Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hosea Imanuel
"Peningkatan kesadaran masyarakat muslim akan kehalalan produk farmasi menyebabkan kebutuhan sertifikasi halal produk farmasi terus meningkat. Metode pemeriksaan berbasis DNA telah disepakati sebagai salah satu pemeriksaan yang wajib dilakukan dalam pemeriksaan halal. qPCR berbasis SYBR Green merupakan metode pemeriksaan berbasis DNA yang memiliki kecepatan analisis yang lebih tinggi dibandingkan PCR konvensional dan lebih ekonomis dibandingkan qPCR berbasis probe. Multiplex PCR merupakan reaksi PCR yang menggabungkan beberapa primer dalam satu reaksi untuk mengamplifikasi beberapa gen secara sekaligus. Penggunaan primer universal telah dikembangkan untuk meningkatkan reprodusibilitas multiplex PCR berbasis SYBR Green, tetapi belum berhasil melakukan diskriminasi spesies hewan. Pada penelitian ini, primer forward universal yang didampingin dengan primer reverse spesifik untuk porcine, canine, dan murine berhasil dikembangkan. Selain itu, setiap primer menghasilkan amplicon dengan nilai Tm yang berbeda sehingga diskriminasi spesies hewan dapat dilakukan. Multiplex qPCR dari kombinasi primer tersebut ditemukan dapat mengamplifikasi ketiga gen secara sekaligus dengan variasi intra-assay dan variasi inter-assay sebesar 9,83% dan 11,53%. Multiplex qPCR yang dikembangkan dalam mendeteksi gen porcine dalam 6,81 pg/μL DNA total, gen murine dalam 22,88 pg/μL DNA total, dan gen canine dalam 88,06 pg/μL DNA total. Multiplex qPCR yang dikembangkan terbukti dapat mendeteksi sisa DNA yang terdapat pada produk farmasi maupun kosmetik.

The rise of muslim awareness in halal pharmaceutical has caused an increase in demand for halal certified pharmaceutical. DNA based detection has been approved as a gold standard in halal examination. Intercalating dye-based qPCR is more economically available compared to available commercial kits which employs probe-based qPCR and also require less analysis time compared to conventional PCR. Multiplex qPCR could amplify more than one target by combining two primer set in one reaction. Universal primer have been developed to increase intercalating dye based Multiplex qPCR reproducibility. However, discrimination of animal species with universal primer have not been successful. In this study, universal forward primer was combined with a specific reverse primer for porcine, canine, and murine. These primers were found to be specific and were able to produce a different melting temperature, enabling animal species discrimination. Multiplex qPCR with these primers was repeatable with an intra assay variance and inter assay variance of 9,83% and 11,53%. The developed multiplex qPCR could detect porcine gene in 6,81 pg/μL DNA solution, murine gene in 22,88 pg/μL DNA solution, and canine gene in 88,06 pg/μL DNA solution. Moreover, the developed multiplex qPCR was proven to be able to detect DNA remnant in pharmaceutical and cosmeuticals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jessica Agustina Elisabeth
"Kanker kolorektal adalah jenis kanker pada kolon dan rektum usus besar yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal. Kasus kanker kolorektal di Indonesia merupakan kasus kanker tertinggi urutan ketiga dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh karena itu, deteksi kanker kolorektal diperlukan untuk diagnosis dan prognosis kanker kolorektal. Salah satu metode deteksi yang digunakan adalah deteksi ekspresi RNA untuk mengetahui gen yang diekspresikan secara berlebih atau sebaliknya pada jalur perkembangan kanker kolorektal yang terpengaruh. Ekspresi heparanase (HPSE) diketahui menginduksi perkembangan kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ekspresi HPSE pada jaringan normal dan kanker kolorektal. Penelitian ini menggunakan sepuluh sampel untuk masing-masing jaringan normal dan kanker kolorektal dari pasien kanker kolorektal. Nilai ekspresi HPSE diukur dengan reverse transcription-quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR). Selanjutnya, analisis statistik dilakukan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil RT-qPCR menunjukkan bahwa ekspresi HPSE RNA pada jaringan kanker 6,912 kali lebih tinggi dibandingkan pada jaringan normal. Berdasarkan nilai perbandingan ekspresi gen relatif yang diatur dengan nilai 1. Ekspresi HPSE untuk setiap individu pasien dikelompokkan menjadi ekspresi meningkat (>1) dan menurun (<1). Berdasarkan hasil qPCR, ekspresi HPSE tidak terdeteksi pada tiga sampel pasien yang ditunjukkan dengan tidak terjadinya amplifikasi. Hasil ini diduga disebabkan oleh template RNA yang digunakan mengalami degradasi. Analisis statistik menunjukkan ekspresi HPSE pada jaringan kanker kolorektal tidak memiliki perbedaan secara signifikan dengan jaringan normal berdasarkan nilai p > 0,05.

Colorectal cancer is a type of cancer of the colon and rectum of the large intestine caused by abnormal growth. Colorectal cancer cases in Indonesia are the third highest cancer cases and are increasing every year. Therefore, detection of colorectal cancer is needed for the diagnosis and prognosis of colorectal cancer. One of the detection methods used is RNA expression detection to determine which genes are overexpressed or otherwise in the affected colorectal cancer development pathway. The expression of heparanase (HPSE) is known to induce the development of colorectal cancer. This study aims to determine the level of HPSE expression in normal tissue and colorectal cancer. This study used ten samples for each of normal and colorectal cancer tissue from colorectal cancer patients. Relative expression value HPSE measured by reverse transcription-quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR). Furthermore, statistical analysis was performed using the SPSS application. RT-qPCR results showed that HPSE expression in cancer tissue was 6,912 higher than in normal tissue. Based on the comparative value of relative gene expression, which was set to a value of 1. The HPSE expression for each individual patient was grouped into increased (>1) and decreased (<1) expressions. Based on the results of RT-qPCR, HPSE expression was not detected in three patient samples as indicated by the absence of amplification. This result was thought to be caused by the degradation of the template RNA. HPSE in colorectal cancer tissue did not differ significantly from normal tissue based on p > 0.05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seruni Salsabila
"Kanker kolorektal merupakan keganasan sel yang tumbuh dari jaringan usus besar, seperti kolon dan rektum. Kasus kanker kolorektal di Indonesia menempati urutan ketiga dengan 12,8 insiden per 100.000 penduduk usia dewasa dan memiliki nilai mortalitas sebesar 9,5% dari seluruh kasus jenis kanker. Lambatnya diagnosis kanker sejak dini dan prognosis yang buruk menyebabkan tingginya mortalitas kanker kolorektal di Indonesia dibandingkan pada beberapa negara maju. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi biomarker, seperti deteksi ekspresi RNA yang berfungsi sebagai pemberi informasi genetik dan subjek regulasi transkripsi, untuk memahami jalur pensinyalan karsinogenesis kolorektal dalam meningkatkan prognosis dan prediksi respons terapeutik terhadap pasien. Telomerase Reverse Transcriptase (hTERT) merupakan subunit utama dari enzim telomerase yang memiliki peran dalam menjaga kestabilan kromosom, sehingga mengindikasi adanya pengaruh ekspresi hTERT yang tinggi terhadap perkembangan kanker kolorektal. Penelitian ini menggunakan sampel jaringan normal dan kanker kolorektal yang diperoleh dari pasien pengidap kanker kolorektal dengan nilai ekspresi gen hTERT diperoleh menggunakan reverse transcription-quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR). Nilai Cycle Threshold (CT) diperoleh dan dilakukan analisis statistik menggunakan aplikasi JAMOVI. Berdasarkan rumus ekspresi gen 2-IICT, ekspresi meningkat jika memiliki perhitungan ekspresi <1 dan ekspresi menurun jika memiliki perhitungan ekspresi 1<. Hasil menunjukkan bahwa sebesar 50% pasien pengidap kanker kolorektal mengalami peningkatan ekspresi gen hTERT RNA, sedangkan 50% lainnya mengalami penurunan ekspresi. Peningkatan ekspresi gen hTERT RNA pada jaringan kanker adalah sebesar 18,97 kali lebih tinggi dibandingkan jaringan normal. Namun, berdasarkan analisis statistik, ekspresi hTERT tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara jaringan normal dan kanker dikarenakan jumlah sampel yang sedikit.

Colorectal cancer is a malignancy that grows from the tissues of the large intestine, such as the colon and rectum. Colorectal cancer cases in Indonesia ranks third with 12.8 incidents per 100,000 adult population and has a mortality rate of 9.5% of all cancer cases. The delay in early cancer diagnosis and poor prognosis lead to higher colorectal cancer mortality in Indonesia compared to some developed countries. Therefore, it is necessary to identify biomarkers, such as detection of RNA expression that serves as a genetic information provider and transcriptional regulatory subject, to understand the signaling pathways of colorectal carcinogenesis in improving prognosis and predicting therapeutic response in patients. Human Telomerase Reverse Transcriptase (hTERT) is the main subunit of the telomerase enzyme that has a role in maintaining chromosome stability, thus indicating the effect of high hTERT expression on the development of colorectal cancer. This study used normal tissue samples and colorectal cancer obtained from patients with colorectal cancer with hTERT gene expression values ​​obtained using reverse transcription-quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR). Cycle Threshold (CT) values ​​were obtained, and statistical analysis was performed using the JAMOVI application. Based on the 2-IICT gene expression formula, the expression increased if it had an expression count <1 and the expression decreased if it had an expression count of 1<. The results showed that 50% of patients with colorectal cancer had an increased expression of the hTERT RNA gene, while the other 50% had decreased expression. The increase in hTERT RNA gene expression in cancer tissue was 18.97 times higher than normal tissue. However, based on statistical analysis, hTERT expression did not show a significant difference between normal and cancer tissues due to the small number of samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Skolastika Sylvia Cleodora Heryanto
"Kanker kolorektal merupakan keganasan yang terbentuk melalui transformasi sel epitel yang menyusun lapisan mukosa dari bagian kolon dan rektum usus besar. Tingginya angka kasus baru di Indonesia menempatkan kanker kolorektal pada posisi keempat pada tingkatan kasus kanker paling umum di Indonesia. Gen c-MYC merupakan salah satu onkogen dalam tubuh manusia yang berperan penting dalam berbagai proses seluler. Potensi gen c-MYC dalam memicu karsinogenesis timbul ketika gen ini terderegulasi sehingga c-MYC berperan sebagai salah satu kandidat dalam studi ekspresi gen berbasis RNA dalam kasus kanker kolorektal. Molekul RNA berperan penting dalam proses ekspresi gen sehingga kerap digunakan sebagai biomarker dalam mengukur tingkat ekspresi suatu gen yang dapat dikuantifikasi menggunakan metode Reverse Transcription Quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR). Tingkat ekspresi dari gen c-MYC kemudian dihitung berdasarkan nilai cycle threshold (Ct) menggunakan rumus Livak dan dilakukan uji statistik dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Ekspresi gen dikatakan mengalami peningkatan atau upregulation apabila nilai 2-∆∆Ct > 1 sementara ekspresi gen dikatakan mengalami penurunan atau downregulation apabila nilai 2-∆∆Ct < 1. Hasil perhitungan tingkat ekspresi gen c-MYC dari sepuluh pasang sampel yang diperoleh dari sepuluh pasien kanker dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa sebanyak 50% pasien menunjukkan terjadinya upregulation gen c-MYC sedangkan 40% pasien menunjukkan terjadinya downregulation gen c-MYC. Sementara itu, 10% dari pasien tidak menunjukkan adanya ekspresi gen c-MYC. Meski demikian, hasil uji Mann-Whitney menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara ekspresi gen c-MYC pada sampel jaringan normal dan kanker kolorektal yang diduga disebabkan oleh kurangnya sampel yang digunakan dalam penelitian.

Colorectal cancer is a malignancy developed by cell transformation that occurs on the epithelium cells that forms the lining mucosa of the colon and rectum region of the large intestine. The rising number of new colorectal cancer cases in Indonesia makes it the fourth most common cancer in Indonesia. The c-MYC gene is one of the many oncogenes of the human body that affects cellular processes. Having the potential in inducing carcinogenesis when deregulated, the c-MYC gene is the perfect candidate for RNA-based gene expression study. RNA molecules play a big part on the overall gene expression process. Thus, it is commonly used as a biomarker to quantify gene expression levels using various methods, one of which is the Reverse Transcription Quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR). The expression of the c-MYC gene is calculated with the Livak formula towards the cycle threshold (Ct) value obtained which then the numbers are statistically analyzed using the help of the SPSS software. The gene expression can be considered as upregulated when the 2-∆∆Ct > 1 and can be considered as downregulated when the 2-∆∆Ct < 1. The c-MYC gene expression level result that are obtained from ten pairs of tissue sample from ten cancer patients of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital shows that 50% of the patients experience c-MYC upregulation while 40% of the patients experience downregulation of the c-MYC gene. The last 10% of the patients do not show any expression of the c-MYC gene. Despite the results, according to the statistical Mann-Whitney test, the data obtained does not show any significant difference between the c-MYC gene expression levels on normal and colorectal cancer tissues due to the small number of samples used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Anita Pradevi
"Kanker kolorektal adalah kanker yang berlokasi dibagian kolon atau rektum dengan indikasi awal adalah keberadaan polip non-kanker. Kanker kolorektal menempati urutan ketiga sebagai kanker ganas dan urutan kedua dengan tingkat mortalitas tertinggi di tingkat dunia. Peningkatan morbiditas kanker kolorektal tercatat pada orang dewasa berusia 30-40 tahun. Prevalensi dan urgensi deteksi dini kanker kolorektal diperlukan untuk mendapatkan hasil diagnosis kanker sebagai solusi pengobatan kanker. Gen MDR1 sebagai gen penghabisan obat membentuk resistensi terhadap pengobatan yang menyebabkan kegagalan dalam kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen MDR1 pada kanker kolorektal. Penelitian ini menggunakan metode qPCR yang bersifat spesifik dan sensitif pada satu target. Berdasarkan hasil qPCR diperoleh di antara 10 penderita kanker kolorektal terdapat 6 penderita yang positif terdeteksi gen MDR1 dan 4 penderita tidak mengekspresikan gen MDR1. Khususnya, ekspresi mRNA tertinggi diamati pada penderita yang telah mengalami metastasis terutama menuju hepar. Secara statistik, pengujian menggunakan Shapiro-Wilk (0,049 < 0,05) menyatakan data tidak terdistribusi normal antara kelompok jaringan normal dan kanker kolorektal. Sedangkan, pada uji Mann Whitney U (0,065 > 0,05) tidak terdapat perbedaan signifikan antara jaringan normal dan jaringan kanker kolorektal. Rekomendasi selanjutnya adalah dengan menggunakan sampel lebih banyak untuk melihat pola ekspresi gen.

Colorectal cancer is cancer located in the colon or rectum with the initial indication is the presence of non-cancerous polyps. Colorectal cancer ranks third as a malignant cancer and ranks second with the highest mortality rate in the world. The increase in colorectal cancer recorded in adults aged 30-40 years. The prevalence and urgency of early detection of colorectal cancer is obtained to get the results of a cancer diagnosis as a cancer treatment solution. The MDR1 gene as a drug efflux forms resistance to treatment causes failure in chemotherapy. This study aims to determine the expression of the MDR1 gene in colorectal cancer. This study uses the qPCR method which is specific and sensitive to one target. Based on the qPCR results, it was found that among 10 patients with colorectal cancer, there were 6 patients who were positive for the MDR1 gene and 4 patients were negative the MDR1 gene. In particular, the highest mRNA expression was observed in patients who had metastasized mainly to the liver. Statistically, the Shapiro-Wilk test (0.049 < 0.05) stated that the data were not normally distributed between the normal tissue groups and colorectal cancer. Meanwhile, the Mann Whitney U test (0.065 > 0.05) means that there is no significant difference between normal tissue and colorectal cancer tissue. The next recommendation is to use more samples to see the pattern of gene expression."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Priambodo
"Transferin merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam transportasi zat besi dalam darah dan dapat mampu menyebabkan ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup pada rentang salinitas yang cukup besar. Penelitian bertujuan merekonstruksi primer PCR spesifik untuk gen transferin pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Gen transferin yang diuji berasal dari 10 strain ikan nila yang mewakili populasi ikan nila di Indonesia. Hasil PCR gen transferin ikan nila strain GESIT, Red Nifi, dan Selfam kemudian diklona dan disekuensing. Sekuen DNA yang didapatkan dihomologikan dengan sekuen gen transferin yang terdapat pada gene bank. Hasil homologi menunjukkan adanya daerah yang conserved sebesar 83 pb. Primer didesain untuk mengamplifikasi fragmen gen transferin tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa primer TrfNF dan TrfNR mampu mengamplifikasi gen transferin dari 10 strain ikan nila.

Transferrin is one of many factors that makes Nile Tilapia fish (Oreochromis niloticus) can live in very wide salinity range. The purpose of this research is to reconstruct specific primer for transferrin gene in Nile tilapia fish (Oreochromis niloticus). The transferrin gene was taken from 10 variant of Nile Tilapia fish which represent the population of Nile Tilapia fish in Indonesia. The result from amplification process of transferrin gene from Nile Tilapia variant GESIT, Red Nifi, and Selfam was cloned and was sequenced. The result of sequencing process was arranged to find the conserved region. The conserved region has found and the size is 83 bp. PCR primer was designed to amplify transferrin gene fragmen. The result of this research is TrfNF primer and TrfNR primer can amplify transferrin gene from 10 variant Nile Tilapia fish."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1240
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Sitti Khayyira
"Optimasi deteksi molekuler kandungan gelatin asal porsin berbasis DNA Deoxyribonucleic Acid genomik dilakukan dengan metode duplex PCR Polymerase Chain Reaction . DNA yang diamplifikasi adalah trace DNA genomik porsin yang masih terkandung dalam gelatin asal porsin. Trace DNA yang terdapat dalam gelatin jumlahnya sangat sedikit karena telah melalui berbagai proses produksi sehingga diperlukan optimasi metode ekstraksi DNA.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang sensitif dalam identifikasi gelatin asal porsin serta mendeteksi kandungan porsin dari gelatin cangkang kapsul. Metode yang dipilih adalah duplex PCR, yaitu PCR dengan dua target sekuens DNA, yaitu DNA cyt b dan ATP8. Untuk reaksi PCR, dipilih dua pasangan primer yang spesifik mengamplifikasi DNA genomik porsin.
Metode yang dioptimasi berupa metode ekstraksi DNA genomik dan metode duplex PCR. Duplex PCR dilakukan terhadap campuran DNA reference porsin dan bovin dengan variasi konsentrasi 100 ; 50 ; 10 ; 1 ; 0,5 ; 0,1 ; 0,05 ; dan 0,01 untuk meneliti sensitivitas metode serta pada sampel cangkang kapsul gelatin.
Pada sampel positif mengandung trace DNA porsin diperoleh produk hasil amplifikasi PCR yang berukuran 212 bp dan 398 bp sedangkan pada sampel negatif porsin tidak diperoleh produk amplifikasi. Metode duplex PCR dapat digunakan sebagai metode deteksi awal untuk mengidentifikasi kandungan porsin pada gelatin dari cangkang kapsul dengan sensitif.

Optimization of genomic DNA Deoxyribonucleic Acid based molecular detection of gelatine derived from porcine was carried out by performing duplex PCR Polymerase Chain Reaction method. Trace of porcine genomic DNA that remained in porcine derived gelatine were amplified. Optimization of DNA extraction method was carried out in consideration of the very low concentration of genomic DNA derived from gelatine capsule samples that have gone through various manufacturing conditions.
The chosen method, duplex PCR, is a PCR method where two target sequences of DNA, cyt b and ATP synthase F0 subunit 8 DNA, are amplified simultaneously. Two sets of porcine specific primers were chosen for the duplex PCR. Genomic DNA extraction method and duplex PCR method were optimized.
Duplex PCR was carried out to mixtures of porcine and bovine DNA reference in various concentration 100 50 10 1 0,5 0,1 0,05 and 0,01 to confirm sensitivity of the method and to gelatine capsule shell samples. PCR products with the length of 212 bp and 398 were obtained in porcine positive samples only. Duplex PCR method has been optimized as sensitive intial method for molecular detection of porcine in gelatin capsule shells.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyta Pratiwi
"Rotavirus grup A merupakan agen penting penyebab penyakit diare dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi pada pasien bayi dan anak-anak khususnya di negara berkembang. Rotavirus diperkirakan telah menyebabkan lebih dari 800.000 kematian per tahunnya. Tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut menjadi latar belakang yang mendorong untuk pengembangan vaksin yang efektif melalui karakterisasi molekular dari galur rotavirus yang bersikulasi. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang spesifik, sensitif serta cepat untuk mendeteksi dan menentukan serotipe dari galur rotavirus grup A.
Pada penelitian ini, 394 sampel feses yang diperoleh selama bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006 dari bayi dan anak-anak dengan gejala diare di Mataram diuji dengan metode Enzyme Immunoassay (EIA) dan 82 sampel menunjukkan hasil positif (20,8%). Sampel positif tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa prevalensi dari serotipe G4G9 dengan tipe P nonserotipe (33 dari 81 [40,7%]) merupakan galur rotavirus yang paling banyak ditemui di Mataram."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uut Utami
"Rotavirus grup A merupakan penyebab utama penyakit diare pada bayi dan anak balita di seluruh dunia. Metode deteksi strain rotavirus yang cepat dan sensitif adalah dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat prevalensi infeksi rotavirus di Jakarta Utara dan menentukan hubungan data sebaran umur, jenis kelamin serta tingkat keparahan diare pasien terhadap proporsi strain rotavirus selama penelitian. Pada penelitian ini telah diperiksa 256 feses yang diambil pada bulan September 2005 sampai Januari 2006 dari anak-anak penderita diare akut di Jakarta Utara. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) digunakan untuk skrining antigen VP6 pada feses, sebelum diteliti dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Ada 100 sampel feses yang mengandung antigen VP6 rotavirus grup A.
Metode reverse transcription dan nested-multipleks PCR digunakan untuk mendeteksi gen VP7 (1.062 bp) dan VP4 (876 bp). Data prevalensi masing-masing serotipe P dan G dari pasien yang terinfeksi rotavirus di Jakarta Utara adalah: G1 9,3%; G2 9,3%; G3 2,1%; G9 6,2%;infeksi bersama G4 dan G9 47,4%; P[4] 12,4%; P[6] 12,4%, P[8] 32%; infeksi bersama P[6] dan P[8], 3,1%. Strain rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G4G9P[8] sebanyak 22,7% dan G4G9 dengan serotipe P yang tidak terdeteksi sebanyak 20,6%. Ada 8 sampel yang tidak berhasil dideteksi strainnya. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai tengah umur pasien strain rotavirus terdeteksi sama dengan nilai tengah umur pasien strain rotavirus tidak terdeteksi serta tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi strain rotavirus terdeteksi dan strain rotavirus tidak terdeteksi berdasarkan jenis kelamin pasien dan tingkat keparahan diare pasien (p>0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Pratiwi
"Antigen D pada donor darah wajib diketahui karena memiliki imunogenitas tinggi, bila terpapar pada individu Rhesus negatif dapat terbentuk aloantibodi kemudian misalnya pada wanita hamil menyebabkan Hemolytic Disease of Newborn (HDN). Di Indonesia sudah dapat mendeteksi weak D dengan dengan indirect antiglobulin test. Varian Rhesus DEL (D-eluate) terdeteksi dengan metode adsorpsi elusi dan metode Single Specific Primer-Polymerase Chain Reaction (SSP-PCR) sehingga dengan standar pemeriksaan di Indonesia belum terdeteksi dan terdata sebagai Rhesus negatif. Darah tersebut bila ditransfusikan ke pasien Rhesus negatif menimbulkan aloimunisasi pada pasien. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengetahui adanya varian Rhesus DEL pada populasi Rhesus negatif Indonesia dengan metode adsorpsi elusi dan SSP-PCR. Metode penelitian ini deskripsi eksploratif untuk deteksi varian Rhesus DEL dengan metode adsorpsi elusi dan SSP-PCR terhadap 100 sampel dari populasi Rhesus negatif Indonesia. Hasil penelitian didapatkan varian Rhesus DEL pada 26 sampel dengan adsorpsi elusi dan 47 sampel dengan SSP-PCR. Uji diagnostik SSP-PCR sensitivitas 100%, spesifisitas 72%, nilai duga positif 55% dan nilai duga negatif 100%. Risiko etnis Cina 3 kali lebih tinggi dari etnis non-cina untuk memiliki varian Rhesus DEL. Kesimpulannya varian Rhesus DEL terdeteksi pada populasi Rhesus negatif Indonesia dan terdapat perbedaan kemampuan deteksi antara metode adsorpsi elusi dengan SSP-PCR.

D antigen in blood donors must be identified because it contains high immunogenicity, if exposed to Rhesus negative individuals, alloantibodies can be formed. For example, in pregnant women it can cause Hemolytic Disease of Newborn (HDN). In Indonesia, we have been able to detect weak D with the indirect antiglobulin test. Rhesus DEL (D-eluate) variant can be detected by elution adsorption method and Single Specific Primer – Polymerase Chain Reaction (SSP-PCR) method. Based on the current Indonesian detection standard, Rhesus DEL has not been detected and is recorded as Rhesus negative. If the blood is transfused into a Rhesus negative patient, it can cause alloimmunization in the patient. The purpose of this study was to determine the presence of Rhesus DEL variants in the Indonesian Rhesus negative population by elution adsorption and SSP-PCR methods. This research method is an exploratory description for the detection of Rhesus DEL variants by elution adsorption and SSP-PCR methods on 100 samples from the Indonesian Rhesus negative population. The results showed that the Rhesus DEL variant was found in 26 samples with elution adsorption and 47 samples with SSP-PCR. SSP-PCR diagnostic test sensitivity 100%, specificity 72%, positive predictive value 55% and negative predictive value 100%. The risk of ethnic Chinese is 3 times higher than that of non-Chinese for having the Rhesus DEL variant. In conclusion, the Rhesus DEL variant was detected in the Indonesian Rhesus negative population and there was a difference in detection ability between the elution adsorption method and SSP-PCR."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>