Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pulmologi & Kedokteran Respirasi FKUI, 2019
616.99 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Chandra Putra
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.99 AND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jennifer Sahira Sunukanto
"Latar belakang: Situasi pandemi COVID-19 membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama pada masyarakat dengan penyakit kronis seperti kanker paru. Perubahan akibat pandemi memengaruhi tingkat kualitas hidup pasien yang penting untuk kesejahteraan hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kualitas hidup pasien kanker paru pada pandemi COVID-19.
Metode: Studi dengan metode potong-lintang dilakukan di Poli Rawat Jalan Onkologi Toraks RSUP Persahabatan, Jakarta. Sampel diambil menggunakan metode consecutive sampling. Tingkat kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner European Organisation for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire Core 30 items (EORTC QLQ-C30) versi Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga menilai karakteristik sosiodemografis dan klinis pasien, serta faktor terkait COVID-19 yang meliputi kekhawatiran akan terhambatnya pengobatan, paparan informasi mengenai COVID-19, hambatan akses menuju fasilitas kesehatan, hambatan kelanjutan pengobatan, tekanan mental yang dialami, serta hubungan dengan keluarga dan teman selama pandemi COVID-19.
Hasil: Sebanyak 94% dan 6% pasien kanker paru memiliki tingkat kualitas hidup sedang dan buruk selama pandemi COVID-19. Keseluruhan pasien mengalami gangguan kualitas hidup selama pandemi, tetapi tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik pada tingkat kualitas hidup dengan karakteristik subjek, maupun dengan pandemi COVID-19. Sebagian besar pasien mengkhawatirkan keterlambatan pengobatan dan mengalami tekanan psikologis, namun hanya sedikit pasien yang mengalami hambatan pengobatan selama pandemi.
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan adanya gangguan kualitas hidup pada pasien kanker paru selama pandemi COVID-19. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut serta pengembangan intervensi yang lebih holistik dan komprehensif untuk pasien kanker paru, terutama selama pengobatan jarak jauh.
Kata kunci: Kanker Paru, Kualitas Hidup, COVID-19

Introduction: The COVID-19 pandemic has affected various aspects of life, especially for people with chronic diseases such as lung cancer. The changes due to the pandemic impact their quality of life (QoL) which is important for their well-being. This study aimed to provide an overview of lung cancer patients’ QoL during the COVID-19 pandemic.
Method: A cross-sectional study was conducted in the Thoracic Oncology Outpatient Clinic of Persahabatan National Respiratory Referral Hospital, Jakarta. Patients were recruited using consecutive sampling methods. QoL was assessed using the Indonesian version of the European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire Core 30 items (EORTC QLQ-C30). This study also assessed the patients’ sociodemographic and clinical characteristics and the factors related to COVID-19, including concerns about treatment delays, exposure to COVID-19 information, barriers to access to healthcare facilities and treatment continuation, psychological pressure, and interpersonal relationships with family and friends.
Results: 94% and 6% of lung cancer patients have moderate and poor QoL during the COVID-19 pandemic. All patients have impaired QoL, but no statistically significant relationship was found between QoL and the subjects’ characteristics or the factors related to the pandemic. Most patients are concerned about treatment delays and experiencing psychological pressure, but only a few patients experience treatment barriers during the pandemic.
Conclusion: This study showed an impaired QoL in lung cancer patients during the COVID-19 pandemic. Further research and development of more holistic and comprehensive interventions for lung cancer patients, particularly during remote treatment, are needed.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Zulfani
"Dalam perencanaan terapi teknik lanjut telah diimplementasikan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada perencanaan terapi dengan teknik IMRT dan VMAT. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memverifikasi simulasi perencanaan terapi dan pemberian dosis IMRT dan VMAT pada kasus kanker prostat dan kanker paru. Verifikasi dosis dilakukan dengan meletakkan TLD 100 LiF rod dan film Gafchromic EBT3 pada fantom Rando Alderson. Evaluasi dosis dilakukan dengan membandingkan analisis dosimetri PTV dan organ at risk menggunakan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada teknik IMRT dan VMAT. Dari hasil penelitian PTV pada kanker prostat algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 1. Pola yang sama juga diperoleh organ at risk dengan algoritma terbaik diperoleh Acuros XB dengan penyimpangan rata-rata terbesar pada OAR femoral head sebesar 6. Lebih lanjut PTV pada kanker paru kiri dan kanan memiliki penyimpangan rata-rata lebih kecil pada teknik VMAT. Sementara pada penggunaan algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 0,56 . Pada OAR kasus paru kiri dan kanan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penggunaan algortima Acuros XB dan Anisotropic Analytical Algorithm AAA dengan rentang deviasi terbesar diperoleh jantung 9.

In the planning of advanced engineering therapy has been implemented Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithms on therapy planning with IMRT and VMAT techniques. In this study intended to verify the simulation of therapy planning and dosage of IMRT and VMAT in cases of prostate cancer and lung cancer. Dose verification is done by placing TLD 100 LiF rod and Gafchromic EBT3 film on fantom Rando Alderson. Dose evaluation was done by comparing dosimetry analysis of PTV and organ at risk using Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithm on IMRT and VMAT techniques. From the results of research PTV on prostate cancer algorithm Acuros XB has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 1. The same pattern is also obtained by the organ at risk with the best algorithm obtained by Acuros XB with the largest mean deviation on femoral head OAR of 6. Furthermore, PTV in left and right lung cancer has a smaller mean deviation in VMAT technique. While the use of Acuros XB algorithm has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 0.56. In the left and right lung OAR cases there was no significant difference from the use of the Acuros XB algorithm and the Anisotropic Analytical Algorithm AAA with the largest deviation range obtained by heart 9.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasto Harsono
"ABSTRAK
Latar Belakang: Debu kayu sebagai telah lama dicurigai sebagai salah satu penyebab karsinoma pada paru. Makalah ini bertujuan memberikan bukti adanya hubungan antara pajanan debu kayu di tempat kerja dengan kanker paru pada seorang perajin furnitur.
Metode: Dilakukan pencarian artikel berbasis online pada PubMed dan Google Scholar pada Juli 2018 dengan kata kunci wood dust dan lung cancer kemudian ditelaah secara kritis menurut kriteria penelitian egaraic yang relevan dari Oxford Center for Evidence Based Medicine.
Hasil: Telaah kritis dilakukan atas 2 studi. Yang pertama kajian meta analisis tahun 2015, menyebutkan terdapat peningkatan risiko yang signifikan antara pajanan debu kayu dengan kanker paru (RR 1,21; 95% CI 1.05 - 1,39, n=33). Sebaliknya, ditemukan risiko rendah (RR 0,63; 95% CI 0,39-0,99 n = 5) pada studi yang berasal dari egara-negara Nordik yang karakter kayunya adalah kayu lunak. Meta-analisis ini memberikan bukti kuat hubungan antara pajanan debu kayu dan kanker paru, yang sangat dipengaruhi oleh wilayah geografis penelitian. Alasan untuk perkiraan efek wilayah ini masih harus diklarifikasi, tetapi mungkin menunjukkan efek diferensial untuk debu kayu keras dan kayu lunak. Studi terakhir berdesain cross sectional melakukan 2 buah penelitian dan menemukan peningkatan risiko kanker paru-paru untuk pajanan kumulatif substansial terhadap debu kayu (OR 1,4; 95% CI 1,0-2,0) dan (OR 1,7; 95% CI 1,1- 2,7).
Kesimpulan: Kedua studi yang terpilih menyatakan bahwa pajanan debu kayu meningkatkan risiko terjadinya kanker paru. Perlu adanya upaya pengendalian risiko pada pajanan debu kayu di tempat kerja.

ABSTRACT
Introduction: Wood dust has long been suspected as a cause of lung cancer. This paper provides evidence of a relationship between wood dust exposure at work and lung cancer in a furniture craftsman.
Method: Related articles were searched online on PubMed and Google Scholar in July 2018 with the keywords wood dust and lung cancer. Both were examined according to relevant etiologic research criteria from the Oxford Center for Evidence Based Medicine.
Results: Critical study was carried out on 2 studies. The first meta-analysis study in 2015 mentioned a significant increase in risk between exposure to wood dust with lung cancer (RR 1,21; 95% CI 1,05 - 1,39, n=33). Conversely, a low risk was found (RR 0,63; 95% CI 0,39 -0,99 n = 5) in studies originating from the Nordic countries where the wood character is soft wood. This meta-analysis provides strong evidence of a relationship between wood dust exposure and lung cancer, which is strongly influenced by the geographic area of ​​the study. The reason for estimating the specific effects of this area remains to be clarified, but it might show a differential effect for hardwood and softwood dust. The last cross sectional design study conducted 2 studies and found an increased risk of lung cancer for substantial cumulative exposure to wood dust with cancer control (OR 1,4 95% CI 1,0-2,0) and (OR 1,7 with 95% CI 1,1-2,7).
Conclusion: Both selected studies state that exposure to wood dust increases the risk of lung cancer, for this reason, efforts are needed to control wood dust exposure in the workplace."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nasriawati
"Aerosol karbon hitam menimbulkan risiko potensial bagi kesehatan manusia. Karbon hitam telah dilaporkan menjadi penyebab penting bagi beberapa penyakit kardiovaskular dan pernapasan manusia. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa klasifikasi karbon hitam adalah 2b, yaitu berpotensi menyebabkan kanker. Ini menandakan bahwa efek karsinogenik karbon hitam untuk manusia masih kontroversial. Laporan kasus berikut ini memaparkan kasus kanker paru-paru akibat pajanan karbon hitam dan meninjau literatur laporan kasus okupasi untuk mendapatkan jawaban tentang efek pajanan karbon hitam dan meningkatnya risiko kanker paru-paru di antara pekerja yang terpajan karbon hitam. Pencarian literatur dilakukan untuk menjawab pertanyaan klinis melalui database elektronik: PubMed dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah 'karbon hitam' DAN 'kanker paru-paru' DAN 'pekerja'. Kriteria inklusi dari strategi pencarian ini adalah pekerja yang terpapar karbon hitam, studi meta analisis, kasus control,prosfektif kohort. Kriteria pengecualian dari artikel ini adalah artikel yang tidak dapat diakses, RCTs yang telah digunakan dalam systemic review. Artikel yang dipilih kemudian dianalisa kritis menggunakan kriteria yang relevan oleh Oxford Center for Evidence-based Medicine. Penelitian ini mengulas literatur oleh Rota Matteo, et all 2014; Bukti epidemiologis tentang karbon hidro poliaromatik (PAH) tinggi terpapar, studi kohort perspektif oleh Delli LD, et all 2015 dan studi kasus kontrol oleh Marie EPt, dkk 1996. Ketiga penelitian menunjukkan bahwa potensi karsinogenik hitam karbon sama dengan pernyataan monograf IARC bahwa studi epidemiologi karbon hitam memberikan bukti karsinogenisitas yang kurang memadai (Kelompok 2B).

Carbon black aerosol has potential risks on human health. Carbon black has been reported to be an important cause for several human cardiovascular and respiratory diseases. International Agency for Research on Cancer (IARC) stated that carbon black classification is 2b, that is carcinogenic. This report explains a case of lung cancer due to carbon black exposure and reviews the literature of occupational cases to get the answers about the effects of carbon black exposure and the increasing risk of lung cancer among carbon black exposed workers. The literature search was performed to answer the clinical question via electronic databases: PubMed and Google Scholar. The keywords used were ‘carbon black’ AND ‘lung cancer’ AND ‘workers’. The inclusion criteria of this searching strategy were the workers which exposed to carbon black, meta analysis, randomizes controlled trial, systematic reviews, cohort. The exclusion criteria of this article were inaccessible articles, RCTs that have been used in recent systematic review. The selected articles were then critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine. This study reviews the literature by Rota Matteo, et all 2014; The epidemiological evidence on the polyaromatic hydro carbon (PAH) high exposed, perspective cohort study by Delli LD, et all 2015 and the control case study by Marie EPt, et al 1996. The three researches showed that carbon black carcinogenic potential is the same with the IARC monograph statement that the epidemiological studies of carbon black provide inadequate evidence of carcinogenicity (Group of 2B)."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wicaksono
"World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kanker paru telah menjadi satu diantara penyebab kematian utama di seluruh dunia. Prognosis kanker paru merupakan yang paling buruk diantara jenis kanker lainnya. Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kesintasan dan risiko kematian pada pasien Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) dan Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sejak Januari 2021 hingga Desember 2023 dan di foloow-up hingga September 2024 menggunakan desain kohort retrospektif. Variable yang di analisis pada penelitian ini meliputi jenis histologi, usia, jenis kelamin, ras/suku, status pekerjaan, status perkawinan, Tingkat Pendidikan, derajat merokok, jenis pasien, performance status, lateralitas tumor, clinical stage dan penatalaksanaan. Dari 938 pasien kanker paru yang dianalisis, 6.29% adalah KPKSK dan sisanya 93.71% adalah KPKBSK. Dengan median overall survival (OS) pada KPKSK adalah 142 hari dan pada KPKBSK adalh 298 hari setelah terdiagnosa selama tiga tahun pengamatan. Pada final model dikatuhi bahwa usia, derajat merokok, performance statusserta tatalaksana bermakna secara statistic terhadap risiko kematian pada pasien kanker paru setelah dikontrol variable confounding (p<0.05). Terdapat interaksi antara usia ≥60 dan jenis histologi KPKBSK yang bermakna secara statistic terhadap penurunan risiko kematian sebesar 59% setelah dikontrol oleh variable confounding (aHR 0.41 95% CI 0.26 – 0.66 p=0.000) dibandingkan dengan pasien KPKSK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk klinisi dan menjadi referensi penelitian selanjutnya.

According to the World Health Organization (WHO), lung cancer is one of the leading causes of death worldwide. The prognosis of lung cancer is the worst among other cancers. This study aims to compare survival and risk of death in patients with small cell lung cancer (SCLC) and non-small cell lung cancer (NSCLC) at Persahabatan General Hospital from January 2021 to December 2023 and follow-up until September 2024 using a retrospective cohort design. The variables analysed in this study included histology type, age, gender, race/ethnicity, employment status, marital status, education level, smoking status, patient type, performance status, tumour laterality, clinical stage and treatment. Of the 938 lung cancer patients analysed, 6.29% had SCLC and the remaining 93.71% had NSCLC. The median overall survival (OS) in SCLC is 142 days and in NSCLC is 298 days after diagnosed during three years of observation. In the final model, it was found that age, smoking level, performance status and treatment were statistically significant on the risk of death in lung cancer patients after controlling for confounding variables (p <0.05). There was an interaction between age ≥60 and histology type of NSCLC which was statistically significant on decrease the risk of death by 59% after controlling for confounding variables (aHR 0.41 95% CI 0.26 - 0.66 p = 0.000) compared to SCLC patients. The results of this study are expected to inform clinicians and provide a reference for further research."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Rahmanuri Pudjihapsari
"Merokok merupakan salah satu mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengurangi stresor. Walaupun mahasiswa sebagai individu dengan pendidikan tinggi yang dapat diasumsikan memiliki pengetahuan baik terkait penyakit akibat merokok seperti kanker paru dan PPOK, masih ditemukan mahasiswa yang menjadi perokok aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker paru dan PPOK dengan sikap terhadap rokok pada mahasiswa perokok aktif. Penelitian ini merupakan studi deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 129 mahasiswa perokok aktif tingkat sarjana di Universitas Indonesia. Pengetahuan kanker paru diukur menggunakan instrumen Lung Cancer Awareness Measure (Lung CAM), pengetahuan PPOK diukur menggunakan Bristol COPD Knowledge Questionnaire (BCKQ), dan instrumen Global Youth Tobacco Survey (GYTS) digunakan untuk mengukur sikap terhadap rokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40,3% responden berpengetahuan baik tentang kanker paru. 49,6% responden berpengetahuan baik tentang PPOK, dan 42,6% responden memiliki sikap negatif terhadap rokok. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kanker paru dengan sikap terhadap rokok (p=0,093; α=0,05). Begitu juga antara tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan sikap terhadap rokok (p=0,222; α=0,05). Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat faktor lain selain pengetahuan yang dapat memengaruhi sikap terhadap rokok.

Smoking is one of the coping mechanisms that students use to reduce stressors. Even though students as individuals with higher education can be assumed to have a good knowledge regarding smoking-related diseases such as lung cancer and COPD, there are still students who are active smokers. The purpose of this study was to identify the relationship between the level of knowledge about lung cancer and COPD with attitudes towards smoking among active smoking students. This research is a descriptive correlation study with a cross-sectional approach. The sample of this study was 129 undergraduate students of active smokers at the University of Indonesia. Lung cancer knowledge was measured using the Lung Cancer Awareness Measure (Lung CAM) instrument, COPD knowledge was measured using the Bristol COPD Knowledge Questionnaire (BCKQ), and the Global Youth Tobacco Survey (GYTS) instrument was used to measure attitudes towards smoking. The results showed that 40.3% of respondents had good knowledge about lung cancer. 49.6% of respondents have good knowledge about COPD, and 42.6% of respondents have negative attitudes towards smoking. There was no significant relationship between the level of knowledge about lung cancer and attitudes towards smoking (p = 0.093; α = 0.05). Likewise, the level of knowledge about COPD with attitudes towards smoking (p = 0.222; α = 0.05). Further research is suggested to look at other factors besides the knowledge that can influence attitudes towards smoking.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlia Majidiah
"Latar belakang: Trombosis vena dalam merupakan komplikasi tersering yang dijumpai pada keganasan. Insidens trombosis vena dalam pada kanker paru sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan populasi umum. Saat ini belum ada pedoman alur diagnosis yang dapat menegakkan diagnosis trombosis vena dalam pada kanker paru. Selain itu, penelitian serupa juga belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi penelitian pendahuluan yang menitikberatkan pada trombosis vena dalam pada kanker paru.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai proporsi trombosis vena dalam menggunakan kriteria klinis yaitu skor Wells’ pada pasien kanker paru yang dirawat di RS Persahabatan.
Metode: Desan penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Kami melakukan pemeriksaan pada pasien kanker paru yang dirawat sejak September 2012 hingga Februari 2013. Kami menyingkirkan pasien kanker paru dengan penyakit infeksi serta pasien kanker paru dengan sediaan histopatologi yang belum tegak. Pemeriksaan fungsi hemostasis seperti PT, APTT dan D-dimer tetap dilakukan bersama dengan penggunaan kriteria klnis skor Wells’. Diagnosis trombosis vena dalam ditentukan apabila skor Wells berat.
Hasil: Subjek dalam penelitian ini terbanyak adalah laki-laki (69,2%) dengan kelompok usia terbanyak yaitu kelompok usia 51-60 tahun (33,3%). Jenis histopatologi yang terbamyak ditemukan adalah jenis adenokarsinoma (57,7%). Hampir sebagian besar pasien yaitu 64 pasien (82,1%) memiliki D-dimer >500 dan hanya 14 pasien (17,9%) dengan D-dimer normal. Penelitian ini mengungkapkan proporsi trombosis vena dalam menggunakan skor Wells adalah 23,1%.%. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, riwayat merokok, jenis tumor, stadium tumor, status penampilan, serta fungsi hemostasis tidak berpengaruh terhadap trombosis vena dalam namun nilai D-dimer >500 berpengaruh terhadap trombosis vena dalam.
Kesimpulan: Proporsi trombosis vena dalam pada pasien kanker paru di RS Persahabatan hampir sama jumlahnya dengan penelitian-penelitian di negara lain yaitu sekitar 21%. Penelitian ini menunjukkan bahwa skor Wells masih mempunyai peran penting dalam menentukan trombosis vena dalam mengingat penggunaannya mudah dan praktis. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menilai metode yang mudah dan sederhana digunakan dalam praktek sehari-hari bersama dengan skor Wells dalam menentukan trombosis vena dalam pada kanker paru.

Background: Deep vein trombosis (DVT) is the common complication found in malignancy. Its incidence in lung cancer is much higher than in general population. Since there were no current diagnosis guideline which could help identify DVT in lung cancer and there were no similar study conducted before in Indonesia, thus this study could be a pilot study for further research focusing DVT in lung cancer.
Objective: The objective of this study is to find deep vein trombosis proportion among lung cancer patients which is determined by clinical criteria such as Wells’ score in Persahabatan Hospital.
Method: The study design is using a cross-sectional method. We examined the lung cancer patients who were hospitalized within September 2012 to Februari 2013. We excluded the lung cancer patients with infection comorbidity or who had not yet had histopathological confirmation. The hemostatis work up included PT, APTT, and D-dimer were conducted along with clinical Wells’ score criteria. Deep vein trombosis among the patients is determined by severe Wells’ score.
Results: Subjects in this study were mostly male (69,2%) with predominant age group of 51-60 years old (33,3%). Predominant histopathologic sub type was adenocarcinoma (57,7%). Mostly, 64 patients (82,1%) had D-dimer >500 and only 14 patients (17,9%) with normal D-dimer. This study found that deep vein trombosis proportion is 23,1% using Wells’ score. Clinical characteristics such as sex, age, smoking history, tumor cell type, tumor staging, performance status and hemostasis function does not have correlation with DVT but score of D-dimer >500 have correlation with DVT.
Conclusion: The DVT proportion among lung cancer patients in Persahabatan Hospital is similar found in some studies in other countries which is approximately 21%. This study revealed that the simple and practical application of Wells’ score in determining DVT is still have valueable role. Further study is needed to find the best simple and easy methods along with Wells’ score in determining DVT in daily practice.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisa Narendraputri
"Latar belakang: Kanker paru menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian utama akibat keganasan di Indonesia, 85% di antaranya adalah kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK). Pasien kanker paru rentan terhadap infeksi oportunistik, termasuk kriptokokosis, yaitu infeksi jamur Cryptococcus. Penelitian tentang data klinis dan keberadaan Cryptococcus pada pasien KPKBSK di Indonesia masih terbatas. Salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan Cryptococcus adalah pemeriksaan serologi Lateral Flow Assay (LFA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinis pasien KPKBSK dan kaitannya dengan hasil pemeriksaan LFA Cryptococcus di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian dengan disain potong lintang ini dilakukan pada pasien KPKBSK yang belum dikemoterapi di RSUP Persahabatan yang memenuhi kriteria inklusi. Data klinis pasien diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diambil dari rekam medis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan LFA Cryptococcus di laboratorium Parasitologi FKUI.
Hasil: Dari 77 subjek yang memenuhi kriteri inklusi, terdapat 48 (62,3%) pasien laki-laki, dengan rerata usia 59,4 tahun. Data klinis lain menunjukkan IMT 18,5-22,9 kg/m2 (53,2%), status tampilan 1 (42,9%), perokok aktif (61,0%), Indeks Brinkman ringan (42,9%), adenokarsinoma (75,3%), stadium IIIB-IV (79,2%). Riwayat komorbid yang ditemukan adalah TB (13,0%), asma/PPOK (1,3%), DM (16,9%), dan penyakit lainnya (31,2%). Proporsi hasil pemeriksaan LFA Cryptococcus positif adalah 11,7%. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara profil klinis dengan keberadaan Cryptococcus pada pasien KPKBSK.
Simpulan: Proporsi keberadaan Cryptococcus pada pasien KPKBSK yang belum dikemoterapi adalah 11,7%. Profil klinis terbanyak berupa IMT 18,5-22,9 kg/m2, status tampilan 1, perokok aktif, Indeks Brinkman ringan, jenis keganasan adenokarsinoma, dan stadium IIIB-IV. Riwayat komorbid meliputi TB, asma/PPOK, DM, dan penyakit lain. Tidak ditemukan hubungan antara profil klinis dengan keberadaan Cryptococcus pada subjek penelitian.

Background: Lung cancer is the third of leading cause of death due to malignancy in Indonesia. Eighty-five percent of them were non-small cell lung cancer (NSCLC). Lung cancer patients are prone to have the opportunistic infections, such as cryptococcosis. However, the clinical data on the exictance of Cryptococcus in NSCLC patients in Indonesia are scarce. One of the methods to detect Cryptococcus in those patients is the Lateral Flow Assay (LFA) serology test.
Aim: The study aimed to determine the association between the clinical profile of NSCLC patients with the Cryptococcal LFA test results at Persahabatan Hospital, Jakarta.
Methods: This cross-sectional study was conducted on naïve NSCLC patients at Persahabatan Hospital Jakarta, who met the inclusion criteria. The clinical data were obtained from history taking and physical examination from the medical records. Furthermore, the Cryptococcal LFA serology test was conducted at laboratory of Parasitology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Results: Of the 77 subjects, there were 48 male patients (62.3%), and the mean age was 59.4 years old. The most common clinical profile of NSCLC patients were BMI of 18.5-22.9 kg/m2 (53.2%), performance status 1 (42.9%), active smokers (61.0%), mild Brinkman Index (42.9%), adenocarcinoma (75.3%), and cancer stage of IIIB-IV (79.2%). The comorbidities of those patients were TB (13.0%), asthma/COPD (1.3%), DM (16.9%), and other diseases (31.2%). The proportion of positive Cryptococcal LFA test results was 11.7%. There was no significant association between the clinical profiles and the presence of Cryptococcus.
Conclusion: The proportion of the Cryptococcus existance in naïve NSCLC patients was 11.7%. The most common clinical profiles were BMI of 18.5-22.9 kg/m2, performance status 1, active smokers, mild Brinkman Index, adenocarcinoma histology type, and lung cancer stage at IIIB-IV. The comorbidities of those patients were TB, asthma/COPD, DM, and other diseases. No association was found between the clinical profile of those patients and the presence of Cryptococcus.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>