Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohana Prihatini,author
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubertus Hosti Hayuanta
"Pasien sirosis hati perlu dievaluasi secara berkala untuk menentukan adanya varises esofagus (VE) dan ukurannya (besar atau kecil), karena VE besar membutuhkan penatalaksanaan yang lebih agresif. Evaluasi ini dilakukan dengan endoskopi yang tidak selalu ada, invasif, dan berbiaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemeriksaan yang non invasif, lebih murah, dan lebih mudah diakses untuk menentukan besarnya VE. Parameter yang diteliti adalah hitung trombosit, prothrombin time (PT), kadar albumin, dan bilirubin. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 64 subjek, terdiri atas 24 pasien sirosis hati dengan VE besar dan 40 tanpa VE besar.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada hitung trombosit, PT, dan kadar albumin antara kedua kelompok, sedangkan kadar bilirubin tidak memberikan perbedaan yang bermakna. Untuk parameter hitung trombosit didapatkan besar area under the curve untuk memprediksi VE besar sebesar 80,9%, dengan cutoff 89,5 x 103/μL didapatkan sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 75,0%; PT 68,4%, dengan cutoff 14,05 detik didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 67,5%; kadar albumin 76,6%, dengan cutoff 3,275 g/dL didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 75,0%. Model prediksi sirosis hati dengan VE besar adalah P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) dengan Logit (y) = 11,989 ? 0,026 x hitung trombosit ? 2,243 x kadar albumin - 0,184 x PT.

Patients with liver cirrhosis require periodic evaluation to determine the presence and size of esophageal varices (EV), because the large ones demand more aggressive management. Evaluation is done using endoscopy, which is not always available, invasive, and costly. This study aims to acquire tests that are noninvasive, cheaper, and more accessible to determine the size of EV. Studied parameters were platelet count, prothrombin time (PT), albumin, and bilirubin level. The study design was cross sectional with 64 subjects, consisted of 24 liver cirrhotic patients with large VE and 40 without.
This study found significant difference in platelet count, PT, and albumin level between both groups, while bilirubin level was not. The size of area under the curve for platelet count to predict large VE was 80.9%, cutoff 89.5 x 103/μL (sensitivity 79.2%, specificity 75.0%), PT 68.4%, cutoff 14.05 seconds (sensitivity 70.8%, specificity 67.5%), and albumin level 76.6%, cutoff 3.275 g/dL (sensitivity 70.8%, specificity 75.0%). Prediction model for liver cirrhosis with large VE was P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) with Logit (y) = 11.989 ? 0.026 x platelet count ? 2.243 x albumin level - 0.184 x PT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Cahaya Tahir
"Pendahuluan: Sirosis hati merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas global, terutama melalui komplikasi hipertensi porta yang menyebabkan perdarahan varises esofagus (VE). Pasien yang pernah mengalami perdarahan pertama memiliki tingkat kejadian perdarahan berulang yang tinggi dengan angka survival yang rendah. Meskipun endoskopi dapat memprediksi perdarahan berulang, pendekatan ini mahal dan bersifat invasif. Oleh karena itu, pemeriksaan non invasif lain dengan tingkat akurasi yang tinggi perlu dipelajari.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prediktor non-invasif perdarahan berulang VE (kekakuan hati, kekakuan limpa, skor Child Pugh, dan jumlah trombosit) pada pasien sirosis hati.
Metode: Sebanyak 102 sampel pasien sirosis hati yang mengalami riwayat perdarahan VE. Variabel prediktor dalam memprediksi kejadian perdarahan berulang varises esofagus pada penelitian ini meliputi kekakuan hati, kekakuan limpa, skor Child Pugh, serta jumlah trombosit. Analisa multivariat dan uji skor dengan validasi internal untuk mendapatkan model performa terbaik sebagai prediktor perdarahan VE berulang.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa kekakuan hati, kekakuan limpa, skor Child Pugh, dan trombositopenia signifikan sebagai prediktor perdarahan berulang VE. Dengan menggabungkan variabel ini, model prediksi dihasilkan dengan AUC 0,870. Diperoleh uji skor dengan validasi bahwa keempat variabel tersebut signifikan sebagai faktor yang berhubungan dengan perdarahan berulang varises esofagus. Kesimpulan: kombinasi kekakuan hati, kekakuan limpa, skor Child Pugh, dan jumlah trombosit memiliki performa baik dalam memprediksi risiko perdarahan varises esofagus berulang pada pasien sirosis hati.

Background: Liver cirrhosis is a global cause of mortality and morbidity, especially through complications of portal hypertension which causes esophageal variceal (VE) bleeding. Patients who have experienced a first bleed have a high rate of recurrent bleeding with a low survival rate. Although endoscopy can predict recurrent bleeding, this approach is expensive and invasive. Therefore, other non- invasive examinations with a high accuracy need to be researched.
Objective: This study aims to identify non-invasive predictors of recurrent VE bleeding (liver stiffness, spleen stiffness, Child Pugh score, and platelet count) in liver cirrhosis patients.
Methods: A total of 102 samples of liver cirrhosis patients who had a history of VE bleeding were included in this study. Predictor variables in predicting the incidence of recurrent esophageal variceal bleeding in this study include liver stiffness, spleen stiffness, Child Pugh score, and platelet count. Multivariate analysis and internal validity test were used to obtain the best performance model as a predictor of recurrent VE bleeding.
Results: The results showed that liver stiffness, spleen stiffness, Child Pugh score, and thrombocytopenia were significant as predictors of recurrent VE bleeding. By combining these variables, a prediction model was generated with an AUC of 0.870. Validity test of these four variables were significant as factors associated with recurrent esophageal variceal bleeding.
Conclusion: The combination of liver stiffness, spleen stiffness, Child Pugh score, and platelet count has good performance in predicting the risk of recurrent esophageal variceal bleeding in patients with liver cirrhosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna Pandu Wicaksono
"ABSTRAK
Latar belakang dan Tujuan : Varises esofagus merupakan komplikasi sirosis hati dengan mortalitas tertinggi. Pemeriksaan USG Doppler yang bersifat non invasif, tersedia luas dan relatif murah, dipertimbangkan sebagai metode skrining, namun belum ditemukan parameter Doppler splenoportal yang dapat digunakan sebagai indikator varises dengan akurat. Indeks volume aliran vena lienalis terhadap kecepatan aliran vena porta dipikirkan dapat menjadi parameter baru yang akurat.
Metode : Studi observasional potong lintang dilakukan pada 28 pasien sirosis hati di Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu November 2015 hingga Februari 2016. Indeks dan parameter Doppler lainnya merupakan data primer. Subjek dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok non varises, varises kecil dan besar. Uji komparatif dilakukan untuk membandingkan indeks dan parameter Doppler lainnya diantara ketiga kelompok tersebut. Analisis kurva receiver operating characteristic (ROC) dilakukan pada parameter yang secara statistik bermakna untuk mendapatkan nilai sensitifitas dan spesifisitasnya.
Hasil : Nilai tengah indeks pada kelompok non varises 9,60 (4,67 – 15,07), varises kecil 21,18 (8,92 – 25,24) dan varises besar 64,43 (46,67 – 145,88) dengan nilai p<0,001. Pada analisis kurva ROC didapatkan titik potong indeks 15,78 dengan sensitifitas 80% dan spesifisitas 100% untuk membedakan kelompok varises kecil dan non varises, serta titik potong 36,0 dengan sensitifitas dan spesifisitas 100% untuk membedakan kelompok varises besar dan kecil.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks volume aliran vena lienalis terhadap kecepatan aliran vena porta secara ultrasonografi dengan derajat varises esofagus secara endoskopi pada pasien sirosis hati dan indeks tersebut dapat digunakan sebagai indikator varises esofagus dengan akurasi tinggi.

ABSTRACT
Background and Objective : Esophageal varices is a complication of liver cirrhosis with high mortality. Doppler ultrasound examination is non-invasive, widely available and relatively low cost to be considered as a screening method of varices. Unfortunately, there is still no splenoportal Doppler parameter that can be used as an indicator of varices with high accuracy. Index of splenic vein flow volume to portal vein flow velocity is thought to be a new, more accurate parameter.
Methods : A cross-sectional observational study conducted in 28 patients with liver cirrhosis in the Division of Hepatology Department of Internal Medicine Cipto Mangunkusumo Hospital during November 2015 to February 2016. Index and other splenoportal Doppler parameters are the primary data. Subjects were divided into three groups : a group of non varices, small and large varices. The comparative test conducted to compare the mean index and other splenoportal Doppler parameters among the three groups. Analysis of receiver operating characteristic (ROC) curve was performed on parameters that are statistically significant to get the sensitivity and specificity value.
Results : Median index in the group of non varices is 9,60 (4,67 – 15,07), 21,18 (8,92 – 25,24) in small varices and 64,43 (46,67 – 145,88) in large varices group with p<0.001. ROC curve analysis generated optimal cutting point index 15,78 which gives 80% sensitivity and 100% specificity to differentiate small and non varices group and the cutoff point of 36.0 which provides 100% sensitivity and specificity to differentiate among the large and small varices.
Conclusions : There is a significant association between the index of splenic vein flow volume to portal vein flow velocity by ultrasound with the degree of esophageal varices by endoscopy in patients with liver cirrhosis and this index can be used as indicator of esophageal varices with high accuracy."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Sonang Veronika
"Varises esofagus (VE) merupakan salah satu komplikasi hipertensi vena porta yang serius. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan dapat membantu memonitor kondisi klien sirosis hepatis setelah perawatan di Rumah Sakit. Meskipun sebagian edukasi diterima dengan baik, seringkali edukasi yang diberikan kurang optimal, khususnya pada pasien berobat jalan di poliklinik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas edukasi melalui WebApps pencegahan perdarahan berulang varises esofagus terhadap pengetahuan pasien sirosis hepatis di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode penelitian ini menggunakan Kuasi Eksperimen dengan Nonequivalent Kontrol Group Design. Sample dipilih secara purposive sebanyak 132 responden dengan 66 pada kelompok kontrol dan 66 pada kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kelompok usia, jenis kelamin, pekerjaan, dengan pengetahuan (p>0,05). Lama rawat (0,05). Pendidikan (rendah, menengah, tinggi) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam nilai pengetahuan pre-test dan post-test pada kelompok intervensi. Meskipun terdapat variasi, nilai pre-test dan post-test pada semua tingkat pendidikan tidak berbeda secara signifikan. Kesimpulan penelitian ini bahwa karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan tidak berhubungan signifikan dengan pengetahuan, meskipun pendidikan sedikit memiliki variasi nilai, namun tidak signifikan. Sedangkan lama rawat hanya signifikan pada pengetahuan pretest.

Esophageal varices (VE) is one of the serious complications of portal vein hypertension. Utilization of information technology in nursing services can help monitor the condition of hepatic cirrhosis clients after hospitalization. Although some education is well received, often the education provided is not optimal, especially for outpatients at the polyclinic. This study aims to analyze the effectiveness of education through WebApps to prevent recurrent bleeding of esophageal varices on the knowledge of patients with hepatic cirrhosis at Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital. This research method uses Quasi Experiment with Nonequivalent Kontrol Group Design. The sample was purposively selected as many as 132 respondents with 66 in the kontrol group and 66 in the intervention group. The results showed no significant relationship between age group, gender, occupation, and knowledge (p>0.05). Length of stay (0.05). Education (low, middle, high) showed no significant difference in pre-test and post-test knowledge scores in the intervention group. Despite the variation, the pre-test and post-test scores at all education levels were not significantly different. The conclusion of this study is that the characteristics of respondents such as age, gender, occupation are not significantly related to knowledge, although education has a slight variation in value, but not significant. While the length of hospitalization is only significant in pre-test knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwandheny Sepmeitutu
"Latar Belakang: Sarkopenia dan malnutrisi merupakan komplikasi sirosis hati dekompensata yang berhubungan dengan luaran klinis yang buruk. Varises esofagus (VE) merupakan luaran klinis yang paling sering ditemui pada pasien sirosis hati dekompensata. Hubungan komplikasi Varises Esofagus risiko tinggi dengan kejadian sarkopenia dan malnutrisi belum banyak dilakukan di Indonesia.
Tujuan : mengetahui hubungan antara sarkopenia dan malnutrisi terhadap luaran komplikasi VE risiko tinggi pada pasien sirosis hati.
Metode: Studi observasional cross-sectional dilakukan pada 155 pasien di RS Cipto Mangunkusumo pada Januari hingga September 2023. Sarkopenia didefinisikan sebagai kehilangan massa dan kekuatan otot dan atau menurunnya performa fisik sesuai dengan kriteria AWGS 2019 (Asian Working Group for Sarcopenia). Kriteria malnutrisi menggunakan GLIM (Global Leadership Initiative on Malnutrition). Analisis multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Total 155 pasien sirosis hati, 48 pasien memiliki VE risiko tinggi dan 107 pasien memiliki VE risiko rendah. Prevalensi sarkopenia pada pasien sirosis hati ditemukan sebesar 42,6%, sementara prevalensi malnutrisi ditemukan sebesar 82,6%. Kombinasi koeksistensi sarkopenia dan malnutrisi ditemukan sebesar 42,6%. Status sarkopenia berhubungan secara statistik dengan kejadian VE risiko tinggi setelah dikontrol dengan variabel Child Pugh (Adjusted PR: 1,62 (IK 95%: 1,01-2,59; p=0,04). Sementara itu tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara malnutrisi dengan kejadian VE risiko tinggi. Pada evaluasi kombinasi koeksistensi dua faktor risiko sarkopenia dan malnutrisi, ditemukan hubungan yang bermakna terhadap kejadian VE risiko tinggi.
Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara sarkopenia terhadap VE risiko tinggi. Selain itu, adanya koeksistensi sarkopenia dan malnutrisi sebagai faktor risiko gabungan secara statistik signifikan dalam kejadian VE risiko tinggi.

Background: Sarcopenia and malnutrition are complications of decompensated liver cirrhosiswhich is associated with poor clinical outcomes. Esophageal varices (VE) are the most common clinical outcome in patients with decompensated liver cirrhosis.The relationship between high-risk complications of esophageal varices and the incidence of sarcopenia and malnutrition has not been widely studied in Indonesia.
Objective :determine the relationship between sarcopenia and malnutrition on the outcome of high-risk VE complications in liver cirrhosis patients.
Method: Cross-sectional observational study was conducted on 155 patients at Cipto Mangunkusumo Hospital from January to September 2023. Sarcopenia is defined as loss of muscle mass and strength and/or decreased physical performance according to the 2019 AWGS (Asian Working Group for Sarcopenia) criteria. Malnutrition criteria use GLIM (Global Leadership Initiative on Malnutrition). Multivariate analysis was performed using logistic regression.
Results:A total of 155 patients with liver cirrhosis, 48 patients had high risk VE and 107 patients had low risk VE. The prevalence of sarcopenia in liver cirrhosis patients was found to be 42.6%, while the prevalence of malnutrition was found to be 82.6%. The combined coexistence of sarcopenia and malnutrition was found to be 42.6%. Sarcopenia status was statistically related to the incidence of high risk VE after controlling for the Child Pugh variable (Adjusted PR: 1.62 (95% CI: 1.01-2.59; p=0.04). Meanwhile, no significant relationship was found between malnutrition and the incidence of high risk VE. In evaluating the combination of the coexistence of two risk factors for sarcopenia and malnutrition, a significant relationship was found with the incidence of high risk VE. Conclusion:There is a significant relationship between sarcopenia and high risk VE. In addition, the coexistence of sarcopenia and malnutrition as combined risk factors was statistically significant in the occurrence of high-risk VE.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Hidayat
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T58797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Faisal
"Tujuan :
Untuk meningkatkan peran radiodiagnostik dalam mendeteksi adanya varises esofagus yang belum berdarah serta menilai ketepatan diagnostik pemeriksaan barium esofagogram dalam mendiagnosis varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.
Bahan dan Cara :
Pemeriksaan esofagogram dilakukan pada 25 pasien, dengan usia antara 23 tahun-80 tahun. Jenis kelamin terbanyak laki-laki 17 orang (68 %) sedangkan perempuan 8 orang (32%), semua pasien dengan kelainan sirosis hati yang belum berdarah (hematemesisl melena) dan hipertensi portal. Varises esofagus yang belum berdarah telah diperlihatkan dengan baik dengan pemeriksaan esofagogram yang hasilnya dikorelasikan dengan temuan endoskopi sebagai bake emas.
Hasil dan Kesimpulan
Pada uji statistik didapat hasil sensitifitas pemeriksaan esofagogram 84% dengan spesifisitas 0%, nilai PPV 100%. dan NPP 0%. Nilai Kappa dari pemeriksaan ini 0,79 didapat kesesuaian baik. Hasil penelitian ini memperlihatkan esofagogram dapat dipergunakan untuk menilai adanya varises esofagus pada pasien sirosis hati yang belum berdarah. Dari penelitian ini juga didapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan endoskopi dan esofagogram.

Purpose :
To improve the role of radiodiagnosis in detecting unruptured esophageal varices and to evaluate the accuracy of barium esophagogram in establishing the diagnosis of esophageal varices in patients with liver cirrhosis.
Material and method :
Esophagogram is performed in 25 patients (23-80 years old). 17 patients (68%) are male and 8 patients (32%'- are female. All patients are suffering from uncomplicated liver cirrhosis (no hematemesis or nrelena) and portal hypertension. Unruptured esophageal varices is visualized well using esophagogram, and the result is compared to endoscopic finding as gold standard.
Result and conclusion :
Statistical analysis concluded that esophagogram has 84% sensitivity, 0% spesfficity, 100% PPV value and 0% NPP value. Kappa score from this examination is 0,79 with good correlation. This study shows that esophagogram can be used to evaluate esophageal varices in patients with uncomplicated liver cirrhosis. There is good correlation between esophagogram and endoscopic examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Sanityoso Sulaiman
"Telah dilakukan penelitian secara potong lintang terhadap pasien sirosis hati di poli Hepatologi dan IRNA B ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo di Jakarta, periode Januari 2000 sampai Juli 2000. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur kadar endotoksin endogen pada penderita sirosis hati non alkoholik yang sedang dalam keadaan stabil serta melihat adakah hubungannya dengan derajat beratnya sirosis. Pengukuran kadar endotoksin menggunakan metode spesifik dengan alat toxinometer yang berdasarkan metode turbidimetri kinetik, telah dilakukan pada 45 kasus sirosis hati non alkoholik, dua puluh kasus termasuk klasifikasi Child-Pugh A, tujuh belas kasus termasuk Child-Pugh B sedangkan delapan kasus termasuk Child-Pugh C. Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya peningkatan kadar endotoksin di vena perifer yang melebihi nilai normal pada semua kasus. Walaupun terlihat adanya sedikit peningkatan pada penderita sirosis hati Child-Pugh C dibandingkan pada yang ChildPugh B atau A. Namun peningkatan tersebut secara perhitungan statistik tidak bermakna.

A cross-sectional study has been conducted on liver cirrhosis patients at the Hepatology and IRNA B polyclinic in the internal medicine room of the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in Jakarta, the period of January 2000 to July 2000. The study aims to measure endogenous endotoxin levels in patients with non-alcoholic liver cirrhosis who are in a stable state and see if there is The relationship is with the severity of cirrhosis. Endotoxin levels were measured using a specific method with a toxinometer based on the kinetic turbidimetry method, which has been carried out in 45 cases of non-alcoholic liver cirrhosis, twenty cases including Child-Pugh A classification, seventeen cases including Child-Pugh B while eight cases included Child-Pugh C. In this study, there was no increase in endotoxin levels in the periver veins that exceeded normal values in all cases. Although there was a slight increase in patients with Child-Pugh C liver cirrhosis compared to ChildPugh B or A. However, the increase was statistically meaningless."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sudiro Waspodo
"Pendahuluan
Sirosis hati (SH) telah diketahui merupakan suatu keadaan yang ireversibel di dalam perkembangannya, SH dapat berakhir dengan gagal hati, hipertensi portal, atau dapat menunjukkan aktivitas yang dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang mengalami progresi, regresi atau menetap. Keluhan subyektif pada stadium awal penyakit SH biasanya sangat sedikit dan tidak jelas. Sedangkan pemeriksaan jasmani sering tidak dapat dipakai sebagai ukuran kecuali bila telah terjadi tanda dekompensasi. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipakai untuk pegangan mengikuti perjalanan penyakit seperti transaminase, bilirubin, kolesterol, BSP, dan Indocyanin green.
Pemeriksaan tersebut mempunyai beberapa kelemahan seperti sifat tidak spesifik pada pemeriksaan transaminase, gambaran bilirubin tidak hanya mencerminkan kerusakan parenkim hati, penurunan kolesterol bare terjadi pada penyakit yang berat, sedangkan pemeriksaan BSP mengandung bahaya alergi.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan kegunaan pemeriksaan kadar garam empedu serum sebagai alat penyaring adanya penyakit hati dan untuk mengikuti perjalanan penyakit hati. Berbagai hasil penelitian telah membuktikan pemeriksaan kadar garam empedu serum post prandial lebih sensitif sebagai alat penyaring adanya penyakit hati bila dibandingkan dengan pemeriksaan kadar garam empedu serum puasa. Namun sebaliknya telah dibuktikan bahwa nilai kadar garam empedu serum puasa lebih spesifik untuk penyakit hati. Juga dibuktikan bahwa tinggi rendahnya nilai rata-rata garam empedu serum puasa sesuai dengan berat ringannya penyakit Sirosis hati, meskipun masih didapatkan adanya angka-angka yang tumpang tindih.
Kegunaan pengukuran kadar garam empedu serum puasa sebagai petanda prognostik penyakit SH telah dilaporkan di luar negeri dan Indonesia, meskipun penelitian di Indonesia memberikan hasil yang berbeda. Penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa yang tinggi mempunyai risiko mati yang lebih besar pada tahun pertama dibandingkan dengan penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa, yang rendah.
Bertolak dari hal tersebut di atas ingin dikaji kembali manfaat lebih lanjut dari kadar garam empedu serum puasa sebagai salah satu alat prognostik dan sarana untuk mengikuti perkembangan penyakit sirosis hati."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>