Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73806 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farrah Nabilla Irfan
"Identifikasi komunitas mikrobiota menjadi salah satu pendekatan penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan gajah sumatra dalam konservasi exsitu. Penelitian ini memfokuskan pada analisis mikrobiota usus berdasarkan empat sampel feses (anak betina/jantan, induk betina/jantan) menggunakan Nextgeneration Sequencing dan analisis metagenomik. Analisis metagenomik yang mencangkup alpha dan beta diversity memberikan pengetahuan terkait komposisi mikrobiota dari kelimpahan, kemerataan dan perbedaan diantara keempat sampel. Analisis alpha diversity menunjukkan variasi mikrobiota yang signifikan, dengan gajah jantan dewasa memiliki keanekaragaman dan kelimpahan mikrobiota tertinggi, sementara gajah betina dewasa menunjukkan keanekaragaman yang paling rendah. Analisis beta diversity menunjukkan gajah anak jantan memiliki perbedaan signifikan dari kedua gajah dewasa karena perbedaan umur yang signifikan. Komunitas mikrobiota didominasi oleh filum Bacillota (40-70%) dan Bacteroidota (20-40%), dengan Clostridia (~90%) menjadi kelas paling melimpah dalam Bacillota, sementara Sphingobacteriia (~50%) dan Bacteroidia (~50%) kelas dominan dalam Bacteroidota. Temuan ini mengindikasikan adanya variasi yang signifikan dalam komposisi mikrobiota usus di antara sampel, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor seperti jenis makanan dan usia. Pemahaman lebih lanjut tentang hubungan ini penting untuk merancang strategi konservasi yang efektif guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan gajah sumatra di lingkungan konservasi.

Identification of the microbiota community is an important approach to improve the quality of life and health of Sumatran elephants in ex-situ conservation contexts. This research focuses on analyzing gut microbiota based on four fecal samples (female/male child, female/male adults) using Next-generation Sequencing and metagenomic analysis. Alpha diversity analysis shows significant microbiota variation, with adult males having the highest diversity and abundance, while adult females exhibit lower diversity. Beta diversity analysis indicates moderate differences between female and male juveniles, with male juveniles significantly differing from both adult elephants. The prokaryotic community is dominated by Bacillota (40-70%) and Bacteroidota (20-40%), with Clostridia (~90%) being the most abundant group within Bacillota, and Sphingobacteriia (~50%) and Bacteroidia (~50%) dominant within Bacteroidota. These findings indicate significant variations in gut microbiota composition among samples, likely influenced by factors such as diet and age. Further understanding of these relationships is crucial for designing effective conservation strategies to enhance the health and well-being of Sumatran elephants in conservation environments."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nuralifah Indah Salsabila
"Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) merupakan hewan yang populasinya dikategorikan sebagai critically endangered. Salah satu upaya untuk meningkatkan populasinya adalah melalui konservasi ex-situ di penangkaran. Pemahaman mengenai mikrobiota saluran pencernaan hewan di penangkaran perlu diketahui agar dapat menjaga kesehatan hewan dan mendorong keberhasilan konservasi hewan tersebut. Bakteri asam laktat merupakan salah satu kelompok mikrobiota saluran pencernaan yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri asam laktat dari feses gajah sumatra (E. m. sumatranus) di Taman Margasatwa Ragunan. Gajah sumatra yang dipilih adalah dua betina (usia ±37 tahun dan ±10 tahun) dan dua jantan (usia ±37 tahun dan ±5 bulan). Sampel feses diinokulasikan pada medium de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB) dan MRSB dengan bile salt 0,3% sebagai enrichment media, lalu diisolasi pada medium de Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dengan CaCO3 0,3%. Hasil isolasi diperoleh sepuluh isolat bakteri asam laktat yang selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan morfologi sel, uji biokimia, dan identifikasi bakteri menggunakan gen 16S rRNA. Hasil identifikasi dari sepuluh isolat menunjukkan bahwa enam isolat (BD1 (99,87%), BA1 (99,36%), BA2 (99,20%), JD5 (99,93%), JA1 (99,87%), dan JA2 (99,33%)) merupakan Limosilactobacillus fermentum, dua isolat (JD1 (99,53%) dan JD2 (99,80%)) merupakan Ligilactobacillus agilis, dan dua isolat lainnya (JD3 (100%) dan JD4 (99,67%)) merupakan Lactiplantibacillus pentosus. Tetapi, hasil analisis filogenetik isolat JD3 dan JD4 memiliki nilai bootstrap 100% terhadap kelompok L. plantarum, yang meliputi L. plantarum, L. pentosus, dan L. paraplantarum sehingga kelompok filogenetiknya tidak dapat dibedakan. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi isolat JD3 dan JD4.

The Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) is a critically endangered animal listed as the population has decreased. To increase the population, conservation effort has already been done at ex-situ in the captivity. Understanding gut microbiota of captive animals is necessary to maintain animal health and support the animal conservation. Lactic acid bacteria (LAB) are a group of microbiotas in the digestive tract that contribute to the digestion process. This study aimed to isolate and identify LAB from Sumatran elephant feces at Ragunan Wildlife Park. The Sumatran elephants selected were two females (aged ±37 years and ±10 years) and two males (aged ±37 years and ±5 months). Feces samples were enriched in de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB) and MRSB with bile salt 0,3% media, then isolated in de Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA) with CaCO3 0,3% media. Ten selected isolates were characterized based on cell morphology, biochemical test, and bacterial identification using the 16S rRNA gene. The identification results of ten isolates showed that six isolates (BD1 (99,87%), BA1 (99,36%), BA2 (99,20%), JD5 (99,93%), JA1 (99,87%), and JA2 (99,33%)) were Limosilactobacillus fermentum. Two isolates (JD1 (99,53%) and JD2 (99,80%)) were Ligilactobacillus agilis. The others (JD3 (100%) and JD4 (99,67%)) were Lactiplantibacillus pentosus. However, the phylogenetic analysis results of JD3 and JD4 isolates had a bootstrap value of 100% to the L. plantarum group, which includes L. plantarum, L. pentosus, and L. paraplantarum so their phylogenetic groups could not be distinguished. Further studies are needed to identify JD3 and JD4 isolates."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindri Putri Handianti
"Telah dilakukan penelitian terhadap enam ekor gajah sumatera di Taman Margasatwa Ragunan yang terdiri dari dua jantan Harli dan Pangeran dan empat betina Mulyani, Putri, Agustin, dan Lestari, yang bertujuan untuk mengamati perilaku harian individu dan perilaku sosial gajah sumatera. Pengamatan ke-6 ekor gajah sumatera dilakukan selama 40 hari yang dimulai pada 05 Februari mdash;07 April 2018 pukul 08.00 mdash;15.00 WIB. Metode yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 30 menit tanpa jeda. Perilaku harian yang diamati meliputi perilaku makan, minum, berkubang, bergerak, dan istirahat, sedangkan perilaku sosial yang diamati meliputi perilaku parental care, feeding behaviour, bermain dan interaksi terhadap perawat satwa. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa perilaku harian individu gajah sumatera didominasi oleh perilaku bergerak dengan rerata persentase sebesar 86,85 , sedangkan perilaku sosial gajah sumatera di dominasi oleh perilaku parental care dengan rerata persentase sebesar 26,62.

A study of six sumatran elephants in Taman Margasatwa Ragunan consisting of two males Harli and Pangeran and four females Mulyani, Putri, Agustin, and Lestari, were aimed at observing the individual daily behavior and social behavior of sumatran elephants. The observation of the six sumatran elephants was conducted for 40 days starting on 05 February mdash 07 April 2018 at 08.00 15.00 WIB. The method used is scan sampling and ad libitum sampling with time interval 30 minutes without pause. Daily behaviors observed included eating, drinking, wallowing, moving, and resting behaviors, while observed social behaviors included parental care behavior, feeding behavior, play and interaction with animal keepers. From the observation result, it is found that the daily behavior of sumatran elephant is dominated by moving behavior with the average percentage of 86.85, while the social behavior of sumatran elephant is dominated by parental care behavior with the average percentage of 26.62.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmas Ghita Ladia
"Pengelompokkan sosial dan kondisi lingkungan yang tercipta di kebun binatang dapat memengaruhi perilaku reproduksi gajah sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis perilaku reproduksi tahap pre-copulatory sebagai perilaku diurnal pada gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) jantan adolescence di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di DKI Jakarta. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—14.00 WIB dengan interval waktu 15 menit selama 60 hari. Metode pengamatan yang digunakan adalah continuous focal sampling dan ad libitum untuk mengamati perilaku pre-copulatory meliputi flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, dan attempt mount. Penelitian pula dilakukan untuk mengamati perilaku harian dan perilaku interaksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan perilaku harian dan interaksi sosial tertinggi gajah sumatra jantan adolescence di TMR yaitu makan (55,26%) dan conspecific play (0,96%). Gajah sumatra jantan adolescence hanya menunjukkan perilaku flehmen kepada gajah betina yang dikandangkan bersama dengan persentase sebesar 0,114% (0,107%: alpha female; 0,007%: betina subordinat). Perilaku flehmen ditunjukkan oleh gajah jantan adolescence saat betina urinasi di hari ke-11 hingga 14. Peneliti menyimpulkan bahwa gajah sumatra jantan adolescence yang terdapat di TMR sudah melewati inisiasi pubertas dengan menunjukkan perilaku reproduksi pre-copulatory yaitu flehmen kepada gajah betina dewasa.

Social groupings and environmental conditions in zoos can affect the reproductive behaviour of elephant. This study evaluated the pre-copulatory behaviour as diurnal pattern of adolescent male sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) at Taman Margasatwa Ragunan. Observations have been carried out sixty days during the implementation of the third level of community activity restrictions during the COVID-19 pandemic in the DKI Jakarta province, starting from 8 a.m. to 2 p.m. with an interval of 15 minutes. Continuous focal sampling and ad libitum were employed as study methods to observe the pre-copulatory behaviour, including flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, and attempt mount. Furthermore, the researcher observed daily and social interaction behaviour. Daily behaviour and social interaction behaviour of adolescent male sumatran elephant in TMR dominated by feeding (55.26%) and conspecific play (0.96%). The results showed that adolescent male sumatran elephant only performed flehmen behaviour to female elephant, caged together with 0.114% (0.017%: alpha female; 0.007%: subordinate female). Flehmen’s behaviour was shown by an adolescent male sumatran elephant when a female elephant urinated on days 11—14. Thus, this study reports that adolescent male sumatran elephant passed the initial of puberty by showing flehmen as precopulatory behaviour to female elephant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Letizia Utami
"Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) merupakan hewan elusif yang sulit diperkirakan ukuran populasinya di alam liar dengan metode invasif, sehingga sensus dilakukan secara non invasif menggunakan sampel feses. Sensus populasi gajah di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) pada tahun 2002 dengan metode dung count menghasilkan perkiraan 180 individu, sementara survey genetik yang dilakukan dengan marka mikrosatelit dalam studi ini menghasilkan prediksi 139 individu. Data genetik yang diperoleh memberikan informasi perkiraan jumlah individu gajah dalam populasi serta mengindikasikan bahwa populasi gajah sumatra di TNWK kurang bervariasi. Rerata variasi alel dari 13 lokus mikrosatelit adalah 2.92 alel per lokus, frekuensi alel berkisar 0.004--1.000 dan rerata heterozigositas adalah 0.4060 ( + 0.0116). Hasil ini menunjukkan variasi genetik yang cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan studi populasi pada gajah asia lainnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu upaya konservasi di TNWK seperti penegakan hukum, perencanaan penggunaan lahan dan re-stocking individu ke dalam populasi TNWK.

Sumatran elephants (Elephas maximus sumatranus) are elusive animals therefore causing difficulties for population estimation in wild when using invasive methods. So that, non-invasive method using dung samples can be collected to conduct genetic analysis. Census in Way Kambas National Park (WKNP) using dung count method in 2002 produced population estimates of 180 elephants. Whereas genetic survey using microsatellite in this study estimated a total of 139 elephants inhabiting this area. Average allele variance from 13 loci is 2.92 alleles per locus, while allele frequencies range from 0.004--1.000 and quite low mean heterozygosity that is 0.4060 (+ 0.0116). This results indicate that WKNP elephant population have quite low genetic variance compared with other asian elephant. Genetic data obtained from this study may play important role in supporting elephant population in WKNP, such as law enforcement, land-use planning, and re-stocking new individual into thipopulation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mien Savira
"Saat ini gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) tercatat sebagai hewan dengan status konservasi ?critically endangered?, terkait dengan penurunan populasi yang drastis selama 25 tahun terakhir serta permasalahan habitat dan konflik gajah-manusia yang terjadi secara terus-menerus. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa gajah sumatera semakin rentan terhadap resiko kepunahan sehingga manajemen konservasi yang tepat perlu dirumuskan. Penelitian ini dilakukan untuk berkontribusi dalam penentuan manajemen konservasi komprehensif, melalui analisis terhadap variasi daerah D-loop (displacement loop) DNA mitokondria menggunakan sampel noninvasif berupa feses yang diperoleh populasi di Taman Nasional Way Kambas sebagai salah satu populasi gajah sumatera yang tersisa di alam. Tingkat variasi genetik yang rendah terdeteksi pada populasi tersebut melalui penemuan satu jenis haplotipe [h, = 0] dari 31 sampel yang dianalisis. Hasil tersebut mengindikasikan kemungkinan pengaruh founder effect, lineage sorting, dan selective sweep terjadi pada populasi gajah sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Meskipun demikian, penggunaan marka molekul mikrosatelit serta penambahan jumlah sampel perlu dilakukan untuk memperoleh hasil analisis yang lebih representatif terhadap populasi gajah sumatera di Taman Nasional Way Kambas.

The sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) has been classified as ?critically endangered?, related to drastic population decline during the last 25 years, ongoing habitat problems and human-elephant conflicts. This situation indicates that the sumatran elephant is facing a greater risk of extinction, hence appropriate conservation management should be determined. To contribute to a comprehensive conservation management for this subspecies, this research was conducted to analyze the variation of mitochondrial DNA D-loop using noninvasive fecal samples obtained from Way Kambas National Park, as one of the sumatran elephant remaining population in the wild. Low level of genetic variation was detected in this population through the observation of single haplotype [h, = 0] from 31 samples used in the analysis. This result indicates the possible influence of founder effect, lineage sorting and selective sweep to the population. Nevertheless, this result should be accompanied with genetic information from biparental molecular marker (e.g. microsatellites) and larger sample size to discover the more representative description about the population.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42252
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Larashintya Rulita
"Komposisi komunitas mikrobiota usus pada neonatus prematur dapat diidentifikasi menngunakan mekonium dan feses. Akan tetapi, penelitian menggunakan sampel mekonium dan feses memiliki tantangan tersendiri karena konsistensinya serta kandungan inhibitor PCR yang tinggi pada sampel mekonium dan feses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi perolehan DNA mikrobiota mekonium dan feses dari neonatus yang lahir prematur di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel mekonium, feses 4 dan 7 hari setelah kelahiran dari neonatus prematur. Setelah itu, dilakukan optimasi proses perolehan DNA. Parameter yang dioptimasi yaitu dengan mempertimbangkan jumlah dan kondisi sampel, penggunaan kit ekstraksi yaitu Qiagen DNeasy Powersoil Kit dan MP Biomedical FastDNA Spin Kit for Soil, tahap preparasi sampel, dan tahap elusi DNA. Selanjutnya, DNA genomik hasil ekstraksi dikuantifikasi serta dikonfirmasi menggunakan Polymerase Chain Reaction sebelum tahap NGS. Hasil pada penelitian ini yaitu sampel yang dilakukan optimasi dengan replikasi jumlah sampel sebanyak 2 kali, menggunakan sampel segar, menggunakan buffer elusi dengan volume yang lebih sedikit, pelarutan sampel menggunakan ddH2O, dan diekstraksi menggunakan MP Biomedical FastDNA Spin Kit for Soil menghasilkan konsentrasi serta kemurnian yang lebih tinggi. Kesimpulannya, perlu dilakukan optimasi pada tahap ekstraksi DNA untuk menghasilkan perolehan serta kemurnian DNA yang tinggi."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Utami Wikan Ndari Supono
"Pengunjung dapat memberikan pengaruh pada perilaku satwa di kebun binatang. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengunjung yang difokuskan pada kepadatan pengunjung terhadap perilaku gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Kebun Binatang Gembira Loka. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku individu dan sosial gajah sumatra dikaitkan dengan keberadaan pengunjung. Fokus penelitian yaitu pada dua ekor gajah betina Gilang (25 tahun) dan Cempaka (33 tahun) dan tidak berkerabat. Penelitian dilakukan selama tujuh pekan dari April sampai Mei 2023 mulai pukul 09.00––14.00 WIB. Metode focal sampling digunakan untuk mencatat perilaku gajah dalam interval 15 menit secara kontinu tanpa jeda. Perilaku yang diamati terbagi menjadi dua kategori, yaitu individu dan sosial. Kondisi pengunjung dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepadatan pengunjung rendah dan kepadatan pengunjung tinggi. Hasil penelitian menggunakan uji t independen dengan α = 0,05 yaitu pada perilaku individu 0,457 (P > 0,05) dan pada perilaku sosial 0,005 (P < 0,05) menunjukkan kepadatan pengunjung memberi pengaruh terhadap perilaku sosial gajah sumatra. Berdasarkan penelitian pada 9 perilaku (makan, minum, bergerak, istirahat, grooming, kontak belalai, kontak fisik, trunk slap dan mendorong), perilaku dengan rerata durasi tertinggi yaitu perilaku makan pada gajah Gilang dan gajah Cempaka saat kondisi kepadatan pengunjung rendah masing-masing 130,23 ± 20,17 menit dan 115,31 ± 24,02 menit saat kondisi kepadatan pengunjung tinggi masing-masing 145,96 ± 18,98 menit dan 136,40 ± 17,24 menit. Rerata durasi perilaku terendah yaitu perilaku sosial kontak fisik pada gajah Gilang dan gajah Cempaka saat kondisi kepadatan pengunjung rendah masing-masing 0,67 ± 0,63 menit dan 0,86 ± 0,80 menit saat kondisi kepadatan pengunjung tinggi masing-masing 0,91 ± 0,42 menit dan 0,94 ± 0,40 menit. Kesimpulan penelitian yaitu pengunjung tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku individu namun, memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial.

Visitor’s can have an impact on animal’s behavior in the zoo. Research has been carried out on the influence of visitors focused on visitor density on the behavior of the Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) at the Gembira Loka Zoo. The research aims to analyze the individual and social behavior of Sumatran elephants associated with the presence of visitors. The research focuses on two female elephants, Gilang (25 years) and Cempaka (33 years), and they are unrelated. The research was conducted for seven weeks from April to May 2023 starting at 09.00––14.00 WIB. The focal sampling method continuously recorded the elephant's behavior in 15 minutes intervals without interlude. The observed behavior is divided into two categories, namely individual and social. Visitor conditions are divided into two categories, namely low visitor density and high visitor density. The results of the study used an independent t-test with α = 0.05 on individual behavior 0.457 (P > 0.05) and on social behavior 0.005 (P < 0.05) showing that visitor density influences the social behavior of sumatran elephants. Based on research on 9 behaviors (eating, drinking, moving, resting, grooming, trunk contact, physical contact, trunk slap and pushing), the highest average duration of behavior was feeding behavior in Gilang elephants and Cempaka elephants when the visitor density was low, respectively 130,23 ± 20,17 minute and 115,31 ± 24,02 minute when the visitor density was high, respectively 145,96 ± 18,98 minute and 136,40 ± 17,24 minute. The lowest average duration of behavior is social physical contact behavior on Gilang elephants and Cempaka elephants when the visitor density is low, respectively 0,67 ± 0,63 minute and 0,86 ± 0,80 minute when the visitor density is high, respectively 0,91 ± 0,42 minute and 0,94 ± 0,40 minute. The study concludes that visitors do not influence individual behavior but do influence social behavior."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Hamidatus Saidah
"Penyusutan populasi gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) secara drastis selama 20 tahun terakhir menempatkan gajah sumatra sebagai satwa yang sangat terancam (critically endangered). Informasi mengenai rasio seks, struktur usia, serta sebaran spasial diperlukan sebagai informasi dasar untuk merancang strategi konservasi yang tepat bagi spesies tersebut. Penentuan seks individu gajah dilakukan dengan metode PCR untuk mengamplifikasi daerah SRY1 dan AMELY2 pada kromosom Y dan daerah PLP1 pada kromosom X, menggunakan sampel feses yang dikoleksi secara noninvasif di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung. Data sekunder berupa keliling bolus dan lokasi pengambilan sampel digunakan untuk memperkirakan usia dan sebaran individu gajah.
Hasil menunjukan populasi di TNWK didominasi oleh individu muda (43,69%), dengan rasio seks 1:6,36 antara jantan dan betina. Dominansi betina mengindikasikan adanya tekanan seleksi pada individu jantan dewasa, berupa konflik gajah dengan manusia dan perburuan untuk mendapatkan gadingnya. Sementara itu, hasil analisis spasial sampel menunjukan bahwa gajah di TNWK memiliki luas jelajah total 972,87 Km2. Gajah di TNWK cenderung menggunakan area barat taman nasional sebagai area daerah jelajah dan menggunakan padang alang-alang dan hutan sebagai habitatnya. Penyelamatan gajah sumatra di TNWK dapat dilakukan dengan penegakan hukum, perencanaan penggunaan lahan, serta peningkatan patroli di dalam taman nasional sebagai strategi konservasi.

Drastic population decline of Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) for the last 20 years puts this endemic subspecies in the IUCN Red List as critically endangered. Information on spatial distribution, age strucutre, and sex ratio are vital to develop an effective conservation management for this species. Sex determination for elephant individual was done using PCR based method to amplify SRY1 and AMELY2 region on Y chromosome, and PLP1 region on X chromosome. A total of 310 fecal samples collected noninvasively from Way Kambas National Park (WKNP) were used for this study. Data on bolus circumference and samples location were analysed to assess age structure and spatial distribution of the elephants in WKNP.
Our analyses showed this population is dominated by subadult individu (43,69%), and has biased sex ratio toward female (1:6,36). This skewed sex ratio indicated that adult male under strong selection, which might due to human-elephant conflict and poaching. The elephants preferred alang-alang (Imperata cylindrica) dominated grassland and forest as their habitat, with total home range 972,87 Km2. Accordingly, a comprehensive conservation which involves strong law enforcement, land-use planning, and intensive patrol need to implemented to protect elephant population in WKNP.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Dyah Kusumo
"

Latar Belakang. Konstipasi fungsional disebabkan oleh banyak faktor, faktor luminal (disbiosis mikrobiota) merupakan salah satu faktor tersebut. Mikrobiota saluran pencernaan memegang peranan penting sebagai dasar aspek kesehatan maupun terjadinya penyakit. 

Metode. Desain penelitian randomised, double-blind, placebo-controlled clinical trial   untuk mengevaluasi suplementasi  susu fermentasi yang mengandung probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 (1.2x1010 cfu/hari) dan plasebo pada saluran pencernaan dari 73 perempuan dengan konstipasi fungsional setelah 21 hari suplementasi. Profil fekal mikrobiota dan profil fekal SCFA (asetat, propionat dan butirat), dianalisa dengan menggunakan NGS dan GC-MS. Hasil analisa tersebut akan dikorelasikan dengan score PAC-Sym sebagai parameter  gejala konstipasi fungsional.

Hasil. Data baseline menunjukkan ketidakseimbangan (disbiosis) komposisi mikrobiota, rasio Firmicutes:Bacteroidetes; rasio lebih tinggi ditemukan pada subyek konstipasi. Selain itu  dua parameter konsentrasi SCFA secara bermakna lebih rendah pada subyek konstipasi, asetat (p=0.023) dan propionat (p=0.005). Setelah 21 hari suplementasi ditemukan korelasi negatif yang kuat antara asetat dengan skor PAC-Sym, secara bermakna meningkatkan taksa Lactobacillus sp., dan Lachnospiraceae.other meningkat setelah intervensi yang juga berkorelasi  memperbaiki  gejala konstipasi fungsional  (rho 0.5). Lachnospiraceae.other menekan Roseburia sp., Ruminococacceae.g., Bilophila sp. Penekanan dari Roseburia sp. secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan SCFA dan signifikan berkorelasi dengan perbaikan gejala konstipasi fungsional (rho 0.4)

Simpulan. Suplementasi susu fermentasi yang mengandung probiotik  Lactobacillus plantarum IS-10506 dengan dosis 1.2x1010 cfu/hari selama 21 hari, terbukti menjaga keseimbangan profil mikrobiota mengarah pada eubiosis dan meningkatkan konsentrasi SCFA (asetat, propionat dan butirat) sebagai dasar mekanisme molekuler perbaikan  gejala perempuan dengan konstipasi fungsional.


Background. Functional constipation is caused by various factors, and a luminal factor (dysbiosis of microbiota) is one of those factors. The gut microbiome plays a fundamental role in several aspects of host health and diseases. 

Methods. A randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial was conducted to evaluate the effect of fermented milk containing probiotic Lactobacillus plantarum IS-10506 (1.2x1010 cfu/day) and placebo on gut microbiota profile and activity of 73 women with functional constipation after 21 days supplementation. Profile of fecal microbiota and fecal SCFA (acetate, propionate, and butyrate) was assessed by next generation sequencing (NGS) and GC-MS, respectively, and then correlated with the PAC-Sym score as a functional constipation symptom.  

Results. Baseline data showed that there was dysbiosis of microbiota composition in terms of Firmicutes:Bacteroidetes ratio: a higher ratio was found in constipated subjects. Also, two of the SCFA concentrations were significantly lower in constipated subjects, acetate (p=0.023) and propionate (p=0.005). After 21 days supplementation there was a strong negative correlation between acetate and PAC-Sym score, significantly increased taxa Lactobacillus sp. and Lanchospiraceae.other increase after intervention as ell as significantly improved the functional constipation symptom (rho 0.5). Lachnospiraceae.other seemed to suppress Roseburia sp,  Ruminococcaceae.g_, Bilophila sp. Suppresion of Roseburia sp,  significantly correlated with increased SCFA,  and significantly correlated with improvement of constipation symptom (PAC-Sym) (rh0 0.4).

Conclusion. Supplementation of fermented milk containing Lactobacillus plantarum IS-10506 at a dose of  1.2x1010 cfu/day for 21 days improved the balance of microbiota towards eubiosis, increased SCFA (acetate, propionate and butyrate) concentration as an underlying molecular mechanisms of the functional constipation symptom improvement in women.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>