Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftah Putra Tegak Laksana
"Fokus kajian dari penelitian ini terletak pada proses transformasi yang terjadi pada himpunan artefak batu di Sektor Lumbung Padi, situs Gua Putri, Sumatra Selatan. Sebagai salah satu temuan artefaktual yang umum di situs prasejarah, artefak batu tentunya tidak dapat dilepaskan dari bukti-bukti otentik yang membedakannya dengan batu kali yang tergeletak di pinggir jalan. Pada artefak batu, terdapat jejak modifikasi khusus seperti dataran pukul, retus, tajaman, bahkan pada skala mikroskopik seperti residu dan kilap silika. Jejak-jejak tersebut dapat terjadi secara alami oleh alam, namun kebanyakan dibentuk oleh manusia. Dalam konteks situs prasejarah, penelitian ini mencoba untuk memahami dan menjabarkan seluruh alur perubahan yang terjadi pada himpunan batu; daur hidup awal batu yang diambil dari sumbernya, dibentuk menjadi alat, dipakai, terbuang, hingga akhirnya dikategorikan oleh arkeolog menjadi sebuah artefak. Penelitian ini melibatkan beberapa pemahaman geologis mengenai batuan, analisis secara teknologis dengan konsep chaîne opératoire, serta kajian pustaka mengenai studi replikasi dan fungsi alat batu, dengan harapan mampu mengungkap rangkaian perubahan yang terjadi pada artefak batu melalui bukti-bukti yang terekam dan lestari padanya.

The focus of this research lies in the transformation process that occurs in a collection of stone artifacts at the Lumbung Padi Sector, Gua Putri Site, South Sumatra. As some of many artifactual findings are found at prehistoric sites, stone artifacts certainly can not be separated from the authentic evidence that distinguishes it from river stones lying on the side of the road. Stone artifacts have traces of specific modifications, such as striking platform, retouch, edges, even on microscopic scales such as residues and silica sheen. These traces can occur naturally by nature but are mostly formed by humans. In the context of prehistoric sites, this research tries to understand and describe the entire flow of changes that occur in the stone artifacts; the initial life cycle of a stone taken from its source, formed into a tool, used, wasted, and finally categorized by archeologists to be an artifact. This research involves some geological understanding regarding rock, technological analysis with the concept of chaîne opératoire, and a lot of literature understanding regarding replication and use-wear studies, with the hope of being able to uncover a series of changes which occurs in stone artifacts, through recorded and enduring evidence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Hasyim
"Kabupaten Maros merupakan suatu daerah yang sangat dikenal dengan ggalan arkeologis, khususnya tinggalan arkeologis berupa situs gua prasejarah gsejak awal abad ke 20 daerah ini telah menjadi pusat perhatian para arkeolog lebih seabad lamanya penelitian yang dilakukan di kabupaten Maros, para peneliti hanya memfokuskan penelitiaannya terhadap peninggalan-peninggalan gua-gua dan nanti setelah para mahasiswa Jurusan Arkeologi Unversitas Hasanuddin pada tahun 1994 melakukan kegiatan praktek lapangan mata geomorfologi di daerah kecamatan Mallawa, menemukan alat batu berupa dan beliung, serta fragmen gerabah. Setclah itu, pada tahun 1995 Suaka nggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sulselra, melakukan survei dalam upaya tmventarisasi situs. Kemudian pada tahun itu juga, Bidang Arkeomentri Pusat litian Arkeologi Nasional yang bertjuan untuk mengetahui jenis batuan dan, serta temuan berupa alat batu yaitu kapak dan beliung, serta gerabah yang pat di situs Mallawa. Kemudian tahun 1999 Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin dan Balai Arkeologi Makassar melakukan penelitian berupa ekskavasi sekaligus melakukan pemetaan di silos Mallawa.
Dari basil penelitian yang dilakukan di situs Mallawa maka dapat ditarik lesimpulkan bahwa : Hasil uji laboratorium dengan menggunakan radiokarbon C14 di Australian National University terhadap beberapa sampel tanah (arang) dan gerabah, fragmen tulang binatang berkarbon yang diambil dari basil ekskavasi di sisi bukit bagian timur Bulu Bakung di kotak galian 1 (K1), (spit 3) ANU-1 1275 (576 +1- 80 BP) yaitu 580 BP, (spit 7) ANU-11274 (1860 +1- 70 BP) yaitu 1780 BP, dan (spit 9) ANU-11276 (2490 +1- 220 BP) yaitu 2550 BP. Dari basil uji laboratorium tersebut memberikan gambaran bahwa penghunian situs Mallawa dalam konteks neolitik telah berlangsung sejak 600 SM. (2550 P BP). Dari hasil uji laboratorium terhadap temuan alat batu (kapak dan beliung) dan bahan batuan yang ada di situs Mallawa oleh Bidang Arkeometri Pusat penelitian arkeologi Nasional di ketahui bahwa bahan pembuatan alat batu memiliki persamaan jinis batuan berupa batuan basal yang banyak ditemukan di sekitar situs Mallawa. 1lal ini berarti bahwa manusia pendukung budaya di situ Mallawa telah memanfaatkan sumberdaya batuan untuk dipergunakan sebagai bahan Baku maupun sebagai sarana pembuatan alat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T39166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vernika Hapri Witasari
"Pada beberapa prasasti batu di kawasan Indonesia dijumpai pahatan gambar. Pahatan gambar tersebut ada yang memiliki nilai lambang raja. Prasasti berlambang raja hanya dijumpai pada kawasan Indonesia dan India. Lambang raja ada yang dituliskan pada isi prasasti maupun dipahatkan pada prasasti batu berupa visualisasi dari pahatan gambar tersebut. Visualisasi tanda khusus pertama kali ditemukan pada masa pemerintahan Raja Airlaṅga yang kemudian berlanjut hingga sekitar abad XV Masehi pada masa pemerintahan Girīndrawardhana. Beberapa pahatan gambar ditemukan berbeda di hampir setiap raja yang memerintah. Hal itu membawa suatu persepsi bahwa pahatan gambar tersebut digunakan untuk membedakan seorang raja dengan raja lainnya, dengan kata lain sebagai lambang raja. Pahatan gambar yang dipilih untuk dijadikan lambang raja tentu ada maknanya. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi makna lambang raja, selain memiliki makna yang tampak juga memiliki makna lain berdasarkan penggunaan dan fungsinya saat itu.

In some stone inscriptions in the area of Indonesia has carved an image. Sculptured images have value as a symbol of the king. Inscription bearing the king?s only found in Indonesia and India region. King?s emblem there is an inscription written on the content and the inscription engraved on stone sculpture in the form of visualization of the image. Visualization special mark was first discovered in the reign of King Airlaṅga which continues until around the XV century A.D during the reign Girīndrawardhana. Some of the sculptured images found to differ in almost every king who ruled. It brings a perception that the sculptures were used to distinguish the image of a king with the other kings, in other word as a symbol of the kings. Sculptured images selected to be the king of meaningless symbols. This study attempts to reconstructed the meaning of the symbol of the king, beside having the meaning which seems also to have different meanings based on the use and function of the time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29226
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pottery is one of the old cultural product when people lived in prehistoric times. Humans have known and to make pottery from clay material since humans feel the need for containers for storing and cooking food. Pottery has a very important role in society life. Making pottery with a paddle anvile technique is a technique known in neolithic culture. Until now , these techniques are still used in several places in Indonesia, such as in sentang , Tanjung Tiram, North Sumatera."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Sutikna
"Karakteristik Song Gupuh scbagai situs hunian neolitik, memiliki arti yang sangat penting dalam konteks neolitik di daerah Punung atau wilayah Gunung Sewu secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena informasi atau bukti arkeologis mcngenai situs hunian neolitik di daerah tersebut sangat minim. Selama ini informasi yang diperoleh sebagian besar berasal dari situs-situs perbengkelan neolitik yang banyak ditemukan di daerah Punung dan sekitarnya. Meskipun situs perbengkelan juga merupakan salah satu bagian atau salah satu bahasan dalam studi permukiman, namun informasi yang dapat diperoleh dari situs semacam ini cenderung terbatas mengcnai aspek teknologi ataupun sistem produksi. Apalagi sebagian besar situs perbengkelan neolitik di daerah Punung terletak di bentang alam terbuka (open sites) yang tidak memiliki konteks hunian secara jelas, misalnya sisa-sisa makanan, bekas perapian, ataupun tembikar. Jikapun ditemukan, akan tetapi kualitas maupun kuantitasnya sangat terbatas. Kondisi tersebut menjadi faktor yang menyulitkan ketika melakukan rekonstruksi kehidupan masa lalu dalam konteks neolitik di daerah Punung. Jika Situs Song Gupuh dapat dijadikan sebagai model kehidupan neolitik di daerah Punung, maka gambaran kehidupan neolitik di daerah ini secara umum kemungkinan tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Situs Song Gupuh. Strategi subsistensi yang diterapkan tampaknya masih' menunjukkan kuatnya aktivitas eksploitasi sumberdaya lingkungan secara angsung, yaitu melalui perburuan dan mengumpulkan bahan makanan. Di sisi lain, strategi subsistensi melalui budidaya tanaman tampaknya tetap belum dapat digambarkan secara jelas, meskipun basil penclitian di Telaga Guyang Warak menunjukkan adanya indikasi pembukaan lahan, tetapi belum dapat dibuktikan secara arkeologis bahwa aktivitas tersebut berkaitan dengan aktivitas budidaya tanaman. Jika dilihat dari banyaknya situs perbengkelan neolitik di daerah Punung, yang sebagian besar menghasilkan produk berupa calon beliung, maka jelas bahwa produk tersebut sudah jauh melebihi kebutuhan lokal. Sehingga dapat memberikan gambaran bahwa calon beliung yang diproduksi dalam skala besar pada situs-situs perbengkelan, kemungkinan merupakan komoditi alat tukar dengan komoditi lain yang berasal dari luar daerah Punung. Komoditi dari luar tersebut kemungkinan berupa wadah, terutama tembikar dan benda-benda dari logam. Jika demikian, maka aktivitas pembuatan beliung dalam skala besar tersebut cenderung bersifat ekonomis daripada praktis (dalam arti hanya dipergunakan untuk keperluan sendiri). Berdasarkan basil pertanggalan C 14, kehidupan neolitik Situs Song Gupuh telah berlangsung sejak 3.300 ± 100 BP. Sementara situs-situs perbengkelan neolitik di daerah Punung antara lain memiliki pertanggalan 1.100 ± 120 BP untuk Situs Padangan dan 2.100 ± 220 BP untuk Situs Ngrijangan. Korclasi antara pertanggalan dari situs habitasi (ceruk atau gua) dan situs perbengkelan, memberikan gambaran bahwa kehidupan awal neolitik di daerah Punting tampaknya masih mcmanfaatkan ceruk atau gua scbagai tempat tinggal, kemudian area aktivitas secara bertahap beralih ke bentang alam terbuka. Rentang waktu kehidupan neolitik tersebut torus berlangsung hingga budaya logam masuk di daerah Punting, bahkan hingga jauh memasuki jaman sejarah."
2001
T11829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikolas Dalle Bimo Natawiria
"Leang Burung 2 di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan sudah beberapa dekade menjadi salah satu situs yang penting dalam memahami kehidupan prasejarah manusia di Indonesia. Leang Burung 2 pertama kali diekskavasi oleh Ian Glover pada tahun 1975 dan Adam Brumm di tahun 2007 dan 2011-2013. Pada situs ini ditemukan banyak artefak batu, namun sejauh ini belum ada penelitian mendalam mengenai jejak pakai yang dapat menunjukkan fungsi alatalat tersebut. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui jejak pakai pada artefak batu agar dapat mengetahui fungsinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua lapisan tanah dan spit yang berbeda pada penggalian tahun 2011. Penelitian ini menggunakan analisis mikroskopis pembesaran rendah dan hasilnya dibandingkan dengan penelitian eksperimen etnografi yang dilakukan oleh L. Keeley dan J. Kamminga. Hasil analisis menunjukkan hanya ada lima artefak batu yang memiliki jejak pakai yang jelas. Jejak pakai tersebut memperlihatkan kegiatan pengolahan kayu antara 25.000-45.000 tahun yang lalu.

Leang Burung 2 in Maros, South Sulawesi, for decades, has been a pivotal site for understanding prehistoric human life in Indonesia. Leang Burung 2 was first excavated by Ian Glover in 1975 and Adam Brumm in 2007 and 2011-2013. Many stone artifacts have been found at this site, but so far there has been no in-depth research on use-wear that can show the function of these artifacts. Therefore, the purpose of this research is to find out the use-wear on stone artifacts in order to know their function. The data used in this study came from two different layers of soil and spit from the 2011 excavation. This study used low magnification microscopic analysis and the results were compared with an ethnographic experimental study conducted by L. Keeley and J. Kamminga. The results of the analysis show that there are only five stone artifacts that have clear traces of use. The traces of use show wood processing activities between 25,000-45,000 years ago."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldiman Bakhti
"Inspeksi dan validasi secara kuantitatif dibutuhkan dalam uji kualitas SPECT dan harus dilakukan secara berkala. Identifikasi dari cincin artefak merupakan bagian dari evaluasi citra harus dianalisa karena hal ini berkaitan dengan performa dari SPECT. Hingga saat ini interpertasi dan evaluasi dari cincin artefak yang dilakukan memiliki keterbatasan, yaitu evaluasi dilakukan secara visual yang rentan terhadap subjektifitas dan tidak sensitif dengan perubahan yang kecil terhadap performa modalitas. Pada penelitian ini suatu metode dikembangkan untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan kuantifikasi cincin artefak. Metode ini dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemograman Python dengan berbagai macam library untuk melakukan langkah-langkah evaluasi sebagai berikut: (1) secara otomatis menentukan perbedaan antara citra yang tidak memiliki artefak dengan citra yang memiliki artefak dengan menggunakan metode Student’s t-test, (2) mendeteksi cincin artefak dengan menggunakan metode threshold (3) mendeskripsikan posisi dari artefak cincin dengan mengkuantifikasi jari-jari dalam, luar, dan lebar dari artefak cincin. Metode yang dikembangkan berhasil mendeteksi artefak cincin pada citra. Nilai p-value untuk semua citra sampel yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan metode Student’s t-test menunjukkan kurang dari 0.025. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara citra yang memiliki artefak dengan citra yang tidak memilki artefak. Metode ini juga dapat melakukan kuantifikasi terhadap jari-jari luar, dalam, dan lebar cincin artefak pada citra. Metode ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas identifikasi cincin artefak pada SPECT quality control.

The Inspection and quantitative validation are essentially needed in SPECT system quality control and must be done periodically. An identification of the ring artifact conducting by Jaszczak phantom as a part of an image quality evaluation should be analyzed since it has consequently linked with the SPECT’s performance. Until now interpretation and evaluation of these artifacts are performed visually which is prone to subjectivity and insensitive with subtle changes in the system’s performance. In this study, a method for identifying, evaluating, and quantifying the ring artifacts is developed to overcome these limitations. The method is developed using Python language with a variety of libraries to perform a sequence of evaluation steps: (1) determine the differences between the reference image with no artifacts and the one suspected image with artifacts based on Student's t-test method, (2) detect ring artifacts using threshold method and (3) describe the ring artifacts position by quantifying the radius and width of the ring artifacts. The method successfully detects the ring artifact in the system. The student's t-test method shows the p-values of all image samples smaller than 0.025 which indicates significant differences between with and without artifact images. Then, it successfully calculated the desired parameter which are the outer, inner radius and width of the detected artifacts. In conclusion, our method will be beneficial to improve SPECT system quality control for identifying the ring artifact."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S5897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Souvatzi, Stella G., 1966-
""The study of households and everyday life is increasingly recognized as fundamental in social archeological analysis. This volume is the first to address the household as a process and as a conceptual and analytical means through which we can interpret social organization from the bottom up. In case studies from Neolithic Greece, Stella Souvatzi examines how the household is defined socially, culturally, and historically. Her study is enriched by an in-depth discussion of the framework for the household in the social sciences and the synthesis of many anthropological, historical, and sociological examples. It reverses the view of the household as passive, ahistorical, and stable, showing it instead to be active, dynamic, and continually shifting."--BOOK JACKET."
Cambridge: Cambridge University Press, 2008
938 SOU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Rizky
"Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit secara menyeluruh. Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana MTBS sangat berperan dalam keberhasilan program MTBS, kinerja bidan dipengaruhi oleh faktor individu, psikologik dan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja bidan dalam pelaksanaan MTBS di puskesmas Kabupaten OKU tahun 2013 dengan menggunakan metode kualitatif dan desain RAP (Rapid Assesment Procedure). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian menyarankan kepada bidan untuk semakin meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada standar baku MTBS.

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) is an integrated approach to the overall management of childhood illness. Midwives as one of the executive power is very instrumental in the success of IMCI IMCI program, midwives' work is influenced by individual factors, psychological and organizational. This study was conducted to analyze the performance of midwives in IMCI implementation in district health centers in 2013 OKU using qualitative methods and designs RAP (Rapid Assessment Procedure). Data was collected through in-depth interviews using an interview guide to the informant. The results suggest the midwives to further improve the performance with respect to the gold standard IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>