Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regina Pangestu Lautan
"Penelitian ini membahas jenis dan makna kata tabu yang terdapat dalam lirik lagu-lagu di acara televisi Unpretty Rapstar dan Show Me The Money. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan jenis dan makna kata tabu yang ditemukan dalam lirik lagu di kedua acara tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan data, dalam penelitian ini ditemukan 3 (tiga) jenis kata tabu yang muncul dalam kedua acara, yaitu julukan (epithets), vulgaritas (vulgarity), dan kecabulan (obscenity). Berdasarkan temuan tersebut, dapat diketahui bahwa lirik lagu pada acara Unpretty Rapstar didominasi kata tabu yang berkaitan dengan seks dan fungsi tubuh, sedangkan pada acara Show Me The Money didominasi oleh kata tabu yang berkaitan dengan binatang. Kategori kata tabu yang muncul paling dominan pada kedua acara tersebut berbeda karena berkaitan dengan gender.

This research discusses the types and meanings of taboo words of song lyrics in the TV shows Unpretty Rapstar and Show Me The Money. The purpose of this study is to compare the types and meaning of the taboo words found in song lyrics in both TV shows. The method used in this research is qualitative descriptive method with literature study technique. Based on the data, this study found 3 (three) types of taboo words that appeared in both shows, namely epithets, vulgarity, and obscenity. Song lyrics on Unpretty Rapstar are dominated by taboo words related to sex and bodily functions. Whilst on Show Me The Money, the song lyrics are dominated by taboo words related to animals. The categories of taboo words that appear the most in song lyrics at those shows are different because they are related to gender."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaritha Hana Khanza Ratmalia
"ABSTRAK
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna. Makna memiliki berbagai macam klasifikasi sesuai dengan tokoh yang mengklasifikasikannya. Salah satunya adalah klasifikasi Leech 1981 yang membagi makna menjadi tujuh jenis dalam tiga kategori yaitu makna konseptual, makna asosiatif, dan makna tematik. Jurnal ini membahas kategori makna asosiatif yang terkandung dalam lirik lagu-lagu boygroup Infinite. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arti khusus dari setiap kata yang termasuk dalam jenis makna asosiatif dalam lirik lagu-lagu populer boygroup Infinite. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan sumber data dan mencari informasi terkait berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah dari dua belas lagu populer boygroup Infinite yang dijadikan objek penelitian, ditemukan setidaknya satu jenis makna asosiatif pada setiap lagu dan terdapat pula beberapa lagu yang mengandung lebih dari satu jenis makna. Jenis makna asosiatif yang paling banyak ditemukan pada lirik lagu-lagu populer boygroup Infinite adalah makna konotatif dan afektif. Hal ini membuktikan bahwa boygroup Infinite memiliki lagu-lagu yang mengandung makna asosiatif didalamnya.

ABSTRACT
Semantics is one of linguistics subdivisions that studies meaning. Meanings have various classifications according to personage who classifies them. One of them is Leech rsquo;s classification 1981 which divides the meaning into seven types in three categories namely conceptual meaning, associative meaning, and thematic meanings. This journal discusses the associative meaning through boygroup Infinite rsquo;s song lyrics. The purpose of this research is to discover the particular meaning of each word that belongs to the type of associative meaning in Infinite rsquo;s popular songs. This journal uses descriptive method and qualitative approach by collecting data source and searching related information based on literature study. The result of this journal is based on twelve Infinite rsquo;s popular songs as source of data, it is found at least one type of associative meaning in each song and there were also songs containing more than one type of meaning. The most common type of associative meaning found in the lyrics of Infinite rsquo;s popular songs is connotative and affective meaning. This proves that Infinite has songs that contain associative meaning on it. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianita Karismawati
"Penelitian ini mengangkat tema tentang perubahan yang terdapat lirik lagu dandut yang sedang populer. Perubahan tersebut berupa penggunaan metafora dan bahasa asing yang terkadung dalam lirik lagu. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa Bahasa Jawa bersifat fleksibel terhadap bahasa lain yakni dengan menerima dan mengimplementasikan kosakata dari bahasa lain, dalam hal ini bahasa lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

This research raising theme of changing language in lyrics dangdut popular. The change can be seen as metaphore and other language that used in song lyrics. Based on research we have to know that Javanese language have characteristic flexibel with another language with receiving and implementation vocabulary, in this case another languange is Indonesia languange, Engglish languange and also Arabian languange.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Nurhanifa
"Lirik merupakan salah satu intrumen terpenting dalam penciptaan sebuah lagu. Melalui lirik, penulis atau pencipta lagu bertujuan untuk menyampaikan sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya. Di Korea, dalam proses penulisan lirik, sering kali menggunakan kata bunga matahari sebagai kiasan atau simbol dalam menggambarkan suatu keindahan. Bunga Matahari adalah salah satu contoh bunga yang paling banyak dijadikan sebagai simbol dalam lagu-lagu Korea dari tahun ke tahun. Melalui penelitian ini, penulis menjabarkan makna kata bunga matahari yang terdapat dalam lirik lagu Korea yang berjudul Sunflower. Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan cara mengambil penggalam lirik yang mengandung kata bunga matahari untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa terdapat makna denotatif dan konotatif dari keenam lagu Korea yang berjudul Sunflower. Makna denotatif tersebut adalah makna sebenarnya, yaitu bunga matahari yang tumbuh dan mekar berwarna kuning, sedangkan pada makna konotatifnya tergambarkan perasaan senang dan sedih. Dari keenam lagu tersebut, penulis mendapatkan 3 lagu diantaranya menggambarkan perasaan sedih, dan 3 lagu lainnya menggambarkan perasaan senang.

Lyrics are one of the most important instruments in the process of creation of a song. Through lyrics, the songwriter aims to convey a message to the listeners. In Korean, the process of writing lyrics often uses the word flower as a metaphor or symbol to describes beauty. For example, sunflowers are the most common use flower that used as a symbol in Korean songs from year to year. In this research, the author describes the meaning of sunflower in the lyrics of Korean song entitled Sunflower. In conducting this research, the author uses qualitative descriptive analysis method by taking some lyrics snippets containing the word sunflower for further analysis. Based on the result of the analysis, the author concludes that there are denotative and connotative meanings from the six Korean song entitled Sunflower. The denotative meaning is indeed the literal meaning of a growing and bloom yellow flower. On the other hand, the connotative meaning describes the feeling of joy and sadness. From the six songs, 3 songs describe the feelings of joy, and the other 3 songs describe the feeling of sadness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Qamarani
"ABSTRAK
Jurnal ini mengetahui tentang interjeksi bahasa Korea melalui lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi selalu mendahului ujaran sebagai ucapan yang lepas atau berdiri sendiri. Dalam bahasa Korea, interjeksi disebut dengan ??? gamtansa . Gamtansa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan perasaan pembicara, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu media yang digunakan adalah melalui musik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi dan makna interjeksi bahasa Korea yang terdapat dalam lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta mengumpulkan sumber data dan mencari informasi terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah dalam 12 lagu boyband Seventeen yang dijadikan sumber data, ditemukan penggunaan interjeksi bahasa Korea dengan fungsi dan maknanya yang berbeda-beda.

ABSTRACT
This journal analyzes the Korean interjection through boyband Seventeen rsquo s songs. Interjection is a category to express the speaker 39 s feelings and syntactically not related to other words in speech. Interjection always precedes as a loose or stand alone speech. In Korean, interjection is called gamtansa . Gamtansa is widely used in everyday life to express the speaker 39 s feelings, both orally and in writing. One of the media used is through music. The purpose of this journal is to explain the function and meaning of Korean interjection in boyband Seventeen rsquo s songs. This journal applies descriptive qualitative method by collecting the data and finding the related information from literature source. The results of this journal is in 12 boyband Seventeen rsquo s songs which became the source of data, found some Korean interjections and its different functions and meanings."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami Ningsetyo
"Jurnal ini adalah sebuah penelitian yang membahas tentang perubahan bahasa populer ke dalam bahasa standar dalam kehidupan masyarakat korea dan akan menitikberatkan pembahasan penelitian pada salah satu jenis karya sastra yaitu lagu dari Deulgukhwa, band legendaris Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahasa populer apa saja yang telah distandarisasikan menjadi bahasa standar dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa terdapat bahasa populer, yaitu ~고프다(~gopheuda-ingin), ~말아, ~말아라, ~말아요 (~mara, ~marara, ~marayo-jangan) dan 푸르르다 (phureureuda-biru) yang kini telah distandarisasikan oleh Pemeritah Korea Selatan melalui sebuah Institusi Nasional Bahasa Korea atau 국립국어원 (guknibgugowon), Institusi yang membuat sebuah kebijakan akan perubahan bahasa populer menjadi bahasa standar. Hal ini dilakukan, supaya masyarakat Korea tidak perlu merasa khawatir atau salah akan berbahasa yang baik dan benar.

This journal is a study that discusses the changing of popular language into standard language in the life of Korean society and will focus on the discussion of research on one type of literary work namely the song from Deulgukhwa, the legendary Korean band. The purpose of this study is to find out which popular language that have been standardized into standard language in the collection of Deulgukhwa band song. The research method used is a qualitative descriptive research method. The results of this study found that in the Deulgukhwa band song there are popular languages, namely ~고프 (~gopheuda-Ingin), ~ 말아, ~말아라, ~말아요 (~ mara, ~ marara, ~ marayo-Jangan) and 푸르르다 (phureureuda -biru) which has now been standardized by the South Korean Government through a Korean National Institution or 국립국어원 (Guknibgugowon), an institution that makes a policy of changing popular languages into a standard language. This is done so that the Korean people do not need to feel worried or wrong in speaking right."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Darma Laksana
"Kajian tabu dalam bahasa Bali ini bertolak dari masalah "Bagaimana tabu dalam kebudayaan Bali diwujudkan dalam tingkah laku verbal?. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian dalam bidang bahasa dan atau kebudayaan Bali. Kajian ini dilakukan dengan melibatkan kebudayaan untuk memahami makna di balik tabu bahasa. Dari kepustakaan tentang tabu yang berhasil dikumpulkan, pada umumnya penulisnya berorientasi pada kajian tabu nonverbal (ritual). Oleh karena itu, sumbangan lainnya yang dapat diberikan adalah bagaimana analisis tabu bahasa itu dilakukan.
Kerangka acuan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pandangan sejumlah pakar kebudayaan dan linguistik. Pembicaraan mengenai konsep tabu dalam penelitian ini bertumpu pada Douglas (1966/1992); pembicaraan mengenai penggolongan tabu penelitian ini bertumpu pada Frazer (1911/1955), dan pembicaraan mengenai sumpah serapah penelitian ini bersandar pada Montagu (1967/1973). Secara garis besamya tabu bahasa dibedakan atas dua macam, yaitu nama atau katakata tertentu yang ditabukan dan sumpah serapah yang ditabukan. Yang pertama dapat dielakkan dengan cara penyulihan. Untuk itu, penelitian ini menggunakan kobsep-konsep linguistik (dan juga antropologi) dari para ahli yang berikut: penyulihan dengan metafora, metonimia (bahasa majasi), dan eufemisme dari Moeliono (1989), Crystal (1973), dan Apte (1994); penyulihan dengan parafrase dari Kridalaksana (1988) dan Matthews (1997); penyulihan dengan alih kode dari Foley (1997) dan Salzmann (1998); penyulihan dengan diglosia dari Ferguson (1964), dan penyulihan dengan teknonim dari Geertz (1992). Khususnya pembicaraan mengenai pelanggaran sumpah serapah, yang pengumpulan dan analisis datanya menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini bertolak dari pandangan Brown dan Gilman (1972), yang diadposi oleh Foley (1997), dan di dalam bahasa Indonesia diadopsi oleh Gunarwan (1997), yang berbicara tentang "kekuasaan? (power) dan "keakraban? (solidarity), dalam hal ini, yang mempengaruhi penggunaan sumpah serapah.
Data yang dianalisis adalah data bahasa Bali "lumrah?, yaitu bahasa Bali sebagaimana yang digunakan oleh orang Bali sehari-hari. Korpus penelitian ini dikumpulkan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan dalam analisis nama dan kata-kata tertentu yang ditabukan dan sumpah serapah yang ditabukan (identifikasi dan klasifikasinya, serta fungsi dan sanksinya); sedangkan data kuantitatif digunakan dalam analisis langgaran sumpah serapah yang ditabukan.
Analisis kualitatif dilakukan secara emik (Pike, 1966), atau dapat juga disebut analisis secara sistemik (Douglas, 1966/1992), yaitu makna setiap unsur bahasa atau perilaku kebudayaan harus dikaji dengan mengacu kepada distribusinya, baik yang mengacu kepada perilaku verbal maupun yang nonverbal, perilaku kultural. Sementara itu, analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik.
Temuan yang diperoleh dari penelitian ini: pertama, cara orang Bali mewujudkan perilaku verbalnya atas tabu dalam kebudayaannya dengan menggunakan metafora dan metonimia (bahasa majasi), eufemisme, parafrase, alih kode (dan diglosia), dan teknonim; kedua, penggunaan sumpah serapah, yang tidak dapat diwujudkan dengan cara lain, seperti makian, hujatan, kutukan, sumpahan, (ke)carutan, dan lontaran/seruan. Khususnya mengenai pelanggaran sumpah serapah pada umumnya variabel yang dominan mempengaruhi perbedaan penggunaan sumpah serapah adalah asal kabupaten dan jenis kelamin.

The study of taboo in Balinese language is an attempt to analyze 'How taboo in Balinese culture is represented in their verbal behavior'. This study is intended to enrich the inventory of research on Balinese language and culture which has been done before. This study is conducted by involving culture ;o discover the meaning behind use of language taboo. From a number of books about taboo that have been read and analyzed, in general, the writer gives their orientation to nonverbal taboo. Therefore, this research proposes a model about how taboo in language should be analyzed.
Theoretical frameworks used in this study is based on a number of ideas form scholars, such as Douglas (196611992), who discusses a critical analysis about the concept of taboo; Frazer (191111955) who presents the classification of taboo in general and categorization of taboo in language; and Montagu (196711973) who presents the classification of swearings which he calls a species of human behavior. Since name and certain words tabooed can be avoided by substitution, the study implies some linguistics concepts, such as metaphor, metonymy (figurative languages), euphemism which are taken from Moeliono (1989), Crystal (1993), and Apte (1994); paraphrases from Kridalaksana (1988) and Mathhews (1997); code-switching from Foley (1997) and Salzmann (1998), diglossia from Ferguson (1964); and technonymy from Geertz (1992). For the discussion of swearings which can not be avoided by respondents, in particular, this study needs the concept of "power" and "solidarity" proposed by Brown and Gilman (1972), which is adopted by Foley (1997) and Gunarwan (1997). in Indonesian version.
The Balinese language being analyzed is Bahasa Bali Lumrah (an ordinary Balinese language). The corpus is collected and analyzed by using qualitative and quantitative methods. The data which constitute names and words tabooed are collected and analyzed qualitatively, whereas some language taboo, such as abusive swearing, blasphemy, cursings, etc. are collected and analyzed quantitavely. The data analysis in this study uses an emic approach (Pike, 1966), or, it is also called by Douglas (196611992.) as systemic approach.
Some findings of this study are as follows. Firstly, Balinese people avoid taboo in language by using metaphor and metonymy (figurative languages), euphemism, paraphrases, code-switching, diglossia, and technonymy. Secondly, it is found out that there are some kinds of swearings, namely abusive swearings, blasphemy, cursings, swearings, obscenity, and expletives. Thirdly, the violation of swearings, in general, areSignificantly influenced by the regionsand the sexes of the respondents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
D530
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rosmalia Octaviyani
"Sama halnya dengan puisi, lirik lagu terbangun atas unsur-unsur kebahasaan di dalamnya. Stilistika adalah salah satu cabang linguistik yang dapat digunakan untuk mengetahui unsur-unsur kebahasaan seperti gaya bahasa dan diksi dalam lirik lagu. Salah satu grup musik dengan lirik yang banyak mengandung gaya bahasa dan diksi adalah Letto. Berdasarkan pemaparan Gorys Keraf mengenai gaya bahasa dan diksi, ditemukan gaya bahasa retoris, kiasan, repetisi, kata denotatif, konotatif, umum, khusus, dan indira dalam lirik lagu Letto. Gaya bahasa dan dikti tersebut digunakan untuk menambah nilai estetika, memberikan penekanan akan gagasan yang ingin disampaikan, menciptakan keindahan bunyi, dan sebagai media penyampai citraan dalam lagu.

Same as poetry a song lyric is built by language elements Stylistic is one of linguistics branches that can be used to find the language elements in song lyrics One of music group who has song lyrics with many language elements is Letto According to Gorys Keraf's explanation about language style and diction we can find the rhetorical style figures style repetition style denotative connotative general special and Indira words in Letto's song lyrics The language style and diction are used to add aesthetic value to give an accentuation of the idea to creating beautiful sound and as a medium messenger of song image "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Eun Hee
"Tesis ini membahas penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku yang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Data penelitian ini adalah buku-buku percakapan bahasa Korea yang berjudul Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. Teori yang dipakai untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam percakapan bahasa Korea tersebut adalah teori kata sapaan oleh S. Ervin-tripp, teori SPEAKING yang dikemukan oleh Dell Hymes yang menghasilkan konteks percakapan, teori konteks sosial dan Interaksi di antara penutur dan mitra tutur oleh Holmes. Untuk melihat penggunaan kata sapaan ini buku-buku percakapan bahasa Koreayang ditulis oleh orang Korea dipakai sebagai pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea dan penyebabnya. Ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan sistem kata sapaan bahasa Korea dan bahasa Indonesia dan juga konteks sosial. Kata sapaan bahasa Korea ini merupakan bagian dari konteks sosial budaya Korea yang mempengaruhi penggunaan bahasa. Penelitian ini bermanfaat dalam pengajaran bahasa Korea di Indonesia karena memberikan informasi bahan ajar bahasa Korea yang baik.

This thesis discusses the use of Korean address terms found in Korean conversation books which are written by Indonesian. This research is a qualitative research which aims to analyze the use of Korean address terms. Data of this research are Korean conversation books written by Indonesian, entitled Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. In analyzing the data, this research uses Address Term Theory by S. Ervin-tripp, SPEAKING theory of Dell Hymes, Social Context and Interaction between interlocutors by Holmes.
The result of this analysis shows that there are some inappropriatenesses found in those conversation books related to the use of Korean address terms. These inappropriatenesses are caused both by the difference of addressing system between Korean and Indonesian and by the difference of social context from two countries which influences the use of language. This thesis is useful to enable Indonesian learn Korean
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Putri Indy Prasetyo
"Onomatope merupakan kata yang meniru bunyi hasil tangkapan indra pendengaran, sedangkan mimesis adalah kata dibuat untuk mengekspresikan gerakan atau peristiwa yang tidak bisa dirasakan oleh indra pendengar. Penggunaan onomatope dan mimesis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu Korea dengan menggunakan lirik lagu-lagu dari grup Ikon dan Stray Kids sebagai korpus penelitian. Penelitian ini berfokus pada satu rumusan masalah, yaitu bagaimana penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu Korea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus, dengan metode analisis deskriptif komparatif terhadap penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu-lagu grup Ikon dan Stray Kids. Penelitian menunjukan bahwa onomatope dan mimesis banyak digunakan dalam lirik lagu-lagu Korea dengan bentuk yang bervariasi, dan mimesis lebih banyak digunakan dibandingkan onomatope.

Onomatopoeia is a word that imitates the sound perceived by the sense of hearing, while mimesis is made to express movement or condition that can’t be received by the sense of hearing. The use of onomatopoeia and mimesis occurs frequently in everyday language use because of its effectiveness. This study aims to analyze the use of onomatopoeia and mimesis in Korean song lyrics by using Ikon and Stray Kids songs lyrics as the corpus. This study focuses on one problem formulation, how is the use of onomatopoeia and mimesis in Korean song lyrics. This study uses both quantitative and qualitative methods, with comparative descriptive design to analyze the use of onomatopoeia and mimesis in Ikon and Stray Kids songs lyrics. This study shows that onomatopoeia and mimesis are widely used in Korean songs lyrics with various forms, and mimesis is used more than onomatopoeia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>