Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septia Nurmala
"Glikokaliks endotel pada glomerulus membantu mempertahankan homeostasis vaskular. Perubahan hemodinamik ginjal yang disebabkan oleh hiperglikemia kronis meningkatkan tekanan hidrolik glomerulus yang berkontribusi terhadap peluruhan glikokaliks. Faktor ini berkontribusi terhadap inisiasi penyakit ginjal kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara degradasi glikokaliks urin dan penyakit ginjal diabetes yang dinilai dengan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG) pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dan teknik pengambilan sampel consecutive di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sampel darah dan urin partisipan dikumpulkan untuk pengukuran eLFG, HbA1c, perbandingan albumin-kreatinin urin, dan degradasi glikokaliks. Degradasi glikokaliks urin diukur menggunakan 1,9- dimetilmetilen biru (GAG-DMMB). Total 75 partisipan dibagi menjadi dua kelompok menurut eLFG, ≥ 90 ml/min per 1,73 m2 (n = 33) (kelompok G1) dan 60-89 ml/min per 1,73 m2 (n = 42) (kelompok G2). Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) pada karakteristik dasar dan klinis kedua kelompok kecuali usia (p<0,001) dan HbA1c (p=0,039). Lebih lanjut, degradasi glikokaliks urin (mg/g kreatinin) lebih rendah pada kelompok G1 (median (min-max): 1,50 (0,00-16,59)) dibandingkan dengan kelompok G2 (2,04 (0,00-17,00)), namun tidak bermakna secara statistik. Tidak terdapat korelasi antara eLFG dengan degradasi glikokaliks urin (r=-0,11; p=0.33). Peningkatan degradasi glikokaliks urin tidak berhubungan terhadap tahap awal penyakit ginjal diabetes.

Endothelial glycocalyx in the glomeruli helps maintain vascular homeostasis. Renal hemodynamic alterations caused by chronic hyperglycemia increase glomerular hydraulic pressure that contributes to the shedding of glycocalyx. This factor predisposes to the initiation of chronic kidney disease. This study aimed to investigate the association between endothelial glycocalyx breakdown and diabetic kidney disease assessed by the estimated glomerular filtration rate (eGFR) among type 2 diabetes mellitus patients. This cross-sectional study used consecutive sampling method and was conducted in Pasar Minggu Primary Health Center. Participants’ blood and urine samples were collected for measurement of eGFR, HbA1c, urine albumin-to-creatinine ratio (UACR), and glycocalyx degradation. Urinary glycocalyx breakdown was measured in the form of glycosaminoglycan and was assayed with 1,9-dimethylmethylene blue (GAG-DMMB). A total of 75 participants were divided into two groups according to the eGFR, ≥ 90 ml/minute per 1.73 m2 (n = 33) (G1 group) and 60-89 ml/minute per 1.73 m2 (n = 42) (G2 group). There were no statistically significant differences (p<0.05) in baseline and clinical characteristics among groups except for age (p<0.001) and HbA1c level (p=0.039). Furthermore, there was a decrease in urinary glycocalyx degradation product (mg/g creatinine) in G1 group (median (min-max): 1.50 (0.00-16.59)) compared to G2 group (2.04 (0.00-17.00)) with no statistically significant difference. There was no correlation between eGFR and urinary glycocalyx degradation product (r=-0,11; p=0.33). Increased urinary glycocalyx degradation was not associated with early phase of diabetic kidney disease."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Valentia Wijaya
"Penyakit Ginjal Diabetes (PGD) merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular dari penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) yang cenderung tidak terdeteksi secara dini sehingga diperlukan biomarker yang lebih efektif untuk mendeteksi penyakit ini. Tingginya HbA1c diketahui berpengaruh pada progresivitas PGD karena berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (eGFR) dan peningkatan rasio albumin kreatinin urin (UACR). Penelitian ini merupakan studi metabolomik tidak tertarget dan bertujuan untuk membandingkan metabolit urin pasien DMT2 risiko PGD rendah dengan HbA1c terkontrol dan tidak terkontrol pada pasien yang mengonsumsi terapi metformin-glimepirid. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan teknik pengambilan sampel non-probabilitas di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sebanyak 32 sampel dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok HbA1c terkontrol (n=16) dan kelompok HbA1c tidak terkontrol (n=16). Sampel darah diambil untuk pengukuran HbA1c dan eGFR sedangkan sampel urin diambil untuk pengukuran UACR dan dianalisis metabolitnya. Analisis metabolit dilakukan menggunakan LC/MS-QTOF dan diolah datanya menggunakan MetaboAnalyst 6.0 serta berbagai database. Signifikansi metabolit antarkelompok diseleksi dengan parameter VIP>1, log2(FC)>1,2, dan p-value<0,05. Tiga metabolit yang berpotensi menjadi biomarker (AUC>0,65), yaitu oxaloacetate, 5'-phosphoribosyl-N-formylglycinamidine, dan (S)-dihydroorotate. Berdasarkan ketiga metabolit tersebut, jalur metabolisme yang terlibat meliputi (1) alanin, aspartat, dan glutamat, (2) asam sitrat (siklus Krebs), (3) glukoneogenesis, (4) piruvat, (5) pirimidin, dan (6) purin.

Diabetic Kidney Disease (DKD) is one of the microvascular complications of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) which tended not to be detected early, necessitating more effective biomarkers for its detection. Uncontrolled HbA1c was significantly associated with the progression of DKD because it is associated with a decrease in glomerular filtration rate (eGFR) and an increase in the urine albumin creatinine ratio (UACR). This study was an untargeted metabolomics study and aimed to compare urine metabolites in low-risk DKD T2DM patients with controlled and uncontrolled HbA1c undergoing metformin-glimepiride therapy. Conducted with a cross-sectional design and non-probability sampling at Pasar Minggu District Health Center, 32 samples were split into controlled (n=16) and uncontrolled HbA1c groups (n=16). Blood samples were taken for measurement of HbA1c and eGFR, while urine samples were taken for measurement of UACR and analyzed for metabolites. Metabolite analysis was carried out using LC/MS-QTOF and the data were processed using MetaboAnalyst 6.0 and various databases. Significant metabolites were identified with VIP>1, log2(FC)>1.2, and p-value<0.05. Three metabolites, namely oxaloacetate, 5'-phosphoribosyl-N-formylglycinamidine, and (S)-dihydroorotate, emerged as potential biomarkers (AUC>0.65). The involved metabolic pathways included (1) alanine, aspartate, and glutamate, (2) citric acid (Krebs cycle), (3) gluconeogenesis, (4) pyruvate, (5) pyrimidine, and (6) purine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devo Fitrah Ramadhan
"Penyakit ginjal diabetes (PGD) merupakan komplikasi jangka panjang yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Parameter laju filtrasi glomerulus (LFG) dan albuminuria untuk diagnosis PGD memiliki keterbatasan sehingga cenderung tidak terdeteksi secara dini. Oleh karena itu, diperlukan biomarker yang lebih efektif untuk mendeteksi penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil metabolit serum pasien DMT2 risiko rendah PGD yang mengonsumsi metformin-glimepirid dengan nilai HbA1c terkontrol dan nilai HbA1c tidak terkontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Total sebanyak 32 sampel penelitian yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok risiko HbA1c terkontrol (n=16) dan kelompok risiko HbA1c tidak terkontrol (n=16). Berdasarkan analisis karakteristik dasar dan klinis, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh karakteristik dasar dan klinis. Analisis metabolomik tidak tertarget dilakukan dengan menggunakan liquid chromatography-mass spectrometry quadrupole time-of-flight (LC/MS-QTOF) dan pengolahan data menggunakan MetaboAnalyst 6.0 serta identifikasi metabolit menggunakan beberapa database, seperti HMDB, Metlin, Pubchem, dan KEGG. Hasil analisis statistik ditampilkan dalam grafik Principal Component Analysis (PCA), Partial Least Squares-Discriminant Analysis (PLS-DA), dan heatmap. Beberapa parameter untuk menentukan metabolit yang signifikan dalam penelitian ini, yaitu nilai (log2(FC)>1,2), variable importance in projection (VIP>1), p value (p<0,05), dan nilai area under the curve (AUC>0,65). Hasil analisis metabolomik menunjukkan bahwa terdapat 10 metabolit yang signifikan berbeda antara 2 kelompok subjek penelitian dan 1 metabolit potensial dijadikan sebagai biomarker PGD, yaitu lysoPC(18:1(9Z)/0:0 yang terlibat dalam jalur metabolisme gliserofosfolipid dengan tren naik terhadap HbA1c tidak terkontrol.

Diabetic kidney disease (DKD) is a long-term complication that occurs in patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). The parameters of glomerular filtration rate (GFR) and albuminuria for the diagnosis of DKD have limitations and tend not to be detected early. Therefore, more effective biomarkers are needed to detect this disease.  This study aimed to determine the serum metabolite profile of low risk T2DM patients with PGD who take metformin-glimepirid with controlled HbA1c and uncontrolled HbA1c values. The research was conducted using a cross-sectional design with nonprobability sampling techniques at Pasar Minggu District Health Center. A total of 32 research samples were divided into two groups, namely the controlled HbA1c risk group (n = 16) and the uncontrolled HbA1c risk group (n = 16). Untargeted metabolomic analysis was performed using LC/MS-QTOF and the data was processed using MetaboAnalyst 6.0 and various databases including the HMDB, METLIN, PubChem, and KEGG. The signature metabolites determined by Projections to Latent Structures Discriminant Analysis with Variable Importance for the Projection > 1.0, fold change >1.2, p-value <0.05, and Area Under the Receiver Operating Characteristic Curve > 0.65. The results showed 10 metabolites that were significantly different between the 2 groups of study subjects. The metabolic pathway analysis of these metabolites found that likely the three metabolic pathways were glycerophospholipids, porphyrin, and sphingolipid metabolism. Only one metabolite is qualified as DKD  potential biomarker between the two groups, namely lysoPC(18:1(9Z)/0:0 which is involved in the glycerophospholipid metabolic pathway with an upward trend towards uncontrolled HbA1c groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiah Nur Rohmah
"Penyakit Ginjal Diabetes (PGD) merupakan salah satu komplikasi yang paling umum terjadi dari diabetes. Deteksi dini gangguan fungsi ginjal pada pasien diabetes melitus tipe-2 (DMT2) dapat mencegah progresivitas PGD. Tujuan penelitian ini adalah menilai perbedaan profil metabolit urin pasien DMT2 yang mengonsumsi metformin-glimepirid pada kelompok risiko rendah dan sedang PGD serta menganalisis pemetaan jalur biokimia yang terjadi. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode consecutive sampling di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan RSUD Jati Padang. Sampel urin dan darah dikumpulkan untuk pengukuran HbA1c, eLFG (estimasi laju filtrasi glomerulus), UACR (rasio albumin-kreatinin urin), dan analisis metabolomik berbasis LC/MS-QTOF. Total 32 subjek penelitian dibagi menjadi kelompok risiko rendah PGD (n=16) dan kelompok risiko sedang PGD (n=16) berdasarkan kategori prognosis KDIGO. Analisis data karakteristik dasar dan klinis dilakukan menggunakan software IBM SPSS Statistics Premium versi 24. Analisis hasil kromatogram dan spektra dari alat LC/MS-QTOF dianalisis menggunakan software Metaboanalyst 5.0. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik pada karakteristik dasar dan klinis kedua kelompok, kecuali jenis kelamin (p=0,013) dan HbA1c (p=0,001). Terdapat metabolit urin yang berbeda signifikan (Variable Importance for the Projection (VIP)-score>1; fold change>1,2, dan p<0,05) antara kelompok risiko rendah dan sedang PGD, yaitu sphinganine, lysophospatidic acid, gamma-glutamylalanine, dan N-acetyl-Laspartic acid. Perubahan jalur biokimia yang berkaitan dengan metabolit penanda kerusakan ginjal pada kedua kelompok adalah metabolisme (1) sphingolipid, (2) gliserolipid, (3) gliserofosfolipid, (4) glutation, dan (5) alanin, aspartat, dan glutamat. Dengan demikian, disregulasi metabolisme lipid dan asam amino dapat menjadi biomarker (AUC>0,65) dalam perkembangan PGD pada tahap awal.

Diabetic Kidney Disease (DKD) is one of the most common complications of diabetes. Early detection of impaired kidney function in type-2 diabetes mellitus (T2DM) patients can prevent the progression of DKD. The study aimed to compare the urine metabolites profile of T2DM patients who consumed metformin-glimepiride with low and moderaterisk groups of DKD and to analyze the mapping of the biochemical pathways that occur. The study was conducted using a cross-sectional design with a consecutive sampling method at Pasar Minggu District Health Center and Jati Padang Hospital. Urine and blood samples were collected for measurements of HbA1c, eGFR (estimated glomerular filtration rate), UACR (urine albumin-creatinine ratio), and LC/MS-QTOF-based metabolomics analysis. A total of 32 subjects were divided into low-risk (n=16) and moderate-risk groups of DKD (n=16) based on KDIGO prognosis category. The baseline and clinical characteristics of the subjects were analyzed using IBM SPSS Statistics Premium software version 24. The chromatogram and spectra results from the LC/MSQTOF were analyzed using Metaboanalyst 5.0 software. The results showed that there were no statistically significant differences in the baseline and clinical characteristics of the two groups, except for sex (p=0.013) and HbA1c (p=0.001). There are significant differences in urine metabolites (VIP-score>1; fold change>1.2, and p<0.05) between low and moderate-risk groups of DKD i.e. sphinganine, lysophosphatidic acid, gammaglutamylalanine, and N-acetyl-L-aspartic acid. Changes in biochemical pathways associated with markers of kidney damage in both groups are the metabolism of (1)sphingolipids, (2)glycerolipids, (3)glycerophospholipids, (4)glutathione, and (5) alanine, aspartate, and glutamate. Therefore, dysregulation of lipid and amino acid metabolism could be biomarkers (AUC > 0,65) for the progression of DKD in the early stage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Annisa Desiafitri
"Penyakit Ginjal Diabetes (PGD) merupakan salah satu bentuk komplikasi mikrovaskular dari penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit urin yang berperan dalam progresifitas pasien PGD di Indonesia khususnya pada risiko sedang dan tinggi berdasarkan KDIGO 2022 beserta jalur metabolismenya. Desain studi yang digunakan adalah studi potong lintang dengan metode consecutive sampling yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan RSUD Jati Padang. Sampel darah diambil untuk pengukuran HbA1c dan Estimated Glomerulus Filtration Rate (eGFR) sedangkan sampel urin digunakan untuk mengukur nilai UACR (Urine Albumin Creatinine Ratio) dan dianalisis metabolitnya menggunakan LC-MS/QTOF. Analisis dan pengolahan data dilakukan menggunakan Metaboanalyst 5.0. serta berbagai database meliputi Human Metabolites Database (HMDB), METLIN, PubChem, dan Kyoto Encyclopedia of Genes and Genomes (KEGG). Total sebanyak 32 sampel penelitian yang terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok risiko sedang PGD (n=16) dan kelompok risiko tinggi PGD (n=16). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada karakteristik dasar dan karakteristik klinis pada kedua kelompok sampel penelitian. Terdapat 28 metabolit yang berbeda signifikan antara kedua kelompok (Variable Importance in Projection (VIP) >1; fold change > 1,2; p-value < 0,05). Empat metabolit diantaranya berpontensi sebagai metabolit penanda progresifitas PGD (AUC>0,65), yakni phosphatidylcholine(24:1(15Z)/22:0), phosphatidylcholine(24:1(15Z)/24:0), sphinganine, dan estradiol. Terdapat empat jalur metabolisme yang teridentifikasi yaitu metabolisme sphingolipid, jalur metabolisme glycerophospholipid, dan jalur metabolisme steroid hormone. Oleh karena itu, diperlukan studi lebih lanjut untuk menganalisis keempat metabolit tersebut dalam keperluan diagnostik PGD.

Diabetic Kidney Disease (DKD) is a form of microvascular complication of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study aims to determine the urinary metabolites that play a role in the progression of DKD patients in Indonesia, especially at moderate and high risk based on the 2022 KDIGO and its metabolic pathways. The study design used was a cross-sectional study with consecutive sampling methods conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center and Jati Padang Hospital. Blood samples were taken to measure HbA1c and estimate glomerular filtration rate (eGFR), while urine samples were used to measure UACR (Urine Albumin Creatinine Ratio) values and their metabolites were analyzed using LC-MS/QTOF. Data analysis and processing were performed using Metaboanalyst 5.0. as well as various databases including the Human Metabolites Database (HMDB), METLIN, PubChem, and the Kyoto Encyclopedia of Genes and Genomes (KEGG). A total of 32 research samples were divided into two groups, namely the moderate risk group for DKD (n = 16) and the high risk group for DKD (n = 16). There were no significant differences in the basic characteristics and clinical characteristics for the two groups. There were 28 metabolites that differed significantly between the two groups (Variable Importance in Projection (VIP) > 1; fold change > 1.2; p-value < 0.05). Four of these metabolites have the potential to be the biomarkers of DKD progression (AUC>0.65), namely phosphatidylcholine(24:1(15Z)/22:0), phosphatidylcholine(24:1(15Z)/24:0), sphinganine, and estradiol. Also, there are four identified metabolic pathways, including sphingolipid metabolism, glycerophospholipid metabolism, and steroid hormone metabolism. Therefore, further studies are needed to analyze these four metabolites in the diagnostic purposes of PGD."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Melia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang menyerang pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam perkembangan penyakit ginjal diabetes, sistem renin-angiotensin intrarenal merupakan faktor yang berperan penting.. Hal ini menjadikan angiotensinogen sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin yang berpotensi menjadi penanda kerusakan ginjal. Article review ini bertujuan untuk menelusur dan menelaah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kadar angiotensinogen dalam urin sebagai penanda klinis penyakit ginjal diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penyusunan article review dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian pada pangkalan data daring, yaitu ScienceDirect, Pubmed, dan Scopus. Penelusuran menghasilkan tujuh jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Studi artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ekspresi mRNA angiotensinogen, kreatinin urin, dan faktor terkait spesi oksigen reaktif. Angiotensinogen juga menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap estimasi laju filtrasi glomerulus. Hasil telaah beberapa artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki performa yang baik dalam menggambarkan kondisi ginjal subjek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang signifikan antara angiotensinogen dengan parameter-parameter lain yang terlibat dalam patofisiologi penyakit ginjal diabetes melitus yang terdiri dari estimasi laju filtrasi glomerulus, ekspresi mRNA angiotensinogen, kadar faktor spesi oksigen reaktif, dan kadar albumin kreatinin urin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risyifa Audinia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal stadium akhir, sehingga dibutuhkan penanda biologis yang spesifik dan sensitif untuk mengantisipasi progresi penyakit. Sistem renin-angiontensin aldosteron diketahui memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan awal penyakit ginjal diabetes, sehingga renin sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin aldosteron memiliki potensi sebagai penanda awal penyakit ginjal diabetes. Penulisan review article ini bertujuan untuk mengkaji literatur-literatur terkini yang meneliti hubungan kadar renin pada urin dengan perkembangan kerusakan ginjal. Review bersifat sistematik berdasarkan acuan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses Guidelines (PRISMA) tahun 2009 dengan pendekatan kualitatif. Literatur yang dikaji diperoleh melalui pencarian internet pada database ScienceDirect, PubMed, dan SpringerLink. Sebanyak 5 literatur dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Hasil analisis literatur menunjukkan bahwa potensi renin urin sebagai penanda biologis penyakit ginjal diabetes cukup besar dikarenakan renin urin akan meningkat pada kondisi kerusakan ginjal. Selain itu, renin urin juga dapat menggambarkan aktivitas sistem renin-angiotensin aldosteron intrarenal dan memiliki korelasi positif dengan albuminuria. Hasil analisis literatur juga menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara eLFG dan renin urin pada pasien dengan penyakit ginjal diabetes. Namun, renin urin secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan penyakit ginjal diabetik dibandingkan dengan pasien dengan penyakit ginjal kronis.

ABSTRACT
Diabetic kidney disease is one of the main causes of end-stage renal disease, therefore there is a need for specific and sensitive biological markers to anticipate progression of the disease. The renin-angiontensin aldosterone is known to have a significant role in the early development of diabetic kidney disease, that means renin as one of the components of the renin-angiotensin aldosterone system has a potential as an early biomarker for diabetic kidney disease. This review article aims to review latest literatures that studied the relationship of renin levels in urine with the development of kidney damage in patients with diabetes or chronic kidney disease. This systematic review was written based on the Reference Reporting Item Options for Systematic Review and Meta-Analysis Guide (PRISMA) of 2009 with a qualitative approach. The literature studied was obtained through an internet search in the ScienceDirect, PubMed, and SpringerLink databases. A total of 5 literatures were chosen based on specified criteria. The results of the literature analysis showed that urinary renin has a promising potential as a biological marker for diabetic kidney disease because urinary renin will likely increase in presence kidney damage. In addition, urinary renin can also describe the activity of the intrarenal renin-angiotensin aldosterone system and positively corelates with albuminuria. The results of the literature analysis also showed no correlations between eGFR and urinary renin in patients with diabetic kidney disease. However, urinary renin were significantly high in patients with diabetic kidney disease compared to patients with chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mutiara Mahani
"ABSTRAK
Stres oksidatif berperan dalam kerusakan fungsi ginjal pada pasien diabetes melitus tipe 2. Hingga saat ini belum ada penanda yang dapat mendeteksi kerusakan ginjal sejak awal. Penelitian ini bertujuan menganalisis kadar hidrogen peroksida pada urin sebagai penanda stres oksidatif dan mengungkap hubungan dengan estimasi laju filtrasi glomerulus sebagai parameter fungsi ginjal. Kadar hidrogen peroksida urin dan nilai eLFG juga dibandingkan antara dua kelompok pengobatan untuk mengetahui efektivitas pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 84 orang. Pengambilan sampel dilakukan di puskesmas kecamatan Pasar Minggu. Nilai hidrogen peroksida urin diperoleh dengan pengukuran menggunakan metode Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange 1 (FOX-1) dan dinormalisasi dengan nilai kreatinin urin. Pengukuran kreatinin urin dilakukan dengan metode kinetik Jaffe. Perhitungan nilai eLFG diperoleh dengan 3 tiga rumus yaitu Cockroft-gault, MDRD, dan CKD-EPI. Kadar hidrogen peroksida urinpada dua kelompok pengobatan tidak berbeda bermakna (p = 0,545. Hasil uji beda nilai eLFG pada dua kelompok juga tidak berbeda bermakna (Cockroft-Gault p = 0,677; MDRD p = 0,830; dan CKD-EPI p= 0,548). Hasil analisis hubungan kadar hidrogen peroksida urin dengan ketiga nilai eLFG tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (Cockroft-Gault p = 0,900 ; MDRD p = 0,842; dan CKD-EPI p= 0,703).

ABSTRACT
Oxidative stress plays a major role in renal dysfunction caused by type 2 diabetes
melitus. Up to now, there is no biomarker can be used in early detection of renal dysfunction. This study aims to analyze of urinary hydrogen peroxide concentration as biomarker of oxidative stress and correlated it with estimated Glomerular Filtration Rate as parameters of renal function. Urinary hydrogen peroxide and value of eGFR were also compared between the two groups of treatment to find out the effectiveness of treatment in type 2 diabetic patients. Design of this study was cross sectional with 84 sample that was taken in Puskesmas Pasar Minggu. Concentration of urinary hydrogen peroxide were measured with Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange 1 (FOX-1) method and normalize with urine creatinine that measured with kinetic Jaffe method. Three formulations used to measure value of eGFR were Cockroft-gault, MDRD, dan CKD-EPI. Concentration of urinary hydrogen peroxide in two groups of treatment have no significant difference (p = 0,545), while value of eGFR also didn?t have significant different (Cockroft-Gault p = 0,677; MDRD p = 0,830; dan CKD-EPI p= 0,548). Results of correlation analysis urinary hydrogen peroxide with eGFR showedno significant correlation (Cockroft-Gault p = 0,900 ; MDRD p = 0,842; dan CKD-EPI p= 0,703).
"
2016
S64783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anip Manfaatun
"Hingga saat ini, penanda biologis yang menggambarkan gangguan fungsi ginjal akibat diabetes melitus (DM) belum dapat mendeteksi adanya kerusakan sejak dini. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 8-iso-Prostaglandin F2α dengan laju filtrasi glomerulus yang diestimasi (eLFG) sebagai penanda gangguan fungsi ginjal yang terjadi pada pasien DM tipe 2. Sebagai salah satu senyawa penanda terjadinya stres oksidatif, 8-iso-Prostaglandin F2α diduga berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal sebagai salah satu komplikasi diabetes. Kadar 8-iso-Prostaglandin F2α diukur dari urin dan nilai eLFG dihitung dari kreatinin serum. Sampel urin dan serum diambil dari 36 pasien DM tipe 2 dengan teknik total sampling.
Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur kadar kreatinin serum, sedangkan untuk pengukuran kadar 8-iso-Prostaglandin F2α digunakan metode enzyme immunoassay. Data lain yang diperlukan diperoleh melalui kuesioner. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kadar 8-iso-ProstaglandinF2α berbanding terbalik dengan penurunan nilai eLFG pasien DM tipe 2. Namun, hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik. Faktor usia dan kadar glukosa darah merupakan faktor yang paling mempengaruhi nilai eLFG pada pasien DM tipe 2.

Until now, biological marker that describes renal dysfunction due to diabetes mellitus (DM) have not been able to detect any damage early. This study aimed to determine the relationship between 8-iso-Prostaglandin F2α with estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) as a marker of renal dysfunction at type 2 diabetes mellitus. As one of the markers of oxidative stress, 8-iso-ProstaglandinF2α assumed to be associated with renal dysfunction as a complication of diabetes mellitus. The levels of 8-iso-Prostaglandin F2α measured from urine, and eGFR calculated from serum creatinine. Urine and serum samples taken from 36 type 2 DM patients, using total sampling method.
Spectrophotometric used to measure levels of serum creatinine and the levels of 8-iso-Prostaglandin F2α was measured by enzyme immunoassay. Other necessary data obtained through questionnaires. The results showed that increasing level of 8-iso-ProstaglandinF2α was inversely proportional to the decline in eGFR of type 2 DM patients. However, these correlation was not significant statistically. Age and blood glucose were the factors that could effect the value of eGFR in type 2 DM patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nurfitria
"Stres oksidatif yang diinduksi hiperglikemia memainkan peran utama dalam patogenesis komplikasi ginjal di antara pasien diabetes mellitus tipe 2, yang dikenal sebagai nefropati diabetik. Peroksidasi asam arakidonat, salah satu komponen membran fosfolipid yang dapat ditemukan sebagian besar di sel mesangial glomerulus, membentuk kelompok zat mirip prostaglandin yang disebut isoprostanes. Salah satu metabolit, 8-iso-Prostaglandin F2α, diketahui memiliki aktivitas vasokonstriktif yang kuat, yang diduga terkait dengan patofisiologi hiperfiltrasi glomerulus pada tahap awal nefropati diabetik. Oleh karena itu, penelitian multisenter cross-sectional ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah 8-iso-Prostaglandin F2α dikaitkan dengan hiperfiltrasi glomerulus, yang tercermin oleh perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) yang tinggi. Pengambilan sampel dilakukan pada tahun 2019 di Puskesmas Pasar Minggu (n = 57). Sampel yang diperoleh peneliti sebelumnya pada tahun 2015 di Rumah Sakit Sitanala, dan pada tahun 2016 dan 2017 di Puskesmas Pasar Minggu juga digunakan dalam penelitian ini (n = 154). Semua spesimen serum dan urine partisipan dianalisis untuk mengukur kreatinin serum dan konsentrasi 8-iso-Prostaglandin F2α urin mereka masing-masing. Kreatinin serum digunakan untuk menghitung eGFR berdasarkan persamaan CKD-EPI. 8-iso-Prostaglandin F2α urine diukur menggunakan metode ELISA kompetitif. Sampel (n = 211) dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan nilai eGFR ≥90 dan 60-89 mL/menit/1,73 m2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik dasar antara kedua kelompok, kecuali usia peserta (p <0,001). Rerata 8-iso-Prostaglandin F2α urin ditemukan lebih tinggi pada kelompok eGFR ≥90. Namun, perbedaannya tidak signifikan secara statistik (p = 0,214), menunjukkan bahwa 8-iso-Prostaglandin F2α mungkin terkait dengan hiperfiltrasi glomerulus tetapi masih belum cukup spesifik untuk digunakan sebagai penanda tahap awal nefropati diabetik.

Oxidative stress induced by hyperglycemia plays a major role in the pathogenesis of kidney complications among patients with type 2 diabetes mellitus, known as diabetic nephropathy. Arachidonic acid peroxidation, one of the components of the phospholipid membrane that can be found mostly in mesomer cells glomerulus, forming a group of prostaglandin-like substances called isoprostanes. One of the metabolites, 8-iso-Prostaglandin F2α, is known to have strong vasoconstrictive activity, which is thought to be related to the pathophysiology of glomerular hyperfiltration in the early stages of diabetic nephropathy. Therefore, this cross-sectional multicenter study was conducted to evaluate whether 8-iso-Prostaglandin F2α was associated with glomerular hyperfiltration, which was reflected by the high estimated glomerular filtration rate (eGFR). Sampling was carried out in 2019 at the Pasar Minggu Health Center (n = 57). Samples obtained by previous researchers in 2015 at Sitanala Hospital, and in 2016 and 2017 at Pasar Minggu Health Center were also used in this study (n = 154). All participants' serum and urine specimens were analyzed to measure serum creatinine and their respective urine 8-iso-Prostaglandin F2α concentrations. Serum creatinine is used to calculate eGFR based on the CKD-EPI equation. 8-iso-Prostaglandin F2α urine is measured using the competitive ELISA method. The sample (n = 211) was divided into two groups based on eGFR values ​​of ≥90 and 60-89 mL/min/1.73 m2. Statistical analysis showed that there were no differences in baseline characteristics between the two groups, except the age of the participants (p <0.001). The mean 8-iso-Prostaglandin F2α urine was found to be higher in the eGFR group ≥90. However, the difference was not statistically significant (p = 0.214), suggesting that 8-iso-Prostaglandin F2α might be associated with glomerular hyperfiltration but still not specific enough to be used as a marker for the early stages of diabetic nephropathy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>