Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ford, Gillian
New York: Prima Pub., Rocklin, CA, 1997
618.1 FOR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deiana Triseptiarani Ilma
"Menopause merupakan kondisi di mana siklus menstruasi berhenti selama 12 bulan berturut-turut, umumnya terjadi pada usia 48 hingga 60 tahun. Saat terjadi menopause pada usia 40-45 tahun disebut dengan menopause dini. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SDKI 2017 dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah perempuan umur 40-49 tahun dengan total sampling sesuai kriteria inklusi sebanyak 12.362 responden. Analisis yang digunakan yaitu regresi logistik sederhana dengan model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status merokok dengan kejadian menopause dini di Indonesia setelah dikontrol dengan faktor tempat tinggal dan status merokok by tempat tinggal dengan risiko 1,893 kali lebih besar terjadi pada perempuan perokok dibanding perempuan bukan perokok (OR= 1,893 95% CI: 1,429-2,506). Perempuan bertempat tinggal di pedesaan lebih berisiko 1,479 kali lebih besar dibanding perempuan yang bertempat tinggal di perkotaan. Hasil interaksi status merokok by tempat tinggal didapatkan perempuan merokok yang tinggal di perkotaan berisiko 6,63 kali lebih besar untuk mengalami kejadian menopause dini dibandingkan perempuan tidak merokok yang tinggal di perkotaan, sedangkan perempuan merokok yang tinggal di pedesaan berisiko 12,36 kali lebih tinggi untuk mengalami kejadian menopause dibandingkan perempuan di pedesaan yang tidak merokok. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian terhadap frekuensi merokok dan tingkat keterpaparan rokok untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Menopause is a condition where menstrual cycles cease for 12 consecutive months, typically occurring between the ages of 48 to 60. When menopause occurs between the ages of 40-45, it is referred to as early menopause. This study is a quantitative research utilizing secondary data from IDHS 2017 with a cross sectional study design. The study population consists of women aged 40-49 years, with a total sample of 12,362 respondents based on inclusion criteria. The analysis used was simple logistic regression with a risk factor model. The research findings indicate a significant relationship between smoking status and the occurrence of early menopause in Indonesia, after controlling for place of residence and smoking status by place of residence, with a 1.893 times greater risk for early menopause among smoking women compared to non smoking women (OR=1.893, 95% CI: 1.429-2.506). Women residing in rural areas have a 1.479 times higher risk compared to women residing in urban areas. The interaction effect of smoking status by place of residence reveals that smoking women living in urban areas have a 6.63 times greater risk of experiencing early menopause compared to non-smoking women in urban areas, while smoking women in rural areas have a 12.36 times higher risk of experiencing menopause compared to non-smoking women in rural areas. Further research can explore the frequency of smoking and the level of exposure to obtain more accurate results"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francette Col, Nananda
Worcester, Mass: Tatnuck Bookseller Press, 1997
615.854 FRA w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erwinanto
"ABSTRAK
Prolaps uteri merupakan kondisi yang sering dialami oleh perempuan dan dapat menurunkan kualitas hidup. Penyebab prolaps uteri multifaktorial, pada umumnya berupa faktor klinis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya variasi gen berupa mutasi gen HOXA11 dan COL3A1 pada penderita prolaps uteri, mengetahui adanya perbedaan ekspresi protein HOXA11, COL3A1, COL1A1, MMP2, MMP9, TIMP, dan p53 pada penderita prolaps uteri dibandingkan pada perempuan tanpa prolaps uteri, serta mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan prolaps uteri.Studi potong lintang ini melibatkan 22 pasien prolaps uteri dan 22 tanpa prolaps uteri mulai Juni 2016 sampai Februari 2017 di RSUP dr. Kariadi Semarang. Dilakukan pencatatan data karakteristik berupa usia, paritas, IMT dan berat lahir bayi. Dilakukan pemeriksaan sekuens DNA gen HOXA11 dan Col3A1, pemeriksaan imunohistokimia pada ligamentum sakrouterina untuk menilai ekspresi protein HOXA11, COL1A1, Col3A1, MMP2, MMP9, TIMP, dan p53 pada perempuan menopause dengan prolaps uteri dan tanpa prolaps uteri.Tidak didapatkan variasi berupa mutasi gen HOXA11 pada perempuan dengan prolaps uteri sepanjang fragmen yang digunakan untuk sekuensing DNA. Didapatkan mutasi pada gen COL3A1 pada 10 pasien dengan prolaps uteri dan 6 pasien tanpa prolaps uteri p = 0,719 sepanjang fragmen yang digunakan untuk sekuensing DNA. Ekspresi protein COL1A1, MMP-9 dan p53 lebih tinggi pada kelompok prolaps p < 0,05 . Rerata usia, rerata paritas dan rerata berat lahir bayi, berbeda secara uji statistik pada kedua kelompok.Pada fragmen yang diperiksa tidak didapatkan mutasi gen HOXA11, namun didapatkan mutasi gen COL3A1 pada penderita prolaps maupun perempuan tanpa prolaps uteri. Tampak adanya faktor internal yang berperan untuk terjadinya prolaps uteri selain berbagai faktor risiko klinis. Faktor eksternal berupa usia, berat bayi lahir, dan paritas memiliki hubungan dengan prolaps uteri. Kata kunci: COL1A1, COL3A1, faktor klinis, HOXA11, menopause, MMP2, MMP9, mutasi gen, p53, prolaps uteri, TIMP.

ABSTRACT
Uterine prolapse is a condition that decreases the quality of life of women. Multiple factors, mostly clinical, affect the course of uterine prolapse.The aims of the study were to investigate the genetic variation in the form of HOXA11 and Col3a2 gene mutations in women with uterine prolapse. This study also aimed to investigate different expression of HOXA11, COL3A1, COL1A1, MMP2, MMP9, TIMP, and p53 proteins in women with and without uterine prolapse, and to understand risk factors associated with uterine prolapse.A total of 44 women were enrolled in this cross sectional study, 22 of which with uterine prolapse and 22 others without uterine prolapse. This study was conducted between June 2016 and February 2017 in RSUP dr Kariadi, Semarang. demographic data including age, parity, BMI, and birth weight were recorded. HOXA11 and COL3A1 gene sequencing, immunohistochemistry testing of uterosacral ligament were conducted to assess HOXA11, COL1A1, COL3A1, MMP2, MMP9, TIMP, and p53 protein expressions.A mutation in COL3A1 gene along the fragment used in DNA sequencing was found among 10 women with uterine prolapse and 6 women without uterine prolapse although this did not reach statistical significance p .719 . No genetic variation in the form of HOXA11 gene mutation was found in women with uterine prolapse. Higher expression of COL1A1, MMP 9 and p53 proteins were found in prolapse group p .05 . The average of age, parity, and birth weight in two groups were statistically different.Only the COL3A1 gene mutation was detected in women with and without uterine prolapse. Beside, various clinical factors, it was confirmed that some internal factors also play important role in the course of uterine prolapse. Examples of external factors are age, birth weight, and parity. Key word COL1A1, COL3A1, clinical factors, gen mutation, HOXA11, menopause, MMP2, MMP9, p53, TIMP, uterine prolapse."
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaima Amalia
"Keamanan pangan merupakan salah satu isu internasional. Bahaya penggunaan antibiotik pada budidaya hewan menjadi salah satu penyumbang timbulnya resistensi pada manusia. DiIndonesia, lazim digunakan antibiotik sebagai growth promotor pada budidaya hewan.Larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan tertulis dalam Undang-UndangNo. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang kemudian diperjelasdengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebijakan larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan, khususnya faktor kesehatan, hukum, politik, dan ekonomi. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan faktor politik, hukum dankesehatan.

Food safety is an international issue. Using antibiotic in poultry production is dangerous and it could be caused of antibiotic antimicrobial resistance for human. In Indonesia, poultries using antibiotic as growth promoter AGP. The prohibition of hormones andantibiotics as feed additive using written in Act 18 of 2009 on Livestock and Animal Health, which is then clarified by the Regulation of the Minister of Agriculture No.14 Permentan PK.350 5 2017 on Classification of Animal Drugs. This thesis discusses the factors that influence the making policy of prohibiting the use ofhormones and antibiotics as feed additive, especially health, legal, politic, and economicfactors.This is a descriptive study by qualitative approach. The data were collected by of in depthinterview and literature review. The result is the economy factor is more influence thanpolitic, legal and health`s factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rashid, Selma
"Dr. Selma Rashid is a leading figure in hormone replacement therapy and anti-aging medicine. She is board-certified in internal medicine, yet refuses to practice medicine through standard medical protocols, which are not in her patients best interests. She passionately seeks answers to preventing the diseases and dysfunctions of aging.
Her career in medicine was inspired by the complexity of the endocrine system. Very soon she was disheartened to learn that endocrinology operates like almost every other field of medicine, in a tight box of protocols, trying to treat diseases with medications and procedures, directed by the pharmaceutical and medical device companies.
At every stage of her medical training she was perplexed as to why there was so little connection between the basic sciences learned in the first two years of medical school and the clinical training in the last two years. Although so much in medicine seemed noble and invaluable, most of what was going on did not make sense.
The essence of her thought process is that the medical system should do everything possible to ensure that the diseases of aging are maximally prevented; and every person dies their natural death while fully functional, both physically and mentally."
Canada: Trafford Publishing (UK) Limited, 2020
612.405 RAS h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Wiratama
"

Gout atau penyakit asam urat merupakan penyakit inflammatory arthritis yang dapat memberikan rasa sakit pada persendian serta mengakibatkan kelumpuhan permanen akibat penumpukan kristal monosodium urate yang disebabkan oleh hiperurisemia. Penyakit ini terjadi pada sekitar 0,1% sampai 10% orang dewasa, di mana umumnya terjadi pada kelompok usia 30-50 tahun untuk laki-laki dan pada kelompok usia pasca menopause untuk perempuan. Di Indonesia, gout merupakan salah satu dari 12 besar penyakit tidak menular.  Pengobatan yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan Allopurinol yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif Xantin Oxidase (XO) untuk mengurangi sintesis asam urat, namun karena efek samping serta sifat inhibitor kompetitif Allopurinol, pendosisan Allopurinol menjadi kompleks, yang mana menjadikan perlunya pengembangan inhibitor XO yang bersifat non-kompetitif. Senyawa yang dapat menjadi kandidat adalah sebuah senyawa baru yang ditemukan dalam propolis dari Tetragonula biroi aff. dari golongan kumarin. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa senyawa tersebut memiliki aktifitas inhibisi XO yang mendekati Allopurinol namun bekerja secara non-kompetitif. Pada penelitian ini, senyawa baru serta senyawa turunannya tersebut dilakukan uji molecular docking secara in silico terhadap XO untuk mengetahui profil energi bebas ikatan senyawa pada allosteric site XO. Hasil penelitian mendapatkan skor energi ikatan terendah adalah pada Senyawa Turunan 1, dengan nilai -8,9 kcal/mol. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan senyawa baru pada -8,2 kcal/mol. Inhibisi XO terjadi karena terdapat interaksi hidrofobik ligan dengan Ser344, Val66, Phe68, ikatan hidrogen pada Lys57 dan interaksi hidrofobik dan hidrogen dengan Ser306. Senyawa Turunan 1 memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi obat anti-gout bersifat inhibitor XO non-kompetitif.


Gout is an inflammatory arthritis that could give pain on joints that could lead to permanent disability due to uric acid crystal deposits caused by hyperuricemia. Gout prevalence in adults is 0,1% to 10% which mostly happens in 30 to the 50-year-old age group for men and in post-menopause age for women. In Indonesia, Gout is one of the top 12 highest of non-infectious disease prevalence. One of the common methods to cure gout is by reducing uric acid formation, which could be done by using Allopurinol to disrupt Xanthine Oxidase (XO) enzyme in synthesizing uric acid, but since Allopurinol is a competitive inhibitor, the dosing become complex in addition to the drug’s side effect. Therefore, a non-competitive XO inhibitor needs to be developed. One of the promising candidates of non-competitive XO inhibitor is a novel compound of coumarin from propolis of Tetragonula biroi aff. Previous research found that this novel compound has non-competitive inhibitory activity against XO. In this research, we use in silico molecular docking to find the free binding energy of this novel compound and its derivate towards XO at an allosteric site. It is found that the lowest binding energy was at -8,9 kcal/mol for “Senyawa Turunan 1” (Derivate 1). This binding energy is lower than the novel compound at -8,2 kcal/mol. XO inhibition occurs due to ligand hydrophobic interaction at Ser344, Val66, Phe68, hydrogen bond at Lys57, and hydrophobic and hydrogen interaction with Ser306 This result shows that the Derivate 1 have a high potential to be developed as a non-competitive XO inhibitor for gout treatment.

"
2018
T52532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Satria Mula Habonaran
"Latar belakang. Risiko Venous Thromboembolism (VTE) yang terkait dengan keganasan adalah 4,1 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa keganasan. Pasien keganasan memiliki risiko perdarahan yang lebih besar dengan terapi antikoagulan yang umum digunakan. Inferior Vena Cava Filter (IVCF) telah direkomendasikan sebagai alternatif yang kontroversial.
Tujuan. Untuk menemukan bukti ilmiah tertinggi dalam keamanan, manfaat, dan dampak klinis IVCF untuk mengelola VTE terkait keganasan.
Metode. Sesuai dengan pedoman PRISMA, pada situs berbasis data Cochrane, PubMed, dan ClinicalKey dicari menggunakan kata kunci ("Inferior Vena Cava Filter" or "IVCF") and (“Anticoagulant”) and ("Cancer" or "Malignancy") and ("Venous Thromboembolism" or "VTE" or "Pulmonary Embolism" or "Deep Vein Thrombosis") and ("Safety" or "Benefit" or "Complication" or "Recurrence" or "Survival Rate" or "Mortality"). Artikel-artikel ini ditinjau dan dinilai.
Hasil. Ada 10 artikel yang ditinjau (1.191 partisipan). Komplikasi IVCF yang ditemukan: migrasi filter (0,9%), trombosis vena cava (3,7%), PE berulang (2,8%); fraktur filter (0,9%); dan penetrasi IVCF (0,9%). Tidak ada kematian yang ditemukan pada pasien karena komplikasi karena penyisipan filter (LOE 2). Penyisipan IVCF dapat mengurangi tingkat PE tetapi dengan peningkatan jumlah DVT (DVT: dengan filter vs tanpa filter: 35,7% vs 27,5%; HR 1,52; CI95 % 1,02–2,27; p = 0,042; PE: 6,2% vs. 15,1 %; HR 0,37; 95% CI 0,17–0,79; p = 0,008). Enam studi tidak menemukan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam mortalitas terkait PE.
Kesimpulan. IVCF aman dan bermanfaat untuk pengelolaan VTE terkait keganasan, terutama pada pasien dengan kontraindikasi antikoagulan (LOE 2, 3 dan 4).

Background. The risk of venous thromboembolism (VTE) associated with malignancy is 4.1-fold greater compared to patients without malignancy. Malignancy patient have greater risk of bleeding with the commonly used anticoagulant therapy. Inferior Vena Cava Filter (IVCF) have been recommended as an controversial alternative.
Objective. To find the highest evidence in the safety, benefit, and clinical outcome of the IVCF for managing VTE associated with malignancy.
Method. Aligning with PRISMA guidelines, online databases Cochrane, PubMed, ScienceDirect and ClinicalKey were searched using keywords ("Inferior Vena Cava Filter" or "IVCF") and (“Anticoagulant”) and ("Cancer" or "Malignancy") and ("Venous Thromboembolism" or "VTE" or "Pulmonary Embolism" or "Deep Vein Thrombosis") and ("Safety" or "Benefit" or "Complication" or "Recurrence" or "Survival Rate" or "Mortality"). These articles were reviewed and appraised.
Results. There were 10 articles reviewed (1,191 participants). Complication of IVCF found: filter migration (0.9%), vena cava thrombosis (3.7%), recurrent PE (2.8%); filter fracture (0.9%); and IVCF penetration (0.9%). No mortality was found in patients due to complications due to filter insertion (LOE 2). IVCF insertion can reduce PE rates but with an increase in the number of DVT (DVT: with filter vs without filters: 35.7% vs 27.5%; HR 1.52; CI95 % 1.02–2.27; p = 0.042 ; PE: 6.2% vs. 15.1%; HR 0.37; 95% CI 0.17–0.79; p = 0.008). Six studies found no statistically significant increase in PE-related mortality.
Conclusion. IVCF is safe and beneficial for the management of malignancy-associated VTE, especially in patients with contraindications to anticoagulants (LOE 2, 3 and 4).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gordon, Neil F.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
616.81 GOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyuni
"Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Osteopenia atau berkurangnya densitas (kepadatan) tulang merupakan prediktor awal akan terjadinya osteoporosis (keropos tulang) di waktu yang akan datang. Penyebab osteopenia salah satunya adalah karena kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan. Kebiasaan makan pada diet vegetarian (tidak mengkonsumsi daging hewani) berbeda dengan kebiasaan makan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran osteopenia dan faktor? faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. Faktor?faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah osteopenia (variabel dependen), umur, jenis kelamin, IMT (Indeks Massa Tubuh), pengetahuan tentang osteoporosis, jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, konsumsi sayuran dan buah-buahan konsumsi kafein, konsumsi alcohol dan konsumsi suplemen.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, FFQ, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pemeriksaan tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira Jakarta Barat sebesar 34,5 %. Faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia adalah jenis kelamin dan pengetahuan. Faktor-faktor yang tidak berhubungan secara signifikan adalah umur, IMT (Indeks Massa Tubuh), jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, kebiasaan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, konsumsi kafein, konsumsi alkohol dan konsumsi suplemen. Namun pada penelitian ini, terdapat kecendrungan proporsi osteopenia lebih besar pada IMT < 18 kg/m2, lama vegetarian > 5 tahun, pernah merokok, tidak olah raga, konsumsi sumber kalsium/hari ≤ median (≤ 4,47), tidak mengkonsumsi susu, konsumsi kafein/hari > median (> 0,34), konsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi suplemen.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan seperti peningkatan pengetahuan secara optimal bagi kelompok vegetarian laki-laki dan perempuan dalam mencegah terjadinya osteopenia dan osteoporosis dikemudian hari, dengan mengkonsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti susu kedele, sayuran dan buah-buahan. Olah raga yang dianjurkan untuk pencegahan osteopenia dan osteoporosis adalah olah raga dengan pembebanan (weight-bearing exercises) 3-5 kali seminggu selama 30-45 menit, dilakukan pagi hari di luar ruangan (outdoor) yang cukup Vitamin D dari sinar matahari serta batasi konsumsi makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium seperti kafein (teh, kopi, soda), alkohol dan kebiasaan merokok."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>