Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viecky Mirsa Putri Betavani
"Introduction: Physical activity or exercise releases hormone called endorphins which have impact on hormonal regulation in our body. Endorphins acts as neurotransmitter and also non-specific analgesic and also have a role in gonadotropin-releasing hormone (GnRH) which directly control the secretion of LH and FSH that correlate with menstruation. This study was conducted to investigate the menstrual abnormalities in female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia and whether there is correlation with physical activity level. Methods: The collection of the result from this study was using questionnaire for both physical activity and menstrual disorders. For assessing the physical activity level, we used International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). The questionnaire was distributed through social media due to work from home restriction during COVID19 pandemic. 188 participants are students from first until fifth year students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia. All the obtained data were analyzed by using IBM SPSS Statistics software. Results: There is no significant association between physical activity level (low, moderate, and high physical activity) and menstrual disorders which can be seen from the P value more than 0.05. Conclusion: Most prevalent physical activity level that female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia have is low physical activity level. For the menstrual disorders, we proved that menstrual pain (dysmenorrhea) and menstrual blood loss is most prevalent. However, we found no significant association between physical activity level and menstrual disorders.

Pendahuluan: Aktivitas fisik mengeluarkan hoormon yang disebut endorphin yang memiliki pengarus pada regulasi hormon di tubuh manusia. Endorfin bekerja sebagai neurotransmiter dan analgesik yang tidak spesifik. Selain itu, endorfin didistribusikan ke otak dengan koonsentrasi terbanyak di hipotalamus dimana terdapat juga gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang mempunya peran untuk mengontrol sekresi LH dan FSH yang berperan dalam menstruasi. Studi ini dilakukan untuk menilai gangguan menstruasi dan hubungan dengan tingkat aktivitas fisik pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode: Pengambilan hasil data pada studi ini menggunakan kuesioner untuk menilai gangguan menstruasi dan tingkat aktivitas fisik yang menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesioner ini didistribusikan melalui media sosial karena adanya peraturan physical distancing karena pandemi COVID19. Sebanyak 188 mahasiswi FKUI tingkat satu sampai lima menjadi subjek dalam studi ini. Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistics. Results: Dari studi ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara level aktivitas fisik (ringan, sedang, dan tinggi) dan gangguan menstruasi yang dibuktikan dari nilai P value lebih dari 0.05. Conclusion: Dari studi ini diketahui bahwa untuk level akticitas fisik prevalensi terbanyak pasa mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan untuk gangguan mentruasi prevalensi terbanyak pada dismenorea dan pendarahan pada menstruasi. Tetapi, tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan gangguan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Agung Budianto
"ABSTRAK
Laserpunktur merupakan salah satu tindakan akupunktur untuk penanganan kasus nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laserpunktur pada titik LI4 Hegu terhadap kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat. Uji acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan pada 29 subjek sehat yang dialokasikan ke dalam kelompok laserpunktur (n=15) dan kelompok laserpunktur plasebo (n=14). Kadar β-endorfin plasma darah digunakan untuk mengukur keluaran penelitian yang dinilai sebelum perlakuan, dan pasca perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β-endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan dalam kelompok laserpunktur, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,29±0,07 ng/ml dengan nilai p=0,005 (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β- endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok laserpunktur plasebo, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,26±0,09 ng/ml dengan nilai p=0,195 (p>0,05). Pada rerata selisih kadar β- endorfin plasma darah antara kelompok laserpunktur dengan kelompok laserpunktur plasebo juga tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p=0,183, p>0,05). Kesimpulan penelitian ini laserpunktur dapat mempengaruhi kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat, namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada rerata selisih kadar β-endorfin plasma darah antar kelompok perlakuan.

ABSTRACT
Laserpuncture is one of acupuncture method for pain management. This study
aims to determine the effect laserpuncture at LI4 Hegu point on plasma levels of β-endorphin in healthy subjects. A randomized double-blind controlled trials with placebo controls carried out on 29 healthy subjects, they were allocated into laserpuncture group (n=15) and laserpuncture placebo group (n=14). Plasma levels of β-endorphin is used to measure the output of the study assessed both before treatment and post-treatment. There are statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture group, changes in mean value from 0.22±0,06 ng/ml to 0.29±0,07 ng/ml with a p value=0,005 (p<0,05). There are no statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture placebo group, changes in mean value from 0,22±0,06 ng/ml to 0,26±0,09 ng/ml with p values=0,195 (p>0,05). Between groups, there were no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin (p=0,183, p>0,05). The conclusion of this study laserpuncture can affect the plasma levels of β-endorphin in healthy subjects, but no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin between groups"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Maulana Wildani
"Gangguan menstruasi terjadi akibat disregulasi hormon yang terjadi dalam tubuh dan memberikan dampak pada wanita usia produktif, termasuk mahasiswi kedokteran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi, dan stress psikologis merupakan salah satu penyebabnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa mahasiswi kedokteran rentan mengalami tingkat stress yang tinggi, dan hal tersebut berhubungan dengan kejadian gangguan menstruasi. Terdapat sedikit studi yang membahas mengenai hubungan antara gangguan menstruasi dengan tingkat stress pada populasi mahasiswi kedokteran di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan menstruasi pada mahasiswi kedokteran dan hubungannya dengan tingkat stress. Kuesioner dibagikan untuk mengumpulkan data cross-sectional dari subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dibagi menjadi populasi klinik dan preklinik, dan data akan dibagi menjadi data karakteristik subjek, parameter menstruasi, dan juga parameter nyeri haid. Terdapat proporsi yang besar terhadap tingkat pendarahan abnormal (59.0%) dan nyeri haid (67.0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dan tingkat kehilangan darah (p = 0.049). Studi analisis data menunjukkan hubungan bermakna antara stress psikologis dengan gangguan menstruasi yang ditandai dengan tingkat pendarahan abnormal.

Menstrual disorder happens as hormonal dysregulation occurred inside the body and it affects women in productive age, including medical students. There are many factors that influence the occurrence, and psychological stress is one of them. Studies shows that medical students are prone to high level of stress, and it correlates with the occurrence of menstrual disorder. There are few researches that discuss correlation between menstrual disorder and level of stress on Indonesian medical students’ population. This study aims to find the prevalence of menstrual disorder among female medical student and its correlation with psychological stress. Questionnaire were distributed to collect cross-sectional data from subjects who had fulfilled inclusion and exclusion criteria. Subjects will be divided into clinical and preclinical population and the data will be classified into subjects’ characteristics, menstruation parameters, and dysmenorrhea parameters. There are large proportions of subjects who experienced abnormal blood loss (59.0%) and dysmenorrhea (67.0%). There was significant association between level of stress and amount of blood loss (p = 0.049). Study data analysis showed statistically significant association of psychological stress with menstrual disorder that is marked by abnormal blood loss."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Tsania Lailaturrahmah
"Latar belakang: Gangguan menstruasi memiliki prevalensi yang tinggi pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, termasuk mahasiswi kedokteran. Gangguan ini menjadi alasan utama perempuan berobat ke klinik obstetri dan ginekologi. Gangguan menstruasi dapat menjadi indikator adanya gangguan kesehatan reproduksi atau pun gangguan kesehatan secara umum. Gangguan ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi psikologi, sosial, emosional, dan finansial baik secara langsung maupun tidak langsung perempuan yang menderitanya. Meskipun masih menjadi perdebatan, aktivitas fisik yang terlalu rendah atau terlalu tinggi diketahui merupakan salah satu faktor yang menyebabkan gangguan menstruasi. Saat ini penelitian mengenai hubungan tingkat aktivitas fisik dan gangguan menstruasi lebih banyak diselenggarakan di kalangan atlet. Baru sedikit penelitian yang meneliti hubungan ini di populasi perempuan secara umum. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan tingkat aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi pada mahasiswi preklinik FKUI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang analitik dan metode consecutive sampling dengan melibatkan 160 subjek penelitian dari Mahasiswi Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner penelitian terstruktur yang terdiri atas enam bagian pertanyaan yaitu bagian skrining dan persetujuan menjadi responden, data demografi, status gizi, tingkat aktivitas fisik, tingkat stress, dan riwayat menstruasi yang telah diuji validasi dan reliabilitas secara daring. Beda proporsi gangguan menstruasi dengan aktivitas fisik dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan program SPSS 24.0.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa kategori tingkat aktivitas fisik yang paling banyak ditemukan adalah rendah (49,4%) dan sedang (45,0%). Angka kejadian gangguan menstruasi secara umum adalah 92,5% dengan jenis gangguan yang paling banyak ditemukan adalah dismenore sedang dan berat (71,88%) dan hipermenore (48,12%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi gangguan menstruasi yang signifikan (p = 0,669) antar kategori aktivitas fisik.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi pada Mahasiswi Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (p = 0,669).

Introduction: Menstrual disorders have a high prevalence in women who have experienced menstruation, including medical students. This disorder is the main reason women seek treatment at obstetrics and gynecology clinics. Menstrual disorders can be an indicator of reproductive health problems or general health problems. This disorder can also have a negative impact on psychological, social, emotional, and financial, both directly and indirectly for women who suffer from it. Although it is still being debated, physical activity that is too low or too high is known to be one of the factors that cause menstrual disorders. Currently, research on the relationship between levels of physical activity and menstrual disorders is mostly conducted among athletes. Few studies have examined this relationship in the general female population. Therefore, the researcher wanted to examine the relationship between the level of physical activity and menstrual disorders in preclinical students of FKUI.
Objective : This study aims to determine the association between the level of physical activity and menstrual disorders.
Method: This study used an analytical cross-sectional study design and consecutive sampling method involving 160 research subjects from Preclinical Students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Research subjects were asked to fill in a structured research questionnaire consisting of six types of questions, namely the screening and informed consent section, socio-demographic information, nutritional status, level of physical activity, stress level, and menstrual history that had been tested for validation and reliability online. Differences in the proportion of menstrual disorders with physical activity were analyzed using the Chi-square test with the SPSS 24.0 program.
Result: The results demonstrated that the categories of physical activity levels that are most found are low (49.4%) and moderate (45.0%). The incidence of menstrual disorders in general is 92.5% with the most common types of disorders found are moderate and severe dysmenorrhea (71.88%) and hypermenorrhea (48.12%). Based on statistical tests, there is no significant difference in the proportion of menstrual disorders (p = 0.669) between categories of physical activity.
Conclusion: There is no significant association between the level of physical activity with menstrual disorders in Preclinical Students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia (p = 0.669).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Anindita Putri
"Latar belakang: Stres merupakan respons fisiologis terhadap situasi yang dianggap mengancam dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi terutama menstruasi pada wanita. Studi menyatakan bahwa secara umum mahasiswa mengalami stres selama menjalankan proses pendidikan dan semakin meningkat selama pandemi COVID-19. Hal ini menjadi perhatian, terutama bagi mahasiswa kedokteran yang sering mengalami stres akademik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stres dengan kejadian gangguan menstruasi. Maka dari itu, perlu diteliti mengenai hubungan tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik dengan subyek mahasiswa preklinik FKUI yang didapat melalui metode consecutive sampling. Data demografi dan menstruasi diambil menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi. Data tingkat stres diambil menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale-10 (PSS-10). Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square atau Fisher Exact melalui perangkat lunak SPSS versi 26.0.
Hasil: Data yang didapat dari 100 mahasiswa preklinik FKUI semester 1 hingga 7 menunjukkan tingkat stres ringan-sedang dialami oleh 95% mahasiswa dan stres berat dialami oleh 5% mahasiswa. Prevalensi gangguan menstruasi sebesar 91% yang meliputi gangguan frekuensi (12%), durasi menstruasi berkepanjangan (9%), pola menstruasi ireguler (26%), volume menstruasi banyak (40%), dan nyeri sedang-berat (71%). Analisis hubungan tingkat stres dengan gangguan menstruasi menunjukkan nilai p = 1,000.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan bermakna antara tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa preklinik FKUI.

Introduction: Stress is a physiological response to a threatening situation and one of factor that affects reproduction health especially menstruation on women. Studies show that in general, students experience stress during study process and that stress is increasing during COVID-19 pandemic. This thing become great concern for medical students which often experience academic stress. Several studies show that there is a correlation between stress and menstrual disorders. Therefore, the correlation between stress level and menstrual disorders on preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia needs to be investigated.
Objective: This study is aimed to discover correlation between stress level and menstrual disorders among preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: This is a cross-sectional analytic study with preclinical students as a subject that was obtained through consecutive sampling method. Demographic and menstruation profile are obtained through validated questionnaire. Stress level is obtained through Perceived Stress Scale-10 (PSS-10). Variables are analyzed using Chi-Square or Fisher Exact test with SPSS software version 26.0.
Results: Data from 100 preclinical students of FKUI on first semester until seventh semester shows 95% of students experience mild-moderate stress and 5% of heavy stress. Prevalence of menstrual disorders is 91% which include frequency disorder (12%), prolonged duration (9%), irregular pattern (26%), heavy volume (40%), and moderate-severe pain (71%). Bivariate analysis between stress level and menstrual disorders shows p value of 1.000.
Conclusion: There is no significant correlation between stress level and the incidence of menstrual disorders on preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Fauzi Triyoga
"Status gizi telah terbukti berpengaruh pada sistem hormonal tubuh, sehingga dapat pula menjadi faktor penting untuk berkembangnya gangguan menstruasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis gangguan menstruasi yang terjadi pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia dan apakah status gizi berperan di dalamnya. Hasil penelitian dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan melalui media sosial pada April 2020. Penelitian ini diikuti oleh 188 mahasiswa, mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga tahun kelima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics dan menggunakan berbagai uji statistik. Indeks massa tubuh menunjukkan hubungan yang bermakna dengan gangguan frekuensi menstruasi (P <0,05). Lingkar pinggang terbukti tidak berpengaruh terhadap gangguan frekuensi menstruasi, dismenore, gangguan lama menstruasi, dan gangguan kehilangan perdarahan menstruasi (P> 0,05 untuk semua nilai). Status gizi abnormal berdasarkan IMT nampaknya relatif banyak terjadi pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia dan gangguan menstruasi yang ditemukan sangat banyak adalah gangguan kehilangan darah menstruasi dan dismenore. Status gizi yang dijadikan indikator IMT ternyata berhubungan dengan gangguan frekuensi menstruasi.

Nutritional status has been proven to have an effect on the hormonal system of the body, thus it may also be an important factor to the development of menstrual disorders. This study was conducted to know the kinds of menstrual disorders that occur in female medical students of Universitas Indonesia and whether nutritional status plays a role in them. The results were collected from a questionnaire distributed through social media in April 2020. 188 students participated in the study, ranging from the first until the fifth year students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. The data were analyzed using IBM SPSS Statistics software and using various statistical tests. Body mass index showed one significant relation with menstrual frequency disorder (P < 0.05). Waist circumference was proven to not have any effects towards menstrual frequency disorders, dysmenorrhea, menstrual duration disorders, and menstrual bleeding loss disturbance (P > 0.05 for all values). Abnormal nutritional status using BMI seems to be relatively prevalent among female medical students of Universitas Indonesia and menstrual disorders that were found to be highly prevalent were menstrual blood loss disturbance and dysmenorrhea, 68,4% and 67.1% respectively."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ardian Noor
"Sindrom prahaid (SPH) adalah salah satu masalah kesehatan perempuan yang semakin meningkat prevalensinya selama beberapa dekade terakhir. SPH dapat menurunkan kualitas hidup perempuan saat masa suburnya. Berbagai terapi farmakologi dan nonfarmakologi digunakan untuk mengatasi gejalanya. Aktivitas fisik telah direkomendasikan sebagai salah satu metode untuk mengurangi keparahan gejala. Namun, hanya sedikit bukti yang mendukung bahwa memang ada hubungan antara SPH dengan aktivitas fisik, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan data gambaran antara dua variabel tersebut.
Menggunakan desain penelitian cross-sectional peneliti ingin melihat gambaran SPH dan hubungannya dengan intensitas aktivitas fisik pada 106 mahasiswi di Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. Data didapatkan dari 106 responden dengan menggunakan kuesioner tervalidasi. Diagnosis SPH menggunakan kriteria dari The American College of Obstetrics and Gynecology sedangkan aktivitas fisik berdasarkan kriteria pada kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity.
Hasil uji distribusi data 62.3% perempuan masuk ke dalam kriteria SPH dengan distribusi ringan 19.8%, sedang 29.2%, dan berat 13.2%. Nilai p Chi-Square antara kejadian SPH dengan intensitas aktivitas fisik 0.804 (p<0.050). Dilakukan penggabungan data aktivitas fisik (aktif, tidak aktif) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p=1.000. Sebagia kesimpulan, tidak ditemukan ada hubungan bermakna antara SPH dengan intensitas aktivitas fisik.

Premenstrual Syndrome (PMS) is one of women?s health problem with an increasing of its prevalence in recent decades. PMS has a high chance to reduce the quality of life for many women in their reproductive age. Variation of therapies has been used to eliminate the symptomps. Physical activity has been recommended as one of the treatments to reduce the severity of the symptoms. However, no clear evidence to support a relationship between PMS and physical activity, including in Indonesia. Therefore, specific data that gives picture of relationship between those variables is needed.
Using a cross-sectional design, we evaluated PMS?s distribution in 106 college students between 15-24 years old in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia and its relationship to physical activity. Datas from respondents were assessed by validated questionnaire. Diagnostic of PMS based on The American College of Obstetrics and Gynecology criteria of PMS and Rapid Assessment of Physical Activity were used to classified the intensity of physical activity.
Distribution test shows that 62.3% women met established criteria of PMS, 19.8% with mild symptom, 29.2% moderate, and 13.2% severe. Value of p=0.804 were obtained from Chi-Square test between PMS and physical activity (p<0.050). Integration of several categories of physical activity were calculated (active, non-active) and results in p=1.000 from Kolmogorov-Smirnov test. As a conclusion, the results do not support a significant relationship between prevalent of PMS and intensity of physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taris Radifan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas dan berat badan berlebih merupakan salah satu kondisi kesehatan yang menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan survey Riskesdas pada tahun 2018, sebesar 21,8% orang dewasa mengalami obesitas. Salah satu faktor yang berpengaruh ialah kurangnya aktivitas fisik, namun belum ada penelitian di Indonesia yang dapat menilai hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan berat badan serta indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama.
Tujuan: Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan perubahan berat badan dan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Data perubahan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan melalui dua kali pengukuran pada awal dan akhir tahun ajaran. Data awal merupakan data sekunder dari Klinik Makara pada awal tahun ajaran dan data akhir didapatkan melalui pengukuran yang dilakukan di RIK UI pada bulan Mei 2019. Untuk data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuisioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) pada pengambilan data akhir. Selanjutnya, dilakukan uji chi-square untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dengan kenaikan IMT.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis indeks massa tubuh pada awal dan akhir penelitian, tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan pada indeks massa tubuh subjek (p>0,05). Pada analisis tingkat aktivitas fisik didapatkan bahwa sekitar 27% subjek tidak melakukan aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi WHO, namun tidak ditemukan hubungan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh yang signifikan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

ABSTRACT
Background: Obesity and overweight is one of the medical conditions that is still a problem in Indonesia. According to Riskesdas survey in 2018, 21,8% of adults above 18 years old are obese. One of the factor that is thought to be significant in these increases is insufficient physical activity. Howerver, there is no study about the relationship between physical activity and the increase in body mass index and body weight in Indonesian college freshmen.
Objective: The objective of this study is to find the correlation between physical activity and the change in body weight and body mass index in freshmen of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: The data about change in body mass index is obtained by taking measurements at the start and the end of the academic year. The initial data is a secondary data from Klinik Makara and the second data is a primary data obtained by taking measurement in May 2019 at UI Health Cluster. The data about physical activity is obtained using the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) during the second measurement. Then, chi-square test is done to find the relationship among determinants and outcome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalani Firdaus
"Sindrom prahaid dan gangguan siklus haid merupakan masalah yang kerap mengganggu perempuan. Patofisiologi dari keduanya berkaitan dengan faktor hormonal sehingga dihipotesiskan berkaitan. Penelitian cross-sectional analitik observasional ini dilakukan terhadap 106 mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya. Pengolahan data secara statistik dengan uji Chi Square dan Uji Kolgmorov-Smirnov dan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sindrom prahaid dan gangguan siklus haid (p=0,507). Pravalensi sampel yang mengalami sindrom prahaid dan gangguan siklus cukup besar yaitu 62.2% dan 63.2%. Diantara yang mengalami gangguan siklus haid, sebagian besar (59.7%) juga mengalami sindrom prahaid. Jenis gangguan siklus haid paling banyak diantaranya menorrhagia (56.6%) dan oligomenorrhea (20.7%).

Premenstrual syndrome (PMS) and menstrual disorders are problems that are usually complained by women, especially in adolescence. The pathophysiology behind them both, the hormonal factor, are the reason behind the hypothesis of them related. This cross-sectional observasional analitic research is done on 106 college students on Faculty of Medicine University of Indonesia using a questionnaire that has been validated. Statistical process is done with Chi Square and Kolgmorov-Smirnov test and concluded that there is no significant relation between PMS (p=0.507) and menstrual disorder with prevalence of PMS and menstrual disorder are 62.2% and 63.2%. Among the samples diagnosed postive for menstrual disorders, most (59.7%) were also diagnosed with premenstrual syndrome. The most common types of menstrual disorders are menorrhagia (56.6%) and oligomenorrhea (20.7%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Ariqah Jibril
"Pendahuluan: Kesehatan reproduksi yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan menstruasi pada perempuan. Nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam kesehatan reproduksi seseorang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran meiliki asupan gizi yang tidak seimbang. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa status gizi dan asupan zat gizi makro memiliki hubungan yang siginifikan dengan kejadian gangguan menstruasi. Sampai saat ini belum ada peneliatian mengenai asupan gizi dan gangguan menstruasi yang dilakukan pada mahasiswi preklinik FKUI. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti mengenai hubungan asupan karbohidrat dan lemak, serta status gizi terhadap kejadian gangguan menstruasi pada mahasiswi preklinik FKUI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat, asupan lemak dan status gizi terhadap kejadian gangguan menstruasi pada mahasiswi preklinik FKUI
Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik dengan metode consecutive sampling. Data identitas, status gizi dan kesehatan menstruasi diambil menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Data asupan makronutrien pada diambil menggunakan metode wawancara daring dengan mengisi kuesioner 24-hour food recall dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Uji bivariat data menggunakan uji Chi-Square atau uji Fisher.
Hasil: Data yang berhasil diambil adalah sebanyak 100 mahasiswa preklinik. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara asupan lemak dan status gizi terhadap gangguan menstruasi. Ditemukan hubungan yang signifikan dari asupan karbohidrat dengan gangguan menstruasi, dimana nilai p yang didapatkan adalah 0,017 (<0,05) dengan rasio odd 0,093 yang menunjukkan efek protektif.
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara asupan karbohidrat terhadap kejadian gangguan menstruasi, namun tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dan status gizi dengan gangguan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>