Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fachrul Razy
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T58812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komariatun
"ABSTRAK
Latar Belakang: Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi mikrovaskular yang berkontribusi terhadap end stage renal disease (ESRD) pada penyandang DMT2. Polimorfisme gen apolipoprotein E (APOE) dihubungkan dengan dislipidemia merupakan faktor risiko untuk timbulnya ND.
Tujuan: Mengetahui pengaruh polimorfisme gen APOE terhadap kejadian ND penyandang DMT2 di Palembang dan menganalisis pengaruh polimorfisme gen APOE terhadap perubahan profil lipid penyandang DMT2 dengan ND.
Metode: Penelitian kasus kontrol pada penyandang DMT2 di Palembang. Kelompok kasus adalah penyandang DMT2 dengan ND dan kelompok kontrol adalah penyandang DMT2 tanpa ND yang memenuhi kriteria penyertaan.
Hasil: Terdapat 37 penyandang DMT2 dengan ND (ACR > 300 mg/g kreatinin) dan 42 tanpa ND (ACR < 30 mg/g kreatinin). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada usia, jenis kelamin, lama DM, tinggi badan, tekanan darah sistolik, glukosa darah puasa, HbA1c dan profil lipid. Terdapat perbedaan bermakna pada berat badan, IMT, TD diastolik, hemoglobin, ureum, kreatinin dan eGFR antara kasus dan kontrol. Distribusi genotip tidak berbeda bermakna. Pada kelompok kasus didapatkan peningkatan frekuensi alel gen APOE ε2 dibanding kontrol (62,2 % vs. 37,8 %). Dengan analisis bivariat didapatkan penyandang DMT2 yang mengandung alel gen APOE ε2 2,5 kali lipat dan bermakna (p = 0,023) dibandingkan gen APOE ε3 dalam menyebabkan ND sedangkan alel ε4 0,65 kali lipat dan tidak bermakna (p = 0,37). Profil lipid tidak berbeda bermakna baik pada penyandang DMT2 dengan ND maupun penyandang DMT2 tanpa nefropati.
Simpulan: Frekuensi alel gen APOE ε2 lebih tinggi pada penyandang DMT2 dengan ND dibandingkan tanpa ND. Gen APOE ε2 merupakan faktor risiko kejadian ND pada penyandang DMT2. Tidak ada hubungan antara kejadian ND dengan perubahan profil lipid.

ABSTRACT
Backgrounds. Diabetic nephropathy is microvascular complication, largely contributed to end stage renal disease in T2DM patients. Apolipoprotein E (APOE) genetic polymorphism in association with dyslipidemia have been proposed as one of the risk factors for the development of diabetic nephropathy (DN).
Aim: To examine the effect of apolipoprotein E (APOE) gene polymorphism to DN incidence in patients with T2DM and to analyze the effect of APOE gene polymorphism to lipid profile in DN.
Method. Case control study at Palembang. Case group were T2DM with nephropathy and control group were T2DM without nephropathy.
Results. There were 37 patients with DN (ACR > 300 mg/g creatinine) and 42 patients without nephropathy (ACR < 30 mg/g creatinine). No significant differences in terms of age, sex, duration of DM, height, systolic blood pressure, fasting glucose, HbA1c and lipid profiles between the two groups. There were significant differences in weight, BMI, diastolic blood pressure, hemoglobine, ureum, creatinine and eGFR with p value 0.028, 0.013, 0.017, < 0.001, < 0.001, < 0.003 and < 0.002 respectively. The distribution of APOE genotypes between the two groups are the same. However, there was a significant difference in the allele frequencies, ε2 frequency was significantly higher in case group compared to control group (62.2 % vs. 37.8 %). On bivariate analysis ε2 allele showed 2.50 times to DN risk with p 0.023 while ε4 allele 0.65 times to DN risk. No significant difference in lipid profiles between DN and without nephropathy.
Conclusions. APOE ε2 allele was significantly higher in macroalbuminuria group. These result suggest that ε2 allele may be associated with the development of DN and ε2 allele was risk factor in T2DM patients. There were no correlation between APOE gene polymorphism and lipid profiles.
"
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Irsyania Zulfa
"Glomerulus pada nefropati diabetik dapat berkembang bahkan di bawah normoalbuminuria kondisi yang menghasilkan hiperfiltrasi glomerulus pada tahap awal. Salah satunya stres oksidatif penanda adalah kompleks oxLDL-β2 glikoprotein I yang berpartisipasi dalam glomerulosklerosis dan fibrosis interstitial. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi oxLDL-β2 glikoprotein I nilai konsentrasi dan eGFR kompleks dihitung menggunakan persamaan CKD-EPI dalam tipe 2 pasien diabetes mellitus untuk mencari penanda biologis potensial pada nefropati diabetik tahap hyperfiltration. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan multisenter di 2015 di RSK. Sitanala, 2016 dan 2019 di Pusat Kesehatan Utama Pasar Minggu. Jumlah seluruhnya sampel (n = 180) dibagi menjadi dua kelompok, pasien eGFR ≥ 90 ml/menit/1,73 m2 (n = 118) dan eGFR 60-89 ml/menit/1,73 m2 (n = 62). The oxLDL-β2glycoprotein I serum kompleks dianalisis dengan AtherOx® ELISA Test Kit. Studi ini menunjukkan bahwa di sana tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dari karakteristik dasar dan klinis karakteristik dari dua kelompok sampel, di samping usia (p <0,001). Itu juga menunjukkan ada tidak ada perbedaan yang signifikan (p = 0,262) dalam perbandingan serum oxLDL-β2glycoprotein I kadar kompleks dalam kelompok eGFR ≥ 90 ml/menit/1,73 m2 (0,51 ± 0,04 unit/mL) dan kelompok eGFR 60-89ml/menit/1,73 m2 (0,49 ± 0,05 unit/mL). Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,071) kadar serum kompleks oxLDL-β2 glikoprotein I dengan subyek normoalbuminuria dan albuminuria dalam kelompok sampel. Berdasarkan Analisis, kompleks serum oxLDL-β2glycoprotein I tidak cukup spesifik sebagai penanda nefropati diabetik awal.

Glomerular lesions in diabetic nephropathy can develop even under normoalbuminuria conditions that produce glomerular hyperfiltration in the early stages. One of them is oxidative stress The marker is a glycoprotein I oxLDL-β2 complex that participates in glomerulosclerosis and interstitial fibrosis. This study aims to assess the correlation of oxLDL-β2 glycoprotein I Complex concentration and eGFR values ​​are calculated using the CKD-EPI equation in type 2 diabetes mellitus patients to look for potential biological markers in diabetic nephropathy hyperfiltration stage. This study uses a cross-sectional design that is carried out in multicenter
2015 in SSR. Sitanala, 2016 and 2019 at the Pasar Minggu Main Health Center. Total number the sample (n = 180) was/1.73 m2 (n = 118) and eGFR 60-89 ml/min/1.73 m2 (n = 62). The oxLDL-β 2 glycoprotein I complex serum was analyzed with the AtherOx® ELISA Test Kit. This study shows that there there were no statistically significant differences in baseline and clinical characteristics of the two sample groups, besides age (p <0.001). That also shows there there was no significant difference (p = 0.262) in the ratio of serum oxLDL-β2 glycoprotein I complex levels in the eGFR group ≥ 90 ml/min/1.73 m2 (0.51 ± 0.04 units/mL) and eGFR group 60-89 ml/min/1.73 m2 (0.49 ± 0.05 units/mL). Other than that, nothing significant difference (p = 0.071) serum levels of oxLDL-β2 glycoprotein I with normoalbuminuria and albuminuria subjects in the sample group. Based on Analysis, the serum oxLDL-β 2 glycoprotein I complex is not specific enough as a marker Early diabetic nephropathy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia
"Retinopati diabetik adalah kelainan vaskular retina yang disebabkan oleh diabetes jangka panjang. Deteksi dini retinopati diabetik pada pasien diabetes diperlukan karena tidak ada gejala yang terlihat selama tahap awal penyakit. Para peneliti mengembangkan metode berbasis komputer untuk membantu dokter dalam proses deteksi dini. Dokter dapat menggunakan output dari metode tersebut sebagai pertimbangan dalam mediagnosis tipe retinopati diabetik yang diderita pasien. Salah satu metode yang populer adalah deep learning. Pada penelitian ini, dibangun gabungan dua algoritma deep learning, yaitu Convolutional Neural Network (CNN)-Long Short-Term Memory (LSTM) untuk deteksi retinopati diabetik dengan output berupa caption yang menjelaskan kondisi yang ada pada citra fundus pasien. CNN digunakan untuk mengekstraksi fitur lesi retinopati diabetik pada citra fundus, dan LSTM digunakan untuk membuat caption berdasarkan fitur lesi tersebut. Penelitian ini menggunakan empat model CNN, yakni AlexNet, pre-trained AlexNet, GoogleNet, dan pre-trained GoogleNet. Simulasi gabungan algoritma CNN-LSTM dilakukan dengan proporsi data yang berbeda menggunakan data set dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil simulasi menunjukkan bahwa gabungan algortima CNN-LSTM dapat mendeteksi fitur lesi dan membuat caption dengan rata-rata kinerja akurasi tertinggi sebesar 91.69% untuk model pre-trained GoogleNet-LSTM dan proporsi data 80% data training dan 20% data testing.

Diabetic retinopathy is a retinal vascular disorder caused by long-term diabetes. Early diabetic retinopathy detection in diabetes patients is needed because no symptoms can be seen during the early stage of disease. The researchers developed a computer-based method to assist ophthalmologists in the early detection process. Ophthalmologists can use the output of the method as a consideration in diagnosing the type of diabetic retinopathy. One of the popular methods is deep learning. In this study, a combination of two deep learning algorithms, namely Convolutional Neural Network (CNN)-Long Short-Term Memory (LSTM), was constructed for diabetic retinopathy detection with the output in the form of a caption that explains the condition present in the patient’s fundus images. CNN is used to extract features of diabetic retinopathy lesions on fundus images, and LSTM is used to generate a caption based on those lesion features. This study used four CNN models that are AlexNet, pre-trained AlexNet, GoogleNet, and pre-trained GoogleNet. Simulation of a combined CNN-LSTM algorithm has been done with the different proportions of data using a data set from Cipto Mangunkusumo National General Hospital. The simulation results show that a combined CNN-LSTM algorithm can detect lesion features and generate caption with the highest average performance accuracy of 91.69% for pre-trained GoogleNet-LSTM and the proportion 80% training data and 20% testing data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fadli
"Pendahuluan: Neuropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Gejala terutama dikeluhkan rasa nyeri atau baal pada kedua tungkai. Penyakit arteri perifer (PAP) juga merupakan komplikasi diabetes dengan manifestasi nyeri pada tungkai. Adanya neuropati dan PAP akan mempengaruhi gejala satu sama lain sehingga umumnya pasien akan datang dalam keadaan yang lebih berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis dan hasil pemeriksaan elektrodiagnostik neuropati diabetik dengan atau tanpa PAP.
Metode: Studi ini bersifat deskriptif dengan metode potong lintang pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan neuropati berdasarakan Toronto clinical neuropathy score (TCNS). Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan elektrofisiologi (Kecepatan hantar saraf (KHS) dan sympathetic skin response (SSR)) untuk membuktikan adanya neuropati serta pemeriksaan ankle brachial index (ABI) dan toe brachial index (TBI) untuk mendiagnosis adanya PAP.
Hasil: Sebanyak 46 subjek penelitian yang terdiri dari 22 laki-laki dan 24 perempuan. Rerata usia subjek penelitian adalah 63,09 (±9,98) tahun dengan rerata lama menderita diabetes 13,57 (±10,43) tahun. Kebanyakan pasien memiliki kontrol glikemik yang kurang baik dengan median HbA1C of 7,35 (min-max: 5,6-12,2). Didapatkan sebanyak 22 orang terdiagnosis PAP berdasarkan pemeriksaan TBI. Berdasarkan analisis bivariat didapatkan kemaknaan secara statistik antara adanya keluhan nyeri, rasa kram, lokasi nyeri, klaudikasio intermiten serta riwayat penyakit jantung koroner dengan adanya PAP (masing-masing p < 0,05).
Kesimpulan: Adanya keluhan nyeri, rasa kram, lokasi nyeri, klaudikasio intermiten, serta riwayat penyakit jantung koroner dapat menunjukkan adanya kemungkinan PAP pada pasien neuropati diabetik.
Kata kunci: neuropati diabetik, penyakit arteri perifer, kecepatan hantar saraf, respon kulit simpatetik

Background: Diabetic neuropathy (DN) is a common complication of diabetes. Symptoms can be tingling, pain or numbness in the leg.(1) Peripheral arterial disease (PAD) is also a complication of diabetes which can cause pain in the leg. The presence of DN and PAD affect each other, resulting in worse patient condition. The aim of this study to evaluate clinical characteristics and electrodiagnostic findings in diabetic neuropathy with and without PAD.
Method: a descriptive cross-sectional study in type 2 diabetes mellitus patient with neuropathy based on Toronto clinical neuropathy score (TCNS). Patients were evaluated with electrodiagnostic study (nerve conduction study (NCS) and sympathetic skin response (SSR)) to confirm neuropathy and also ankle brachial index (ABI) and toe brachial index (TBI) to evaluate PAD.
Results: a total of 46 subjects consisted of 22 male and 24 females include in this study. The mean age of the study population was 63,09 years (±9,98). The mean duration of diabetes in the study population was 13,57 years (±10,43). Most of the patients had poorly controlled diabetes with a median HbA1C of 7,35 (min-max: 5,6-12,2). Ten patients have PAD based on TBI examination. From bivariate analysis, there is statistically significant association between pain, cramp, pain location, intermittent claudication, and history of coronary arterial disease with the presence of PAD (p < 0,05).
Kesimpulan: The presence of pain, cramp, pain location, intermittent claudication, and history of coronary arterial disease can predict the presence of PAD in DN patients.
Keywords: diabetic neuropathy, peripheral arterial disease, nerve conduction study, sympathetic skin response"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nurfitria
"Stres oksidatif yang diinduksi hiperglikemia memainkan peran utama dalam patogenesis komplikasi ginjal di antara pasien diabetes mellitus tipe 2, yang dikenal sebagai nefropati diabetik. Peroksidasi asam arakidonat, salah satu komponen membran fosfolipid yang dapat ditemukan sebagian besar di sel mesangial glomerulus, membentuk kelompok zat mirip prostaglandin yang disebut isoprostanes. Salah satu metabolit, 8-iso-Prostaglandin F2α, diketahui memiliki aktivitas vasokonstriktif yang kuat, yang diduga terkait dengan patofisiologi hiperfiltrasi glomerulus pada tahap awal nefropati diabetik. Oleh karena itu, penelitian multisenter cross-sectional ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah 8-iso-Prostaglandin F2α dikaitkan dengan hiperfiltrasi glomerulus, yang tercermin oleh perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) yang tinggi. Pengambilan sampel dilakukan pada tahun 2019 di Puskesmas Pasar Minggu (n = 57). Sampel yang diperoleh peneliti sebelumnya pada tahun 2015 di Rumah Sakit Sitanala, dan pada tahun 2016 dan 2017 di Puskesmas Pasar Minggu juga digunakan dalam penelitian ini (n = 154). Semua spesimen serum dan urine partisipan dianalisis untuk mengukur kreatinin serum dan konsentrasi 8-iso-Prostaglandin F2α urin mereka masing-masing. Kreatinin serum digunakan untuk menghitung eGFR berdasarkan persamaan CKD-EPI. 8-iso-Prostaglandin F2α urine diukur menggunakan metode ELISA kompetitif. Sampel (n = 211) dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan nilai eGFR ≥90 dan 60-89 mL/menit/1,73 m2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik dasar antara kedua kelompok, kecuali usia peserta (p <0,001). Rerata 8-iso-Prostaglandin F2α urin ditemukan lebih tinggi pada kelompok eGFR ≥90. Namun, perbedaannya tidak signifikan secara statistik (p = 0,214), menunjukkan bahwa 8-iso-Prostaglandin F2α mungkin terkait dengan hiperfiltrasi glomerulus tetapi masih belum cukup spesifik untuk digunakan sebagai penanda tahap awal nefropati diabetik.

Oxidative stress induced by hyperglycemia plays a major role in the pathogenesis of kidney complications among patients with type 2 diabetes mellitus, known as diabetic nephropathy. Arachidonic acid peroxidation, one of the components of the phospholipid membrane that can be found mostly in mesomer cells glomerulus, forming a group of prostaglandin-like substances called isoprostanes. One of the metabolites, 8-iso-Prostaglandin F2α, is known to have strong vasoconstrictive activity, which is thought to be related to the pathophysiology of glomerular hyperfiltration in the early stages of diabetic nephropathy. Therefore, this cross-sectional multicenter study was conducted to evaluate whether 8-iso-Prostaglandin F2α was associated with glomerular hyperfiltration, which was reflected by the high estimated glomerular filtration rate (eGFR). Sampling was carried out in 2019 at the Pasar Minggu Health Center (n = 57). Samples obtained by previous researchers in 2015 at Sitanala Hospital, and in 2016 and 2017 at Pasar Minggu Health Center were also used in this study (n = 154). All participants' serum and urine specimens were analyzed to measure serum creatinine and their respective urine 8-iso-Prostaglandin F2α concentrations. Serum creatinine is used to calculate eGFR based on the CKD-EPI equation. 8-iso-Prostaglandin F2α urine is measured using the competitive ELISA method. The sample (n = 211) was divided into two groups based on eGFR values ​​of ≥90 and 60-89 mL/min/1.73 m2. Statistical analysis showed that there were no differences in baseline characteristics between the two groups, except the age of the participants (p <0.001). The mean 8-iso-Prostaglandin F2α urine was found to be higher in the eGFR group ≥90. However, the difference was not statistically significant (p = 0.214), suggesting that 8-iso-Prostaglandin F2α might be associated with glomerular hyperfiltration but still not specific enough to be used as a marker for the early stages of diabetic nephropathy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dicky Budiman
"Latar belakang: Retinopati diabetik (diabetic retinopathy, DR) merupakan komplikasi diabetes mellitus (DM) yang dapat menyebabkan kebutaan. Kesadaran pasien DM terhadap DR dapat diukur dari pengetahuan, sikap, dan perilaku (knowledge, attitude, practice, KAP) dalam pencegahan DR.
Tujuan: Mengetahui serta membandingkan pola karakteristik demografi dan skor KAP pasien DM tanpa DR terhadap DM dengan DR di Puskesmas Provinsi DKI Jakarta menggunakan kuesioner yang teruji valid dan reliabel.
Metode: Subjek dirandomisasi menggunakan cluster random sampling terhadap 17 Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta yang telah dilakukan skrining DR terhadap pasien DM.
Hasil: Subjek terdiri dari 205 subjek dengan DR & 210 subjek tanpa DR. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, dan penghasilan perbulan terhadap pengetahuan. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan, dan pekerjaan terhadap sikap. Terdapat perbedaan bermakna antar seluruh variabel kelompok terhadap perilaku. Pada kelompok tanpa DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.37) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Pada kelompok dengan DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.40) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Terdapat perbedaan bermakna rerata skor perilaku (p: 0.036) antar kelompok tanpa DR dan dengan DR, tidak terdapat perbedaan bermakna dari rerata skor pengetahuan dan sikap.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penderita DM tanpa DR dan dengan DR. Terdapat perbedaan bermakna perilaku antara kelompok tanpa DR dan dengan DR.

Background: Diabetic retinopathy (DR) is a complication of diabetes mellitus (DM) which can cause blindness. DM patient awareness of DR can be measured from knowledge, attitude and practice (KAP) in preventing DR.
Purpose: Determine and compare the pattern of demographic characteristics and KAP scores of DM without DR to DM with DR groups at the DKI Jakarta Provincial Health Center using a valid and reliable questionnaire.Methods: Subjects were randomized using the cluster random sampling to 17 Community Health Centers in DKI Jakarta Province which had DR screening done for DM patients.
Result: Subject consists of 205 subjects with DR & 210 subjects without DR. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, and monthly income towards knowledge. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, monthly income, and job towards attitude. There were significant differences between all group variables towards practice. In the group without DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.37) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). In the group with DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.40) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). There was a significant difference in the mean practice score (p: 0.036) between two groups, but there was no significant difference in the mean knowledge and attitude scores.
Conclusion: There were a correlation between knowledge and attitude towards the practice of without DR and with DR groups. There were significant differences in practice between DM with DR and DM without DR groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhif Wiratara Wibowo
"Latar belakang: Diabetes Melitus hingga saat ini masih menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. DM mampu menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, yang salah satunya adalah diabetik nefropati. Berbagai faktor dapat mempengaruhi perkembangan penyakit dari diabetes melitus menjadi diabetik nefropati, salah satunya adalah lingkungan tempat tinggal. Masyarakat yang tinggal di kampung kota memiliki keterbatasan untuk mengakses fasilitas kesehatan serta memiliki kesadaran yang rendah atas akibat dari penyakit kronis. Diduga, terdapat peningkatan risiko hiperglikemia yang berhubungan dengan diabetik nefropati. Oleh karena itu, kami melakukan studi yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara hiperglikemia dan penanda fungsi ginjal pada subjek dewasa yang tinggal di Kampung Kota Jakarta-Tangerang.
Metode: Studi ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional pada subjek di atas umur 30 tahun di 4 wilayah Kampung Kota Jakarta-Tangerang tahun 2019-2020. Lalu, subjek disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi untuk selanjutnya dinilai kadar gula darah menggunakan gula darah puasa (GDP) dan HbA1c, serta penanda fungsi ginjal dengan eGFR (estimated glomerular filtration rate).
Hasil: Dari 220 subjek dewasa, 15 subjek (6,8%) berdasarkan gula darah puasa (GDP≥126 mg/dL) dan 26 subjek (11,8%) berdasarkan HbA1c (HbA1c ≥6,5%) digolongkan sebagai hiperglikemia. Sebanyak 12 subjek (5,5%) mengalami penurunan fungsi ginjal. Hasil uji statistik menjelaskan adanya hubungan bermakna antara GDP dan eGFR (p =0,005, OR= 8,955 , 95% CI=2,333 – 34,372). Namun, tidak terdapat hubungan bermakna antara HbA1c dan eGFR (p=0,156, OR=0, 156, 95% CI=0,677 – 10,621).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara hiperglikemia yang ditentukan berdasarkan kadar glukosa darah puasa, tetapi tidak pada HbA1c, dengan penanda fungsi ginjal pada subjek dewasa yang tinggal di kawasan kampung kota.

Introduction: Diabetes Mellitus is still a global problem, including in Indonesia. DM can cause microvascular and macrovascular complications, one of which is diabetic nephropathy. Various factors can affect the development of the disease from diabetes mellitus to diabetic nephropathy, one of which is the living environment. People living in urban kampung have limited access to health facilities and have low awareness of the consequences of chronic diseases. Presumably, there is an increased risk of hyperglycaemia associated with diabetic nephropathy. Therefore, we conducted a study aimed at studying the association between hyperglycaemia and markers of renal function in adult subjects living in Urban Kampung Jakarta-Tangerang.
Method: This study used secondary data with a cross-sectional design on subjects over the age of 30 years in the urban kampung area of Jakarta and Tangerang in 2019-2020. Then, subjects were selected using predetermined inclusion and exclusion criteria. Eligible subjects were further assessed for blood sugar levels using fasting blood sugar (FPG) and HbA1c, as well as kidney function markers eGFR (estimated glomerular filtration rate).
Result: : From 220 subjects whose data were obtained, 15 subjects (6.8%) based on fasting blood sugar (GDP≥126 mg/dL) and 26 subjects (11.8%) based on HbA1c (HbA1c ≥6.5%) were classified as hyperglycaemia. A total of 12 subjects (5.5%) had decreased kidney function. The results of the statistical test explained that there was a significant association between FPG and eGFR (p = 0.005, OR = 8.955, 95% CI = 2.333 – 34.372). However, there was no significant association between HbA1c and eGFR (p=0.156, OR=0.156, 95% CI=0.677 – 10.621).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Suci Pertiwi
"Alyxia reinwardtii dikenal sebagai Pulosari digunakan untuk pengobatan kencing manis dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kandungan utama berupa Pulosariosida dan Skopolentin. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efek antidiabetes dan antihiperlipidemia ekstrak etanol dari kulit batang pulosari pada tikus diabetes yang diinduksi kombinasi pakan tinggi lemak, streptozotocin, dan nikotinamid. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus wistar jantan. Tikus dibagi menjadi enam kelompok (n=4). Kelompok normal dan negatif diberi CMC 0,5%, kelompok positif diberi Metformin dosis 90mg/200g/hari secara oral; dan tiga variasi dosis ekstrak kulit batang pulosari 150mg/kgBB tikus/hari; 300mg/kgBB tikus/hari; 600mg/kgBB tikus/hari secara oral.
Tikus diinduksi pakan tinggi lemak (pakan standar : tallow : sukrosa : mentega, 50%:20%:20%:10%) selama 28 hari dan diinduksi nikotinamid (110mg/kgBB) dengan streptozotocin dosis rendah (40mg/kgBB) dua kali injeksi secara intraperitoneal. Kemudian diberikan baik dengan ekstrak kulit batang pulosari dan metformin selama 21 hari. Dosis 300mg/kg dan dosis 600mg/kg ekstrak pulosari melalui uji Anova memberikan perbedaan bermakna pada kadar glukosa darah setelah 21 hari (p<0,05). Ekstrak kulit batang pulosari memiliki potensi yang sama dengan metformin untuk menurunkan kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak kulit batang pulosari dapat menurunkan dan memperbaiki profil lipid hewan model.

Alyxia reinwardtii as known as Pulosari is used traditionally for the treatment of diabetes and some other diseases, the main constituent is Pulosarioside and Scopolentin. The aimed of this study to investigate the antidiabetic effects of extract etanol from bark Alyxia reinwardtii in diabetic rats induced by combination of high-fat diet, streptozotocin, and nicotinamide. To this end, we used 24 Wistar male rats. The rats were divided into six groups (n=4). The normal and negative groups were given 0,5% CMC, positive group was given Metformin dose 90mg/200g/day orally; and three variation dose groups of extract pulosari 150 mg/kg BW rats/day orally; 300 mg/kg BW rats/day orally; 600 mg/kg BW rats/day respectively.
All the treatment rats were induced by the combination of high-fat diet (standard feed: tallow: sucrose: butter, 50%:20%:20%:10%) for 28 days and received nicotinamide (110mg/kg BW) with Low dose STZ (40mg/kg BW) twice by intraperitoneal injection. Then treated with extract pulosari either metformin for 21 days. Doses 300mg/kg BW and 600 mg/kg of extract pulosari after 21 days significantly reduced glucose level (p<0,05). The power of extract pulosari similar to metformin to reduce glucose level, cholesterol level, triglyceride level, LDL level, and increase HDL level. Based on this result, pulosari extract have potency as antidiabetic and improve lipid profiles of animal model.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) tipe 1 merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan pada anak dan remaja yang disebabkan oleh proses autoimun terhadap sel β sehingga sel β tidak mampu memproduksi insulin. Salah satu komplikasi dari DM tipe 1 adalah nefropati diabetik. Sampai saat ini, tidak ada data mengenai prevalens dan faktor risiko nefropati diabetik pada DM tipe 1 di Indonesia. Metode: Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti hubungannya dengan nefropati diabetik ialah terapi yang digunakan, kadar HbA1C, mikroalbuminuria, durasi DM tipe 1, umur saat awitan DM tipe 1, jenis kelamin, dan riwayat diabetik ketoasidosis (DKA). Penelitian ini menggunakan desain potong lintang retrospektif dengan 51 subjek. Data berasal dari rekam medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan diperoleh menggunakan metode consecutive sampling.
Hasil: Prevalens nefropati diabetik adalah sebesar 17,6%. Satu – satunya faktor yang berhubungan dengan nefropati diabetik adalah mikroalbuminuria (p=0,008; PR=5,29; IK95%=1,53-18,30), sedangkan terapi yang digunakan, kadar HbA1C, durasi DM tipe 1, umur saat awitan DM tipe 1, jenis kelamin, dan riwayat DKA tidak berhubungan bermakna dengan nefropati diabetik.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, prevalens nefropati diabetik sebagai komplikasi DM tipe 1 pada anak di RSCM adalah 17,6%. Faktor yang berhubungan dengan nefropati diabetik adalah mikroalbuminuria.
Saran: Perlu ditingkatkan pencatatan dan pemantauan pasien di RSCM untuk memudahkan proses pengobatan dan penelitian. Selain itu, perlu dilakukan penelitian prognostik multivariat lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak, Background:Type 1 diabetes mellitus (DM) is a chronic disease which has high prevalence among pediatric patients. It is caused by β cells autoimmunity which cause inability to produce insulin. One of the complications of type 1 DM is diabetic nephropathy. Until now, there is no information about prevalence and risk factor of diabetic nephropathy in Indonesia.
Methods:We calculated diabetic nephropathy prevalence in Indonesia and analyzed the relation between diabetic nephropathy and type 1 DM therapy, HbA1C concentration, microalbuminuria, type 1 DM duration, age at diagnosis, gender, and diabetic ketoacidosis history. This was a retrospective cross sectional study, consist of 51 subjects. Data was collected from patient’s medical record in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo using consecutive sampling.
Results:The prevalence of diabetic nephropathy was 17.6%. Bivariate analysis showed that microalbuminuria has a statistically significant relation with diabetic nephropathy (p=0,008; PR=5,29; IK95%=1,53-18,30) while type 1 DM therapy, HbA1C concentration, type 1 DM duration, age at diagnosis, gender, and diabetic ketoacidosis history didn’t have a statistically significant relation with diabetic nephropathy.
Conclusion: The prevalence of diabetic nephropathy was 17.6%. Factor that is associated with diabetic nephropathy was microalbuminuria
Suggestion: Medical records recording and patient monitoring improvement in RSCM is needed. Moreover, further multivariate prognostic research with a larger subjects and improvement in medical record recording is also necessary]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>