Malnutrisi adalah kondisi gizi yang tidak proporsional pada anak yang ditunjukkan dalam tiga kondisi — stunting, underweight, dan wasting. Malnutrisi pada anak merupakan salah satu beban kesehatan terbesar di Indonesia. Kejadian malnutrisi anak menunjukkan peningkatan, namun dikategorikan sebagai sangat parah untuk stunting dan underweight dan cukup parah untuk wasting. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) Wave 5 tahun 2014/2015, dan bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik ibu dan kejadian malnutrisi pada anak yang berusia 5-59 bulan di Indonesia. Hasil regresi probit menunjukkan bahwa karakteristik ibu (indeks massa tubuh ibu (BMI), tinggi badan, dan pendidikan) secara signifikan mempengaruhi malnutrisi pada anak. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah usia anak, jumlah anggota dalam rumah tangga, pengeluaran per kapita rumah tangga, area dan wilayah rumah tangga.
Child malnutrition is a condition of disproportionate nutrition in children. It manifests in three forms—stunting, being underweight, and wasting. It is one of the biggest burdens in Indonesia, as the incidence shows an improvement, but it continues to be categorized as highly severe for stunting and being underweight and moderately severe for wasting. Using the Indonesian Family Life Survey (IFLS) Wave 5 data year 2014/2015, this study analyzes the association between maternal characteristics and the incidence of malnutrition among children aged 5–59 months in Indonesia. The probit regression result implies that maternal characteristics (mother’s body mass index (BMI), height, and education) significantly influence the child’s malnutrition. Furthermore, there are other compounding factors to consider, such as the child’s age, the number of members in a household, the household’s per capita expenditure, and the household’s area and region.
"Perbedaan pola migrasi antar daerah menunjukkan adanya kesenjangan pembangunan, salah satunya dari sisi fasilitas serta penyediaan barang dan layanan publik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong orang untuk melakukan migrasi. Desentralisasi merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi kesenjangan dan mempercepat proses pemerataan pembangunan daerah, diantaranya melalui pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Kepala daerah terpilih diharapkan dapat menghasilkan kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakatnya. Pada saat pelaksanaan pilkada akan ada perubahan arah kebijakan terkait fasilitas dan penyediaan barang publik dari pemerintah daerah. Hal ini akan mempengaruhi pola migrasi yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pola migrasi pada saat pelaksaan Pilkada di Indonesia menggunakan data Migrasi persemester tahun 2014-2018 dari Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri pada 514 kabupaten/kota. Hasil estimasi menggunakan model panel fixed effect menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan Pilkada berkorelasi negatif dengan migrasi keluar pada waktu menjelang pelaksanakan pilkada karena adanya efek antisipasi masyarakat terhadap arah kebijakan baru dari calon kepala daerah.
Differences in migration flow between regions suggest a gap in development, such as amenities and public goods provision. Indonesia has decentralized to reduce this gap, including through direct election in region level (Pilkada). The elected leader can provide public goods according to people’s needs and preferences. A change in policy direction related to amenities and the provision of public goods from local government will occur at the time of election. This influences different migration patterns. This study specifies and estimates a panel model for intermunicipal out-migration in Indonesia during the elections period using Indonesia's 514 municipal migration data between 2014 and 2018 from the Ministry of Home Affairs, we show that throughout the observed year our regression analysis demonstrates that there’s a strong lead effect of election on the size of out-migration flows. Our findings thus suggest that local election can reduce outmigration flow due to the effect of public anticipation on the new policy direction of the prospective regional head.
"