Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silfia Nurliana
"Kekeringan merupakan salah satu cekaman abiotik yang paling sering dijumpai dalam bidang agrikultur. Cekaman kekeringan dapat diatasi dengan penggunaan senyawa antitranspiran. Kitosan sebagai salah satu senyawa antitranspiran dapat meningkatkan pertumbuhan berbagai tanaman hortikultura. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap pertumbuhan tanaman selada pada kondisi kekeringan. Penelitian ini mengggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan. Tiga variasi konsentrasi kitosan yang diuji yaitu (0,1; 0,2 dan 0,3 g/L). Parameter penelitian yang diteliti meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, ukuran daun, berat segar dan berat kering tanaman serta kandungan klorofil daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 0,1 dan 0,2 g/L memberikan efek signifikan dalam meningkatkan jumlah daun, ukuran daun dan berat segar serta berat kering tanaman. Sementara itu, kitosan 0,3 g/L hanya memberikan efek signifikan terhadap lebar daun. Berdasarkan hasil tersebut, konsentrasi kitosan 0,1 g/L dan 0,2 g/L menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman selada, sehingga dipilih konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1 g/L sebagai konsentrasi yang paling optimal.

Drought stress is one of the most common abiotic stress in agriculture. The use of antitranspirant agents to reduce the effect of drought stress on crops has been considered as a potential method. Application of chitosan as an antitranspirant agent has been reported to be effective in several crops. This study was aimed to analyze the effect of chitosan application on growth of lettuce under drought condition. This experiment used Randomly Block Design with 5 treatments and 5 replicants. Three concentrations of chitosan (0.1 g/L; 0.2 g/L; 0.3 g/L) were tested in this study. The parameter observed were the height of the lettuce, number of leaves, leaf size, root length, the fresh and dry weight, as well as chlorophyl content on the leaves. The results showed that chitosan 0.1 and 0.2 g /l gave significant effect in increasing the number of leaves, leaf size and fresh weight as well as dry weight of plants. Meanwhile, chitosan 0.3 g/L only has a significant effect on the width of the leaves. Based on these results, chitosan concentrations of 0.1 and 0.2 g/L showed equally good results in improving the growth of lettuce, so lower concentration of 0.1 g/L was chosen as the most optimal concentration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ambarwati
"Cekaman genangan merupakan kondisi pori-pori tanah terisi oleh air sehingga menurunkan pasokan oksigen. Penurunan pasokan oksigen menghambat pertumbuhan akar sehingga menurunkan serapan unsur hara. Hasilnya, daun klorosis dan gugur serta pertambahan tinggi tanaman terhambat. Cekaman genangan juga menyebabkan akumulasi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga terjadi cekaman oksidatif pada tanaman. Asam salisilat secara eksogen merupakan solusi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada cekaman genangan melalui peningkatan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian asam salisilat dengan konsentrasi 0,1 mM, 0,5 mM, dan 1 mM terhadap pertumbuhan dan aktivitas antioksidan selada (Lactuca sativa L.) yang mengalami cekaman genangan setinggi dua cm di atas permukaan media tanam selama tiga hari. Perlakuan asam salisilat diberikan dua hari sebelum cekaman genangan dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas lima perlakuan dan lima ulangan. Pertumbuhan tanaman yang diukur antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan asam salisilat 0,1 mM, 0,5 mM dan 1 mM belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan aktivitas antioksidan selada pada cekaman genangan.

Waterlogging stress is a condition in which the soil pores are filled with water, thereby reducing the supply of oxygen. Decreased oxygen supply inhibits root growth thereby reducing nutrient uptake. As a result, chlorosis and fall leaves and stunted plant height increase. Waterlogging stress also causes the accumulation of Reactive Oxygen Species (ROS) resulting in oxidative stress in plants. Salicylic acid exogenously is a solution to increase plant growth in waterlogging stress by increasing antioxidant activity. The aim of the study was to determine the effect of salicylic acid application at concentrations of 0.1 mM, 0.5 mM, and 1 mM on the growth and antioxidant activity of lettuce (Lactuca sativa L.) which was subjected to waterlogging stress as high as two cm above the surface of the planting medium for three days. Salicylic acid treatment was given two days before waterlogging stress in a randomized block design consisting of five treatments and five replications. Plant growth measured includes plant height and number of leaves. Antioxidant activity was tested using the 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. The results showed that the administration of 0.1 mM, 0.5 mM and 1 mM salicylic acid solution had no effect on plant height, number of leaves and antioxidant activity of lettuce under waterlogging stress."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Septiyani
"Keterbatasan lahan dan kualitas panen menjadi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya selada merah (Lactuca sativa var. crispa L.). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) dan penggunaan elisitor berupa asam salisilat. Asam salisilat berpotensi digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tanaman selada merah yang ditumbuhkan pada sistem hidroponik NFT. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian asam salisilat terhadap pertumbuhan dan organoleptik selada merah. Perlakuan asam salisilat (0, 50 dan 100 ppm) diberikan dengan cara disemprotkan pada tiga plot tanaman dengan sembilan ulangan. Penyemprotan dilakukan selama tiga periode (31, 32 dan 37 Hari Setelah Tanam). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah daun, kandungan klorofil relatif, berat segar dan berat kering dari selada merah. Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan pada perlakuan asam salisilat 100 ppm terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan uji organoleptik, selada merah yang diberi perlakuan elisitor asam salisilat 100 ppm memiliki skor penampilan, rasa dan tekstur yang lebih baik. Terdapat indikasi pemberian asam salisilat kurang optimal terhadap pertumbuhan selada merah karena nilai kelembapan udara saat penelitian lebih rendah dibandingkan dengan nilai POD (Point of Deliquescence) dari asam salisilat yang dilarutkan. Selain itu, diduga asam salisilat tidak optimal diserap oleh daun karena berkaitan dengan umur fisiologis daun.

Land limitation and harvest quality are problems faced by red lettuce (Lactuca sativa var. crispa L.) farmers. Nutrient Film Technique (NFT) hydroponic system and the use of salicylic acid as an elicitor are alternatives to solve the problems. The use of salicylic acid has the potential to increase the quantity and quality of red lettuce. This study aimed to examine the effect of salicylic acid on the growth and organoleptic of red lettuce. Three concentrations (0, 50, and 100 ppm) of salicylic acid were applied to three plots of plants with nine replications. Salicylic acid spraying was carried out at three time periods (31, 32, and 37 Days After Planting). The results showed that there was no significant difference in the number of leaves, total chlorophyll content, fresh and dry weight of red lettuce. However, there was a significant difference in plant’s height after foliar application with 100 ppm of salicylic acid. Organoleptic test showed the application of 100 ppm salicylic acid elicitor gave a higher score for the appearance, taste, and texture. There were indications that the effects of foliar application of salicylic acid was less than optimal for the growth of red lettuce because the humidity value was lower compared to the POD (Point of Deliquescence) value of the salicylic acid. In addition, there is a possibility that salicylic acid is not optimally absorbed by the leaves because it is related to the physiological age of the leaves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Kekeringan merupakan bencana alam yang terjadi secara perlahan-lahan hasil dari berkurangnya curah hujan dalam jangka waktu yang lama. Bencana ini dapat berdampak sangat besar dan mencakup daerah yang luas. Mitigasi untuk menanggulangi bencana ini adalah dengan mengetahui karakteristik wilayah yang terpapar kekeringan, melalui indikator durasi, intensitas dan frekuensi kekeringan. Penilaian kekeringan menggunakan data curah hujan dari 32 stasiun hujan di Kabupaten Kebumen selama periode 1985 - 2015 menggunakan metode de Boer.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keterpaparan kekeringan tinggi di Kabupaten Kebumen cenderung berada di wilayah bagian tengah mengarah ke timur laut kabupaten, yang meliputi 15 kecamatan, yang sebagian besar berada di Kecamatan Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng dan Kebumen. Wilayah yang paling terpapar kekeringan di Kabupaten Kebumen merupakan wilayah dengan penggunaan tanah sawah irigasi 2x padi/tahun, kepadatan penduduk 500-1249 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk agraris 51-250 jiwa/km2.

Drought is natural disaster that occurs gradually, resulted from long term declines in rainfall rate. The disaster would not be realized at first, but the impacts caused could be severe. One example of countermeasure efforts is to understand the regional characteristics of the drought exposed regions. Indicators used to assess levels of exposure are the duration, intensity and frequency of droughts. Drought assessment used rainfall rate data from 32 rain stations in Kebumen during 1985-2015 period with de Boer method.
The results obtained from this study indicate that high level of exposures to drought in Kebumen are distributed in the center part to the northeast part of the region. The high level of exposures covered 15 districts, and concentrated in Subdistrict Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng and Kebumen. In Kebumen, the region that most exposed to drought is attributed with the paddy rice fields land use that harvested 2 times a year, a population density of 500-1249 inhabitants/km2 and peasant population density of 51-250 inhabitants/km2.;
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dwika Ratri
"Pertanian adalah sektor yang rentan terhadap perubahan iklim, salah satunya padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak kekeringan meteorologis terhadap pola tanam padi sawah saat terjadinya El Nino secara spasial. Dalam hal ini dikaitkan dengan kondisi fisik wilayah di wilayah kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kekeringan meteorologis saat tahun El Nino, dan dampaknya terhadap pola tanam sehubungan dengan kondisi fisik wilayah. Kekeringan meteorologis diukur menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index), sementara pola tanam diperoleh melalui citra Landsat menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan penajaman citra untuk kelembaban. Kondisi fisik wilayah yang dikaji adalah penggunaan lahan sawah, relief, bentuk lahan, dan pola drainase yang dibuat dalam satuan lahan sawah.
Hasil yang didapatkan adalah kekeringan meteorologis pada tahun 2015 lebih lemah dibanding tahun 1997. Proporsi luas wilayah dengan klasifikasi kering pada tahun 1997 mencapai 48 %, sedangkan tahun 2015 hanya 31%. Kekeringan mengakibatkan perubahan pola tanam padi sawah di kabupaten Pringsewu. Kondisi lahan sawah banyak yang bera saat El Nino menyebabkan mundurnya musim tanam utama di bulan November bergeser menjadi Desember. Kekeringan mempengaruhi persediaan air pada satuan lahan tertentu. Musim tanam lebih cepat terjadi pada satuan lahan untuk sawah berupa aluvial dan dataran dengan relief datar hingga bergelombang.

Agriculture is the sector most vulnerable to climate change, one of which paddy rice. This study examines the impact of meteorological drought on paddy rice cropping pattern when El Nino spatially. In this case associated with the physical condition of the area in the district Pringsewu. The purpose of this study is to identify meteorological drought when the El Nino and its impact on cropping patterns with respect to the physical condition of area. Meteorological drought measured using SPI (Standardized Precipitation Index) method, while the cropping pattern obtained through Landsat imagery using NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and image enhancement for moisture. The physical condition of the area studied is the use of wetland, relief, landform and drainage patterns are made in units of paddy field.
The results obtained are meteorological drought in 2015 was weaker than in 1997. The proportion of an area with dry classification in 1997 reached 48%, whereas in 2015 only 31%. Drought resulted in changes in cropping pattern paddy rice in the district Pringsewu. Wetland conditions much fallow when El Nino led to the withdrawal of the main planting season in November shifted to December. Drought affects water supplies in certain land units. The planting season occurs faster in the form of paddy land units for alluvial plains with flat to undulating relief.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya
"Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu kecamatan sering dilanda kekeringan. Kekeringan yang melanda kecamatan ini cenderung semakin parah apabila terjadi fenomena iklim yang menyebabkan bulan kering semakin panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap kekeringan yang ada di Kecamatan Babakan Madang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah terpapar kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara dan ke selatan semakin tinggi indeks keterpaparannya sedangkan pada bagian tengah wilayah indeks keterpaparannya rendah dikarenakan penggunaan tanah pada bagian utara adalah dominan sawah sedangkan pada bagian selatan dominan hutan. Wilayah sensitif kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke selatan semakin tinggi indeks sensitivitasnya dikarenakan jenis batuan yang berada di selatan yaitu andesit dan vulkan tidak bisa menyimpan air. Wilayah kapasitas adaptif di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara semakin tinggi indeks kapasitas adpatifnya dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak adanya pelatihan bencana. Wilayah rentan terhadap kekeringan di Kecamatan Babakan Madang didominasi oleh tingkat kerentanan sangat tinggi, semakin ke selatan indeks kerentanan wilayahnya pun semakin tinggi dan dominasi dari kelas sangat tinggi mencakup luas 6577.8 ha atau 66.63% dari luas wilayah total.

Babakan Madang subdistrict is one of the districts are often hit by drought. The drought that hit this district tend to be more severe in case of climate phenomenon that causes dry months getting longer. The purpose of this study was to determine the vulnerability of meteorological drought in Subdistrict Babakan Madang. This research method approach, Fuzzy Logic and methods of spatial analysis and descriptive. The results showed that the area exposed to drought in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the north and to the south the higher the index whereas exposure to long fetches in the middle area of lower exposure to long fetches index due to the use of land in the northern part is the dominant fields while in the southern part of the dominant forest. Drought sensitive regions in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the south the higher the index the sensitivity is due to the type of rock that is located in the southern volcanic andesite and can not store water. Territory adaptive capacities in Babakan Madang subdistrict patterning Further north the higher the index adpatifnya capacity due to high level of education but no disaster training. Region prone to drought in Babakan Madang subdistrict is dominated by a very high degree of vulnerability, the vulnerability of the region to the south of the index was higher and the dominance of very high class covers a total area 6577.8 ha or 66.63% of the total land area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza
"Kekeringan adalah salah satu faktor stres abiotik yang mengurangi produktivitas padi di Indonesia. OsDREB2A adalah anggota subfamili DREB dari faktor transkripsi AP2/ERF dan berperan dalam mengatasi stres kekeringan dengan langsung mengikat elemen DRE untuk mengatur ekspresi gen di hilir. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengamati setiap gen OsDREB2A pada varietas padi lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gen OsDREB2A pada beberapa varietas padi lokal Indonesia, yaitu dari Jawa (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Beras Hitam), Aceh (Sigupai). DNA diisolasi dari daun masing-masing varietas, diamplifikasi menggunakan PCR, kemudian dielektroforesis dan disekuensing. Data sekuensing dianalisis menggunakan DNA Baser, BioEdit dan kemudian divisualisasikan menggunakan server SWISS-MODEL, Database Proyek Anotasi Genom Padi, dan alat peta kromosom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima sampel memiliki cakupan query 100% dengan sekuens kultivar OsDREB2A Pokkali (KU159743.1), persentase identitas yang mirip 99,86% dibandingkan dengan kultivar R180 dan 99,62% dibandingkan dengan kultivar Nona Bokra. Perbedaan dalam struktur asam amino sembilan sampel dibandingkan dengan kultivar pembanding terletak pada panjang struktur ekor. Struktur asam amino masing-masing kultivar mengacu pada kromosom 1 pada lokus LOC_Os01g07120.

Drought is one of the abiotic stress factors that reduces rice productivity in Indonesia. OsDREB2A is a member of the DREB subfamily of AP2/ERF transcription factors and participates in drought stress by directly binding to DRE elements to regulate downstream gene expression. However, further research is still needed to observe each OsDREB2A gene in local Indonesian rice varieties. This research aims to explore the OsDREB2A gene in several local Indonesian rice varieties, namely from Java (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Black Rice), Aceh (Sigupai). DNA was isolated from the leaves of each variety, amplified using PCR, and then electrophoresed and sequenced. Sequencing data were analyzed using DNA Baser, BioEdit and then visualized using the SWISS-MODEL server, Rice Genome Annotation Project Database, and chromosome map tools. The results showed that five samples had 100% query cover with the Pokkali OsDREB2A (KU159743.1) cultivar sequence, 99.86% similar percent identity compared to cultivar R180 and 99.62% similar percent identity compared to cultivar Nona Bokra. The difference in the amino acid structure of the nine samples compared to comparison cultivars lies in the length of the tail structure. The amino acid structure of each cultivar refers to chromosome 1 at the LOC_Os01g07120 locus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggelia Indah Berliana
"Amaranthus hybridus L. atau bayam selalu menduduki posisi utama dalam preferensi konsumsi sayuran masyarakat Indonesia. Namun demikian, terdapat dua kendala dalam budidaya tanaman bayam yaitu penggunaan pupuk anorganik dan permasalahan kekeringan. Kitosan, biopolimer hasil deasetilasi kitin, diduga berpotensi untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh dan konsentrasi optimal kitosan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menurunkan laju transpirasi tanaman bayam. Konsentrasi kitosan yang digunakan yaitu 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Terdapat dua kontrol yaitu kontrol NPK dan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, keempat perlakuan kitosan menggunakan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang sapi 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi ditambah kitosan 10 ppm mampu meningkatkan jumlah daun dan berat basah secara signifikan terhadap kontrol NPK. Berdasarkan data tersebut maka perlakuan kitosan 10 ppm sama baiknya dengan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, peningkatan konsentrasi kitosan menyebabkan penurunan laju transpirasi, namun pada konsentrasi yang terlalu tinggi kitosan dapat memberi efek negatif pada pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu konsentrasi optimal kitosan untuk menurunkan laju transpirasi harus disesuaikan dengan parameter pertumbuhan yaitu 10 ppm.

Amaranthus hybridus L. or spinach always occupies a prime position in the vegetable consumption preferences of Indonesia rsquo s society. However, the use of inorganic fertilizers and drought stress are two obstacles in the cultivation of spinach plants. Chitosan, a chitin deacetylation biopolymer, is thought to have the potential to overcome both problems. This study aims to determine the effect and the optimal concentration of chitosan to increase vegetative growth and reduce the transpiration rate of spinach plants. The concentrations of chitosan used were 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, and 20 ppm. There are two control groups the NPK control and the cow manure control. Meanwhile, the four chitosan treatment use soil with cow manure 1:1. The results showed that the use of cow manure with 10 ppm chitosan was able to increase the number of leaves and wet weight significantly to the control of NPK. Based on this data, the 10 ppm chitosan treatment proves to be just as good as the control of cow manure. Meanwhile, the increase in chitosan concentration causes a decrease in transpiration rate, but at very high concentrations chitosan can have a negative effect on plant growth. Therefore, the optimal concentration of chitosan to decrease the transpiration rate should be adjusted with the growth parameter, specifically 10 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurhandayani Putri
"Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, kekeringan menempati urutan kedua dengan intensitas terbesar. Kekeringan akan berdampak pada banyak hal, salah satunya pertanian. Kekeringan pertanian sendiri akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman karena kekurangan air yang berdampak pada produktivitas tanaman. Salah satu daerah yang mengalami kekeringan pertanian adalah Kabupaten Kuningan. Teknologi GIS dapat mendeteksi kekeringan di suatu daerah melalui metode Temperature Vegetation Dryness Index (TVDI). TVDI merupakan salah satu parameter indeks kekeringan berdasarkan sensitivitas spektrum tampak (tampak) dan inframerah dekat (inframerah dekat) terhadap perilaku vegetasi dan kondisi stres vegetasi terkait kekurangan air. TVDI menggunakan dua parameter yaitu indeks kehijauan dan suhu permukaan. Penelitian ini menggunakan variabel citra Landsat 8 OLI / TRIS, penggunaan lahan dan curah hujan. Citra landsat akan diolah menjadi nilai NDVI dan LST, hubungan kedua nilai tersebut direpresentasikan menjadi nilai persamaan linier yang akan dimasukkan ke dalam rumus TVDI dan distribusi TVDI akan diekstraksi menggunakan pemanfaatan lahan sawah. Untuk melihat pengaruh TVDI terhadap produktivitas padi digunakan uji Sperman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TVDI didominasi oleh kelas kering. Untuk melihat pengaruh TVDI terhadap produktivitas padi digunakan uji Sperman Rank. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara kedua variabel tersebut, artinya nilai TVDI tidak berpengaruh besar terhadap produktivitas padi. Dan hubungannya negatif atau searah yang artinya semakin tinggi nilai TVDI maka semakin rendah nilai produktivitasnya.

The National Disaster Management Agency (BNPB) said that drought ranks second with the greatest intensity. Drought will have an impact on many things, one of which is agriculture. Agricultural drought itself will disrupt the process of plant growth due to lack of water which has an impact on crop productivity. One of the areas experiencing agricultural drought is Kuningan Regency. GIS technology can detect drought in an area through the Temperature Vegetation Dryness Index (TVDI) method. TVDI is one of the parameters of the drought index based on the sensitivity of the visible (visible) and near infrared (near infrared) spectrum to vegetation behavior and vegetation stress conditions related to water shortages. TVDI uses two parameters, namely the greenish index and surface temperature. This study uses Landsat 8 OLI / TRIS imagery variables, land use and rainfall. Landsat images will be processed into NDVI and LST values, the relationship between the two values ​​is represented as a linear equation value which will be entered into the TVDI formula and the TVDI distribution will be extracted using the use of paddy fields. To see the effect of TVDI on rice productivity, the Sperman Rank test was used. The results showed that TVDI was dominated by dry class. To see the effect of TVDI on rice productivity, the Sperman Rank test was used. From the test results, it was found that there was a weak relationship between the two variables, meaning that the TVDI value did not have a major effect on rice productivity. And the relationship is negative or unidirectional, which means that the higher the TVDI value, the lower the productivity value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewinta Sari Sunarya
"Penelitian dilakukan pada bulan Februari – April 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah baglog dengan aktivator EM4, MOL pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam kombinasi (P0 – P5). Parameter bokashi yang diukur meliputi parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar air, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudian dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk bokashi dapat dibuat dalam waktu 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7030 tahun 2004. Pupuk bokashi yang dihasilkan mengandung unsur K yang lebih tinggi daripada unsur N dan P. Kombinasi terbaik ditunjukkan oleh P4 dengan karakteristik berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah, bertekstur gembur, suhu 36 °C, kadar air 50 %, pH 7, kandungan unsur C 41,30 %, N 1,36 %, P 0,66 %, dan K 2,27 %.
Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh pemberian pupuk bokashi limbah baglog terhadap pertumbuhan tanaman selada. Parameter pertumbuhan selada yang diukur meliputi parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar). Data parameter selada dianalisis menggunakan uji ANOVA satu faktor dan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam perlakuan berpengaruh signifikan terhadap semua parameter pertumbuhan. Hasil pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P4 dengan warna daun Light Green dan Grass Green (Faber Castell), rasa daun yang enak, rata-rata tinggi tanaman 39,45 cm, jumlah daun 10 helai, panjang akar 17,15 cm, berat basah tajuk 21,47 g, berat basah akar 2,53 g, berat kering tajuk 1,71 g dan berat kering akar 0,25 g.

Research was conducted in February - April 2019 in the central hydroponic greenhouse of Agro Tourism Cilangkap, East Jakarta. The first purpose of the research was to produce bokashi fertilizer from baglog waste treatment with EM4 activator, MOL papaya, MOL banana hump, and MOL cow dung. Bokashi fertilizer is made with 6 types of combinations (P0 - P5). Bokashi parameter measured include qualitative parameters (color, smell, and texture) and quantitative parameters (temperature, moisture content, pH, and nutrient content C, N, P, K). Data from bokashi parameter measurements were analyzed descriptively, then compared with compost quality standards according to SNI 19-7030 in 2004.
The results showed that bokashi fertilizer could be made within 21 days with the results of nutrient content that was in accordance with SNI 19-7030 in 2004. The resulting bokashi fertilizer contained K element which is higher than N and P element. The best combination is shown by P4 with blackish brown characteristics, smells like soil, loose texture, temperature 36 ° C, moisture content 50 %, pH 7, C element content 41.30 %, N 1.36 %, P 0.66 %, and K 2.27 %.
The second purpose of the reasearch was to analyze the effect of baglog waste bokashi fertilizer on lettuce plant growth. Lettuce parameter measured include qualitative parameters (leaf color and organoleptic test of lettuce leaves) and quantitative parameters (plant height, leaf number, root length, shoot fresh weight, root fresh weight, shoot dry weight and root dry weight). Lettuce parameter data were analyzed using one-factor ANOVA test and continued with the Tukey test to find out the differences between treatments.
The results showed that the six treatments had a significant effect on all growth parameters. The best growth results are shown by treatment P4 with the color of the leaves of Light Green and Grass Green (Faber Castell), the taste of the leaves is good, the average plant height is 39.45 cm, the number of leaves is 10, root length is 17.15 cm, shoot fresh weight 21.47 g, root fresh weight 2.53 g, shoot dry weight 1.71 g and root dry weight 0.25 g.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>