Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liliana Sugiharto
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Riani
"Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini, terutama dalam bidang imunologi, para peneliti telah menemukan kemungkinan penyebab ?unexplained infertility?. Dinamakan ?unexplained infertility? apabila dalam pemeriksaan fisik dan laboratorik yang seksama terhadap pasangan-pasangan infertil, tidak ditemukan kelainan apa-apa. Pada tahun-tahun terakhir ini telah dapat diterima bahwa salah satu penyebab ?unexplained infertility? adalah adanya antibodi terhadap sperma. Adanya antibodi terhadap sperma ini dapat menimbulkan berbagai manifestasi, seperti misalnya aglutinasi sperma (sperma menggumpal), imobilisasi sperma (sperma tidak bergerak), sitotoksik sperma (sperma hancur). Dan telah dibuktikan bahwa antibodi antisperma ini ialah imunoglobulin G (IgG). Dalam beberapa penelitian menggunakan teknik imunoperoksidase, para peneliti telah membuktikan bahwa spermatozoa dapat mengikat antibodi kelas IgG yang dinamakan ?sperm-coating antigen?. Bila kita lihat berat molekul antibodi IgG (150.000-160.000 dalton), maka pengikatan antibodi tersebut pada sperma sedikit banyak dapat mengganggu mobilitas sperma. Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis seman dan penghitungan banyaknya spermatozoa yang mengandung IgG per 100 spermatoza pada 60 orang pria dengan metode imunoperoksidase, dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan (korelasi) antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan beberapa parameter semen yang meliputi: jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen, jumlah spermatozoa non-motil per ajakulat semen dan kecepatan spermatozoa. Hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi jenjang Spearman, yang menguji ada/tidaknya hubungan (korelasi) antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen, antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan jumlah spermatozoa non-motil per ejakulat semen dan antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan kecepatan spermatozoa pada 60 orang pria menunjukkan tidak ada hubungan (korelasi) pada a = 0,05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulaan, Ronald
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Busman
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Penelitian kontrasepsi pria di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan sulitnya pengendalian proses spermatogenesis jika dibandingkan dengan proses ovulasi. Sampai saat ini bahan atau alat kontrasepsi pria masih sangat terbatas yaitu kondom dan vasektomi. Poliester (Polyethylene terephthalate) merupakan kain/ tekstil sintetis yang memiliki potensi sebagai kontrasepsi pria karena dapat menekan proses spermatogenesis melalui mekanisme kerjanya pada tubulus seminiferus testis. Beberapa peneliti melaporkan bahwa dengan pemakaian poliester sebagai alit pembungkus skrotum dapat menimbulkan medan elektrostatik dan gangguan termoregulator skrotum sehingga menekan proses spermatogenesis. Sebagai akibatnya terjadi penurunan jumlah spermatozoa, spermatozoa maul, bertambahnya bentuk abnormal spermatozoa dan menunjukkan pengaruh degeneratif terhadap sel-sel germinal. Pemakaian poliester pembungkus skrotum bersifat reversibel setelah poliester pembungkus skrotum dilepas. Penelitian ini dilakukan terhadap 14 orang pria fertil dengan memakai poliester pembungkus skrotum selama 24 minggu. Pemeriksaan semen dilakukan setiap 3 minggu., mulai dari minggu ke 3 hingga minggu ke 24 masa perlakuan. Pemeriksaan semen meliputi penilaian fungsi integritas membran spermatozoa dengan uji HOS (Hypoosmotic Swelling Test), spermatozoa yang bereaksi akrosom positif dan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks. Hasil penelitian selama perlakuan dibandingkan dengan penilaian sebelum perlakuan.
Hasil dan Kesimpulan : Pemakaian poliester pembungkus skrotum manusia menurunkan fungsi integritas membran spermatozoa dengan sangat bermakna (P<0,01). Pengujian reaksi akrosom positif spermatozoa menurun dengan sangat bermakna (P<0,01). Begitu pula hasil uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks mengalami penurunan bermakna (P<0,05). Dengan demikian ke 3 hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima dan mampu menurunkan fungsional spermatozoa in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahril Syafei
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Herdini
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kemampuan spermatozoa untuk mengadakan fertilisasi harus didukung oleh membran spermatozoa yang memiliki integritas dan fuiditas yang optimum. Salah satu penyebab infertilitas adalah kerusakan membran spermatozoa. Pada kerusakan membran spermatozoa, diduga penyebab utamanya adalah peroksida lipid membran yang terbentuk dari reaksi berantai antara suatu radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh jamak (ALTJJ). Karena spermatozoa dapat menghasilkan senyawa oksigen reaktif (radikal bebas) seperti anion superoksida dan peroksida hidrogen yang berasal dari oksidasi NADPH di mitokondria, maka ALTJJ yang banyak dalam membran mudah menjadi peroksida lipid. Pada sel lain peroksida lipid akan menganggu stabililas membran dan mengacaukan aktifitas enzim-membran, terutama ATP-ase. Akibalnya regulasi kation intraseluler seperti kalsium yang memegang peranan penting dalam motilitas spermatozoa akan terganggu. Diduga astenozoospermia terjadi akibat kerusakan membran yang disebabkan oleh terbentuknya peroksida lipid. Untuk ini telah dilakukan penelitian pada 19 sampel semen astenozoospermia pria ingin anak (PIA), sebagai kontrol adalah 19 semen pria punya anak (PPA) yang berumur kurang dari 1 tahun atau istri sedang hamil. Parameter yang dinilai adalah persentase motilitas spermatozoa progresif, kecepatan spennatozoa, persentase morfologi spermatozoa normal, persentase uji HOS positif, dan kadar peroksida lipid spermatozoa.
Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan kadar peroksida lipid sperma pada ke 2 kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok PPA dan PIA astenozoospermia (p > 0,05). Persentase motilitas spermatozoa progresif, kecepatan spermatozoa dan persentase uji HOS positif dari kelompok PPA lebih tinggi secara bermakna dari kelompok PIA astenozoospermia (p < 0,01). Sedangkan persentase morfologi spermatozoa normal tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok PPA dan PIA astenozoospermia (p > 0,05).
Pada uji korelasi, kadar peroksida lipid sperma tidak berkorelasi dengan kualitas sperma yang meliputi persentase motilitas spermatozoa progresif, kecepatan spermatozoa, morfologi spermatozoa normal dan persentase uji HOS positif baik pada kelompok PPA dan PIA astenozoospermia. Kecuali kadar peroksida lipid sperma berkorelasi negatif bermakna dengan persentase motilitas progresif pada kelompok PPA. ;Scope and Methods of study

ABSTRACT
The optimal integrity and fluidity of sperm plasma membrane is very important for fertilization. The damage of the sperm plasma membrane is one of the caused of male infertility. Rumen sperm is able to generate reactive oxygen species (free radicals), such as superoxide anion and hydrogen peroxide, which are derived from NADPH oxidation in mitochondria. The abundance of unsaturated lipids in the sperm plasma membrane renders it vulnerable to peroxide attack which in turn generates the lipid peroxide. In other cell types the membrane stabilizing effects of lipid peroxidation have been found to disrupt the activity of key membrane-bound enzymes, such as ATP-ases. As a consequence, the regulation in intracellular cations such as calcium, which are known to play an important role in the control of liumen sperm motility is disrupted. In the asthenozoosperrnia it is supposed that there is membrane damage caused by lipid peroxidation. In this research we used 19 sperm samples from patients with asthenozoospermia, and 19 sperm samples from men whose wife are pregnant or whose a child is less than one yearof age as control. The parameter are: the percentage of progressive motility, mean velocity, percentage of normal morphology, percentage of positive HOS test and sperm lipid peroxide concentration.
Findings and conclusions: Sperm from the fertile men were significantly better than the infertile men, based oil percentage of progressive motility, mean velocity and percentage of positive HOS test. Whilst the percentage of normal morphology and sperm lipid peroxide concentration is not significantly different. Sperm lipid peroxide concentration has no significant correlation with the quality of spermatozoa (including percentage of progressive motility, mean velocity, percentage of normal morphology and percentage of positive I-30S lest), in the infertile men as well as the fertile men. However sperm lipid peroxide concentration has a significant negative correlation with the percentage of progressive motility in the fertile men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaimi
"ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lapota dkk. (1976) diketahui bahwa dengan metode swim-up dapat diisolasi spermatozoa motil. Spermatozoa hasil isolasi tersebut bebas dari spermatozoa non motil, serpihan-serpihan sel (debris), dan plasma semen. Metode tersebut diterapkan pula dalam penelitian ini dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Tujuannya adalah untuk mengisolasi spermatozoa motil; dan mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa hasil isolasi. Pada penelitian ini, plasma semen dari ejakulat yang sama dipergunakan sebagai kontrol. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang diberi nomor 1, 2, dan 3, dimasukkan 0,5 mililiter semen. Pada tabung nomor 1 diteteskan secara pelan-pelan 0,5 mililiter plasma semen, sehingga membentuk suatu lapisan tersendiri di atas spesimen semen. Hal yang sama juga dilakukan pada tabung nomor 2 dan 3, tetapi dengan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Ke-3 tabung diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 jam. Kemudian larutan pada lapisan sebelah atas dari setiap tabung dipipet. Selanjutnya spermatozoa motil yang berenang dalam plasma semen, larutan Hanks, dan larutan Tyrode diukur kecepatan geraknya pada waktu 0, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Hasil perhitungan statistik nonparametrik Friedman menunjukkan bahwa pada waktu 0 sampai 120 menit setelah inkubasi, kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan juga dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam plasma semen; kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan dalam larutan Tyrode pada waktu 0 menit setelah inkubasi tidak menunujukkan perbedaan yang berarti pada a = 0,05, tetapi pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi terlihat bahwa kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam larutan Hanks. Hasil analisis data dengan uji nonparametrik Friedman untuk pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa dalam plasma semen menunujukkan bahwa kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 0 menit, disusul pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Dalam larutan Hanks, kecepatan gerak spermatozoa pada waktu 0, 30, dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada ke-3 waktu tersebut, kecepatan gerak spermatozoa lebih tinggi daripada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi. Sedangkan dalam larutan Tyrode kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 30 menit setelah inkubasi; pada waktu 0 dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi kecepatan gerak spermatozoa mulai menurun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa spermatozoa motil hasil isolasi dengan metode ?swim-up? menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode kecepatan geraknya meningkat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Halim
"Terdapat perbedaan kualitas sperma pada berbagai fraksi setelah pemisahan menggunakan empat macam densitas percoll (1,1O; 1,11; 1,12 dan 1,13 3/ml), dimana makin tinggi densitas percoll makin banyak jumlah sperma motil dan sperma yang morfologinya normal. Kualitas sperma paling baik diperoleh dari fraksi 4 (densitas 1,13 g/ml) dan fraksi 5 (endapan sperma). Namun demikian penurunan kualitas sperma pada fraksi 1 (densinas 1,10 g/ml), fraksi 2 (densitas 1,11 g/ml) dan fraksi 3 (densitas 1,13 g/ml) masih dalam batas-batas normal.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Purwaningsih
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edesmetiana Sri Hernawati
"ABSTRAK
Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasllan terJadinya pembuahan. Telah diketahul bahwa, glikosida Jantung dapat meningkatkan motilitas spermatozoa pada hewan, melalui penghambatannya pada aktlvltas enzim Na+,K+ -ATP-ase yang terdapat pada membran plasma ekor spermatozoa. Dalam penelitian ini, Ianatoslde-C sebagal salah satu senyawa glikosida Jantung diberikan pada spermatozoa manusia. Sampel semen yang digunakan berasal dari 30 pria pasangan infertil yang mempunyal persentase motilitas spermatozoa lebih dari 40% dan Jumlah spermatozoa lebih dari 20 Juta per ml.
Sampel semen diencerkan dalam larutan Hanks sampai didapatkan Jumlah spermatozoa sepuluh Juta per ml. Kemudlan semen tersebut dibagl menjadi empat bagian, dan ke dalam maslng-masing bagian ditambahkan dua mI larutan Hanks tanpa lanatoside-C (sebagal kontrol), dua mI konsentrasi lanatoside-C 1O-9 M, 10-7 M, dan 10-5 M. LaIu masing-masing diinkubasi pada suhu 37oC selama 20, 40, 60, dan 8O menit. Penghitungan persentase motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan metoda WHO, yaitu dengan menghitung jumlah spermatozoa baik yang motil maupun imotil pada sepuluh lapangan pandangan yang terplsah dan diIakukan secara acak.
Hasll uji statistik nonparametrik Friedman pada α = 0,01 menunjukkan bahwa, pemberlan larutan lanatoside-c ke dalan semen manusia dapat neningkatkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M, sedangkan dengan konsentrasi 10-9 M juga meningkat tetapl tidak berbeda nyata dari kontrol. selain itu dapat menurunkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-5M. Motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M dan 10-9 M tersebut dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi (α =0,05). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: Diantara ketiga konsentrasi yang digunakan, motilitas spermatozoa tertinggi terdapat pada semen dengan perlakuan larutan lanatoside-c 10-7 M, yang dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi. Disarankan: Melakukan penelitian yang sama pada pria pasangan fertil atau pada pria pasangan infertil yang mempunyai spernatozoa yang honogen dalam keutuhan membran."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>