Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilva Zahrotin
"Sifat material komposit yang ringan dan kuat menjadikan material ini digunakan dalam berbagai aplikasi. Komposit berpenguat serat alami merupakan salah satu jenis komposit yang memiliki biodegradasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik kandungan air dan kuat tarik paku terhadap variasi orientasi arah serat kenaf. Sebelum digunakan sebagai penguat, serat kenaf diberi perlakuan alkalisasi. Metode VARI (Vacuum Assisted Resin Infusion) digunakan untuk fabrikasi komposit epoksi berpenguat serat kenaf (KF/EP). Orientasi arah serat kenaf pada komposit epoksi ini adalah (0°/0°/0°/0°) dan (0°/90°/0°/90°). Komposit KF/EP (0°/0°/0°/0°) dan (0°/90°/0°/90°) dikategorikan sebagai Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) menurut SNI 01-4449-2006 dengan nilai densitas masing-masing sebesar (1,146 ± 0,025) g/cm3 dan (1,066 ± 0,009) g/cm3. Nilai kadar air dan pengembangan tebal pada KF/EP (0°/0°/0°/0°) dan (0°/90°/0°/90°) memenuhi SNI 01-4449-2006 dengan masing-masing nilai kadar air (4,34 ± 0,18) %, (4,66 ± 0,38) % dan masing-masing nilai pengembangan tebal (4,07 ± 0,50) %, (6,19 ± 1,63) %. Nilai kuat tarik paku pada KF/EP (0°/0°/0°/0°) dan (0°/90°/0°/90°) dengan nilai masing-masing (2,63 ± 0,71) kgf/mm2 dan (5,11 ± 0,07) kgf/mm2 dan nilai keteguhan tarik paku kedua komposit memenuhi SNI 01-4449-2006.

The properties of composite that are light and strong made this material used in various applications. Natural fiber reinforced composite is one of type of composite that has a good biodegradability. This study aimed to analyze the characteristics of the water content and the nail head pulled-through strength concerning variations in the orientation of kenaf fiber. Before being applied as reinforcement, kenaf fiber was treated with alkalization. VARI (Vacuum Assisted Resin Infusion) method was used for fabrication of kenaf fiber reinforced epoxy composite (KF/EP). The orientation of the kenaf fiber in this epoxy composite was in the direction of (0°/0°/0°/0°) and (0°/90°/0°/90°). It was found that KF/EP (0°/0°/0°/0°) and (0°/90°/0°/90°) composites were categorized as High Density Fiberboard according to SNI 01-4449-2006 with a density value of (1,146 ± 0,025) g/cm3 and (1,066 ± 0,009) g/cm3 respectively. Water content and the thickness after swelling of KF/EP (0°/0°/0°/0°) and (0°/90°/0°/90°) met the SNI 01-4449-2006 standard with a water content of (4,34 ± 0,18) % and (4,66 ± 0,38) % respectively and thickness swelling value of (4,07 ± 0,50) % and (6,19 ± 1,63) % respectively. Nail head pulled-through strengths of KF/EP (0°/0°/0°/0°) and (0°/90°/0°/90°) were (2,63 ± 0,71) kgf/mm2 dan (5,11 ± 0,07) kgf/mm2 respectively and nail head pulled-through resistances of these composites met the SNI 01-4449-2006 standard."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lara Ollivia
"Penggunaan serat sintetis sebagai penguat pada komposit memiliki kekurangan yaitu tidak ramah lingkungan. Serat alam dapat digunakan sebagai alternatif penguat pada komposit. Polipropilena dan serat kenaf masing-masing digunakan sebagai matriks dan penguat pada komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh sifat tarik dan suhu defleksi optimum dengan memvariasikan fraksi berat serat. Komposit polipropilena/serat kenaf difabrikasi dengan metode hot press. Serat kenaf diberi perlakuan alkali dalam larutan NaOH sebelum dijadikan penguat dan polipropilena diekstrusi sebelum digunakan sebagai matriks. Fraksi berat serat yang digunakan adalah 20 wt%, 30 wt%, 40 wt%, 60 wt% dan polipropilena murni sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan uji Heat Deflection Temperature (HDT) untuk mengetahui sifat mekanik dan sifat termal komposit. Nilai kuat tarik optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan 80% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (60,3 ± 4,3) MPa. Suhu defleksi optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan hingga 170% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (159,1 ± 1,8) ºC. Hasil pengamatan Scanning Electron Microscope pada komposit dengan fraksi berat 40 wt% menunjukkan ikatan antarmuka antara serat dan matriks yang relatif baik dan moda kegagalan berupa serat patah dan kegagalan matriks.

The use of synthetic fibers as reinforcement in composites has disadvantage which are not environmentally friendly. An alternative reinforcement for composites is natural fiber. Polypropylene and Sumberejo kenaf fibers are used respectively as the matrix and reinforcement. The aim of this research was to obtain the optimum tensile properties and deflection temperature with the variation of fiber fractions. Polypropylene/kenaf fiber composites fabricated by hot press method. The kenaf fiber was soaked in NaOH solution before being used as the reinforcement and polypropylene was extruded before being used as the matrix. The weight fractions of the fiber used were 20 wt%, 30 wt%, 40 wt% and 60 wt% to produce composites and pure polypropylene samples were also prepared for comparison. The optimum tensile strength and deflection temperature were found in the composites with the 40 wt% fiber fraction each with an increase up to 80% and 170% compared to the pure polypropylene with the result (60.3 ± 4,3) MPa and (159.1 ± 1,8) °C respectively. The result of Scanning Electron Microscope observation in a composite with the 40 wt% fiber fraction showed relatively good bonding interface between fibers and the matrix and the failure modes were fiber breakage and matrix failures.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Yusup
"Pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter pemanasan fabrikasi komposit PLA (Polylactic Acid) berpenguat ramie dengan metode tekan panas (hot press). Penelitian menggunakan setrika sebagai sumber panas yang dilekatkan dengan cetakan. Setrika ini memiliki skala pemanasan yang terdiri dari 5 skala. Pada penelitian ini dipaparkan 9 kali percobaan untuk mendapatkan parameter yang diinginkan. Dari hasil percobaan diketahui laju panas dalam polimerisasi PLA berpengaruh atas hasil komposit yang didapatkan. Selain itu dari hasil percobaan skala setrika yang dapat digunakan pada proses fabrikasi komposit ini adalah pada suhu diantara 106 ̊-120 ̊C. Dengan waktu pemanasan diantara 30 sampai 45 menit. Untuk kekuatan uji tarik spesimen yang digunakan merupakan spesimen dari percobaan dengan hasil 24,4 MPa.

In this study, the objective of this research was to obtain heating parameters for fabricated PLA (Polylactic Acid) composites with ramie reinforcement using the hot press method. Research uses iron as a heat source that is attached to a mold. This iron has a heating scale consisting of 5 scales. In this study, 9 experiments were presented to obtain the desired parameters. From the experimental results, it is known that the heat rate in the polymerization of PLA has an effect on the composite results obtained. In addition, from the experimental results, the iron scale that can be used in this composite fabrication process is at temperatures between 106 ̊-120 ̊C. With heating time between 30 to 45 minutes. For the tensile strength of the specimens used were specimens from the experiment with a result of 24.4 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Yunella Amelia
"Aplikasi serat alam terus berkembang di berbagai sektor industri. Serat kenaf merupakan serat alam yang digunakan dalam penelitian ini karena memiliki sifat mekanik yang cukup tinggi. Busa poliuretan (PU) banyak digunakan sebagai lapisan inti dalam konstruksi komposit sandwich untuk menghasilkan suatu material ringan. Penelitian ini bertujuan menganalisa hasil karakterisasi nanoselulosa dari serat kenaf, menganalisa pengaruh nanoselulosa / Cellulose Nanofiber (CNF) serat kenaf sebagai pengisi (filler) dalam komposit busa PU-CNF, serta merumuskan formulasi komposit busa PU-CNF yang memberikan sifat mekanik terbaik sebagai material kuat dan ringan dalam aplikasi struktural. Nanoselulosa merupakan nanomaterial alami yang dapat diekstrak dari dinding sel tanaman yang memiliki sifat-sifat menarik seperti kekuatan yang tinggi, kekakuan yang sangat baik, dan luas permukaan yang tinggi. Variasi berat CNF yang ditambahkan ke dalam busa PU adalah 0, 3, 5, 7, dan 10 wt%. Proses ekstraksi CNF dari serat kenaf dimulai dengan pre-treatment serat meliputi proses alkalisasi dengan natrium hidroksida dan proses bleaching dengan natrium hipoklorit lalu selanjutnya diberikan perlakuan mekanik dengan alat Ultra Fine Grinder untuk menghasilkan suspensi CNF. Fabrikasi komposit PU-CNF menggunakan metode in-situ polimerization. Karakterisasi CNF meliputi TEM, XRD, dan FT-IR. Hasil TEM pada CNF mengkonfirmasi dimensi berskala nano dari CNF yaitu memiliki diameter pada kisaran 40-70 nm. Hasil FT-IR yang menunjukkan tidak adanya puncak pada daerah panjang gelombang 1700–1740 cm-1 menyatakan pre-treatment pada serat kenaf berhasil mengurangi kandungan non-selulosa. Hasil XRD menunjukkan bahwa kritastalinitas CNF setelah perlakuan mekanik adalah menjadi 75,22%. Karakterisasi komposit busa PU-CNF meliputi uji tekan, uji lengkung-3-titik, dan SEM. Nilai kuat tekan optimal diperoleh pada komposit busa KFCNF3/PU dengan nilai kuat tekan dan modulus tekan optimal masing-masing adalah 284,434 kPa dan 7,32 MPa. Nilai kuat lengkung-3-titik optimal juga diperoleh pada komposit busa PU berpenguat 3wt% CNF yaitu 734,145 kPa. Komposit busa PU berpenguat 3 wt% CNF merupakan komposit terbaik yang memiliki nilai optimum dari hasil uji tekan dan uji lengkung-3-titik.

Natural fiber applications continue to grow in various industrial sectors. Kenaf fiber is a natural fiber that was used in this study because it has high mechanical properties. Polyurethane (PU) foam is widely used as a core layer in sandwich composite construction to produce a lightweight material. The objective of this research was to analyze the results of nanocellulose characterization from kenaf fibers, to analyze the effect of nanocellulose / Cellulose Nanofiber (CNF) kenaf fiber as a filler in PU-CNF foam composites, and to formulate a PU-CNF foam composite formulation that provided the best mechanical properties as strong and lightweight materials in structural applications. Nanocellulose is a natural nanomaterial that can be extracted from plant cell walls which has attractive properties such as high strength, excellent stiffness and high surface area. The CNF weight variations in PU foam were 0, 3, 5, 7, and 10 wt%. The CNF extraction process from kenaf fiber started with fiber pre-treatment including alkalization with sodium hydroxide and bleaching with sodium hypochlorite and then mechanical treatment with an Ultra Fine Grinder to produce CNF suspension. PU-CNF composites were fabricated using in-situ polymerization method. CNF characterization included TEM, XRD, and FT-IR. TEM results on CNF confirmed that the CNF diameter was in the range of 40-70 nm. FT-IR results showed that no peaks in the 1700-1740 cm-1 wavelength region and this confirmed that pre-treatment on kenaf fibers succeeded in reducing the non-cellulose content. XRD results showed that the crystallinity of CNF after mechanical treatment was 75.22%. The PU-CNF foam composite characterization included compressive test, 3-point bending test, and SEM. The optimal compressive strength values obtained in the PU foam reinforced 3 wt% CNF composites with the optimal compressive strength and modulus values were 284,434 kPa and 7,32 MPa, respectively. The optimal 3-point bending strength value was also obtained in the PU foam reinforced 3 wt% CNF composites, which was 734.145 kPa. PU foam reinforced 3 wt% CNF composites were the best composites that have the optimum value from the results of the compressive and 3-point-bending tests."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Althea Buntaro
"Pseudomonas sp. SM 1_7 merupakan isolat bakteri Gram-negatif aerob hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa naftalena pada sampel cair. Isolat Pseudomonas sp. SM 1_7 yang ditumbuhkan dalam medium Bushnell-Haas dengan penambahan ko-substrat glukosa 0,5% (b/v) dan naftalena 0,02% (b/v). Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan metode angka lempeng total dan pengukuran absorbansi suspensi sel menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada periode inkubasi 0 jam, 24 jam, dan 48 jam. Hasil pengukuran pertumbuhan Pseudomonas sp. SM 1_7 10% (v/v) pada medium Bushnell-Haas + naftalena 0,02% (b/v) + glukosa (0,5%) menunjukkan batch 1 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 6,50 x 109 CFU/mL menjadi 4,26 x 1010 CFU/mL, batch 2 kenaikan angka lempeng total dari 3,94 x 109 CFU/mL menjadi 3,10 x 1010 CFU/mL, batch 3 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 5,99 x 109 CFU/mL menjadi 3,39 x 1010 CFU/mL, kemudian mengalami penurunan angka lempeng total menjadi 1,99 x 1010 CFU/mL. Hasil analisis HPLC menunjukkan pengurangan konsentrasi naftalena sebesar 38,65% pada periode inkubasi 48 jam.

Pseudomonas sp. SM 1_7 is a Gram-negative aerobic hydrocarbonoclastic bacterial isolate renowned for the ability of hydrocarbon degradation in liquid samples. Pseudomonas sp. SM 1_7 is grown in Bushnell-Haas media with the addition of 0.02% naphthalene (w/v) and 0.5% glucose (w/v) as co-substrate. Enumeration of cells was carried out using the total plate count method simultaneously with the measurement of suspended cell absorbance in the media, using UV-Vis spectrophotometry at the 0, 24, and 48 hours incubation period. The results showed that the number of bacteria increased from 6.50 x 109 CFU/mL to 4.26 x 1010 CFU/mL in the first batch, 3.94 x 109 CFU/mL to 3.10 x 1010 CFU/mL in the second batch, and 5.99 x 109 CFU/mL to 3.39 x 1010 CFU/mL and then into 1.99 x 1010 in the third batch. The concentration of naphthalene in the medium after 48 hours decreased by 38.65%. Pseudomonas sp. SM 1_7 has the capability to degrade naphthalene.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Tito Julianto
"ABSTRAK
Masalah biodegradasi pencemar air tanah dapat dimodelkan oleh suatu persamaan diferensial parsial (PDP) evolusioner. Penggunaan metode garis untuk menyelesaikan PDB evolusioner tersebut, melibatkan penyelesaian suatu sistem persamaan diferensial biasa (PDB), yang umumnya bersifat kaku dan berukuran besar.
Salah satu paket pemecah sistem PDB demikian adalah paket VODPK. Untuk menyelesaikan sistem PDB yang bersifat kaku, VODPK menggunakan metode integrasi BDF dalam implementasi Nordsieck. Penggunaan metode BDF melibatkan penyelesaian suatu sistem persamaan nonlinier dan sistem/persamaan linier (SPL). Sistem nonlinier tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode iteratif Inexact-Newton, sedangkan SPL diselesaikan menggunakan salah satu metode iterative Krylov, yaitu metode SPIGMR. Dalam menyelesaikan sistem PDB yang bersifat kaku dan berukuran besar, sebagian besar dari proses komputasi dihabiskan VODPK untuk menyelesaikan sistem nonlinier dan SPL ini.
Peningkatan kinerja VODPK diupayakan dengan memperbaiki kinerja dari bagian penyelesaian sistem nonlinier dan tinier. Empat aspek dalam penyelesaian sistem nonlinier dan linier ini akan disoroti dan diupayakan perbaikan atau pengaturannya. Keempat aspek tersebut adalah penyekalaan dalam sistem nonlinier dan SPL, penentuan suku-pemaksa, penggunaan matriks pra-kondisi, dan penggunaan GMRES tak-lengkap.
Percobaan numerik terhadap contoh masalah, yaitu masalah biodegradasi pencemar air tanah, menunjukkan bahwa kinerja (runtime) VODPK berhasil diperbaiki secara signifikan.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahreza Saputra
"Bakteri pendegradasi hidrokarbon mampu beradaptasi pada tanah yang telah tercemar hidrokarbon selama bertahun-tahun. Penelitian bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri pendegradasi hidrokarbon serta mengetahui kemampuannya dalam mendegradasi hidrokarbon. Hasil isolasi dari tanah tercemar hidrokarbon di daerah Cilegon menggunakan medium Ilyina dkk. (2003: 88) mendapatkan 7 isolat bakteri dan selanjutnya diseleksi kembali menjadi 3 isolat representatif berdasarkan penampakan morfologinya. Berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi dan biokimia diketahui bahwa ketiga bakteri tersebut adalah Alcaligenes (FT1), Pseudomonas (FT3), dan Enterobacter (FT5). Pseudomonas (FT3) dalam medium BSM + 1% solar memiliki pertumbuhan paling baik dan digunakan untuk dianalisis kemampuan degradasinya.
Hasil ekstrak sisa minyak solar pada medium menunjukkan pengurangan berat minyak sebesar 17,50%. Hasil analisis sisa degradasi minyak solar oleh Pseudomonas (FT3) menggunakan GC/MS memperlihatkan adanya penurunan konsentrasi beberapa senyawa hidrokarbon yang diduga sebagai metil oktadekanoat (91,56%), dokosan (18,36%) dan bis 4-amino-3-isobutil-5-etilfenil) metana (58,91%). Senyawa-senyawa tersebut mengalami penurunan konsentrasi yang ditandai dengan adanya penurunan luas area kromatogram. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri memiliki kemampuan menggunakan hidrokarbon sebagai sumber karbon.

Hydrocarbons bacteria can adapt and survive in hydrocarbon contaminated soil. The research aims to obtain isolates of hydrocarbon degrading bacteria and to understand its ability to degrade hydrocarbons. Seven bacteria were isolated from soil contaminated hydrocarbon using Ilyina et al.(2003: 88) medium and three isolates were selected based on morphological appearances for identification. Based on morphological and biochemical identification, the three bacteria are Alcaligenes (FT1), Pseudomonas (FT3), and Enterobacter (FT5). Pseudomonas (FT3) in BSM medium + 1% diesel fuel showed the highest growth compared to other isolates and was chosen to be analyzed for degradation ability.
Extraction of the remaining diesel oil in the medium showed a weight reduction of 17.50%. Results of degradation analysis of diesel oil from Pseudomonas (FT3) using GC/MS showed decrease in concentration of some hydrocarbon compounds suspected to be methyl octadecanoid acid (91.56%), docosane (18.36%) and bis 4-amino-3-isobutyl -5-ethylphenyl) methane (58.91%). Decrease of those compounds were indicated by a decrease in the peak area of the chromatogram.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dachniar Hajar
"Bakteri yang berpotensi mendegradasi hidrokarbon dapat diperoleh dari tanah yang tercemar hidrokarbon. Penelitian bertujuan mendapatkan isolat bakteri dari sampel tanah tercemar hidrokarbon dan mengetahui kemampuan isolat bakteri tersebut dalam mendegradasi hidrokarbon. Isolasi dilakukan menggunakan medium Ilyina dkk. (2003). Identifikasi dilakukan dengan mengamati sifat morfologi dan aktivitas biokimia, sedangkan analisis hasil degradasi hidrokarbon dilakukan dengan GC/MS. Sebanyak 3 dari 9 isolat yang diperoleh dipilih untuk melihat kemampuan degradasi hidrokarbon, yaitu DT2 (Pseudomonas), DT5 (Citrobacter) dan DT8 (Enterobacter). Isolat DT2 dipilih untuk analisis hidrokarbon karena memiliki pertumbuhan paling baik dalam medium BSM + 1% hidrokarbon.
Hasil pengukuran berat ekstrak minyak solar setelah penambahan Isolat DT2 menunjukkan penurunan sebesar 32,5%. Hasil analisis sisa senyawa hidrokarbon memperlihatkan penurunan luas area yang mengindikasikan penurunan konsentrasi senyawa yang diduga merupakan hexadecanoic acid, methyl ester dan n-heneicosane masing-masing sebesar 97,66% dan 96,79%.
Hydrocarbon degrading potential bacteria can be isolated from hydrocarbon contaminated soil. This research aims to obtain bacterial isolates from hydrocarbon contaminated soil and study the hydrocarbon degradation capabilities of selected isolates. Isolation was carried out using Ilyina et al. (2003) medium. Bacterial identification was performed based on morphological and biochemical characterizations, while GC/MS was used for analysis of hydrocarbon degradation capabilities. Nine isolates were obtained and three of them were selected to examine hydrocarbon degradation capability, namely DT2 (Pseudomonas), DT5 (Citrobacter) and DT8 (Enterobacter). The DT2 isolate was selected for analysis of hydrocarbon degradation because it has the highest growth in BSM medium + 1% hydrocarbon.
The results from weight measurements of diesel oil extract after the addition of DT2 isolates showed a decrease of 32.5%. The results of hydrocarbon degradation analysis showed decrease in the area that indicate a decrease in concentration of compounds suspected to be hexadecanoic acid, methyl ester and n-heneicosane respectively 97.66% and 96.79%.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Patra
"Biodegradasi fenol sebagai salah satu senyawa polutan yang sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup, terutama manusia yang hidup di lingkungan tersebut, dilakukan dengan menggunakan bakteri dari lambung sapi yang diinkubasi di suhu ruang, pH awal medium 7.0. Penelitian dilakukan dengan variasi generasi bakteri pertama dan kedua, konsentrasi fenol 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm dan 100 ppm, dan variasi kada glukosa dalam medium sebesar 0 g/L, 0,5 g/L dan 1 g/L. Hasil penelitian menunjukkan fenol dapat dimanfaatkan sebagai subtrat pertumbuhan bakteri dan belum terjadi inhibisi yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 100 ppm. Terdapat penurunan kemampuan degradasi fenl pada generasi bakteri yang berbeda Generasi bakteri pertama dapat mendegradasi 98,04% fenol 100 ppm, sementara generasi kedua hanya dapat mendegradasi 69,31% fenol. Fenomena inhibisi oleh glukosa mulai terlihat pada konsentrasi 0,5 g/L.

Biodegradation of phenol as one of dangerous polutant is done by using bacteria consortium originated from cattle’s stomach. The bacteria was incubated on room temperatur, medium pH = 7. The assessed variable are bacteria generation; first and second generation, fenol concentration from 0, 10, 50 and 100 ppm, glucose concentration from 0, 0.5 g/L and 1 g/L. The result show that the bacteria consortium was abled to use phenol as growth nutrition and there is no inhibiion observed for phenol concentration up to 100 ppm. The consortium bacteria ability to degrade phenol was greatly reduced on the second generation. The first generation is able to degrade 98.04% 100 ppm phenol for 10 hour, meanwhile the second generation can only degrade 69.31% 100 ppm phenol for 100 hour. Glucose was found to decrease phenol biodegradation rate and inhibit the bacteria growth from concentration 0.5g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haafizh Izzatullah
"Kandungan pyrene merupakan kandungan yang paling besar dalam kandungan PAH pada limbah minyak. Salah satu cara terbaik untuk mendegradasi senyawa berbahaya tersebut adalah penggunaan mikroorganisme. Proses ini bersifat lebih ramah lingkungan, cepat, dan ekonomis, dibandingkan menggunakan bahan sintetik. Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya akan mengintensifikasi proses biodegradasi pyrene yang terlarut dalam air dan menjadikannya sumber energi untuk pertumbuhan bakteri. Penelitian ini juga membahas kemampuan hidup mikroorganisme tersebut dalam konsentrasi pyrene yang tinggi 1000 mg/L. Diawali dengan prekultur bakteri pada larutan pyrene dengan medium yeast extract, Ochrobactrum sp M2292 mampu mendegradasi konsentrasi pyrene sebanyak 44,7 % dengan substrat awal 200 mg/L. Evaluasi kecepatan pertumbuhan spesifik pada biodegradasi pyrene konsentrasi 1000 mg/L dengan metode berat kering mengindikasikan bahwa Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya merupakan bakteri yang dapat mengutilisasi pyrene dalam air. Hasilnya, Ochrobactrum sp M2292 merupakan bakteri yang mempunyai laju pertumbuhan spesifik paling cepat pada konsentrasi pyrene 1000 mg/L daripada Bacillus subtilis C19 dan bakteri konsorsiumnya.

Pyrene is the greatest content of PAH on the waste oil. One of the best ways to degrade these harmful substance is use microorganism. This process is more environmentally friendly, fast, and economical, compared to using synthetic materials. Bacillus subtilis C 19, Ochrobactrum sp M2292, and consotium both of them will intensify biodegradation process of pyrene that are dissolved in the water and make it a source of energy for bacterial growth. This study also discusses the ability of the microorganism living in high pyrene concentration 1000 mg/L. Starts from initiated preculture on pyrene and yeast extract medium solution, Ochrobactrum sp can degrade pyrene by 44,7% with initial consentration is 200 mg/L. Evaluation of specific growth rate at high concentration of pyrene biodegradation by dry weight method indicated that Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, and konsorsium of bacteria that can utilize pyrene in water condition. The result, Ochrobactrum sp M2292 has the fastest specific growth rate in 1000 mg/L pyrene concentration than Bacillus subtilis C19 and consortium bacterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>