Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Senduk, Arter Jodi
"Masyarakat penutur Tontemboan mempunyai warisan budaya tak benda atau sebuah warisan tradisi lisan yaitu nyanyian Makalelon. Nyanyian Makalelon ini merupakan nyanyian tradisional bagi orang Tontemboan Minahasa yang dibawakan dalam bahasa Tontemboan pada umumnya dan Melayu Manado, dan bahasa Indonesia. Nyanyian ini mengandung falsafah budaya kolektif terkait dengan jati diri “Keminaesaan,” (Kesatuan Orang Minahasa), nilai-nilai budaya orang Tontemboan terkait dengan religi (Malesung dan Kristen), doa-doa yang terkandung dalam liriknya mengekspresikan kepercayaan lokal Malesung di satu sisi dan di sisi lainnya mengekspresikan iman Kristen dan di sisi lain keberadaan nyanyian ini dijadikan pula sebagai media penghiburan pada saat suka dan duka. Di samping itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pesan kelisanan (orality messages) nilai-nilai budaya di dalam teks nyanyian ini, juga mengkaji pola dan struktur (formulaic) apa yang terkandung di dalam teks nyanyian ini (baik secara intrisnsik dan ekstrinsik) serta pemaknaan jenis musik yang dibawakan dengan alat musik gitar dan atau ukulele (intramusikal dan ekstramusikal) bagi para pegiat seni itu sendiri di dalam teks pertunjukan seni di desa Tondei dan Boyong-Atas Kabupaten Minahasa Selatan. Selanjutnya, di dalam pertunjukan seni nyanyian Makalelon, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu model pewarisan, kebertahanan serta usaha-usaha apa yang dilakukan oleh para penyintas seni dan budaya serta dampaknya bagi masyarakat Tontemboan, para penganut Malesung dan Kristen yang berinteraksi dan berkontenstasi ideolgi di dalam menjalankan falsafah hidup yang menyangkut nilai-nilai budaya Tou Minahasa bagi generasi selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan tradisi lisan (Finnegan), Lord dan Perry tentang struktur Formulaic dan konsep Pertunjukan Budaya (oleh pemikiran Schechner) untuk menjelaskan teks nyanyian Makalelon dan kesintasannya.

The Tontemboan speaking community has an intangible cultural heritage or an oral tradition heritage, namely the Makalelon song. Makalelon is a traditional song for the Tontemboan Minahasa people performed in the Tontemboan language in general and Manado Malay, and Indonesian. This song contains philosophy of collective culture related to the identity of “Keminaesaan,” (Unity of the Minahasa People), cultural values of the Tontemboan people related to religion (Malesung and Christianity), the prayers contained in the lyrics express of the local belief of Malesung on the one hand and on the other hand express the Christian faith and on the other hand the existence of this song is also used as a medium of comfort in times of joy and sorrow. In addition, the purpose of this study is to explore the orality messages of cultural values in the text of this song, as well as to examine what patterns and structures (formulaic) are contained in the text of this song (both intrinsically and extrinsically) as well as the meaning of the type of musik performed in with guitar and or ukulele instruments (intramusikal and extramusikal) for the art activists themselves in the text of the art performance.in the two villages, Tondei and Boyong-Atas in South Minahasa’s Regency. Furthermore, in the art performance of Makalelon song, this research aims to find out the model of inheritance, survivorship and efforts made by the survivors of art and culture and its impact on the Tontemboan community, Malesung believers and Christians who interact in ideolgy and contestation in carrying out the philosophy of life concerning the cultural values of Tou Minahasa for the next generation. This research uses ethnographic method with the approach of oral tradition (Finnegan), Lord and Perry on Formulaic structure and the concept of Cultural Performance (by Schechner's thought) to explain the text of Makalelon song and its survivorship. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Lewier
"ABSTRAK
Penelitian ini mengungkapkan kesintasan tradisi lisan tyarka di Kepulauan Babar Maluku Barat Daya yang dilihat dari aspek kebahasaan dan pertunjukan, pemertahanan dan pewarisannya. Kesintasan dari aspek kebahasaan diperlihatkan melalui kreativitas produksi ekspresi puitik, sedangkan aspek pertunjukan dikaji berdasarkan situasi pertunjukan dan partisipasi penonton. Pemertahanan dan pewarisan tyarka sebagai warisan seni diungkap dalam kaitan dengan memori kolektif masyarakat Babar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi. Data penelitian difokuskan pada pertunjukan tyarka dari Babar Timur dan Pulau Masela dengan tetap memperhatikan data tyarka dari pulau lainnya di Kepulauan Babar. Temuan yang diperoleh dari analisis kelisanan dan ekspresi puitika menunjukkan struktur dan komposisi tyarka yang memiliki pola perulangan baku dalam pluralitas bahasa tua di Kepulauan Babar. Struktur tyarka menggambarkan falsafah ldquo;pohon dan ujung rdquo; yang merupakan metofora kesintasannya, sedangkan komposisi tyarka mengikuti melodi dasar yang diatonis karena pengaruh musik Barat. Sebagai sebuah pertunjukan ritual yang diyakini kesakralannya, tradisi lisan tyarka mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah terbentuknya Kabupaten Maluku Barat Daya. Upaya untuk mempertahankan dan mewariskan tyarka menunjukkan sikap kepedulian yang didasari penghargaan dan penghormatan terhadap tradisi leluhur dalam kesinambungan antargenerasi. Hal ini menjadi suatu kekuatan kultural masyarakat Babar sebagai masyarakat kepulauan yang tetap menjaga kesatuan dan keterikatan secara adat.
ABSTRACT
This research had been carried out to expose the survivorship of oral tradition tyarka in Babar Archipelago, South West Mollucas based on its language aspect and performance, defense, and inheritance. The language aspect showed its surviving through creativity production in its poetic expression, while its performance had been studied based on its show rsquo s situation and the audience participation. The defense and inheritance of tyarka as an art heritage had been revealed related to the collective memory of Babar community. This research is a qualitative research using an etnography method. The data were focused on the tyarka performance in Eastern Babar and Masela Island without neglecting the others in Babar Archipelago. By analizing the oral and poetic expression, it was found that the structure and composition of tyarka have repeating patterns in the old language plurality in Babar Archipelago. The structure of tyarka describes ldquo tree and edge rdquo philosophy which is its survival methaphore. Its composition followed the basic diatonic melody influenced by Western music. As a ritual performance which is sacred, the oral tradition tyarka have been developing significant after the forming of the South West Mollucas Regency. The endeavour to defend and inherit tyarka showed the concern and appreciation of the community toward their ancesor and its regeneration. This effort becomes a cultural power of Babar community as an archipelago community to keep their unity and involvement. "
2016
D1724
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Sri Wahyuni
"Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktus bahasa yang digunakan pada tradisi lisan lawas Sumbawa pada tataran morfologi, sintaksis, dan kata kunci yang digunakan pada lawas religi. Lawas adalah jenis puisi tradisional khas Samawa (Sumbawa) yang masih digunakan sampai saat ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, desain linguistik yang ditemukan pada lawas-lawas religi adalah penggunaan morfem afiks tu (kita) yang mengemban fungsi sebagai subjek. Lawas-lawas religi terdiri dari frasa, klausa, dan  kalimat. Selain itu, penggunaan afiks mo yang merupakan salah satu ciri khas ragam lisan masyarakat Sumbawa yang juga sering digunakan dalam karya sastra Sumbawa. Penelitian ini juga mengungkapkan kata kunci pada lawas religi yang menjadi ciri khas pada korpus lawas religi. Kekhasan yang terdapat pada lawas religi mencerminkan topik apa yang jadi pembahasan utama dalam lawas religi.

This thesis aims to identify the language structure at the level of morphology, syntax, and keywords that used in lawas as oral tradition of Sumbawa culture. Lawas is a type of traditional Samawa (Sumbawa) poetry that is still used today. The method used in this study is qualitative. Based on the results of data analysis, the linguistic design found in lawas religion is the use of tu (we) as affix that carries the function as the subject. Besides, the use of affix mo which is one of the characteristics of the oral variety of Sumbawa people and also often used in Sumbawa literary works. The structure of lawas religion consists of phrases, clauses, and sentences. This research also reveals keywords in lawas. The peculiarities that exist in lawas reflect what topics are the main discussion in lawas as the oral tradition. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T52969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asrif
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji teks, konteks, dan fungsi kabanti sebagai tradisi lisan masyarakat Buton. Hasil kajian menemukan teks dalam tradisi lisan memanfaatkan ketersediaan kosakata percakapan sehari-hari dan juga merangkai kembali formula sendiri untuk menjadi formula baru. Metris formula tradisi lisan tidak berada pada posisi yang tetap. Formula akan bergerak dinamis karena penciptaan karya lisan semata mengandalkan ingatan dalam ruang waktu terbatas. Konteks berpengaruh dominan dalam penciptaan tradisi lisan. Teks lisan memanfaatkan unsur-unsur bahasa yang menggambarkan kebudayaan masyarakat pemiliknya. Kabanti dilatari oleh konteks budaya maritim dan agraris.
Kelisanan menjadikan teks, konteks, dan fungsi tradisi lisan lebih fleksibel sehingga melahirkan tradisi yang ekspresif, dinamis, dan ekspansif yang menempati beragam konteks budaya. Kabanti diciptakan dalam bahasa, konteks, interaksi, dan tradisi masyarakat setempat. Tradisi lisan tumbuh bersama dengan konteks, menyatu, dan menyatakan masyarakatnya, menerima unsur-unsur baru agar tetap kompetitif dengan masa yang ditempatinya. Eksistensi kabanti pada masa sekarang menunjukkan tradisi lisan bukan hasil budaya masyarakat niraksara melainkan sarana ekspresi budaya yang hanya dapat diwujudkan melalui cara-cara lisan.
This dissertation study the text, context, and function as an oral tradition of kabanti Buton community. The result of study found the text in the oral tradition for utilizing the available some words of daily conversation and also reassembling the formula itself to be a new formula. The Metris formula of the oral tradition is not same position. It would move dynamically based on the creation of an oral work solely and also to depend on memory in a limited space of time. The context influenced the dominant in the creation of an oral tradition.
The oral of text used some elements language that describes the owner culture of the community. Kabanti was backed by the cultural context of maritime and agriculture Orally made the text, context, and function the oral tradition is more flexible which appear the tradition is expressive, dynamic and expansive into placing some cultural contexts. Kabanti was created in language, context, interaction, and traditions of the local community. Oral tradition grew along with the context, united, and expressed its community; accept new elements in order to remain competitive with the time itself. At the present, the existence of kabanti indicates that the oral tradition is not the result of culture niraksara but cultural expression which could be realized through oral ver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2124
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Andi Saputra
"ABSTRAK
Lakon Bapak Jantuk merupakan segmen terakhir dari struktur pertunjukan teater tradisional Topeng Betawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pewarisan Lakon Bapak Jantuk yang selama ini berjalan. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi pustaka.
Penelitian menggunakan konsep/teori pewarisan, formula, kelisanan, pertunjukan, dan penciptaan tradisi lisan. Metode etnografi, dipilih sebagai metode penelitian karena memang kerap menjadi salah satu pendekatan terpenting dalam kajian tradisi lisan. Dengan pendekatan etnografi, pengetahuan tentang sosial budaya masyarakat Betawi dan pewarisan Lakon Bapak Jantuk kepada seniman generasi muda dapat diungkapkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pewarisan Lakon Bapak Jantuk sejak dahulu hingga kini dilakukan secara alamiah. Pewarisan seperti ini rentan terhadap dinamika dunia hiburan populer. Dengan kata lain, pewarisan dilakukan dengan cara memperhatikan lalu menirukan permainan seniman senior di atas pentas, baik itu musik, dialog, lagu, tari, pantun, dan sebagaunya. Metode pewarisan itulah satu-satunya yang ada. Oleh karena itu perlu diciptakan metode pewarisan formal melalui pendidikan yang didukung kurikulum.

ABSTRACT
This theses aim to uncovered the inheritance of the Lakon Bapak Jantuk. The main data resources had taken during the fieldwork and some of it had been conducted by doing related literary studies on the topic.
In this work, I use the inheritance concept, formula, orality, performance, and the recreation of oral tradition. In order to approach the data, ethnography research method is chosen because this method is always be an important approach for oral tradition research. Using the ethnographical approach, the sociocultural part of Betawinese people and the inheritance of Lakon Bapak Jantuk to the younger generation can be revealed.
The result shows that since long times ago up till now, the inheritance models of Lakon Bapak had been done in natural way. Therefore, this kind of inheritance model is vulnerable and can easily influenced by popular performance. Usually, this natural way, done by imitating the senior artists on the stage, from it?s music, dialogue, dance, songs, pantun, etc. Since there is only one inheritance method that exist, it is crucially need to create formal inheritance models through the educational aspect. Therefore, further preservation can be achieved effectively.
"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardi
"Disertasi ini mengkaji guritan sebagai tradisi lisan, penciptaan, pewarisan, konteks, dan fungsinya bagi masyarakat Besemah, Sumatera Selatan. Guritan adalah prosa lirik yang dituturkan dengan irama khas dalam bahasa Besemah. Bentuk, irama, dan bahasa guritan dari dahulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan, tetapi isinya berubah dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan khalayaknya.Penciptaan guritan dilakukan sekaligus dengan penuturannya. Guritan diciptakan atas beberapa bait, beberapa larik, dan beberapa kata yang tidak tetap jumlahnya. Struktur pertunjukan guritan terdiri atas: bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Penggurit menciptakan guritan tidak dengan menghafal, tetapi memanfaatkan persediaan formula di dalam ingatannya. Formula yang digunakannya berupa formula dalam dan formula luar.
Pewarisan guritan dilakukan secara otodidak antara penggurit terdahulu dengan penggurit kemudian me- lalui proses mendengarkan penuturan, melakukan penuturan, dan mendialogkan hasil penuturan antargenerasi penggurit.Adanya satu kesatuan konteks yang saling mempengaruhi antara penggurit, penonton, penyelenggara pertunjukan, kesempatan pertunjukan, waktu dan tempat pertunjukan, imbalan jasa pertunjukan, dan inovasi pertunjukan menjadikan guritan dapat tetap bertahan hidup di dalam masyarakat Besemah. Guritan yang dikhawatirkan akan mati bahkan punah itu, ternyata masih berfungsi di dalam kehidupan masyarakat Besemah dari masa ke masa sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakatnya. Fungsi-fungsi itu berguna bagi pembentukan karakter masyarakat Besemah khususnya dan bagi pembentukan karakter bangsa Indonesia pada umumnya.

This dissertation examines guritan as oral tradition in terms of its composition, transmission, context, and function for Besemah society, South Sumatra. Guritan is prose lyrics spoken with a distinctive rhythm in Besemah language. The form, rhythm, and language of guritan do not change significantly from the past until now but the contents change from time to time in accordance with the development of its audiences.The composition of guritan is made in its performance. Guritan created in stanzas and lines, and some words with no fixed amount. The structure of guritan show consists of the introduction, content, and conclusion. Penggurit creates guritan not by memorizing but utilizing the formula supplies in his memory. The formulas used are in the form of internal formula and external formulas.
The transmission of guritan takes places through self learning through the process of listening to the narrative, doing the narrative, and making the result into a dialog between the generations of penggurit.The unity of context of the interplay between penggurit, spectators, organizers of the show, the show opportunity, time and venue, performances service fee, and innovation makes guritan show survive in Besemah society. Guritan still functions in public life of Besemah from time to time in accordance with the changing demands of society though it is feared to be dead and even extinct. The functions are useful for character development of Besemah community in particular and for the formation of the character of the Indonesian people in general.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2270
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestariwati
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian mengenai keberlanjutan dan kebertahanan nilainilai
tradisi karia pada masyarakat Muna. Penelitian ini bertujuan memperlihatkan
keberlanjutan, kebertahanan nilai-nilai dalam tradisi karia, dan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat
pendukung tradisi karia. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi
pustaka. Penelitian menggunakan konsep dan teori yang berhubungan dengan
keberlanjutan tradisi karia. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Dengan pendekatan etnografi, pengetahuan tentang keberlanjutan dan
kebertahanan nilai-nilai dalam tradisi karia dapat diungkap. Melalui metode ini
fungsi dan nilai-nilai dalam tradisi ini dapat diungkap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat membawa
pengaruh pada keberlanjutan dan kebertahanan nilai-nilai tradisi ini. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa keberlanjutan tradisi ini berkaitan dengan pola
pewarisan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengambil kebijakan,
masyarakat, dan pelaku tradisi karia.

ABSTRACT
This thesis is a research about the continuity and preservation of karia tradition
values in Munanese people. This research aims at showing the continuity,
preservation of values in karia tradition, and to know the factors causing the
happening the change in society as the supporter of karia tradition. Data resources
are obtained from field and literature data. This research uses the concepts and
theories related to the continuity of karia tradition. The method of this research
uses qualitative method. By ethnographical approach, the knowledge about the
continuity and the sustainability of values in karia tradition can be expressed.
Through this method, the functions and values in this tradition can be shown. The
findings of this research shows that the change that happens in the society bring
the impact on the continuity and sustainability of this tradition values. This
research also shows that the sustainability of this research is related to the
inheritance pattern done by the government as the policy maker, society, and the
performers of karia tradition."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Malik
"Tesis ini merupakan penelitian yang membahas tentang peranan kabolosi dalam tradisi lisan kande-kandea kabolosi pada masyarakat Baruta Analalaki di Buton. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data lapangan dan data pustaka. Beberapa teori dan konsep yang digunakan antara lain peran, tradisi lisan, dan ritual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi.
Dalam pembahasan tesis ini akan memaparkan tiga hal utama yakni kelisanan, ritual makan bersama, dan peranan kabolosi dalam kande-kandea kabolosi. Pada pembahasan pertama, masyarakat Baruta Analalaki merupakan salah satu masyarakat di Buton yang masih mempertahankan kadandio sebagai salah satu kelisanan dalam tradisi kande-kandea kabolosi. Dalam pertunjukannya, proses penciptaan lisan yang dilakukan sang pelantun lebih menitikberatkan pada penghafalan teks secara tetap, atau tidak secara spontanitas dan menolak kreasi baru. Untuk mempermudah hafalannya, sang pelantun menguasai dan memanfaatkan formula tetap dan tidak tetap. Pada pembahasan selanjutnya, masyarakat Baruta Analalaki merupakan salah satu masyarakat di Buton yang melaksanakan tradisi kande-kandea sebagai sebuah ritual. Kosep dasar ritual makan bersama yang mereka lakukan adalah makanan disajikan kepada masyarakat dan arwah leluhur, yang selanjutnya akan makan secara bersama-sama. Masyarakat Baruta Analalaki malaksanakan tradisi ini lebih menitikberatkan pada fungsi pemenuhan kebutuhan spiritual dan sosialnya. Pembahasan terakhir adalah peranan kabolosi dalam kande-kandea kabolosi. Dari hasil analisis, diketahui bahwa kabolosi memiliki peranan yang sentral dalam kehidupan kande-kandea kabolosi hingga hari ini. Selama masyarakat Baruta Analalaki masih memiliki kebutuhan spritual dan sosial, maka selama itu pula kabolosi akan diperlukan. Peranan kabolosi dalam kande-kandea kabolosi adalah memediasi masyarakat dengan arwah leluhur, mengelola masyarakat. dan melakukan pewarisan baik diluar maupun di dalam pelaksanaanmya.

This thesis is a study about the role of kabolosi in the oral tradition Kandea-kandea Kabolosi at Baruta Analaki society in Buton. Sources of data were obtained from field and reference. Some theories and concepts were used role, oral tradition, and ritual. The method used in this reserach is an ethnographic method.
The discussion of this thesis will describe three main things such as orality, ritual eating together, and the role of Kabolosi in Kande-Kandea Kabolosi. Firstly, Baruta Analaki society is one of the community in Buton that still maintains Kadandio as one of orality in the tradition of Kande-Kandea Kabolosi. In the show, the process of creation who performed by the singer is more focused on text memorization is fixed, or not spontaneously and denied new creation. For making easy on its memorization, the singer command and use the fixed and variable formula. Next, this study about Baruta Analalaki society is one of community in Buton who carry out Kande-Kandea tradition as a ritual. The basic concept of ritual of eating together is serve the food to the public and ancestral spirits, which in turn will feed together. They do this tradition to emphasize on fulfillment function of spiritual and social. The last discussion is about the role of Kande-Kandea Kabolosi. From the analysis, it is known that Kabolosi has a central role in Kande-Kandea Kabolosi’s life till this day. As long as they still have spiritual and social needs, then Kabolosi will be required. Kabolosi roles in Kande-Kandea were mediated society with acestral spirits, manage people, and do good tranmission even in outside and inside of its implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Ardiansyah
"Disertasi ini mengkaji Senjang sebagai Tradisi Lisan Musi Banyuasin Sumatra Selatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan tradisi lisan Senjang sebagai salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orangtua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan pemerintah di dalam penyampaian aspirasi yang berupa nasihat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk memelihara, memanfaatkan dan mengembangkan tradisi Senjang melalui, sekolah, sanggar dan festival seni tradisi. Senjang yang hadir saat acara-acara adat seperti perkawinan, syukuran, dan lainnya merupakan identitas budaya Musi Banyuasin.

This dissertation examines Senjang as the Oral Tradition Musi Banyuasin South Sumatra. This study used qualitative research with the ethnographic approach. The results showed that the oral tradition of Senjang is as media forms of cultural arts that connect parents with young generation or it can be also between the society and government in delivering the aspiration such as the advice, criticism or even the delivery strategy of happiness feeling. Some attempts have been made to preserve, utilize and develop Senjang tradition through schools, galleries and arts tradition festival. Senjang is present in traditional events such as marriage, thanksgiving, and the other which becomes a cultural identity of Musi Banyuasin.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2229
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyah Aditya Saputra
"Penelitian ini mengkaji tradisi lisan asli Betawi, ngerahul, yang dilakukan masyarakat Betawi Mampang melalui memori kolektif yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh dan mengungkapkan upaya yang nyata untuk mengembalikan peranan ingatan masyarakat Betawi Mampang terhadap tradisinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan pendekatan deskriptif analitis karena menjelaskan, memberikan ilustrasi, dan simpulan terhadap permasalahan yang telah didapatkan dan diteliti sekaligus cukup adaptif dan peka terhadap pola-pola atau yang diterapkan masyarakat dalam tradisi ini. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara dengan beberapa narasumber terverifikasi, termasuk budayawan Betawi dan pelaku budaya tersebut. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa ngerahul pada era modern di kawasan tersebut dijalankan atas dasar kebutuhan pelakunya dengan modal ingatan masa lalu. Di satu sisi, dengan ngerahul, mereka memperoleh timbal balik dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan mereka.

This research examines the indigenous oral tradition of Betawi called ngerahul, which is practiced by the Betawi community in Mampang, through their collective memory. The purpose of this study is to obtain and reveal the genuine efforts to restore the role of Betawi Mampang community's memory in relation to their tradition. This research utilizes a qualitative method with an analytical descriptive approach, as it seeks to explain, illustrate, or draw conclusions regarding the identified and researched issues, while also being adaptable and sensitive to the patterns or practices implemented by the community in this tradition. The data collection method employed for this research is interviews with several verified sources, including Betawi cultural experts and practitioners. The study findings indicate that ngerahul, in the modern era of the area, is carried out based on the needs of its participants with the aid of past memories. With ngerahul, they gain reciprocity and values that are beneficial to their lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>