Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz Amanda Putri
"Jurnalisme olahraga menjadi suatu hiburan yang ditunggu oleh masyarakat, khususnya pecinta olahraga. Dunia olahraga dipersepsikan oleh banyak kalangan sebagai sesuatu yang dekat dengan laki-laki, baik dari subjek pemberitaan, audiens, hingga jurnalis. Dominasi laki-laki pada dunia jurnalisme olahraga terkadang membuat perempuan diremehkan bahkan hanya dilihat sebagai objek. Oleh karena itu, atlet maupun reporter perempuan sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Masalah objektifikasi perempuan pada dunia jurnalisme olahraga pun akhirnya tidak terhindarkan. Artikel ini menganalisis dua hasil penelitian mengenai objektifikasi pada reporter perempuan dan atlet perempuan yang ditulis dalam jurnal ilmiah internasional. Terdapat dua metode yang berbeda dari masing-masing penelitian, yaitu metode analisis konten dan metode kuantitatif. Kedua metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan. Pada artikel pertama, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memfokuskan pandangan mereka terhadap tubuh penyiar perempuan. Pada artikel kedua, hanya 51% atlet perempuan digambarkan melalui foto yang relevan dengan olahraganya, lebih rendah dari penggambaran atlet laki-laki yang mencapai 82%.
Sports journalism is an entertainment that is awaited by the public, especially sports lovers. The world of sports is perceived by many as something close to men, from news subjects, audiences, to journalists. The domination of men in the world of sports journalism sometimes makes women belittled and even seen as objects. Therefore, female athletes and reporters often receive less favorable treatment. The problem of objectification of women in the world of sports journalism was finally unavoidable. This article analyzes the results of two studies regarding the objectification of female reporters and female athletes written in international scientific journals. There are two different methods from each research, namely the content analysis method and the quantitative method. Both methods have their own advantages and disadvantages, according to the object of the research conducted. In the first article, the results showed that most of the respondents focused their views on the female broadcaster's body. In the second article, only 51% of female athletes were depicted through photos relevant to their sport, lower than the depiction of male athletes which reached 82%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Amanda Putri
"Jurnalisme olahraga menjadi suatu hiburan yang ditunggu oleh masyarakat, khususnya pecinta olahraga. Dunia olahraga dipersepsikan oleh banyak kalangan sebagai sesuatu yang dekat dengan laki-laki, baik dari subjek pemberitaan, audiens, hingga jurnalis. Dominasi laki-laki pada dunia jurnalisme olahraga terkadang membuat perempuan diremehkan bahkan hanya dilihat sebagai objek. Oleh karena itu, atlet maupun reporter perempuan sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Masalah objektifikasi perempuan pada dunia jurnalisme olahraga pun akhirnya tidak terhindarkan. Artikel ini menganalisis dua hasil penelitian mengenai objektifikasi pada reporter perempuan dan atlet perempuan yang ditulis dalam jurnal ilmiah internasional. Terdapat dua metode yang berbeda dari masing-masing penelitian, yaitu metode analisis konten dan metode kuantitatif. Kedua metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan. Pada artikel pertama, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memfokuskan pandangan mereka terhadap tubuh penyiar perempuan. Pada artikel kedua, hanya 51% atlet perempuan digambarkan melalui foto yang relevan dengan olahraganya, lebih rendah dari penggambaran atlet laki-laki yang mencapai 82%.

Sports journalism is an entertainment that is awaited by the public, especially sports lovers. The world of sports is perceived by many as something close to men, from news subjects, audiences, to journalists. The domination of men in the world of sports journalism sometimes makes women belittled and even seen as objects. Therefore, female athletes and reporters often receive less favorable treatment. The problem of objectification of women in the world of sports journalism was finally unavoidable. This article analyzes the results of two studies regarding the objectification of female reporters and female athletes written in international scientific journals. There are two different methods from each research, namely the content analysis method and the quantitative method. Both methods have their own advantages and disadvantages, according to the object of the research conducted. In the first article, the results showed that most of the respondents focused their views on the female broadcaster's body. In the second article, only 51% of female athletes were depicted through photos relevant to their sport, lower than the depiction of male athletes which reached 82%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Renni Delilah
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas tentang seorang perempuan penyanyi dangdut yang mengalami objektifikasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Karya akhir ini mencoba melihat bagaimana perempuan yang bekerja sebagai penyanyi dangdut kemudian dijadikan objek oleh orang orang di sekitarnya seperti masyarakat umum, media massa, pemilik dan rekan-rekan orkes, serta penonton dari pertunjukkan musik dangdut. Analisa objektifikasi dalam karya akhir ini dilakukan berdasarkan definisi objektifikasi oleh Martha C. Nussbaum. Melalui pemikiran Nussbaum, peneliti mendapatkan hasil analisa yang menunjukkan bahwa objektifikasi yang dialami perempuan penyanyi dangdut ternyata mengarah kepada komodifikasi terhadapnya.

ABSTRACT
This final project discusses about objectification that happened to female dangdut singer. This final project try to capture how a female dangdut singer has become a victim of objectification from everyone around her, such as societies, mass media, the owner of the orchestra, and the audience of dangdut show. The analysis of objectification in this final project uses the definition of objectification from Martha C. Nussbaum?s thoughts. Using Nussbaum?s idea, this final project sees that objectification that the woman dangdut singer felt actually aims to commodify her. The commodification also happened to her life.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Satya Abigail
"Zaman yang terus berkembang tidak mengubah perspektif masyarakat Indonesia terhadap gender. Norma gender masih dipegang teguh oleh masyarakat dan memiliki pengaruh yang kuat atas pemahaman serta peran gender; termasuk pengertian dari pembagian sifat maskulin dan feminin. Pada penelitian ini, saya hendak melihat pengaruh dari salah satu olahraga bertarung yang dinyatakan sebagai olahraga maskulin, yaitu taekwondo, dengan keikutsertaan perempuan di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan etnografi yang mencakup observasi partisipan serta wawancara mendalam dengan adanya keterlibatan dari pelatih dan murid yang sesuai dengan kategori pemilihan dojang atau tempat latihan. Pencarian data juga didasari dengan sudut pandang antropologi olahraga yang melihat cabang olahraga terkait secara lebih rinci dan mendalam. Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa tiap dojang memang melakukan pembedaan porsi latihan bagi murid, namun lebih dilandaskan oleh tingkat kemampuan yang dimiliki. Label yang diberikan oleh masyarakat juga dirasakan oleh taekwondoin perempuan; hanya saja, tidak mengubah cara pandang [body-image] atas diri mereka sebagai seorang taekwondoin. Pada akhirnya, para informan tidak menyetujui label: perempuan yang ikut taekwondo adalah perempuan maskulin, karena nyatanya taekwondo tidak semata-mata menjadi penentu sifat gender seseorang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nariswari Nayadheyu
"ABSTRAK

Tesis ini membahas objektifikasi dan normalisasi tubuh perempuan yang terjadi pada media sosial, khususnya akun Instagram @dramaojol.id. Akun ini tidak hanya dimanfaatkan untuk pembagian informasi terkait dengan transportasi online, namun juga sebagai tempat hiburan dimana tubuh perempuan seringkali diobjektifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Teori objektifikasi Fredickson & Roberts dan teori kekuasaan Foucault digunakan untuk melihat objektifikasi dan normalisasi tersebut. Data dianalisis melalui semiotika sosial Theo van Leeuwen melalui 3 tahap, yakni metafungsi representasi, interaksi, dan komposisi. Hasil yang ditemukan adalah pada metafungsi representasi, perempuan selalu ditempatkan sebagai tujuan (goal), metafungsi interaksi menunjukkan bahwa perempuan ditampilkan kepada khalayak sebagai penawaran (offer), dan metafungsi komposisi perempuan selalu ditempatkan ditengah sebagai fokus utama. Objektifikasi yang sering ditemukan pada akun ini adalah fungibility, penyamaan tubuh dengan obyek lain. Normalisasi dilakukan melalui wacana humor dengan karakteristik oposisi seksual dan non-seksual serta penggunaan teks maskulin melalui naming and androcentrism, double entendres, dan euphemism and taboo.


ABSTRACT

The focus of this study is objectification and normalization of woman's body that happen in social media, particularly @dramaojol.id's Instagram account. This account is not only used as a place to share information regarding to online transportation, but also as a place for recreation where women's body is often objectified. This research is a qualitative research using critical paradigm. Fredickson & Roberts' objectification theory and Foucault's power theory is used to explain the process of objectification and normalization. The data is analysed by using Theo van Leeuwen's social semiotics through 3 steps of analysis, namely metafunction of representation, interaction and composition. The findings are, at the level of representation woman is always placed as a goal. At the level of interaction, woman is presented as an offer to the followers and at composition woman's body is always placed as a focus to be objectified. It is also found that objectification that often happen in @dramaojol.id Instagram account is fungibility, treating the person as interchangeable with objects. Furthermore, normalization is done through humor with characteristics of sexual and non-sexual opposition whereas masculinity is portrayed by naming and androcentrism, double entendres and euphemism and taboo.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mei, Liu Xiang
"Penelitian ini membahas tentang perbedaan representasi objektifikasi perempuan dalam humor seksual antara Tiongkok dan Indonesia, serta implikasinya terhadap persepsi sosial. Dengan menggunakan analisis kualitatif, studi ini membandingkan konten humor dari kedua negara, mengidentifikasi cara-cara perempuan diobjektifikasi dalam konteks budaya dan sosial yang berbeda. Di Indonesia, humor cenderung menggambarkan perempuan dalam peran domestik dan tradisional, sementara di Tiongkok, objektifikasi lebih eksplisit dan berfokus pada aspek seksual dan transaksional. Metodologi penelitian melibatkan analisis konten terhadap humor dalam media massa dan digital, dengan teori Avner Ziv tentang humor, teori objektifikasi Nussbaum dan Langton, dan perspektif feminisme serta teori kritis media sebagai kerangka teori. Hasil studi ini menyoroti bagaimana norma sosial dan nilai budaya mempengaruhi representasi objektifikasi perempuan dalam humor, serta dampaknya terhadap pandangan masyarakat terhadap perempuan, menunjukkan perlunya pemahaman kritis terhadap humor dalam konteks sosial dan gender yang lebih luas.

This research discusses the differences in the representation of women's objectification in sexual humor between China and Indonesia, and its implications on social perceptions. Utilizing qualitative analysis, the study compares humor content from both countries, identifying how women are objectified within different cultural and social contexts. In Indonesia, humor tends to depict women in domestic and traditional roles, whereas in Tiongkok, objectification is more explicit and focuses on sexual and transactional aspects. The research methodology involves content analysis of humor in mass media and digital platforms, employing Avner Ziv’s theory of humor, Nussbaum and Langton's objectification theory, and perspectives from feminism and critical media theory as the theoretical framework. The findings highlight how social norms and cultural values influence the representation of women's objectification in humor, and its impact on societal views of women, indicating the need for a critical understanding of humor within broader social and gender contexts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Pratiwi
"Objektifikasi perempuan terlihat perlakuan laki-laki terhadap perempuan sebagai perwujudan hirarki dan dominasi gender. Skripsi ini menganalisa majas-majas dalam tiga puisi E. E. Cummings yang ditulis pada waktu pernikahan pertamanya. Pilihan puisi-puisi ini dilakukan untuk mengidentifikasi perlakuan Cummings terhadap perempuan di kala usaha pertamanya memiliki hubungan romantis. Majas-majas yang menggambarkan tindakan, pikiran dan perasaan aku lirik diobservasi dalam skripsi ini. Dengan begitu, dinamika hubungan seksual aku lirik dapat diidentifikasi untuk menganalisa bagaimana aspek-aspek objektifikasi muncul dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dehumanisasi yang merupakan lanjutan dari objektifikasi digunakan sebagai teori pendukung analisis ini. Praktek objektifikasi perempuan ditemukan dalam ketiga puisi dengan tingkat intensitas dan cara yang bervariasi. Namun, objektifikasi ditabirkan oleh puisinya yang menampilkan perempuan yang terbebaskan secara seksual. Meskipun demikian, pada prakteknya, seksualitas mereka masih diobjektifikasi. Objektifikasi yang terjadi berlanjut sampai dengan terjadinya dehumanisasi yang menurunkan perempuannya menjadi binatang maupun objek seperti kota dan kendaraan.

Female objectification has been pervasive in the treatment of women by men as a manifestation of gender hierarchy and domination. This thesis analyzes the figurative languages in three poems of E. E. Cummings which were produced around the times of his first marriage. This selection is made to identify Cummings’ treatment of women in the time of his first attempt of romantic relationship. Figurative languages that illustrate the personas’ actions, thoughts and feelings in the poems are observed. In this way, the dynamics of the personas’ sexual relationships are then identified in
order to analyze how aspects of objectification appear in the relation between men and women. Dehumanization as an extension of objectification is used as a supporting theory in the analysis. Practices of female objectification are found in the three poems with varying degrees of intensity and ways that the aspects were conducted. However, the objectification is concealed by the poem’s presentation of women that are sexually liberated, yet in practice, their sexuality is still being
objectified. The objectification extends up to the conduct of dehumanization which reduces the women into animals and objects of city and automobile.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigha Angel Winly Oktaviana
"Industri K-pop sudah tidak diragukan lagi ketenarannya dan menjadi salah satu fenomena global yang memiliki banyak peminat, terutama remaja. Namun, hal tersebut juga memicu banyaknya persaingan demi menarik perhatian publik. Perusahaan berlomba-lomba untuk mendebutkan boy atau girl grup dengan aturan yang cukup ketat. Girl idola contohnya, standar kecantikan seperti tubuh ideal, cantik, berkulit putih yang telah diterapkan pada industri K-pop secara tidak langsung menyebabkan adanya perilaku objektifikasi terhadap tubuh perempuan dan dijadikan sebagai objek untuk menyenangkan hasrat laki-laki. Penelitian ini berusaha untuk membongkar bagaimana objektifikasi dan seksualisai idola dapat terjadi dan kehidupan idola perempuan banyak disetir oleh perusahaan mereka. Dengan menggunakan teori politik seksual yang dikemukakan oleh Andrea Dworkin yang mana menyatakan pornografi menggambarkan laki-laki sebagai pria jantan yang mendominasi, sedangkan perempuan diperdagangkan, dikolektifikasi dan diobjektifikasi. Penulis berusaha untuk memperlihatkan bagaimana tubuh perempuan diperlakukan sebagai objek yang dapat dikomersialkan kepada publik dan digunakan untuk menarik perhatian masyarakat.
The K-pop industry has undoubtedly become a global phenomenon that has many fans, especially teenagers. However, it also triggers a lot of competition to attract public attention. Companies are competing to debut boy or girl groups with quite strict rules. Girl idols, for example, beauty standards such as ideal body, beautiful, white skin that have been applied to the K-pop industry indirectly lead to objectification behavior towards women's bodies and are used as objects to please men's desires. This research seeks to uncover how objectification and sexualization of idols can occur and the lives of female idols are largely driven by their companies. By using the theory of sexual politics put forward by Andrea Dworkin, which states that pornography depicts men as dominating males, while women are trafficked, collectivized and objectified. The author tries to show how women's bodies are treated as objects that can be commercialized to the public and used to attract public attention."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Arifai Arrieta
"Perilaku makan menyimpang merupakan penyimpangan psikologis yang melibatkan perilaku dan komplikasi yang berhubungan dengan gizi dan atlet putri memiliki resiko untuk mengalaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku makan menyimpang yang meliputi faktor internal yaitu citra tubuh, rasa percaya diri, riwayat diet, dan tingkat stress serta faktor eksternal yaitu pengaruh dari pelatih, teman, keluarga, durasi olahraga dan tuntutan sebagai atlet. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan total responden sebanyak 97 atlet putri DKI Jakarta cabang olahraga estetik, ketahanan, dan bela diri. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Pengumpulan data menggunakan kuesioner termasuk EDDS untuk melihat perilaku makan menyimpang serta pengukuran tinggi dan berat badan responden. Analisis data menggunakan uji chi square dan uji t independen. Hasil penelitian menunjukkan 37,1% responden memiliki perilaku makan menyimpang dengan spesifikasi anoreksia nervosa 0%, bulimia nervosa 12,4%, binge eating disorder 10,3% dan EDNOS 14.4%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh (p=0.000), riwayat diet (p=0.034), tingkat stress (p=0.019) sebagai faktor internal dan pengaruh pelatih (p=0.001), teman (p=0.047), keluarga (p=0.005), durasi olahraga (p=0.005), tuntutan sebagai atlet (p=0.000) sebagai faktor eksternal dengan perilaku makan menyimpang. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan KONI DKI Jakarta dapat memberikan intervensi terhadap atlet dan pelatih mengenai citra tubuh dan gizi untuk mencegah atlet memiliki perilaku makan menyimpang.
Eating disorders is psychological aberrations that involve behavior and complications associated with nutrition and female athletes have a high risk to have it. The purpose of this study is to know the factors related to eating disorders that include internal factors namely, body image, self-esteem, diet history and level of stress as well as the external factors that include influence from coaches, friends, family, duration of excercise and presssure as athletes. The study design used was cross sectional with total respondents as much as 97 DKI Jakarta aesthetic, endurance, and martial art female athletes. This study conducted in April-May 2014. Data collected using the questionnaire including EDDS to see distorted eating behavior as well as measurement of height and weight of the respondents. Data analysis using the chi square test and t-test. The results showed 37,1% of respondents have distorted eating behavior with specification of anorexia nervosa 0%, bulimia nervosa 12.4%, binge eating disorder 10.3% and EDNOS 14.4%. Results of bivariate analysis showed there were significance relationship between body image (p=0.000), diet history (p=0.034), stress level (p=0.019) as internal factors and the influence of coaches (p=0.001), friends (p=0.047), family (p=0.005), duration of exercise (p=0.043), and pressure as athletes (p=0.000) as external factors with eating disorders. Based on those results, KONI Jakarta is expected can provide interventions for athletes and coaches about body image and nutrition to prevent athlete develop eating disorders."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Yuanitasari
"ABSTRAK
Olahraga berperan sebagai national character building suatu bangsa, sarana strategis untuk membangun kepercayaan diri, identitas bangsa, dan kebanggaan nasional. Sebagai alat pemersatu bangsa, sayangnya olahraga belum menjadi prioritas pemerintah. Hal ini ditandai dengan makin menurunnya prestasi olahraga nasional. Penurunan prestasi ini juga terjadi pada cabang olahraga bulutangkis, terlebih pada sektor putri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya strategi-strategi khusus yang harus diambil oleh SKO Ragunan guna meningkatkan prestasi atlet perempuan bulutangkis. Strategi tersebut antara lain: menghidupkan pendidikan jasmani di sekolah, koordinasi dengan Dinas Olahraga di kota dan/atau kabupaten, kerjasama dengan pihak swasta untuk mendukung fasilitas latihan dan kebutuhan atlet, penataran, pelatihan, dan standarisasi untuk pelatih, pemberian penghargaan untuk setiap atlet berprestasi, pengiriman atlet ke kompetisi secara teratur, pembangunan PPLM khusus cabang olahraga bulutangkis, promosi bakat atlet bulutangkis SKO Ragunan, serta penerapan Iptek olahraga.

ABSTRACT
Sports has a role as national character building of a nation, build self confidence, national identity, and national pride. As a unifying tool of the nation, unfortunately sports have not become a government priority. This is marked by the declining achievement of national sport. The decrease in this achievement also occurs in badminton sport, especially in the women 39 s sector. The results of this study indicate that the need for special strategies that must be taken by SKO Ragunan in order to improve the performance of female athletes badminton. These strategies include enabling physical education in schools, coordinating with the Sports Department in cities and or districts, collaborating with private parties to support training facilities and athlete needs, upgrading, training, and standardization for trainers, awarding awards for every outstanding athlete, sending athletes to the competition on a regular basis, the construction of PPLM special badminton sports, promotion talent badminton athletes of SKO Ragunan, and application of sports science and technology."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>