Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Taqiyudin Fadhilah
"Prostat menjadi salah satu penyakit berbahaya yang mematikan bagi pria di dunia. Pengobatan menggunakan terapi radiasi menjadi salah satu pilihan utama pada kanker prostat. Metode 3DCRT dan IMRT digunakan dalam perencanaan terapi radiasi untuk kanker prostat dengan Linac sebagai modalitas penyinaran yang berenergi 6X dengan dosis per fraksi berjumlah 2,5 Gy dan fraksi yang digunakan berjumlah 30. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk verifikasi distribusi dosis radioterapi antara teknik 3DCRT dengan teknik IMRT untuk terapi kanker prostat dengan simulasi Monte Carlo menggunakan EGSnrc. 3DCRT menggunakan 4 lapangan dan IMRT menggunakan 5 lapangan untuk terapi. Hasil penelitian memperlihatkan transpor dosis yang bergerak untuk masing-masing lapangan dan terdistribusi pada organ target dan menunjukkan distribusi dosis pada PTV dan OAR (rectum dan bladder). Passing rate gamma index yang diperoleh untuk 3DCRT dan IMRT masing-masing sebesar 72,31 % dan 71,34% dimana masih belum mencapai passing rate yang ideal baik pada 3DCRT maupun IMRT.

Prostate is one of the most deadly diseases for men in the world. Treatment using radiation therapy is one of the main options for prostate cancer. The 3DCRT and IMRT methods are used in planning radiation therapy for prostate cancer with Linac as the radiation modality with 6X energy with a dose per fraction of 2.5 Gy and the fraction used is 30. The purpose of this study is to verify the radiotherapy dose distribution between the 3DCRT technique and the IMRT technique for the treatment of prostate cancer with Monte Carlo simulation using EGSnrc. 3DCRT uses 4 fields and IMRT uses 5 fields for treatment. The results showed that the dose transport moved for each field and was distributed to the target organ and showed the dose distribution on PTV and Organ at Risk (rectum and bladder). The passing rate gamma index obtained (72,31% for 3DCRT and 71,34% for IMRT) has not yet reached the ideal passing rate for both 3DCRT and IMRT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Ibrahim Anhar
"Kanker payudara merupakan jenis kanker paling banyak kedua di dunia dan menjadi penyebab kematian tertinggi pada Wanita. Pengobatan menggunakan modalitas radioterapi merupakan salah satu teknik pengobatan utama dalam kasus kanker payudara. Teknik perencanaan radioterapi yang dapat digunakan untuk kasus kanker payudara adalah teknik 3DCRT dan IMRT. Verifikasi dosis merupakan salah satu tahapan penting dalam proses radioterapi untuk memastikan distribusi dosis yang diterima sesuai dengan perencanaan. Penelitian ini adalah melakukan verifikasi distribusi dosis perencanaan radioterapi menggunakan simulasi Monte Carlo. Verifikasi dilakukan pada kasus kanker payudara dengan teknik 3DCRT dan IMRT yang menggunakan modalitas linac foton 6 MV. Perencanaan radioterapi dilakukan dengan 25 fraksi penyinaran serta besar dosis setiap fraksi adalah 2 Gy. Oleh karena itu, total dosis yang diterima pasien adalah 50 Gy. Teknik 3DCRT dilakukan perencanaan menggunakan 2 lapangan penyinaran, sedangkan IMRT menggunakan 9 lapangan penyinaran. Hasil kalkulasi dosis dari treatment planning system (TPS) akan dilakukan verifikasi terhadap hasil perhitungan Monte Carlo. Parameter Gamma Indeks (GI) digunakan untuk menilai perbedaan distribusi dosis pada PTV dan OAR antara hasil kalkulasi TPS terhadap Monte Carlo.

Breast cancer is the second most commonly diagnosed type of cancer in the world and also the number one leading cause of death for women. Radiotherapy comes as one of the preferred choices for the treatment of breast cancers. Radiotherapy for breast cancer uses 3DCRT and IMRT techniques as the modality of choice for treatment. One of the most crucial steps in planning a radiotherapy treatment is dose verification to ensure the quality of the therapy is guaranteed. This research was conducted in order to verify the dose distribution to breast canser radiotherapy for 3DCRT and IMRT techniques using Monte Carlo simulation. The 3DCRT and IMRT are performed by using linac as the radiation modality with an energy of 6X, 2 Gy of dose per fraction for 25 fractions resulting in total dose of 50 Gy, the 3DCRT technique utilized 2 fields of radiation while IMRT used 9 fields. The data acquired through Treatment Planning System will then be verified against the Monte Carlo calculation. The results for this research are the comparisons for the dose distributions received by the PTV and the OARs around the target volume, the passing rates of the gamma index for each radiotherapy techniques are also calculated for verification purposes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Zulfani
"ABSTRAK
Dalam perencanaan terapi teknik lanjut telah diimplementasikan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada perencanaan terapi dengan teknik IMRT dan VMAT. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memverifikasi simulasi perencanaan terapi dan pemberian dosis IMRT dan VMAT pada kasus kanker prostat dan kanker paru. Verifikasi dosis dilakukan dengan meletakkan TLD 100 LiF rod dan film Gafchromic EBT3 pada fantom Rando Alderson. Evaluasi dosis dilakukan dengan membandingkan analisis dosimetri PTV dan organ at risk menggunakan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada teknik IMRT dan VMAT. Dari hasil penelitian PTV pada kanker prostat algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 1 . Pola yang sama juga diperoleh organ at risk dengan algoritma terbaik diperoleh Acuros XB dengan penyimpangan rata-rata terbesar pada OAR femoral head sebesar 6 . Lebih lanjut PTV pada kanker paru kiri dan kanan memiliki penyimpangan rata-rata lebih kecil pada teknik VMAT. Sementara pada penggunaan algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 0,56 . Pada OAR kasus paru kiri dan kanan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penggunaan algortima Acuros XB dan Anisotropic Analytical Algorithm AAA dengan rentang deviasi terbesar diperoleh jantung 9.

ABSTRACT
In the planning of advanced engineering therapy has been implemented Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithms on therapy planning with IMRT and VMAT techniques. In this study intended to verify the simulation of therapy planning and dosage of IMRT and VMAT in cases of prostate cancer and lung cancer. Dose verification is done by placing TLD 100 LiF rod and Gafchromic EBT3 film on fantom Rando Alderson. Dose evaluation was done by comparing dosimetry analysis of PTV and organ at risk using Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithm on IMRT and VMAT techniques. From the results of research PTV on prostate cancer algorithm Acuros XB has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 1 . The same pattern is also obtained by the organ at risk with the best algorithm obtained by Acuros XB with the largest mean deviation on femoral head OAR of 6 . Furthermore, PTV in left and right lung cancer has a smaller mean deviation in VMAT technique. While the use of Acuros XB algorithm has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 0.56 . In the left and right lung OAR cases there was no significant difference from the use of the Acuros XB algorithm and the Anisotropic Analytical Algorithm AAA with the largest deviation range obtained by heart 9 . "
2017
T48129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrial Male
"ABSTRAK
Elektron biasanya digunakan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis
tambahan. Pengukuran dosis yang diterima pasien pada rentang energi 6 MeV, 10
MeV dan 12 MeV dari kepala linac, lapangan aplikator 14 x 14 cm2, SSD 95 cm
disimulasikan. Dosis pada paru disimulasikan dengan sistem EGS monte carlo.
Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan teknik monte carlo berbeda dengan hasil
TPS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas)
disekitar paru pada simulasi monte carlo sedangkan pada kalkulasi TPS ISIS tidak
memperhitungkan hal tersebut. Dosis 10% di paru hasil kalkulasi simulasi monte
carlo diperoleh pada kedalaman 4.22 cm sedangkan pada TPS 2.98 cm untuk
energi 6 MeV. Sedangkan untuk 10 MeV dan 12 MeV dosis 10% untuk simulasi
monte carlo dan TPS berutur-turut adalah 4.69 cm, 5.72 cm dan 5,79 cm dan 6.95
cm.

ABSTRACT
Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster
doses. Dose measurement in patient lung in energy range 6 MeV, 10 MeV and 12
MeV, filed size 14 x 14 cm2 and SSD 95 cm was simulated. The modelings in
Monte Carlo simulation are modeling treatment head and water phantom by using
BEAMnrc and DOSXYZnrc based on EGSnrc codes. The result from
measurement and simulation is diffrent because correction factors of
inhomogenity lung not included in the TPS ISIS. Depth Dose 10% in lung from
calculation with monte carlo simulation is 4.22 cm and TPS is 2.98 cm with
energy of 6 MeV. For energy of electron 10 MeV and 12 MeV, depth dose 10%
from simulation monte carlo and TPS 4.69 cm, 5.72 cm and 5,79 cm, 6.95 cm."
2012
T30854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana
"[ABSTRAK
Telah dilakukan verifikasi dosis organ target dan jaringan sehat di sekitar target dengan menempatkan TLD Rod LiF100 dan film Gafchromic EBT2 di lubang slab bagian pelvis dari phantom Rando Alderson untuk simulasi kanker prostat. TLD dievaluasi menggunakan TLD Reader Harshaw, sementara Film Gafchromic EBT2 dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 dengan mode transmisi, red channel dan resolusi 72 dpi. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan membandingkan antara dosis yang direncanakan TPS Eclipse ver. 11 dan dosis yang diukur pada target organ target dan organ beresiko menggunakan teknik IMRT dan VMAT. Hasilnya adalah deviasi dosis pada organ target menggunakan teknik IMRT dan VMAT adalah kurang dari 5%. Demikian pula, deviasi dosis pada bladder dan rectum untuk kedua teknik juga kurang dari 5% karena posisinya sangat dekat dengan target volume. Di sisi lain, deviasi dosis di femoral head lebih dari 5% untuk kedua teknik karena lokasinya pada gradien dosis rendah. Selanjutnya, deviasi dosis organ target untuk teknik IMRT cenderung lebih kecil dari teknik VMAT baik untuk TLD dan Film. Perbedaan dosis pada dosis titik organ target antara IMRT dan VMAT kurang dari 1% tetapi terjadi pada dosis yang random untuk organ beresiko. Adapun dosis permukaan pada teknik IMRT cenderung lebih kecil dari teknik VMAT jika kita menggunakan TLD, tetapi dosis pada film EBT2 cenderung sama antara teknik IMRT dan VMAT.

ABSTRACT
Have been done the dose verification of the target and healthy tissues around by placing the TLD Rod LiF100 and EBT2 Gafchromic film at slab hole of pelvic part of the Alderson Rando phantom for prostate cancer simulation. The Exposed TLDs was evaluated using the TLD Reader Harshaw, while Gafchromic Film EBT2 was scanned using Epson Perfection V700 scanner with transmission mode, red channel and resolution 72 dpi. The point dose measurements were compared between planned dose TPS Eclipse ver. 11 and measured dose at target volume organ and organ at risk for IMRT and VMAT techniques. The result is the dose difference at target volume for IMRT and VMAT are less than 5%. Similarly, the dose difference at Bladder and Rectum for both techniques are also less than 5% due to the position of OAR is very close to target volume. On the other hand, the dose difference at Femoral head are more than 5% for both techniques because the location of OAR already in low gradient dose. Furthermore, the difference dose of the target volume for IMRT technique is tends to be smaller than VMAT either for TLD and film detectors. The dose difference at point dose of target volume between IMRT and VMAT techniqe are less than 1% but it occur in random number for organ at risk. More over, the surface dose of IMRT tend to be smaller than VMAT dose if we are using TLDs, but the dose of EBT2 films tend to be similar between IMRT and VMAT techniques, Have been done the dose verification of the target and healthy tissues around by placing the TLD Rod LiF100 and EBT2 Gafchromic film at slab hole of pelvic part of the Alderson Rando phantom for prostate cancer simulation. The Exposed TLDs was evaluated using the TLD Reader Harshaw, while Gafchromic Film EBT2 was scanned using Epson Perfection V700 scanner with transmission mode, red channel and resolution 72 dpi. The point dose measurements were compared between planned dose TPS Eclipse ver. 11 and measured dose at target volume organ and organ at risk for IMRT and VMAT techniques. The result is the dose difference at target volume for IMRT and VMAT are less than 5%. Similarly, the dose difference at Bladder and Rectum for both techniques are also less than 5% due to the position of OAR is very close to target volume. On the other hand, the dose difference at Femoral head are more than 5% for both techniques because the location of OAR already in low gradient dose. Furthermore, the difference dose of the target volume for IMRT technique is tends to be smaller than VMAT either for TLD and film detectors. The dose difference at point dose of target volume between IMRT and VMAT techniqe are less than 1% but it occur in random number for organ at risk. More over, the surface dose of IMRT tend to be smaller than VMAT dose if we are using TLDs, but the dose of EBT2 films tend to be similar between IMRT and VMAT techniques]"
2015
T43792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Asparul Mijar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara dengan Teknik EDW menggunakan simulasi monte carlo. Menggunakan fantom Rando female sebagai objek untuk mendapatkan nilai CT dengan pendekatan jaringan tubuh manusia. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap. Tahap 1 commissioning Monte Carlo pada lapangan 10 × 10 dengan sudut wedge 25. Tahap 2 simulasi Monte Carlo menyesuaikan perencanaan pada TPS untuk kasus kanker payudara pada fantom rando. Evaluasi pada dosis titik dilakukan dengan membandingkan nilai dosis pada simulasi Monte Carlo dengan TPS dan pengukuran TLD. Hasil dari commissioning menunjukkan seluruh nilai profile pada kedalaman 10 cm berada dalam batas toleransi IAEA TRS 430. Hasil perbandingan pada fantom rando dengan pengukuran TPS dan TLD untuk organ Breast atas berturut-turut adalah 2,08% dan 5,45% sedangkan untuk Breast bawah adalah 4,59% dan 5,98%, untuk jantung adalah 12,76% dan 13,68%, dan untuk paru-paru adalah 12,76% dan 13,68%. Berdasarkan hasil tersebut hasil simulasi memiliki akurasi data yang cukup baik jika dibandingkan dengan pengukuran pada TPS dan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan TLD.

The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases using the Electron Dynamic Wedge (EDW) technique through Monte Carlo simulations. The research comprised two phases: Phase 1 involved commissioning Monte Carlo for 10 x 10 field with a 25-degree wedge angle, while phase 2 entailed Monte Carlo simulations to adapt planning on the Treatment Planning System (TPS) for breast cancer cases in the Rando phantom. Point dose evaluation involved comparing dose values in Monte Carlo simulations with those in the TPS and Thermoluminescent Dosimeters (TLD) measurements. Commissioning results demonstrated that all profile values at a depth of 10 cm fell within the tolerance limits of IAEA TRS 430. Comparisons on the Rando phantom between TPS and TLD measurements for the upper breast organ yielded percentages of 2.08% and 5.45%, respectively. For the lower breast, the percentages were 4.59% and 5.98%. Comparisons for the heart resulted in percentages of 12.76% and 13.68%, while for the lungs, they were 12.76% and 13.68%. Based on these findings, the simulation results indicated reasonably good accuracy when compared to both TPS measurements and measurements conducted using TLD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Ulhaq Fitriyah
"ABSTRACT
Nilai indeks gamma yang dihasilkan antara satu perencanaan dengan perencanaan lainnya berbeda. Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh banyak hal seperti detektor yang digunakan, kasus kanker yang berbeda, dll. Akan tetapi, terdapat passing criteria yang direkomendasikan oleh AAPM TG 119, sehingga seharusnya nilai indeks gamma tidak akan bernilai jauh dari passing criteria yang telah direkomendasikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi konsistensi verifikasi yang dilakukan di RS MRCCC Siloam Hospital Semanggi dengan cara melihat perbedaan nilai rata-rata indeks gamma setiap tahunnya selama 8 tahun sejak tahun 2011-2018. Uji statistika juga dilakukan untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh antara detektor yang berbeda, kasus kanker yang berbeda, serta teknik penyinaran yang berbeda terhadap nilai indeks gamma yang dihasilkan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pesawat LINAC Varian Clinac iX dengan TPS Eclipse versi 8.6-13, detektor 2D array bilik ionisasi MatriXXEvolution , EPID serta software Portal Dosimetry, Omni Pro I rsquo;mRT dan SPSS. Secara umum, metode penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : pencatatan data pasien, verifikasi perencanaan, evaluasi indeks gamma, uji statistika dan analisis. Uji statistika yang digunakan merupakan uji Kruskal-Wallis, Mann-Whitney dan Wilcoxon. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma setiap tahunnya. Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma antara kanker otak dan kanker prostat serta melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma yang dihasilkan antara teknik IMRT dan VMAT. Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma detektor MatriXX dan EPID. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistika pada nilai rata-rata indeks gamma antara dua detektor, dua teknik IMRT dan VMAT, serta antara dua kasus kanker yang berbeda, sedangkan nilai rata-rata indeks gamma per tahun tidak signifikan secara statistika. Secara keseluruhan, nilai rata-rata indeks gamma setiap tahunnya konsisten. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa verifikasi yang dilakukan di RS MRCCC Siloam selama 8 tahun konsisten secara statistika.

ABSTRACT
The gamma index value generated between one plan and another is normally different. This can be affected by many factors such as the usage of different detectors, different type of cancer cases, etc. However, there is certain passing criteria recommended by AAPM TG 119, thus the gamma index value ideally should not be much far from the recommended passing criteria. Therefore, this study will evaluate the verification consistency conducted at MRCCC Siloam Hospital Semanggi by looking at the difference between the mean value of gamma index every year for 8 years since 2011 2018. Statistical tests were also performed to analyze differences and effects between different detectors, different cancer cases, and different irradiation techniques on the resulting gamma index values. The equipment used in this research was LINAC Varian Clinac iX with TPS Eclipse version 8.6 13, 2D detector MatrixEvolution ionization array, EPID and Dosimetry Portal software, Omni Pro I 39 mRT and SPSS. In general, the study method is divided into several stages patient data recording, planning verification, gamma index evaluation, statistical test run, and analysis. The statistical test used is Kruskal Wallis, Mann Whitney and Wilcoxon test. The Kruskal Wallis test was used to see the average difference in the gamma index value annually. In addition, Mann Whitney test was used to see the difference in gamma index mean values between brain cancer and prostate cancer and to see the difference in gamma index mean values generated between IMRT and VMAT techniques. Furthermore, Wilcoxon test was used to see the difference in gamma index mean values of MatriXX and EPID detectors. The results showed statistically significant differences on the gamma index mean values between two detectors, two IMRT and VMAT techniques, and between two different cancer cases, while the difference between gamma index mean value per year was not statistically significant. Overall, the average value of the gamma index each year is consistent. Therefore, the verification performed at MRCCC Siloam Hospital for over 8 years is consistent statistically."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Maha Putra
"ABSTRAK
Fokus utama tesis ini adalah saat ini masih belum adanya kajian mendalam mengenai analisis kelayakan keekonomian pada PV Off-Grid dengan menggunakan Metode Monte Carlo dan Homer Energy. Peneliti akan membahas pemodelan yang dibangun dengan kedua metode tersebut.
Hasil penelitian ini adalah model yang dibangun ini diharapkan dapat memenuhi prinsip ?to produce electricity at the lowest possible cost? dengan mencari nilai COE (Cost of Energy) terendah dalam batasan parameternya seperti minimum NPV (Net Present Value), Cost to Benefit Ratio , DPI (Discounted Profitability Index) dan IRR (Internal Rate Return). Hasil pemodelan ini divalidasi dengan software Crystal Ball dan perhitungan manual.

ABSTRACT
The main focus in this thesis is currently still lack of study related to economic feasibility analysis on PV Off-Grid using the Monte Carlo method and Homer Energy. Researcher built the modeling constructed by these two methods.
Results of this research is a construct model to meet the principle of "to produce electricity at the lowest possible cost" by looking for the lowest value of COE (Cost of Energy) within the range of parameters such as minimum NPV (Net Present Value), Cost to Benefit Ratio, DPI (Discounted Profitability Index) and IRR (Internal Rate of Return). This modeling result is validated with Crystal Ball software and manual calculations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Mas Raditya Respati
"Fetus seperti organ-at-risk (OAR) lainnya diketahui sangat radiosensitif, maka perlu dilakukan perencanaan radioterapi yang tepat untuk menjaga fetus menerima dosis di bawah dosis ambangnya. Simulasi Monte Carlo menggunakan PRIMO diketahui memberikan akurasi yang tinggi dalam probabilitas untuk produksi partikel menggunakan mesin linac Varian Unique. Hasil kecocokkan kurva profil berkas dan percentage depth dose (PDD) pada simulasi PRIMO terhadap commissioning BDC secara berurutan memiliki ketidakpastian sebesar 2,93 ± 0,09% dan 0,51 ± 0,02%. Setelah PRIMO memproduksi partikel yang menyesuaikan kondisi lapangan linac Varian Unique, penyinaran dilakukan menggunakan fantom khusus yang tersusun atas gabungan fantom CIRS dan fantom air balok. Fantom dirancang pada kedalaman 22 cm yang mewaliki trimester 2. Penyinaran payudara menggunakan teknik empat lapangan: 1) Tangensial I (Medio Lateral), 2) Tangensial II (Latero Medial), 3) Supraclavicula, dan 4) Axilla. Rentang persentase dosis pada PRIMO diamati 0,03 – 0,28% di kedalaman 2 cm, 0,03 – 0,26% di kedalaman 5 cm, dan 0,03 – 0,25% di kedalaman 10 cm. Hasil simulasi PRIMO dibandingkan terhadap hasil treatment planning system (TPS) dan penelitian Mulyaningsih [8] dengan kondisi fantom dan lapangan yang sama. Simulasi PRIMO dan Mulyaningsih [8] memiliki kesesuaian pada jarak pengukuran 32 – 26 cm dan mengalami tren yang serupa yaitu kenaikan persentase dosis yang drastis pada jarak pengukuran di bawah 24 cm.

Fetus like any other organ-at-risks is known to be highly radiosensitive, therefore an accurate radiotherapy planning is necessary to keep the fetal dose below the threshold. PRIMO Monte Carlo simulation is used as it gives excellent accuracy in terms of particle production using the Varian Unique linac. The commissioning results of both the beam profile and the percentage depth dose in sequence are having uncertainties of 2.93±0.09% and 0.51±0.02%. After PRIMO produces the particles that suit the condition of Varian Unique linear accelerator, the treatment uses a special configurated phantom consisting CIRS and water phantom. The phantom has a depth of 22 cm that resembles pregnancy age of the 2nd trimester. The treatment configures a four-field technique: 1) Tangential I (Latero Medial), 2) Tangential II (Medio Lateral), 3) Supraclavicula, and 4) Axilla. The dose percentage range of PRIMO is measured 0.03–0.28% in the depth of 2 cm, 0.03–0.26% in the depth of 5 cm, and 0.03–0.25% in the depth of 10 cm. The result of PRIMO simulation is then compared with the treatment planning system (TPS) and the thesis performed by Mulyaningsih [8] under the same condition. PRIMO simulation and Mulyaningsih [8] governs likeliness in the measuring distance range of 32–26 cm and inhabits a similar trend in the measuring distance below 24 cm, that in particular is a drastic increasing dose percentage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Bunga Lestari
"Penelitian tentang model persediaan telah banyak dilakukan dan menjadi solusi bagi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastiaan dari permintaan pelanggan. Beberapa permasalahan bagi perusahaan yang tidak menerapkan model persediaan pada proses pembelian bahan baku adalah terjadinya stockout serta tingginya total biaya inventori. Namun, pemecahan model persediaan yang memiliki permintaan bersifat stokastik tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis tradisional biasa. Hal tersebut dikarenakan permintaan pelanggan tidak mengikuti distribusi normal. Sehingga penelitian ini dibuat dengan mengembangkan metode simulasi Monte Carlo untuk menyelesaikan masalah persediaan dengan permintaan stokastik dan intermiten. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi dua jenis sistem persediaan, yaitu kebijakan peninjauan persediaan berkelanjutan (Q,R), serta kebijakan peninjauan persediaan berkala (s,S). Model simulasi kemudian dioptimalkan menggunakan model persediaan (Q,R) dan (s,S) dengan metode integer linear programming. Model-model tersebut diterapkan berdasarkan data dari salah satu perusahaan manufaktur perhiasan di Indonesia dengan produk yang diuji bertipe diamond jewelry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kuantitas peninjauan persediaan berkelanjutan (Q, R) lebih baik daripada kebijakan peninjauan persediaan berkala (s, S) dari segi total biaya persediaan untuk kelompok bahan baku komponen.

Research on the inventory models have conducted intensively and become a solution for companies when dealing with the uncertainty of customer demand. Some problems that occur to companies that have not applied the inventory models in the process of purchasing raw materials are stockout material and high total inventory costs. However, solving the inventory models that have stochastic demand cannot be done using traditional analysis methods. That is because the customer demand does not follow the normal distribution. So, this research was made by developing a Monte Carlo simulation method to solve inventory problems with stochastic and intermittent demand. Simulations is conducted to evaluate two types of inventory systems, which is the continuous inventory review policy (Q, R), and the periodic inventory review policy (s, S). The simulation models are optimized using the inventory model (Q, R) and (s, S) with the integer linear programming method. The models are applied based on data from one of the jewelry manufacturing companies in Indonesia with the product being tested as diamond jewelry. The results showed that the continuous inventory review policy (Q, R) was better than the periodic inventory review policy (s, S) in terms of total inventory cost for the component raw material group."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>