Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriani
"Tujuan : Mengetahui efektifitas terapi latihan Brandt & Daroff pada keseimbangan postural penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (VPPJ). Rancangan & Metode : Eksperimental (pre and post treatment) dengan intervensi terapi latihan Brandt & Daroff selama 4 minggu, pada 31 penderita VPPJ yang datang berobat di Poliklinik NO-THT, Syaraf dan Rehabilitasi-Medik RSUPN-CM Jakarta selama kurun waktu April s/d Mei 1999 dan memenuhi kriteria penerimaan. Ukuran Keluaran Utama : • Keluhan VPP J : vertigo, dizziness, mual. • Tanda klinis subyektifVPPJ : Tes Romberg, tes Stepping, tes Hallpike. • Tanda klinis obyektif VPPJ : Tes keseimbangan postural/ posturografi. Basil: Dengan uji McNemar, didapatkan perbaikan yang bennakna pada keluhan dan tanda klinis subyektif penderita VPP J. Dengan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai rata-rata gambaran keseimbangan postural penderita VPPJ sebelum dan sesudah latihan. Kesimpulan : Terapi latihan Brandt & Daroff dapat memperbaiki gangguan keseimbangan postural dan mengurangi keluhan serta tanda klinis subyektif penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak.

Objective : To evaluate the effectiveness of Brandt and Darotrs exercise on postural balance in BPPV patients. Design and Method : Experimental (pre and post treatment) with interventional Brandt and DarofT's exercise for 4 weeks in 31 BPPV patients who were coming to ENT, Neurology and Medical Rehabilitation Clinics from April to May 1999, fulfilled the inclusion criteria. The Outcome Measurements : The complaints ofBPPV Subjective clinical signs of BPPV Objective clinical sign of BPPV Results: : Vertigo, dizziness, nausea. : Romberg test, Stepping test, Hallpike test. : Posturography I postural balance test. MacNemar test showed significant improvement in subjective clinical symptoms and signs of BPPV patients. Wilcoxon test indicated significant differences of the mean of postural balance descriptions in BPPV patients before and after training. Conclusions : Brandt and Darotrs exercise could improve postural imbalance and alleviate subjective symptoms and signs of BPPV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T59105
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Latihan Brandt Daroff (BD) dan latihan Modifikasi Manuver Epley (MME) merupakan rehabilitasi vestibular sebagai terapi latihan mandiri di rumah bagi penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (VPPJ) yang menggunakan sistem sensori terintegrasi. Secara fisiologis, BD berperan dalam proses adaptasi sistem vestibular dan MME berperan dalam reposisi otolit. Tujuan: Untuk mengetahui dan membandingkan efek terapi latihan vestibular mandiri BD dan MME terhadap perbaikan gangguan keseimbangan penderita VPPJ. Metode: Studi pendahuluan dengan desain kuasi eksperimenpada 23 subjek VPPJ yang diperoleh secara consecutive sampling, laki-laki dan perempuan berusia 2060 tahun. Secara random dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok BD(n=12) dan kelompok MME(n=11)untuk latihan mandiri di rumah. Nilai Symptoms Severity Score (SSS) dianalisis menggunakanuji McNemar dan nilai posturografi dianalisis dengan uji t berpasangan atau uji Wilcoxon Signed Rank bila sebaran data tidak normal. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada nilai SSS pada latihan BD dan latihan MME (p<0,05). Tidak ditemukan perbedaan bermakna pada nilai posturografi dengan latihan MME. Ditemukan perbedaan bermakna (p<0,05) pada sepuluh variabel posturografi dengan latihan BD. Tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,05) dari nilai SSS dan posturografi antara latihan Brandt Daroff dan MME. Kesimpulan: Terdapat perbaikan bermakna nilai SSS yang lebih cepat pada kelompok yang diberi latihan Brandt Daroff dibandingkan dengan kelompok MME."
ORLI 45:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mamahit, Andy Ardhana
"Latar Belakang : Latihan Modifikasi Manuver Epley (MME) saat ini telah dikembangkan sebagai satu metode latihan mandiri untuk penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (VPPJ) selain latihan Brandt Daroff (BD). MME bertujuan mengembalikan sisa otolit yang belum kembali ke utrikulus, sedangkan BD lebih berperan pada proses adaptasi sistem vestibuler. Berbagai penelitian sebelumnya lebih banyak melihat pengaruh dari latihan Brandt Daroff daripada membandingkan antara pengaruh latihan BD dan MME. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan BD dan MME, serta membandingkan pengaruh kedua latihan terhadap perbaikan gejala dan gangguan keseimbangan pada penderita VPPJ.
Metode : Terdapat 23 sampel, 12 pasien diberikan latihan BD dan 11 dengan latihan MME. Perbaikan dari keluhan dan gejala klinis dievaluasi dengan Symptoms Severity Score (SSS Score) sedangkan untuk perbaikan gangguan keseimbangan postural secara objektif dilihat dari hasil posturografi. Latihan BD dilakukan mandiri di rumah dilakukan 5 kali dalam satu sesi, 2 sesi tiap hari selama 4 minggu atau 2 hari bebas keluhan vertigo, sedangkan latihan MME dilakukan tiga kali sehari, diulangi setiap hari hingga 24 jam bebas keluhan vertigo.
Hasil : Pada evaluasi minggu kedua dan keempat dengan SSS Score dan minggu keempat dengan posturografi didapatkan perbaikan pada kedua kelompok, tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0,05) jika dibandingkan nilai tersebut diantara kedua kelompok.
Diskusi : Pada penelitian ini, latihan BD dan MME dapat memberikan perbaikan keluhan dan gejala klinis, serta keseimbangan postural, tetapi untuk melihat perbandingan pengaruh diantara kedua kelompok masih diperlukan penelitian lebih lanjut hingga jumlah sampel terpenuhi.

Introduction: Modified Epley Maneuver (MME) exercise has now been developed as a self-training method for patients with Benign Paroxysmal Positioning Vertigo (BPPV) besides Brandt Daroff (BD) exercise. MME exercise aims to restore the rest otolit returned to the utricle, whereas BD bigger role in the adaptation of the vestibular system. Various previous studies have looked at the effects of Brandt Daroff exercises rather than comparing the effects with MME exercise. The purpose of this study was to look at the effects of BD and MME exercise, as well as to compare the effects of both exercises to improve the symptoms and balance disorder in BPPV patients.
Methods: There were 23 samples, while 12 patients were given BD exercise and 11 with MME exercise. Clinical signs and symptoms improvement were evaluated with the Symptoms Severity Score (SSS Score) while for repairs postural balance disorders objectively viewed from the posturography results. BD exercises conducted independently at home five times in one session, two sessions per day for four weeks or two days with no vertigo complaints, while the MME exercises done three times a day, repeated every day for four weeks or up to 24 hours of non-complaint of vertigo.
Results: In the evaluation of the second and fourth week of the SSS score and the fourth week with posturography results obtained improvement in both groups, but were not statistically significant different (p> 0.05) when compared to the value between the two groups.
Discussion: In this study, BD and MME exercise can provide improved clinical signs and symptoms, as well as postural balance, but to see a comparison of the effect between the two groups further research is still needed until the number of samples met."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Dharmmika
"Tujuan : Mengetahui perbaikan keseimbangan fungsional pada pasien polineropati diabetik anggota gerak bawah pasca latihan stabilitas postural
Disain : Pra dan pasta perlakuan dengan kelompok kontrol
Subyek : 50 prang dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol)
Tempat : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
Intervensi : Kelompok kasus diberi Iatihan stabilitas postural. Kelompok kontrol diberi latihan senam kaki diabetik. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali di rumah sakit dengan supervisi peneliti dan 4 hari di rumah dengan supervisi anggota keluarga yang ditunjuk. Kedua latihan diberikan selama 3 minggu.
Parameter : Keseimbangan fungsional melalui 4 tolak ukur, yaitu unipedal stance test (UST), tandem stance test (TST), timed get up and go test (TUG) dan jarak functional reach test (T'RT)
Hasil : Pada kelompok kasus terdapat perbaikan keseimbangan fungsional UST (p= 0,010), «T (p= 0,009), TUG (p= 0,014) kecuali FRT (p= 0,176), Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan keseimbangan fungsional namun tidal( bermakna.
Kesimpulan : Latihan stabilitas postural memperbaiki UST, TST dan TUG pada pasien polineuropati diabetik anggota gerak bawah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Siti Maryam
"Keseimbangan tubuh pada lansia dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan keseimbangan fisik secara teratur untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah, daya tahan dan kelenturan sendi sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 73 lansia sebagai responden dimana 36 lansia pada kelompok intervensi dan 37 lansia pada kelompok kontrol. Instrumen penilaian keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg. Latihan keseimbangan fisik dilaksanakan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Analisis data menggunakan uji-t dan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan pada kelompok intervensi (p<0,05). Keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan fisik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Gangguan keseimbangan terjadi pada kelompok kontrol dengan usia lebih dari 80 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Ada pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia (p<0,05) dimana pada kelompok intervensi terjadi peningkatan yang bermakna 7 item dari 14 item penilaian keseimbangan. Kebijakan panti terkait penerapan bentuk intervensi latihan keseimbangan tanpa mengabaikan aktivitas fisik yang telah ada dan memaksimalkan peran perawat dan petugas sosial diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan dan mencegah risiko jatuh pada lansia.

Postural balance in older people can be improved by physical balance exercise regularly to improve muscle leg strength, endurance and joint flexibility, so the risk of fall can be prevented.This Research aimed to know influence of physical balance exercise at Panti Sosial Tresna Werdha in Pemda Region DKI Jakarta. A quasi experimental with nonequivalent pretest-postest with control group design were used in this study. Seventy three sample was taken by randomization, consist of thirtysix older people of interventions group and thirtyseven older people of control group. Instrument of balance assessment uses Berg Balance Scale. Postural stability exercise is executed 3 times a week for 6 week. Data analysis uses independent and dependent t-test and multiple linear regression.
The result of the study showed that postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group (p<0,05). Postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group compared to control group (p<0,05). Balance disorder happens at control group with age more than 80 year, woman, and less conduct physical activity. There is influence of physical balance exercise to postural balance in older people (p<0,05) where at intervention group showed significant improvement on 7 of 14 items in the Berg Balance Scale. Panti policy caught in applying of intervention form balance exercise without disregard physical activity that already there is and maximize nurse role and social worker are needed to improve balance and prevent risk falls in older people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Siti Maryam
"Keseimbangan tubuh pada lansia dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan keseimbangan fisik secara teratur untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah, daya tahan dan kelenturan sendi sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Semu dengan desain nonequivalent pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 73 lansia sebagai responden dimana 36 lansia pada kelompok intervensi dan 37 lansia pada kelompok kontrol. Instrumen penilaian keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg. Latihan keseimbangan fisik dilaksanakan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Analisis data menggunakan uji-t dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan pada kelompok intervensi (p<0,05). Keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan fisik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Gangguan keseimbangan terjadi pada kelompok kontrol dengan usia lebih dari 80 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Ada pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia (p<0,05) dimana pada kelompok intervensi terjadi peningkatan yang bermakna 7 item dari 14 item penilaian keseimbangan. Kebijakan panti terkait penerapan bentuk intervensi latihan keseimbangan tanpa mengabaikan aktivitas fisik yang telah ada dan memaksimalkan peran perawat dan petugas sosial diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan dan mencegah risiko jatuh pada lansia.

Postural balance in older people can be improved by physical balance exercise regularly to improve muscle leg strength, endurance and joint flexibility, so the risk of fail can be prevented.This Research aimed to know influence of physical balance exercise at Panti Sosial Tresna Werdha in Pemda Region DKI Jakarta. A quasi experimental with nonequivalent pretest-postest with control group design were used in this study. Seventy three sample was taken by randomization, consist of thirtysix older people of interventions group and thirtyseven older people of control group. Instrument of balance assessment uses Berg Balance Scale. Postural stability exercise is executed 3 times a week for 6 week. Data analysis uses independent and dependent t-test and multiple linear regression. The result of the study showed that postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group (p<0,05). Postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group compared to control group (p<0,05). Balance disorder happens at control group with age more than 80 year, woman, and less conduct physical activity. There is influence of physical balance exercise to postural balance in older people (p<0,05) where at intervention group showed significant improvement on 7 of 14 items in the Berg Balance Scale. Panti policy caught in applying of intervention form balance exercise without disregard physical activity that already there is and maximize nurse role and social worker are needed to improve balance and prevent risk falls in older people."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26584
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Mendes Kiik
"[Jatuh merupakan salah satu masalah yang serius pada lansia. Gangguan
keseimbangan tubuh merupakan salah satu penyebab jatuh yang cukup penting. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh latihan keseimbangan lansia selama 8 minggu terhadap keseimbangan tubuh, risiko jatuh, status kesehatan dan kualitas hidup lansia. Penelitian quasi experimental ini terdiri dari dua kelompok; 30 lansia sebagai kelompok kontrol dan 30 perlakuan. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan latihan keseimbangan lansia berpengaruh signifikan meningkatkan keseimbangan tubuh (p=0,0005), status kesehatan (p=0,0005), kualitas hidup (p=0,0001) dan menurunkan risiko jatuh (p=0,0005). Hasil uji mancova menunjukkan pengaruh LKS lansia diperkuat oleh usia (p=0,0005). Latihan keseimbangan lansia dapat digunakan sebagai salah satu upaya pencegahan gangguan keseimbangan tubuh, risiko jatuh dan upaya meningkatkan status
kesehatan dan kualitas hidup pada lansia di komunitas. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada kelompok usia yang berbeda untuk mengetahui keefektifan latihan keseimbangan lansia;Falls are the one of serious problem among elderly. Balance impairment is one of important cause of fall. The aim of this study was to investigate the effect of elderly balance exercise on postural balance, risk of fall, health status and quality of life among elderly. This quasi experimental design included two groups; 30 subjects as intervention groups and 30 subjects as control groups. Sample was taken by multistage random sampling. There were significant improvements in
postural balance (p=0,0005), health status (p=0,0005) and quality of life (p=0,0001). However, there was a significant reducing in risk of fall (p=0,0005). The result of mancova showed that elderly balance exercise strengthened by age (p=0,0005). Balance exercise can be utilized as one of the preventive effort to maintain postural balance, reduce risk of fall, increase health status and quality of life among elderly in the community. Future research may consider variation of
age to know effectiveness of balance exercise, Falls are the one of serious problem among elderly. Balance impairment is one of
important cause of fall. The aim of this study was to investigate the effect of
elderly balance exercise on postural balance, risk of fall, health status and quality
of life among elderly. This quasi experimental design included two groups; 30
subjects as intervention groups and 30 subjects as control groups. Sample was
taken by multistage random sampling. There were significant improvements in
postural balance (p=0,0005), health status (p=0,0005) and quality of life
(p=0,0001). However, there was a significant reducing in risk of fall (p=0,0005).
The result of mancova showed that elderly balance exercise strengthened by age
(p=0,0005). Balance exercise can be utilized as one of the preventive effort to
maintain postural balance, reduce risk of fall, increase health status and quality
of life among elderly in the community. Future research may consider variation of
age to know effectiveness of balance exercise]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedy Sadeli Wiramihardja
"Tujuan: Latihan Tai Chi Chuan dapat meningkatkan keseimbangan penderita Osteoartritis lutut.
Disain: Uji klinis pra dan pasta perlakuan dengan kontrol.
Subyek: 22 orang pasien wanita berusia antara 50-60 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan Tai Chi Chuan atau latihan keseimbangan di rumah .:elama 8 minggu.
Parameter: Balance Error Scoring System ( BESS ), VAS setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan nilai BESS yang bermakna (p<0,00l). Persentase perubahan pengaruh kedua latihan terdapat perbedaan yang bermakna pada saat pra dan minggu ke 4 (p=0,025), minggu ke 4 dan 8 (p=0,002) serta pra dan minggu ke 8 (p=0,001). Terdapat perbedaan bermakna dalam penurunan nilai median VAS pada minggu ke 7 dan 8 (p=0,0 11 dan p=0,003).
Kesimpulan: Latihan Tai Chi Chuan dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan nyeri pada penderita osteoartritis lutut, demikian pub dengan latihan keseimbangan di rumah namun penurunan nilai BESS lebih kecil serta penurunan VAS hanya pada awal latihan.

Objective: Show that Tai Chi Chuan exercise can improve balance in patients with osteoarhrtitis of the knee.
Design: Clinical test pre and post intervention with control.
Participants: 22 patients , women age 50-60 years, were randomly assigned into two groups
Setting : Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Intervensions: Patients receive either a regimen of Tai Chi Chuan exercise at the hospital with an certified instructor or a regimen of balance exercise to be done at home 3xl week for 8 weeks.
Main outcome measures: Balance Error Scoring System ( BESS ), VAS were measured each week.
Result : Both training groups showed a significant decrease in BESS (p<0,001). There was a significantly differenced change as a result both exercise at pre and 4th weeks (p=0,025), 4'h and 8' weeks (p=0,002) , and pre and 8th weeks (p=0,001). Significant decrease of the median VAS at 7`h and 8'' weeks(p=0,011 dan p=0,003).
Conclusion: Tai Chi Chuan exercise can improve balance and decrease pain in patients with osteoarhrtitis of the knee. Balance exercise done at home also showed a decrease in BESS and VAS although only in the early phase of the exercise.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Prasetiowati
"[ABSTRAK
Pendahuluan. Masalah gizi pada anak tidak hanya gizi kurang tetapi juga gizi lebih, termasuk berat badan berlebih dan obesitas. Status gizi anak dapat dinilai menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Perbedaan IMT dapat mengakibatkan perubahan anatomik akibat adanya peningkatan beban tubuh sehingga mempengaruhi performa motorik termasuk keseimbangan postur, kekuatan otot dan lokomosi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh IMT terhadap keseimbangan postur dan kekuatan otot tungkai atas serta mengetahui adanya korelasi antara keseimbangan postur dengan kekuatan otot tungkai atas pada anak 8 – 10 tahun. Metode. 63 anak usia 8 – 10 tahun terbagi dalam 3 kelompok IMT normal, IMT berat badan berlebih dan IMT obesitas. Pengukuran keseimbangan dengan single leg balance test pada MatScan dan didapatkan hasil area centre of pressure (COP). Kekuatan otot isometrik dari ektensor panggul dan ektensor lutut diukur menggunakan hand-held dynamometer. Hasil. Area COP pada anak obesitas lebih besar signifikan dibandingkan anak berat badan berlebih (p = 0.004) dan anak normal (p = 0.000). Tidak ada perbedaan signifikan antara kekuatan ekstensor panggul anak dengan IMT obesitas daripada IMT berat badan berlebih dan IMT normal yang tidak signifikan (p = 0,527). Kekuatan ekstensor lutut anak obesitas lebih besar secara signifikan dibandingkan anak berat badan berlebih (p = 0.038) dan anak normal (p = 0.001). Namun tidak ada hubungan signifikan antara area COP dengan kekuatan otot ekstensor panggul dan ekstensor lutut. Kesimpulan. Anak obesitas memperlihatkan penurunan keseimbangan postur dan peningkatan kekuatan otot ekstensor lutut dibandingkan dengan anak berat badan berlebih dan berat badan normal. Tidak ada korelasi signifikan antara keseimbangan dan kekuatan otot.

ABSTRACT
Introduction. Nutritional problems in children are not only malnutrition but also overnutrition, including overweight and obesity. It can be assessed using the body mass index (BMI). The BMI difference can leads anatomic changes due to an increased of body loading that might affect the motor performance, including changes in balance posture, muscle strength and locomotion. Purposes. to explain the influence of BMI on the balance posture and lower limb muscle strength and to assess a correlation between the balance posture and lower limb muscle strength in children aged 8-10 years. Methods. 63 children aged 8-10 years are divided in 3 groups of BMI-normal, BMI-overweight and BMI-obese. The postural balance was assessed by single leg balance test on MatScan and the centre of pressure (COP) area was recorded. Isometric muscle strength of hip extensor and knee extensor were measured using a hand-held dynamometer. Results. Obese children had larger COP area significantly than overweight (p = 0.004) and normal children (p = 0.000). There were no significant differences in hip extensor muscle strength between obese children with overweight and normal children (p = 0.527). The knee extensor muscle strength in obese group was significantly higher than the overweight groups (p = 0.038) and normal group (p = 0.001). However there was no significant correlation between the hip extensor and knee extensor muscles strength with COP area. Conclusion. Children with BMI obesity had decreased balance posture and increased knee extensor muscle strength when compared to overweight and normal children. There was no significant correlation between the postural balance and muscle strength.;Introduction. Nutritional problems in children are not only malnutrition but also overnutrition, including overweight and obesity. It can be assessed using the body mass index (BMI). The BMI difference can leads anatomic changes due to an increased of body loading that might affect the motor performance, including changes in balance posture, muscle strength and locomotion. Purposes. to explain the influence of BMI on the balance posture and lower limb muscle strength and to assess a correlation between the balance posture and lower limb muscle strength in children aged 8-10 years. Methods. 63 children aged 8-10 years are divided in 3 groups of BMI-normal, BMI-overweight and BMI-obese. The postural balance was assessed by single leg balance test on MatScan and the centre of pressure (COP) area was recorded. Isometric muscle strength of hip extensor and knee extensor were measured using a hand-held dynamometer. Results. Obese children had larger COP area significantly than overweight (p = 0.004) and normal children (p = 0.000). There were no significant differences in hip extensor muscle strength between obese children with overweight and normal children (p = 0.527). The knee extensor muscle strength in obese group was significantly higher than the overweight groups (p = 0.038) and normal group (p = 0.001). However there was no significant correlation between the hip extensor and knee extensor muscles strength with COP area. Conclusion. Children with BMI obesity had decreased balance posture and increased knee extensor muscle strength when compared to overweight and normal children. There was no significant correlation between the postural balance and muscle strength., Introduction. Nutritional problems in children are not only malnutrition but also overnutrition, including overweight and obesity. It can be assessed using the body mass index (BMI). The BMI difference can leads anatomic changes due to an increased of body loading that might affect the motor performance, including changes in balance posture, muscle strength and locomotion. Purposes. to explain the influence of BMI on the balance posture and lower limb muscle strength and to assess a correlation between the balance posture and lower limb muscle strength in children aged 8-10 years. Methods. 63 children aged 8-10 years are divided in 3 groups of BMI-normal, BMI-overweight and BMI-obese. The postural balance was assessed by single leg balance test on MatScan and the centre of pressure (COP) area was recorded. Isometric muscle strength of hip extensor and knee extensor were measured using a hand-held dynamometer. Results. Obese children had larger COP area significantly than overweight (p = 0.004) and normal children (p = 0.000). There were no significant differences in hip extensor muscle strength between obese children with overweight and normal children (p = 0.527). The knee extensor muscle strength in obese group was significantly higher than the overweight groups (p = 0.038) and normal group (p = 0.001). However there was no significant correlation between the hip extensor and knee extensor muscles strength with COP area. Conclusion. Children with BMI obesity had decreased balance posture and increased knee extensor muscle strength when compared to overweight and normal children. There was no significant correlation between the postural balance and muscle strength.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Prasetya
"Tujuan: Untuk mengetahui apakah pemberian furosemide per oral dosis tunggal pada penderita pembesaran prostat jinak yang akan dilakukan pemeriksaan uroflowmetri dapat mempengaruhi lama tunggu penderita di klinik dan basil pemeriksaan uroflowmetri.
Bahan dan Cara: Penelitian merupakan penelitian prospektif, open label, cross over study terhadap 40 (rerata umur 62.42 ± 7.40 tahun) penderita pembesaran prostat jinak yang memenuhi kriteria penelitian. Penderita dibagi menjadi dua kelompok, 20 penderita menerima furosemide 20 mg pada kunjungan 1 dan tanpa furosemide pada kunjungan 2 (kelompok 1); 20 penderita lainnya tidak diberikan furosemide pada kunjungan 1 dan menerima furosemide 20 mg pada kunjungan 2 (kelompok 2). Lama menunggu penderita di klinik (sejak penderita berkemih sampai memenuhi syarat untuk pemeriksaan) dan basil uroflowmetri yang terdiri dari volume buli, voided volume, maximum flow rate, average flow rate, voiding time, residu urin pasca berkemih dicatat dan dianalisa dengan Student Mast atau Mann-Whitney U-test.
Hasil: Karakteristik subyek penelitian pada kedua kelompok yang terdiri dari umur, kadar hemoglobin, serum kreatinine dan nilai PSA tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0.05). Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0.01) pada lama tunggu penderita di Klinik Urologi; pada kelompok 1 dari 72.55 bertambah menjadi 120.00 menit sedangkan pada kelompok 2 dari 178.05 berkurang menjadi 89.75 menit. Pada pemberian obat, secara keseluruhan terjadi pengurangan lama menunggu yang sangat bermakna (p<0.01), dari 149.02 menit tanpa furosemide menjadi 81.15 menit dengan pemberian furosemide peroral. Pada analisa basil uroflowmetri yang terdiri dari volume bull, voided volume, maximum flow rate, average flow rate, voiding time, residu urin pasca berkemih pada kedua kelompok maupun secara keseluruhan dengan dan tanpa pemberian obat, tidak didapatkan perbedaan yang berrnakna secara statistik (p.0.05).
Kesimpulan: Pemberian furosemide peroral dosis tunggal sangat mengurangi lama menunggu untuk pemeriksaan uroflowmetri penderita pembesaran prostat jinak di klinik tanpa mempengaruhi hasil pemeriksaan uroflowmetri yang terdiri dari volume bull, voided volume, maximum flow rate, average flow rate, voiding time dan residu urin pasca berkemih.

Objective: To identify whether a single dose of oral furosemide given to benign prostate hyperplasia patients scheduled for uroflowmetry had an impact on clinic waiting time and flow rate parameters.
Materials and Methods: This was a prospective, open label, cross over study conducted among 40 benign prostate hyperplasia patients (mean age 62.42 ± 7.40 years) who fulfilled the inclusion criteria.. They were separate on two groups, where the 1 s1 group receive 20 mg furosemide at the 15` visit but no furosemide at rd visit and the 2"d group without furosemide at the 1S1 visit and receive 20 mg furosemide at god visit. Clinic waiting time and flow rate parameters (bladder volume, voided volume, maximum flow rate, average flow rate, voiding time and post void residual urine-measuring by ultrasound) were captured in a database. Student t-test or Mann-Whitney U-test analysis were carried out to evaluate the characteristic different between the two groups.
Results: Patients characteristics (age, hemoglobin content, creatinine and PSA serum) between the two groups were not statistically different (p>0.05). There was significant different on clinic waiting time in both groups; 72.55 versus 120.00 minutes, p<0.01 at 15` group and 178.05 versus 89.75 minutes, p<0.0I at 2nd group. An oral 20 mg of furosemide was significant reduction on clinic waiting time in all patients (81.15 versus 149.02 minutes, p<0.01). From evaluation of flow rate parameters (bladder volume, voided volume, maximum flow rate, average flow rate, voiding time and post void residual urine), there were not statistically different in each group and in all patiens whether with or without receive 20 mg furosemide (p>0.05).
Conclusions: The impact of a single dose 20 mg of oral furosemide was significant reduced clinic waiting time without significant changes in flow rate parameters at benign prostate hyperplasia patients who scheduled for uroflowmetry."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>