Ditemukan 93129 dokumen yang sesuai dengan query
Adhyatma Evan Danendra
"Perpindahan panas merupakan suatu proses atau fenomena untuk menghasilkan energi panas, dan proses perturakan energi panas. Fenomena perpindahan panas ini sering kali terjadi pada industri – industri proses manufaktur. Perpindahan panas biasa terjadi secara konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas yang membutuhkan medium atau perantara dan tanpa disertai dengan perpindahan perantara yang ada. Konduksi biasa terjadi pada beragam jenis material atau perantara, bisa berfasa padat, cair, maupun gas. Perpindahan panas bisa diketahui dengan pengukuran konduktivitas termal. Pengukuran ini biasa dilakukan dengan alat ukur tertentu seperti thermometer dan termokopel. Dalam penelitian kali ini, pengukuran dilakukan menggunakan temperature data logger dan dihubungkan dengan cooling box peltier. Material yang digunakan adalah besi untuk fasa padat dan untuk fasa cair digunakan aquades dengan variasi yang berbeda-beda. Penurunan temperatur selama 30 detik akan menjadi acuan dan setelah didapatkan nilainya, kemudian akan diolah untuk mendapatkan nilai kl serta kesalahan relatif nya.
Heat transfer is a process or phenomenon of heat energy production, and heat energy exchange processes. Heat transfer phenomena often occur in the manufacturing process industry. Heat transfer usually occurs by conduction. Conduction is a heat transfer that requires medium without transfer the intermediate medium. Conduction can occurs in a variety of materials and media, can be liqud, solid, even gas. Heat transfers can be determined by measuring thermal conductivity, in this research measurements were done by using a temperature data logger connected to a peltier cooling box. The material used in the measurement is iron for solid phase and aquadest as a liquid phase. A temperature drop of 30 seconds will be the reference and after the value is obtained, it will be processed to obtain the value of kl and relative error."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Engkos Achmad Kosasih
"Penulisan ini menggunakan metode beda hingga secara implisit, yang dituliskan dalam bentuk Persamaan Differensial Parsial {PDE), Hasil akhir dari penyelesaian persamaan differensial parsial di atas memberikan distribusi temperatur dan koefisien perpindahan kalor di silinder bagian dalam alat penukar kalor air ke udara-aliran Lawan arah. Pada tulisan ini juga akan diberikan langkah-langkah perhitungan untuk menyelesaikan permasalahan. Dari perhitungan numerik yang diperoleh akan dibandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen. Sehingga dapat diberikan beberapa kesimpulan pada bagian akhir tulisan ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Garg, S. C.
New Delhi : Tata McGraw-Hill, 1993
536 GAR t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Alif Kurniaputera Artanto
"Dewasa ini kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam Indonesia semakin meningkat, tetapi tidak disertai oleh peningkatan produksi minyak dan gas. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan batubara lignit dalam proses gasifikasi untuk membentuk syngas yang kemudian digunakan untuk mensintesis bahan bakar. Untuk proses gasifikasi tersebut diperlukan charcoal yang memiliki luas permukaan yang besar yang dapat dihasilkan dari proses pirolisis batubara lignit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pirolisis yang optimal untuk mendapatkan charcoal dengan luas permukaan yang terbesar.
Pada penilitian ini, telah ditemukan bahwa kenaikan suhu akhir pirolisis dapat meningkatkan luas permukaan charcoal, sedangakan meningkatkan laju pemanasan akan menurunkan luas permukaan charcaol. Selanjutnya, dari penelitian ini diketahui bahwa peningkatan suhu akhir dan laju pemanasan dapat meningkatkan pengurangan massa dari sampel. Berdasarkan uji BET kondisi yang dapat menghasilkan luas permukaan yang terbesar adalah pada suhu akhir 850°C dan laju pemanasan 3°C/menit dengan luas permukaan sebesar 168,6 m2/g.
Presently, Indonesia’s requiremenets on fossil fuels continues to increase yet this increase is not accompanied by an increase in the production of oil and gas. One method to overcome this problem is to gasify lignite coal in order to produce synthetic gas which would be then used to be able to produce synthetic fuel. As a requirement for the gasification process, the charcoal used must require a large surface area which can be achieved through the pyrolisis of lignite coal. This research aims to identify the optimum operating conditions which would lead to the production of charcoal with the largest surface area. In this research it was found that an increase in the final pyrolysis temperature would increase the surface area, on the other hand an in crease in the heating rate would decrease th surface area. Next, it was also apparent that an increase in final temperature and heating rate would both cause an increase in the weight loss of the sample. According to the BET analysis, the conditions which produced the largest surface area was at a final temperature of 850°C and a heating rate of 3°C/minute, with a surface area of 168,6 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52854
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Aliran crossflow pada silinder ditandai dengan terjadinya fenomena titik stagnasi, separasi shear layer dan terbentuknya wake. Karakteristik flow regimes alirannya bisa berupa unsteady laminar (regime terbentuknya vortex shedding), transitional (regime dengan pola aliran transisi menuju turbulen pada daerah wake) dan sub-critical (regime terbentuknya turbulen pada shear layer). Besarnya nilai Reynolds number sangat berpengaruh pada karakteristik flow regimes aliran ini, sedangkan proses perpindahan panasnya banyak dipengaruhi oleh nilai Prandtl number. Besarnya nilai heat transfer ditunjukkan dengan parameter Nusselt number. Penelitian ini menggunakan studi numerik dengan memodifikasi kuantitas turbulen, yaitu pada turbulent viscosity dengan melakukan interpret UDF (user define function). Hasil studi numerik yang berupa Nusselt number akan dibandingkan dengan nilai Nusselt number hasil eksperimen dan dapat dijadikan basis konsep untuk mempelajari mekanisme fenomena aliran dan perpindahan panas pada tube banks heat exchanger. Metode penelitian yang digunakan adalah simulasi numerik 2-D RANS (Reynolds-Averaged Navier Stokes) steady dan unsteady dengan 3 pemodelan, yaitu standard k-є, standard k-ω, dan SST k-ω turbulence model."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Denitto Putranda Bamasesha
"
ABSTRAKPerpindahan panas adalah suatu fenomena penghasilan energi panas, perubahan energi panas, dan pertukaran energi panas. Ilmu ini juga mempelajari tentang cara menghasilkan energi panas di suatu kondisi tertentu. Fenomena perpindahan panas menjadi fenomena yang sering terjadi dalam industri proses. Pada material, perpindahan panas ditentukan oleh sifat kondiktivitas sebuah material. Perpindahan panas yang terjadi dapat disebut sebagai konduksi. Konduksi merupakan perpindahan panas yang memerlukan sebuah medium perantara tanpa disertai dengan perpindahan medium perantara tersebut. Konduksi dapat terjadi pada material atau medium yang beragam. Material atau medium dapat berfasa padat, cair, dan juga gas. Untuk mengetahui bagaimana sebuah material menghantarkan panas, perlu dilakukan pengukuran konduktivitas termal. Pengukuran konduktivitas termal dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur tertentu seperti thermometer dan juga thermokopel, karena pada dasarnya sistem pengukuran alat-alat ini adalah dengan menggunakan prinsip konduktivitas termal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan temperature data logger yang dihubungkan dengan cooling box peltier. Material yang digunakan dalam pengukuran adalah Aluminium sebagai material padat dan juga aquadest sebagai material cair. Penurunan temperatur selama 30 detik akan menjadi acuan dan nilainya kemudian akan diolah untuk menentukan nilai Kl.
ABSTRACTHeat transfer is a phenomenon of heat energy production, changes in heat energy, and heat energy exchange. This science also learns about how to produce heat energy under certain conditions. The phenomenon of heat transfer becomes a phenomenon that often occurs in the process industry. In materials, heat transfer is determined by the conductivity of a material. The heat transfer that occurs can be referred to as conduction. Conduction is a heat transfer that requires an intermediate medium without the transfer of the intermediate medium. Conduction can occur in a variety of materials or media. Material or medium can be solid, liquid, and also gas. To find out how a material conducts heat, it is necessary to measure thermal conductivity. Measurement of thermal conductivity can be done by using certain measuring devices such as thermometers and thermocouples, because basically the measurement system for these devices is to use the principle of thermal conductivity. Measurements were made using a temperature data logger connected to a peltier cooling box. The material used in the measurement is Aluminum as a solid material and also Aquadest as a liquid material. A temperature drop of 30 seconds will be the reference and the value will then be processed to determine the value of Kl."
Depok: Fakultas Teknik. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sri Elsa Fatmi
"Aluminium merupakan logam ringan yang banyak digunakan diberbagai sektor perindustrian, mulai dari industri rumah tangga sampai dengan industri otomotif. Pada proses manufaktur produk aluminium salah satu tahapan penting yang perlu dilakukan adalah proses peleburan, baik untuk aluminium primer maupun aluminium sekunder. Pada proses peleburan aluminium salah satu yang perlu diperhatikan adalah ketahanan crucible yang digunakan untuk menampung aluminium cair. Aluminium cair dan crucible yang berada pada lingkungan, khususnya gas oksigen, cenderung bereaksi membentuk corundum. Corundum ini akan tumbuh di dinding crucible yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan efektifitas panas dari sumber panas yang digunakan untuk proses peleburan aluminium. Pada penelitian ini dilakukan proses simulasi menggunakan COMSOL Multiphysics untuk mengamati pengaruh adanya pertumbuhan lapisan corundum pada dinding crucible terhadap perpindahan panasnya. Variasi simulasi dilakukan dengan ketebalan lapisan corundum yang berbeda untuk mengamati perubahan perpindahan panas agar diperoleh batas minimun ketebalan corundum yang diperbolehkan pada crucible SiC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila ketebalan lapisan corundum sudah mencapai 0.5 dari ketebalan dinding crucible SiC, panas yang dihantarkan sudah tidak mampu mencapai suhu peleburan aluminum akibat terjadinya heat loss yang tinggi seiring dengan meningkatnya ketebalan lapisan corundum.
Aluminum is a light metal that is widely used in various industrial sectors, from the household industry to the automotive industry. In the aluminum product manufacturing process, one of the important stages that needs to be carried out is the melting process, both for primary aluminum and secondary aluminum. In the aluminum smelting process, one thing that needs to be considered is the durability of the crucible used to hold the molten aluminum. Liquid aluminum and crucibles in the environment, especially oxygen gas, tend to react to form corundu In an oxygen-containing environment, molten aluminum tends to react with the crucible material to form corundum. This corundum will grow on the walls of the crucible which can cause a decrease in the effectiveness of heat from the heat source used for the aluminum smelting process. In this research, a simulation process was carried out using COMSOL Multiphysics to observe the effect of the growth of the corundum layer on the crucible wall on heat transfer. Simulation variations were carried out with different corundum layer thicknesses to observe changes in heat transfer in order to obtain the minimum allowable corundum thickness limits for SiC crucibles. The research results show that if the thickness of the corundum layer has reached 0.5 of the thickness of the SiC crucible wall, the heat delivered is no longer able to reach the aluminum melting temperature due to high heat loss as the thickness of the corundum layer increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eckert, E.R.
Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1972
536.2 ECK a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S50849
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Readyas Wibawa
"Siklus rankine organik (ORC) merupakan sebuah sistem pembangkit yang berasal dari sumber energi yang telah diperbaharui. Sumber energi tersebut dapat berasal dari panas matahari, energi biomass, dan energi banyak energi yang dapat diperbaharui lainnya. Siklus rankine organik ini berguna untuk mengkonversikan energi panas yang didapat agar menjadi energi mekanis yang kemudian dikonversikan lagi menjadi energi listrik dengan temperatur rendah yang dihasilkan dari sumber energi. Pada sistem siklus rankine organik digunakan 2 buah alat penukar kalor, dimana masing-masing alat tersebut berfungsi sebagai evaporator dan condenser. Fluida kerja yang digunakan yaitu fluida refrijeran tipe R-22 dengan melting point pada T = -175,42oC, boiling point pada T = -40,7oC dan tekanan vapor pada p = 980 KPa saat T = 20oC . Proses kerja siklus rankine organik dilakukan dengan temperatur dan tekanan tertentu untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Hal ini berfungsi agar mengetahui performa putaran turbin yang diaplikasikan dengan turbocharger untuk memutar generator listrik dengan daya 50 KW.
Organic Rankine Cycle (ORC) is a system of generating energy from sources that have been refurbished. The energy source can be derived from solar heat, biomass energy, and many energy other renewable energy. The organic Rankine cycle is useful for converting heat energy into mechanical energy in order to obtain a longer and then converted into electrical energy with low temperatures resulting from the energy source. In the organic Rankine cycle system used two pieces of equipment heat exchanger, where each device functions as an evaporator and condenser. The working fluid used is the type of fluid refrijeran R-22 with the melting point at T = -175,42oC, boiling point at T = -40,7oC and vapor pressure at p =980 KPa at T = 20oC. Organic Rankine cycle process work done by the temperature and pressure to achieve the desired condition. This works in order to know the performance of spin applied to the turbocharger turbine to rotate the electric generator with a 50 KW power."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42508
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library