Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This reassuring and indispensable guide covers every aspect of a heart attack and its aftermath in understandable language. First, you will learn the warning signs to watch for and find out just what happens during a heart attack. Next, the American Heart Association takes you through every stage of treatment in the hospital, including which medications and other methods of treatment your doctor is likely to use"
New York: Times Books, 1996
616.123 AME a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Random House, 1996
616.123 AME a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Warmbrand, Max
New York: Whittier Books, 1956
616.12 WAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Caplan, Louis R.
New York: Random House , 1993
616.81 CAP f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muthalib Abdullah
"[, Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara
pola perubahan kadar Mg plasma dan K serum terhadap
timbulnya GIJ pada IMA. Jumlah sampel yang memenuhi kreteria penelitian sebanyak 28 orang yang terdiri dari 24 orang pria dan 4 orang wanita. Penderita IMA yang mengalami GIJ selama perawatan di ICCU RSCM sebesar 70%. GIJ yang terjadi dapat berupa gangguan konduktifitas (kelompok I) dan gangguan iritabilitas (kelompok II), sedang 30% irama sinus (kelompok III).

This study aims to find a correlation between
pattern of changes in plasma Mg and K levels of serum to
the emergence of GIJ at IMA. The number of samples that met the research criteria was 28 people consisting of 24 men and 4 women. IMA patients who experience GIJ during treatment at ICCU RSCM is 70%. GIJ that occurs can be in the form of conductivity disorders (group I) and irritability disorders (group II), while 30% of sinus rhythms (group III).]
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, [1990, 1990]
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isman Firdaus
"Turbulensi laju jantung (heart rate turbulence [HRT]) baru-baru ini dianggap sebagai prediktor terbaru paling kuat untuk terjadinya kematian mendadak (sudden cardiac death [SCD]) melebihi prediktor lain yang telah ada sebelumnya. Pasien penyakit jantung koroner yang menjalani reperfusi koroner ternyata memberikan hasil HRT lebih baik dan hal ini mencerminkan pulihnya respon baroreseptor.Penelitian ini akan membandingkan nilai turbulence onset (TO) dan turbulence slope(TS) pada dua jenis reperfusi (PCI dan fibrinolitik) Subjek menjalani monitoring EKG selama 24 jam setelah dilakukan revaskularisasi. TO ditentukan dengan cara mengukur perubahan relatif dua interval RR irama sinus setelah ekstrasistol ventrikel dan dua RR interval terakhir sebelum ekstrasistol ventrikel. TS dihitung dengan dengan mengukur slope maksimum yang dibuat tiap 5 buah RR interval. Terdapat 13 pasien (usia rata-rata 56 + 9 tahun) yang memenuhi syarat untuk ikut dalam penelitian. Sepuluh pasien menjalani fibrinolitik dan tiga pasien menjalani PCI. Terdapat perbedaan bermakna nilai TO antara kelompok PCI dan fibrinolitik (-3,3 + 1,7 % vs -0,2 + 0,9 %; P=0,03). Terdapat kecenderungan kelompok PCI memberikan nilai TS yang lebih baik dibanding kelompok fibrinolitik, walaupun secara statistik tidak signifikan ( 7,7 + 4,4 msec/RR interval vs 3,4 + 2,6 msec/RR interval; P = 0,056). Disimpulkan bahwa subjek dengan STEMI akut yang menjalani PCI mempunyai nilai TO yang lebih baik dibanding subjek yang menjalani terapi fibrinolitik.

Heart rate turbulence (HRT) as novel predictor of sudden cardiac death were superior to all other presently available indicators. HRT significantly was improves after successful reperfusion reflecting rapid restoration of baroreceptor response. We investigated turbulence onset (TO) and turbulence slope (TS) values among patients with acute ST-elevation myocardial infarction (STEMI) underwent revascularization by means of primary PCI or fibrinolytic. We hypothesized that the values of TO and TS were different in two kinds of revascularization treatment. The subjects underwent 24 hours ECG recording after revascularization therapy. TO was quantified by the relative change of the first two sinus RR intervals following a ventricular premature beat (VPB) and the last two sinus RR intervals before the VPB. TS was quantified by the maximum positive slope of a regression line assessed over any sequence of five subsequent sinus rhythm RR intervals within the first two sinus rhythm intervals after a VPB. Thirteen patients (mean of age 56 + 9 years old) who underwent revascularization treatment of acute STEMI were eligible as subject of this study.Ten patients underwent fibrinolytic therapy and three patients underwent primary PCI. TO value was significantly different between PCI group and fibrinolytic group (-3.3 + 1.7 % vs -0.2 + 0.9 % ; P=0.03). The Primary PCI group has better outcome on turbulence slope value (TS) than fibrinolytic group but not significance (7.7 + 4.4 msec/RR interval vs 3.4 + 2.6 msec/RR interval; P = 0.056). In conclusion, TO was better in acute STEMI patient undergone PCI compare to that undergone fibrinolytic therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Julian, Desmond G.
Oxford: Oxford University Press, 1991
616.123 JUL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Rijani
"Status fungsional yang rendah akan mempengaruhi kemampuan pasien gagal jantung dalam melakukan perawatan diri. Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku self care pada pasien gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kemampuan self care pada pasien gagal jantung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik sampel consecutive sampling pada 33 responden di RS PGI Cikini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan self care pasien gagal jantung (p 0,33; α 0,05). Rekomendasi pada penelitian ini adalah perlunya peran perawat untuk mampu memfasilitasi pemberian dukungan sosial kepada pasien gagal jantung agar kemampuan self care dapat ditingkatkan.

Deficient functional status will affect heart failure patients ability to perform self care. Social support is one factor can influence the self care behavior in heart failure patients. This research aimed to identify the relationship of social support and self care in heart failure patients. The research used cross sectional design with consecutive sampling technique to 33 respondents in RS PGI Cikini.
The results showed that there was no significant relationship between social support and self care of heart failure patients (p 0.33; α 0.05). The research recommend the necessity of nurses to afford facilitating to give of social support to heart failure patients ability of self care can be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saheta, N.P.,
Bombay: Bharata Medical Journal, 1969
616.123 SAH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Haris
"Latar belakang dan tujuan: Infark miokardium merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar di Dunia. Evaluasi ukuran akhir infark merupakan prediktor kuat untuk menentukan prognosis pada pasien dengan infark miokardium. Saat ini belum ada penelitian infarct model pada hewan coba (babi) yang membandingkan pengukuran area infark miokardium dengan menggunakan metode MRI di Indonesia. Metode : Eksperimental 13 sampel dengan pembuatan infarct model. Pengukuran massa dan ukuran infark miokardium dilakukan setelah 6-8 minggu perlakuan dengan menggunakan metode LGE MRI dan hitung massa dengan timbangan secara manual dissection. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon, kemudian ketepatan data dipertajam dengan analisis berulang secara intraclass correlation (ICC). Hasil: Massa area infark menurut MRI 4,62 gr (2,58 gr-14,08 gr) vs massa area infark menurut manual dissection 7,68 gr (2,31 gr -17,99 gr), dengan p = 0,093, dengan nilai korelasi yang rendah pada uji ICC (r value 0,084). Ukuran area infark menurut MRI 3,20 % (1,68 %-12,01%) vs ukuran area infark menurut manual dissection 4,48 % (1,23 % - 9,19 %), dengan p = 0,721, dengan nilai korelasi yang rendah pada uji ICC (r value 0,17), tidak ada perbedaan bermakna pada pengukuran MRI dibandingkan dengan manual dissection pada timbangan, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah. Simpulan: Pada penelitian ini perhitungan massa infark maupun ukuran infark antara metode MRI dan hitung massa (timbangan) secara manual dissection tidak setara. Metode manual dissection yang dilakukan pada penelitian ini tidak ideal dalam perhitungan massa maupun ukuran infark miokardium.

Background: Myocardial infarct is one of the most prevalent causes of death worldwide. Evaluation of the resulting infarction area is a strong predictor for the prognosis of patients post myocardial infarction (MI). At the moment, there has not been a study in Indonesia that compares magnetic resonance imaging (MRI) and direct mass weighing in a porcine model. Methods: 13 samples were made using an infarct porcine model. Measurements of MI weight and infarct size were conducted 6 to 8 weeks after coronary artery ligation using both LGE MRI and direct mass weighing following manual dissections. Data were tested using Wilcoxon test, and further analyzed using intraclass correlation (ICC). Results: Infarct area weight calculation using MRI averaged 4,62 gr (2,58 gr -14,08 gr) while infarct area weight calculation using mass weighing averaged 7,68 gr (2,31 gr-17,99 gr), with p = 0,093, with a very low correlation score from ICC test (r value 0,084). Infarct size area calculation using MRI averaged 3,20 % (1,68 %-12,01%) while infarct size calculation using mass weighing averaged 4,48 % (1,23 % - 9,19 %), with p = 0,721, with a very low correlation score from ICC test (r value 0,17) Conclusion: The results between infarct area weight and infarct size using MRI with mass weighing after manual dissection was not comparable. Manual dissection method that has been used in this study was not ideal to calculate myocardial infarct area weight and myocardial infarct size."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>