter (dialectometry). The dialectometry is also supported by techniques for drawing isglossis as used by Chambers and Trudgill. The interpretation of the results was based on linguistic phenomena both phonologically and morphologically, as well as and historical, geographical, and socio-cultural background.
The results of the study are: (1) there are seven languages in the five districts, (2) there are linguistic influences among these languages, (3) the existing languages now are the results of the distribution of languages and the migration of the people in the past. In relation to seven languages, earlier studies claimed that the languages in Kayu Pulau and Tobati are separate languages and so are the Kemtuk language in Sabron and the Moi language in Dosai- The calculation and percentage of dialectometry is 51% for Sabron-Dosai and 64% for Kayu Pulau-Tobati.
The languages in the Yos Sudarso Bay, that is, the Ormu language, the Kayu Pulau Language, and the Tobati language, according to earlier studies, belong to the Austronesian group because of the influences from western languages, like the Ternate-Tidore languages, which came through the Raja Ampat and Biak. Because of these strong influences, these languages around the bay, which were once the same group as those at the other side of Mount Dobonsolo namely the Papuan Languages, then changed to belong to the Austronesian group.
The migration of people, according to history, began from the east, the south, and the west- This migration is thought to occur twice: the first group which is called the east, south, west group (Demta); the second group migration from the west and east as described above. The contact between east and west still exists today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T 1857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fian Sulyana
"Skripsi ini membahas persebaran dan variasi bahasa Sunda di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pupuan lapangan serta dengan teknik wawancara terstruktur terhadap lima belas informan di lima belas titik pengamatan yang telah ditentukan. Data yang diolah didasarkan pada penghitungan dialektrometri dan berkas isoglos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situasi kebahasaan di Kota Bandung tidak menunjukkan perbedaan bahasa ataupun dialek, melainkan hanya perbedaan subdialek. Sikap positif akan bahasa Sunda dalam masyarakatnya perlu ditingkatkan untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Sunda, termasuk bahasa.

This thesis discusses about the distribution and variation of Sundanese language in The City of Bandung. The data was collected by using the survey method done on the field along with structural interview technique to fifteen informants in fifteen predetermined observation points. The data was processed based on the counting of dialectrometry and the isoglos files. The survey results show that the language situations in The City of Bandung do not show the language differences nor dialect, on the other hand they just show the difference of pronounciations. The positive manner in using Sundanese language among its citizens should be improved to maintain and develop all Sundanese cultures, especially language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fuji Margiati
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang distribusi bahasa di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan bidang kajian dialektologi. Penelitian dialektologi di Indonesia sebagaian besar masih terfokus di Pulau Jawa. Berdasarkan data, penelitian dialektologi di Pulau Kalimantan hanya sebesar 3,57 dari keseluruhan penelitian dialektologi yang pernah dilakukan. Sebagai salah satu daerah yang termasuk wilayah Kalimantan, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya akan bahasa. Kabupaten Kutai Kartanegara bukan hanya dihuni oleh suku Melayu sebagai suku asli, tetapi juga suku pendatang dari luar daerah, seperti suku Dayak, suku Jawa, suku Banjar, dan suku Bugis. Suku-suku ini hidup menyebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelacakan bahasa di setiap kecamatan untuk mengetahui distribusi bahasa yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode pupuan lapangan dengan dengan mendatangi informan secara langsung ke titik pengamatan, sedangkan metode gabungan digunakan untuk mengitung persentase dialektometri, berkas isoglos, dan interpretasi data dalam bentuk uraian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat empat bahasa, yaitu bahasa Kutai, bahasa Bugis, bahasa Jawa, dan bahasa Dayak Kenyah.

ABSTRACT
This research about distribution of language in Kutai Kartanegara district with Dialectology approach. Most of dialectology research in Indonesia is still focused in Java Island. Based on data, dialectology research in Kalimantan island only about 3,57 of dialectology research that had been done. As one of the region in Kalimantan, Kutai Kartanegara District is a region rich with many language. This district is inhabited by, not only Malay Tribe as the original tribe, but also other tribe such as Dayak, Javanese, Banjar, and Bugis. These tribes live spread out of all sub district in Kutai Kartanegara District. Because of that, to understand the distribution of language in this district, it is required to track the language in every sub district in Kutai Kartanegara District. This research use two methods. The first method is The Pupuan Lapangan Method where we come directly to the interviewees in the observation point. The second method is The Compilation Method, which we use to count the dialectometry percentage, isogloss bundle, and to interpret the data into description. This research conclude that there are four languages in the Kutai Kartanegara District, that is Kutai, Bugis, Javanese, and Dayak Kenyah."
2017
S69949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Deiktya Emte
"Komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatra diyakini memiliki bahasa tersendiri. Mereka menyebutnya sebagai bahasa Rimba atau bahasa Dalam. Bahasa tersebut dicurigai memiliki hubungan kekerabatan dengan bahasa Melayu Jambi atau dengan bahasa Minangkabau. Penelitian ini ingin melihat variasi bahasa yang digunakan komunitas Suku Anak Dalam di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatra dengan mengkajinya secara dialektologis. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode pupuan lapangan yang meliputi 286 daftar tanyaan dalam tataran leksikon. Titik pengamatan dalam penelitian ini adalah delapan rombong Suku Anak Dalam di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatra yang mencakup wilayah Provinsi Jambi dan Sumatra Barat. Data hasil wawancara diolah menjadi peta lambang kemudian dikelompokkan berdasarkan jumlah etima dan dihitung dialektometrinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan rombong Suku Anak Dalam di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatra menggunakan satu bahasa yang sama. Bahasa tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan hubungan kekerabatan dengan bahasa Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas yang merupakan variasi dari bahasa Melayu Jambi. Selain itu, terdapat temuan mengenai kebudayaan dan ciri khas kebahasaan komunitas ini, di antaranya adalah penggunaan ungkapan lah untuk menegaskan sesuatu, kecenderungan untuk menuturkan fonem /r/ dengan bunyi /ʁ/, dan penggunaan sufiks

The Anak Dalam Tribe along the Trans-Central Sumatra Highway is believed to have its own language. They call it as Rimba language or Dalam language. The language is suspected of having a kinship with Jambi Malay Language or with Minangkabau language. Through a dialectological approach, this study wanted to see variations of the language used by the Anak Dalam Tribe along the Trans-Central Sumatra Highway. Research data were collected using field research methods which included 286 questionnaires at the lexicon level. The observation points were eight Anak Dalam Tribe along the Trans-Central Sumatra Highway which are part of Jambi and West Sumatra Province. Data is processed into symbol maps and then grouped according to the number of etymon and dialectometry calculated. The result shows that eight Anak Dalam Tribe along the Trans-Central Sumatra Highway use the same language. This language also shows a tendency towards kinship with the language of the Anak Dalam Tribe in Bukit Duabelas National Park which is a variation of the Jambi Malay language. In addition, there are findings regarding the culture and linguistic characteristics of this community, such as the use of -lah locution to emphasize something, the tendency to speak phonemes /r/ with /ʁ/, and the use of suffix -on."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>