Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Rahmah Dini
"Guild merupakan kelompok spesies burung yang terbentuk dari spesies-spesies yang memanfaatkan sumber yang sama. Penelitian mengenai guild burung pernah dilakukan di ruang terbuka hijau DKI Jakarta, tapi belum pernah dilakukan di area urban Depok sebelumnya. Kota Depok memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau yang rendah, sehingga keberadaan pekarangan dan taman sangat penting keberadaannya sebagai penyedia habitat dan ruang terbuka hijau itu sendiri. Penelitian bertujuan untuk menganalisis guild komunitas burung di 3 tipe ruang terbuka hijau area pemukiman urban (jalan raya, taman, dan perumahan) dan pola guild burung di sekitar pemukiman. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah point count. Data dianalisis menggunakan Korelasi Pearson dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian dilakukan pada bulan Maret—Juli 2021. Data jenis burung yang diperoleh dikelompokkan menjadi 8 tipe guild. Berdasarkan penelitian, ditemukan total 21 spesies burung dengan guild granivora (6 spesies, 28,57%) menjadi guild paling dominan di Kelurahan Tugu disusul oleh insektivora-ranting (5 spesies; 23,81%). Berdasarkan peran ekologi kedua guild ini dalam menjaga keseimbangan ekosistem, pemerintah perlu menekankan sosialisasi penanaman tanaman di pekarangan agar tersedia lebih banyak ruang terbuka hijau yang dapat mendukung kehidupan burung urban.

Guild is a group of species formed from those that use the same sources. Research on bird guilds has been conducted in DKI Jakarta, though it has never been conducted in the urban area of Depok. Depok has a low availability of green space; thus, the existence of yards and parks are very important to provide as habitat and as green spaces itself. This study aims to analyze bird community guilds in 3 types of green spaces in urban areas (roads, yards/parks, and housing). The study also aims to see if there’s any guild patterns exist around the settlements. Data collection method used in this research was Point Count and analyzed using Pearson Correlation and Principal Component Analysis (PCA). This research was conducted in March—July 2021. The species data obtained were grouped into 8 types of guilds. There are a total of 21 bird species in District Tugu, the granivores (6 species; 28,57%) and branches insectivores (5 species; 23,81%) as the most dominant guild. Based on their ecological role in maintaining ecosystem balance, the government needs to emphasize the socialization of planting vegetation in the yard so there will be more green spaces to support urban bird life. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Anisafitri
"Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan daerah dengan penduduk terpadat di Indonesia. Keberadaan burung memiliki keterkaitan terhadap habitat yang ditinggali oleh burung tersebut. Komunitas burung di daerah perkotaan memiliki nilai keanekaragamaan dan kelimpahan jenis yang lebih rendah dibandingkan di lingkungan yang lebih alami. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas burung di Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Jati, serta untuk menganalisis perbedaan struktur komunitas burung di kedua kelurahan dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Metode digunakan adalah Point Count untuk pengamatan burung dan Point Centered Quarter untuk pengambilan data vegetasi. Analisis data burung menggunakan Indeks Shannon-Wiener, Indeks Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Uji Mann-Whitney. Analisis vegetasi menggunakan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon dengan INP tertinggi pada dua kelurahan berjenis sama, yaitu Pterocarpus indicus. Indeks Shannon-Wiener Kelurahan Kayu Putih dan Jati, masing-masing sebesar 1.483 dan 1.503. Indeks Kemerataan Kelurahan Jati lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Kayu Putih, yaitu 0.653 dan 0.578. Tidak ada jenis burung yang mendominasi di kedua kelurahan. Indeks Kesamaan Jenis kedua kelurahan sebesar 64.29%. Keanekaragaman jenis burung memiliki perbedaan yang signifikan berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney. Hal tersebut dapat disebabkan oleh jumlah jenis pohon Kelurahan Jati lebih beragam.

Jakarta is the most densely populated area in Indonesia. The presence of birds has strong relationship with the habitat inhabited by those birds. Bird communities in urban areas have lower diversity and species abundance than those in natural environments. The purpose of this study was to determine the structure of the bird communities in Kayu Putih and Jati subdistricts, also to analyze the differences of the bird communities between the two subdistricts and the factors that affect them. The method used to collect data were Point Count Method and Point Centered Quarter. The indices used to analyze the bird communities were Shannon-Wiener, Evenness, Dominance, and Mann-Whitney Test. Vegetation Analysis were calculated by Importance Value Index (IVI). The result for the highest IVI in both subdistricts was the same species, namely Pterocarpus indicus. Shannon-Wiener result for the Kayu Putih and Jati are in moderate range, namely 1.483 and 1.503. Evenness for Jati was higher than Kayu Putih, namely 0.627 and 0.562. No dominating species in both subdistricts. The Similarity Index for subdistricts was 64.29%. The diversity of birds between the two subdistricts were significantly different based on Mann-Whitney Test. Jati subdistrict has higher tree diversity compared to Kayu Putih subdistrict."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Prayoga Nugraha
"Urbanisasi mengakibatkan habitat alami lenyap tergusur oleh bertambahnya luas wilayah pemukiman dan perkotaan dan mengakibatkan perubahan pada burung, baik pada tingkat individu, populasi, maupun komunitas. Urbanisasi mengakibatkan perubahan distribusi area pada burung: Urban Exploiter, Urban Adapter, dan Urban Avoider. Perlu ada penelitian untuk melihat distribusi burng di wilayah Kampus UI. Penelitian dilakukan untuk mengetahui parameter laju urbanisasi yang terjadi di wilayah kampus Universitas Indonesia Depok dan wilayah di sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-September 2013 di kampus UI dengan metode point count dan studi habitat. Tabulasi data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel dan data diolah dengan menggunakan metode Distance Sampling, Principal Component Analyisis dan Chi-Square.
Data menunjukkan bahwa terdapat pembagian urbanisasi yang jelas antara 3 tipe habitat di kampus UI, dan terdapat 25 jenis burung di kampus UI dengan 12 diantaranya urban avoider, 7 Urban adapter, dan 6 Urban exploiter. Variabel habitat yang berpengaruh terhadap distribusi komunitas burung ini adalah, Tutupan Tajuk, Jumlah pohon dan pancang, DBH pohon dan pancang, Jumlah Bangunan, Laju Kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak dan Jalan Raya. Adanya asosiasi ini menunjukkan bahwa urbanisasi mempengaruhi komunitas burung di kampus Universitas Indonesia.

Urbanization can causing natural habitats disappearance & displaced by residential and urban area. Habitat change has resulted in changes of birds, both at the individual, population, or community. Urbansasi gradient changes due process has resulted in changes in the distribution area of the bird. Bird community is divided into 3 : Urban Exploiter, Urban Adapter, and Urban Avoider. Research is needed to see bird distribution in the area of University of Indonesia. The study was conducted to determine the parameters of urbanization that occurred in the campus of the University of Indonesia in Depok and surrounding areas. The study was conducted in the month of May to September 2013 in the area of University of Indonesia using point counts and habitat studies . Tabulation of the data presented in the form of graphs and tables and the data processed using Distance Sampling method, Principal Component Analyisis and Chi - Square.
From these data shows that there are difference between urbanization gradient in 3 habitat type on campus. Data shows there are 25 species of birds on the UI campus with 12 of them urban avoider, 7 Urban adapters, and 6 Urban exploiter. Habitat variables that influence the distribution of the bird community is, canopy cover , number of Sapling, number of trees, DBH of Tree, DBH of Sapling number of buildings, rate vehicles, rate of pedestrian, and pedestrian road & vehicle road The existence of this association suggests that urbanization affects bird community at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Nur Muhammad Yahya
"Keberadaan burung pada suatu ekosistem merupakan salah satu indikator penting dalam keberlangsungan ekosistem tersebut. Pohon merupakan komponen penting bagi habitat burung, pohon dimanfaatkan sebagai tempat berlindung, beristirahat, penyedia makanan, dan membuat sarang. Pohon Jeungjing (Paraserianthes falcataria) dan pohon Kluwih (Artocarpus camansi) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat, baik pohon Jeungjing maupun pohon Kluwih memiliki manfaat dari segi manusia juga segi alam. Hingga kini, belum banyak penelitian yang membahas asosiasi antara burung dengan pohon sebagai habitatnya, khususnya pohon Jeungjing dan pohon Kluwih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara komunitas burung dengan pohon Jeungjing dan pohon Kluwih serta perbedaan populasi burung pada kedua pohon. Asosiasi dicari menggunakan uji G-test, analisis perbedaan jumlah populasi burung pada kedua pohon dicari menggunakan uji-t dua sampel independen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, seluruh populasi burung yang ditemukan pada lokasi pengamatan tidak memiliki asosiasi dengan pohon Jeungjing dan pohon Kluwih. Perbedaan jumlah populasi burung dihitung menggunakan populasi Merbah Cerukcuk (Pycnonotus goiavier) yang terdistribusi normal pada kedua pohon. Hasil analisis uji-t dua sampel independent menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan jumlah populasi Merbah Cerukcuk pada pohon Jeungjing dan pohon Kluwih.

The presence of birds in an ecosystem is one of the important indicators in the sustainability of the ecosystem. Trees are an important component for bird habitats, trees are used as places to shelter, rest, provide food, and make nests. Jeungjing tree (Paraserianthes falcataria) and the Kluwih tree (Artocarpus camansi) is a plant that is widely used by the community, both Jeungjing and Kluwih trees have benefits from a human perspective as well as a natural one. Until now, not many studies have discussed the association between birds and trees as their habitat, especially Jeungjing trees and Kluwih trees. This study aims to determine the association between bird communities and Jeungjing and Kluwih trees and differences in bird populations in both trees. Associations were searched using the G-test, analysis of differences in the number of bird populations in the two trees was searched using the t-test of two independent samples. Based on the results obtained, all bird populations found at the observation site had no association with Jeungjing and Kluwih trees. The difference in the number of bird populations was calculated using the Merbah Cerukcuk population (Pycnonotus goiavier) which is normally distributed in both trees. The results of the t-test analysis of two independent samples showed that there was no significant difference in the number of Merbah Cerukcuk populations in Jeungjing and Kluwih trees."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Rai Suma Intari
"The information about bird community and response guild of each species are required for calculating the ecosystem health in Nusa Penida Island. At present time, the facts about bird species in the island has been known but not the response guild. Respose guild considered necessary to construct a Bird Community Index, thus we can make judgement on the ecosystem health in that region.
Base of this research is animal ecology and ecological indicators. The aims are to develop a regional index of biotic integrity based on bird community composition, apply the index to a probability-based sample of field sites to verify the proportion of the study area exhibiting various categories of biotic integrity, determine the combination of landscape configuration and local vegetation variables that are associated with different levels of biotic integrity, and to verify the bird community index with independent data collected from the same sample locations. The research was held on two parts, from March -May and July - September 2010 on Nusa Penida Island.
This study is classified as a non-experimental study. Point count along the transect was used to collect the information of bird community. The Landsat satellite imagery was personalized by supervised method and overlay with sampling points coordinat. The image was enhanched by buffered the sampling points coordinat 500 m that intersect with landscape configurations to reveal the proportion of land cover type each sampling points. The enhanched imagery was done using ArcGIS 9.3. Linear regression by stepwise method was used to identify the association along with land cover category and bird community. Statistic calculations were counted using SPSS 17.0. The instruments are binocular [Bushnell] 10 x 50, GPS [Garmin 76 CSX], rollmeter, digital camera [Sony DSC P-150], watch, field guide book, note book, pencil, and an image from Landsat satellite path 116 row 66.
The result for bird community on first part of the research are eleven sites classified as high integrity, thirty five sites as moderate integrity, and five sites as low integrity. On the second part of the study showed that four sites as highest integrity, twenty three sites as high integrity, and twenty four sites as moderate integrity. Nevertheless, not all land cover and vegetation variables were significant different on each integrity category.
The conclusions are bird community index in Nusa Penida Island devided into three category, high, moderate, and low; there is a connection between bird community index and disturbance levels; the BCI that used to rank the environmental condition appropriate to land cover in that area; and landscape configuration combination has relationship with every level of biotic integrity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Rizki Novani
"Kawasan Jabodetabek merupakan kawasan yang memiliki sinergi dan saling bergantung antarwilayah. Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah pusat perekonomian ibukota dengan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat menjamin kesejahteraan masyarakat. Kota Depok menjadi salah satu penyangga yang berperan dalam menyediakan berbagai kebutuhan hidup termasuk menjadi kawasan permukiman bagi masyarakat yang bekerja di wilayah DKI Jakarta. Kecamatan Beji merupakan salah satu wilayah yang menjadi kawasan permukiman dengan kepadatan tertinggi di Kota Depok dan memiliki variasi hunian yang beragam. Warga komuter yang memilih untuk tinggal pada hunian di Kecamatan Beji dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel aksesibilitas dengan variasi hunian warga komuter di Kecamatan Beji serta mengetahui pengaruh faktor luas hunian, jumlah anggota hunian, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan terhadap pilihan variasi hunian warga komuter di Kecamatan Beji, Kota Depok. Metode yang digunakan yaitu analisis spasial, analisis uji chi-square dan regresi logistik multinomial dengan data hasil kuesioner yang telah diklasifikasikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor aksesibilitas terhadap pilihan variasi hunian oleh warga komuter. Warga komuter Jakarta yang tinggal di Kecamatan Beji mayoritas memilih tinggal pada hunian yang berada pada wilayah dengan tingkat aksesibilitas mudah. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah faktor jumlah anggota hunian. Warga komuter yang tinggal di hunian kontrakan dengan 1-2 anggota memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk tinggal di hunian indekos. Kemudian warga komuter yang tinggal di hunian apartemen 3,8 kali memilih dekat dengan fasilitas pendidikan daripada komuter yang tinggal di hunian indekos. Sedangkan warga komuter yang tinggal di hunian rumah keluarga tidak dipengaruhi oleh faktor apapun dalam penelitian ini.

The Greater Jakarta, one of the Indonesian agglomeration cities, has a high sprawling urban area for the whole city. With DKI Jakarta as the economic centre, the surrounding cities act as the home for Jakarta's commuter workers. As a part of the greater Jakarta, Beji sub-district, located at the heart of Depok, is the home of Jakarta's commuter. With the high density of the residential area with various housing types, commuters who stayed in this sub-district area have many living options. The purpose of this study is to determine the factor that had influenced commuters housing choices. The online questionnaire was collected from xx Jakarta's commuters who live in this sub-district. Most of the commuters chose a family house over the other type of housing. With chi-square analysis, the accessibility level had a significant relationship with the type of housing; most commuters live in residential areas with easier accessibility levels. According to the multinomial logistic regression model, the most influential factor is the number of dwelling members. Commuters living in a rented house with 1-2 members are twice as likely to live in a boarding house. Then, commuters living in the apartment 3,8 times chose near education facilities than commuters living in a boarding house. Lastly, commuters living in the family house were not influenced by any variable in this study. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Hasan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Indrawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan satwa burung di Padang Golf Halim (PGH) II. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai data pembanding untuk masa mendatang dan sebagai data dasar untuk penelitianpenelitian ekologi burung pada lingkungan hutan kota, khususnya di daerah Jakarta. Metode sensus burung dengan menggunakan pemetaan teritori dipakai dalam penelitian ini, di mana setiap individu yang ditemukan waktu sensus di lapangan posisinya dicatat pada peta. Setelah delapan kali sensus, terlihat pola pengelompokan data pada peta. Berdasarkan data yang terlo— kalisir pada peta, maka kelimpahan masing-masing jenis bu rung dapat ditentukan. Keanekaan jenis burung. di PGH II dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaan Shannon-Wiener. Di samping itu, dilakukan pula ihventarisasi "guild" burung. Sebagai hasil sensus, pada daerah penelitian yang luasnya 79,3 Ha diperkirakan terdapat 710 ekor burung. Jenisjenis burung yang paling melimpah adalah : Peking {Lc-nchura. pi-iria t Li 1 a ta ) , Bentet (Lanins schach} dan Kutilang (PycnanotLis aLirigsster). Keanekaan jenis burung di PGH II ternyata relatif rendah, sebesar 1,557. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh keseragaman kelimpahan jenis burung yang rendah. Komposisi jenis serta kelimpahan masing-masing jenis burung di PGH II dipengaruhi oleh satwa burung pada habitat seke1i1ingnya. Dengan demikian, kelestarian burung dan ha'bitatnya pada daerah sekeliling PGH II perlu diperhatikan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fairuz Husna
"Keanekaragaman burung di suatu wilayah menjadi perhitungan dalam peran burung sebagai bioindikator. Penelitian mengenai keanekaragaman burung di hutan kota di Pontianak telah dilakukan, khususnya di Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian mengenai keanekaragaman burung di Pontianak dan di luar Arboretum Sylva Untan. Penelitian ini dilaksanakan untuk membandingkan komposisi jenis burung di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat sebagai pembanding, serta menganalisis perbedaan keanekaragaman burung di dua hutan kota berbeda beserta faktor penyebab perbedaannya. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan metode point count. Data yang dianalisis berupa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan, dan indeks dominansi. Dilakukan uji t Hutchinson terhadap indeks keanekaragaman Shannon-Wiener kedua lokasi. Hasil yang diperoleh yaitu jenis-jenis burung yang ditemukan di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat memiliki perbedaan. Kedua lokasi memiliki jumlah jenis Passer montanus tertinggi. Terdapat beberapa jenis yang hanya teramati di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, yaitu Anthreptes malacensis, Eurystomus orientalis, dan Amaurornis phoenicurus. Jenis Anthreptes rhodolaemus, Geopelia striata, dan Dinopium javanense hanya teramati di Arboretum Sylva Untan. Hasil uji t Hutchinson kedua lokasi pengamatan menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang signifikan berbeda, dengan nilai indeks tertinggi ditemukan di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknya orang yang berlalu lalang di lokasi pengamatan serta preferensi habitat jenis-jenis burung yang bermukim.

Bird diversity in a region can be counted as bioindicator to measure environment. Research about bird diversity in Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura as one of the urban forest in Pontianak has been accomplished, but there is still only a few of the research. Bird diversity research in Pontianak outside Arboretum Sylva Untan has yet to be accomplished. This paper is written to report comparison of bird species composition in Arboretum Sylva Untan and Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, and to analyze the differences of bird diversity in both locations and what factors influence the difference. Observation is done in morning and evening with point count method. Analyzed data includes Shannon-Wiener index diversity, evenness index, and dominance index. Hutchinson t test based on Shannon-Wiener diversity index is used to calculate how significant the difference between Arboretum Sylva Untan and Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. The result is bird composition in both places have differences, despite both of place owns high numbers of Passer montanus. There are some species only observed in Pendopo Gubernur Kalimantan Barat; Anthreptes malacensis, Eurystomus orientalis, and Amaurornis phoenicurus. Some species unique to Arboretum Sylva Untan are Anthreptes rhodolaemus, Geopelia striata, and Dinopium javanens. Result of Hutchinson t test shows that both locations have different Shannon-Wiener diversity index, with Pendopo Gubernur Kalimantan Barat has the highest index. The result may occur because of few people found in Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. The habitat preference of birds also influences the composition of birds observed in both locations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>