Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210780 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizti Millva Putri
"Coronavirus Disease-19 (COVID-19) merupakan pandemi global yang telah menginfeksi berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Pembatasan pada kegiatan di luar rumah termasuk penutupan sekolah dalam menekan penularan COVID-19 berdampak pada perubahan aktifitas fisik dan perilaku makan dalam arah yang membahayakan kesehatan dan menimbulkan masalah gizi termasuk gizi lebih dan obesitas serta meningkatkan risiko NCD yang dapat memperparah penyakit COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas fisik dan kebiasaan konsumsi sebelum dan saat pandemi COVID-19 dan menganalisis hubungannya terhadap status gizi pada siswa SMA terpilih di Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data primer yang didapatkan melalui pengukuran antropometri, kuesioner dan FFQ yang dilakukan pada bulan juli 2020. Sampel penelitian berjumlah 295 siswa yang dipilih dengan metode total sampling pada SMA Negeri terpilih di Kabupaten Lampung Barat. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan Mc Nemar. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil univariat menunjukkan prevalensi status gizi lebih dan obesitas pada siswa sebanyak 18%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna durasi olahraga (p =0,000 , OR=3,889; 95% CI 2,090-7,236) dan kebiasaan konsumsi gorengan (p=0,000, OR=4,737; 95% CI 2,328-9,641) dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa SMAN terpilih di Kabupaten Lampung Barat. Faktor yang paling dominan terhadap status gizi lebih dan obesitas siswa adalah kebiasaan konsumsi gorengan selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dilakukan edukasi tentang pola hidup sehat dan gizi seimbang khususnya di masa pandemi COVID-19 serta pentingnya melakukan pemantauan berat badan dengan memaksimalkan penyampaian informasi melalui berbagai media.

Coronavirus Disease-19 (COVID-19) is a global pandemic that has infected various countries in the world, including Indonesia. Restrictions on activities outside the home including school closures in suppressing the transmission of COVID-19 have an impact on changes in physical activity and eating behavior in a direction that endangers health and causes nutritional problems including overnutrition and obesity and increases the risk of NCDs that can exacerbate COVID-19 disease. This study aims to determine differences in physical activity and consumption habits before and during the COVID-19 pandemic and to analyze their relationship to nutritional status in selected high school students in West Lampung Regency. This study is a cross-sectional study using primary data obtained through anthropometric measurements, questionnaires and FFQ conducted in July 2020. The research sample amounted to 295 students who were selected by the total sampling method at selected public high schools in West Lampung Regency. Bivariate analysis using chi-square and Mc Nemar tests. Multivariate analysis using multiple logistic regression test. Univariate results showed the prevalence of overweight and obesity in students was 18%. The results showed that there was a significant relationship between exercise duration (p =0,000 , OR=3,889; 95%CI 2,090-7,236) and fried food consumption habits (p=0,000 , OR=4,737; 95% CI 2,328-9,641) with overweight and obesity in selected high school students in West Lampung Regency. The most dominant factor on the overweight and obesity status of students is the habit of consuming fried foods during the COVID-19 pandemic. Based on the results of this study, it is hoped that there will be education about a healthy lifestyle and balanced nutrition, especially during the COVID-19 pandemic and the importance of monitoring body weight by maximizing the delivery of information through various media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirun Nisa
"Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang dapat mengakses makanan yang aman dan bergizi guna hidup aktif dan sehat. Pandemi COVID-19 mengganggu ketahanan pangan oleh karena dampak buruknya terhadap sosial ekonomi, yang menyebabkan kerawanan pangan. Kondisi rawan pangan berkaitan dengan buruknya kualitas konsumsi pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga selama pandemi COVID-19 dan kaitannya terhadap kebiasaan konsumsi siswa SMAN 1 dan SMAN 2 Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional ini menggunakan data sekunder. Sampel penelitian ini adalah 207 siswa SMA (berusia 14-17 tahun) beserta ibunya. Analisis data secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 51,2% rumah tangga mengalami rawan pangan. Hasil analisis statistik menunjukkan pekerjaan ayah sebagai non-PNS (OR = 4,115), pendapatan orang tua per bulan saat pandemi COVID-19 kurang dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) (OR = 4,115), pendidikan ayah dan pendidikan ibu kurang dari atau sama dengan tamat SMP (OR = 1,739 dan 1,843) berhubungan signifikan dengan kerawanan pangan rumah tangga. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang bermakna antara kerawanan pangan rumah tangga dengan kebiasaan tidak sering mengonsumsi sumber protein hewani (OR = 2,569), susu dan produk olahannya (OR = 7,098), serta fast food (OR = 0,562) pada siswa. Program ketahanan pangan sebaiknya difokuskan kepada sasaran rentan, yakni rumah tangga dengan ayah dan ibu berpendidikan rendah serta memiliki pendapatan di bawah UMK. Rumah tangga rawan pangan direkomendasikan untuk melakukan upaya ternak ayam dan ikan sebagai sumber konsumsi protein hewani. Dinas Ketahanan Pangan dapat bekerja sama dengan Dinas Peternakan untuk mengembangkan industri peternakan sapi perah guna meningkatkan produksi susu.

Food security is a condition when everyone can access safe and nutritious food for an active and healthy life. The COVID-19 pandemic disrupts food security due to its adverse socio-economic impact, which causes food insecurity. Food insecurity is related to poor diet quality. This study aims to determine the factors related to household food security during the COVID-19 pandemic and its relation to the consumption habits among students at SMAN 1 and SMAN 2 Liwa, West Lampung Regency, Lampung Province. This quantitative research with a cross-sectional design uses secondary data. The sample of this study was 207 high school students (aged 14-17 years) and their mothers. Data analysis was univariate and bivariate using the chi-square test. The results showed 51,2% of households experienced food insecurity. The results of statistical analysis showed that the father's occupation as a non-civil servant (OR = 4,115), the parent's monthly income during the COVID-19 pandemic was less than the District Minimum Wage (UMK) (OR = 4,115), father's education and mother's education was less than or equal to junior high school (OR = 1.739 and 1.843) had a significant relationship to household food insecurity. This study also found that household food insecurity was significantly related to the habit of not frequently consuming animal protein sources (OR = 2.569), milk and its processed products (OR = 7.098), and fast food (OR = 0.562) in students. Food security programs should be focused on vulnerable targets, namely households with fathers and mothers with low education and income below the UMK. It is recommended to raise chicken and fish as a source of animal protein consumption for food insecurity households. The Food Security Agency can collaborate with the Animal Husbandry Agency to develop the dairy cows industry to increase milk production."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Khoirunnisa Hidayat
"Pandemi Covid-19 juga memberikan banyak pengaruh terhadap adopsi perilaku Afina Khoirunnisa Hidayatg pada remaja yang melibatkan konsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak (GGL) meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan frekuensi tinggi GGL sebelum dan saat pandemi Covid-19 pada siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Variabel dependen meliputi frekuensi konsumsi tinggi gula (cake/roti/donat/kue basah, minuman kopi, soft drink dan minuman kemasan), frekuensi konsumsi tinggi garam (chiki/snack, mie instan, makanan kalengan dan frozen food) dan frekuensi konsumsi tinggi lemak (French fries, fried chicken, burger/kebab/hotdog, pasta, makanan bersantan, makanan berlemak, tahu goreng, tempe goreng, ubi/sukun/pisang/cempedak/singkong goreng, perkedel/bakwan, risoles/panada/pastel, roti goreng dan kerupuk/keripik) serta variabel pendukung yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Hasil analisis univariat menujukkan rata- rata terjadi penurunan frekuensi konsumsi pada siswa SMAN 1 Liwa dan SMAN 2 Liwa, hanya dua vaiabel yang mengalami kenaikan konsumsi yaitu minuman bersoda dan makanan kaleng. Perbedaan frekuensi konsumsi tinggi gula, garam dan lemak sebelum dan saat pandemi Covid-19 yang signifikan ditemukan pada frekuensi cake/roti/donat/kue basah (p-value=0.001) konsumsi minuman kopi (p-value=0.045), minuman kemasan (p- value=0.000), minuman bersoda (p-value=0.000), Snack/chiki (p-value=0.000), makanan kaleng (p-value=0.000), kentang goreng (p-value=0.000), fried chicken (p-value=0.004), burger/kebab/hotdog/pizza (p-value=0.000), pasta (p-value=0.000), makanan bersantan (p-value=0.005), rendang/jeroan (p-value=0.006), tahu goreng (p-value=0.000), tempe goreng (p-value=0.000), risoles/panada/pastel (p-value=0.001) dan kerupuk (p-value=0.012).

The Covid-19 pandemic has also had a lot of influence on the adoption of comfort eating behavior in adolescents which involves increasing consumption of foods high in sugar, salt and fat (GGL). This study aims to see the difference in the high frequency of GGL before and during the Covid-19 pandemic in high school students. The research design used in this study was cross sectional. The dependent variables include the frequency of high consumption of sugar (cake/roti/donat/kue basah, minuman kopi, soft drink dan minuman kemasan), the frequency of high consumption of salt (chiki/snacks, mie instan, makanan kaleng and frozen food) and the frequency of high-fat consumption (French fries, fried chicken, burger/kebab/hotdog, pasta, makanan bersantan, makanan berlemak, tahu goreng, tempe goreng, ubi/sukun/pisang/cempedak/singkong goreng, perkedel/bakwan, risoles/panada/pastel, roti goreng dan kerupuk/keripik) as well as supporting variables, namely individual characteristics and family characteristics. The results of the univariate analysis showed that on average there was a decrease in the frequency of consumption in SMAN 1 Liwa and SMAN 2 Liwa students, only two variables experienced an increase in consumption, namely soft drinks and canned food. Significant differences in the frequency of high sugar, salt and fat consumption before and during the Covid-19 pandemic were found in the frequency of cake/roti/donat/kue basah (p-value=0.001) konsumsi minuman kopi (p-value=0.045), minuman kemasan (p-value=0.000), minuman bersoda (p- value=0.000), Snack/chiki (p-value=0.000), makanan kaleng (p-value=0.000), kentang goreng (p-value=0.000), fried chicken (p-value=0.004), burger/kebab/hotdog/pizza (p-value=0.000), pasta (p-value=0.000), makanan bersantan (p-value=0.005), rendang/jeroan (p-value=0.006), tahu goreng (p-value=0.000), tempe goreng (p-value=0.000), risoles/panada/pastel (p-value=0.001) dan kerupuk (p-value=0.012)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Isnaini Hamidah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) pada siswa-siswi SMAN 46 Jakarta selama masa pandemi COVID-19 tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Besar sampel dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi dan proportionate sampling untuk perhitungan sampel pada setiap tingkatan kelasnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2021 kepada 253 siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMAN 46 Jakarta yang dipilih menggunakan teknik stratified sampling dan kuota untuk pengambilan pada setiap stratanya. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner daring berupa google form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 70,4% siswa-siswi sering mengonsumsi fast food. Hasil faktor predisposisi yaitu tingkat pendidikan ayah dan ibu tinggi sebesar 88,1% dan 87,4%, siswa memiliki pengetahuan yang kurang terkait gizi seimbang dan fast food sebesar 58,1%, serta sikap yang positif sebesar 51,4%. Hasil faktor pemungkin menunjukkan bahwa sebesar 57,7% siswa memiliki jarak tempat tinggal yang sedang (1-5 kilometer) ke gerai makanan fast food terdekat dan sebesar 53,4% sering menggunakan layanan pesan-antar makanan online. Hasil faktor penguat menunjukkan bahwa sebesar 55,7% siswa tidak didukung keluarga untuk mengonsumsi fast food, 54,5% siswa didukung teman sebaya, dan 68,8% siswa terpengaruh media sosial.

The study aimed to describe the fast food consumption habits of students at SMAN 46 Jakarta during the COVID-19 pandemic in 2021. This study is a descriptive quantitative study using a cross-sectional design. The sample size is calculated using estimation and proportionate sampling for each stratum. This research was conducted in November-December 2021 among 253 students in grades X, XI, and XII of SMAN 46 Jakarta, who were selected using a stratified sampling and quotas technique for dataa collection at each grade level. Data was collected by filling out a questionnaire of Google form. The results showed that 70.4% of students often consumed fast food. The results of predisposing factors are that both fathers and mothers have high education levels by 88.1% and 87.4%, respectively, students have less knowledge related to nutrition and fast food by 58.1%, and positive attitudes by 51.4%. The results of the enabling factors showed that 57.7% of students have a moderate distance from their residence (1–5 kilometers) to the nearest fast food outlet, and 53.4% often use online food delivery services. The results of the reinforcing factors showed that 55.7% of students were not supported by their families to consume fast food, 54.5% of students were supported by their peers, and 68.8% of students were influenced by social media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafida Rizka Ramadani
"ABSTRAK
Tingkat konsentrasi yang baik merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh siswa. Kebiasaan sarapan yang rutin dan status gizi yang baik dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi seseorang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dan status gizi terhadap tingkat konsentrasi siswa kelas X dan XI SMA Negeri 5 Depok. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan 105 sampel yang diambil menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil analisis statistik menggunakan chi-square di dapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan tingkat konsentrasi p value = 0,632; ? = 0,05 dan tidak ada hubungan antara status gizi dengan tingkat konsentrasi p value = 0,632; ? = 0,05 siswa kelas X dan XI SMA Negeri 5 Depok. Penelitian ini merekomendasikan perlunya melakukan kebiasaan sarapan yang rutin dan memiliki status gizi baik untuk meningkatkan konsentrasi siswa.

ABSTRACT
Having a good concentration level is important for student. By eating breakfast regularly and having good nutritional status can affect students rsquo concentration level. The aim of this study was to explore the relationship of breakfast and nutritional status with concentration level in student class X and XI SMA Negeri 5 Depok. This study used cross sectional design with 105 sample with using stratified random sampling technique. Statistic analyzed using chi squre and found that there is no relationship between breakfast behavior with concentration level p value 0,632 0,05 , and there was no relationship between nutritional status with concentration level p value 0,632 0,05 in student class X and XI SMA Negeri 5 Depok. This study recommends the important of eating breakfast regularly and having a good nutritional status to increase students rsquo concentration level."
2017
S68280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agni Aflikhiya Sari
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai dampak masalah psikologis kepada pasangan menikah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebosanan, religious coping, dan traits kepribadian dengan kepuasan perkawinan selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan terdiri dari 287 orang Indonesia berstatus menikah, terdiri dari 199 perempuan dan 88 laki-laki (usia 20-65 tahun). Pengukuran dilakukan dengan ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iranian Religious Coping (IRCOPE), dan IPIP-BFM-25 Indonesia. Data di analisis dengan Pearson’s correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara kebosanan dan kepuasan perkawinan, ada korelasi positif antara semua traits kepribadian (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) dan kepuasan perkawinan, dan tidak ada korelasi antara religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) dan kepuasan perkawinan. Implikasi praktis dari hasil penelitian adalah untuk memperhatikan pentingnya mengatasi kebosanan dan mengembangkan religious coping yang tepat agar dapat meningkatkan kepuasan perkawinan di masa pandemi dan selanjutnya.

COVID-19 pandemic cause psychological problems for marital couple. This study investigated the relationship between boredom, religious coping, and personality traits with marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Participants were 287 married individuals (20-65 years old), consisting 199 women and 88 men, living in Indonesia. Data were collected through online survey forms using ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iran Religiousitas Coping (IRCOPE), and Personality Traits (IPIP-BFM-25 Indonesia). The results showed a negative correlation between boredom and marital satisfaction and positive correlations between personality traits (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) and marital satisfaction. However, there was no significant correlation between religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) and marital satisfaction. The result showed the importance of overcoming boredom and develop the right religious coping to improve marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Safitri
"Sindroma metabolik merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian. Prevalensi sindroma metabolik di Indonesia diketahui sebesar 21,66%, dengan prevalensi di Jakarta sebesar 37,5%. Kejadian sindroma metabolik seringkali dihubungkan dengan faktor risiko terkait gaya hidup di antaranya aktivitas fisik dan perilaku sedenter. Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018, terjadi penurunan tingkat aktivitas fisik pada penduduk Indonesia. Pekerja perkantoran merupakan salah satu populasi yang berisiko terhadap penurunan aktivitas fisik. Hal ini karena rendahnya kebutuhan akan aktivitas fisik selama bekerja dan tinggnya waktu yang dihabiskan dalam posisi sedenter. Pandemi COVID-19 menyebabkan pemberlakuan pembatasan aktivitas dan kebijakan work from home (WFH). Kebijakan tersebut menyebabkan semakin menurunnya tingkat aktivitas fisik pada pekerja disertai peningkatan perilaku sedenter yang menyebabkan pekerja menjadi lebih rentan mengalami sindroma metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian sindroma metabolik pada pekerja perkantoran di masa pandemi COVID-19, serta mengetahui faktor-faktor lain yang memengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang diperoleh dari data Posbindu PTM yang dilaksanakan pada salah satu institusi pendidikan negeri di DKI Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 270 pekerja berusia 22-58 tahun yang terdiri dari 99 laki-laki dan 171 perempuan. Pada analisis bivariat ditemukan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian sindroma metabolik (p = 0,321), namun ditemukan hubungan yang signifikan antara waktu sedenter (p = 0,017), usia (p <0,001), dan jenis kelamin (p = 0,04). Berdasarkan analisis multivariat, ditemukan variabel usia yang memengaruhi kejadian sindroma metabolik. Dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berhubungan secara signifikan dan tidak memengaruhi kejadian sindroma metabolik pada pekerja perkantoran di masa pandemi COVID-19.

Metabolic syndrome is one of the health problems of concern. The prevalence of metabolic syndrome in Indonesia is known to be 21.66%, with a prevalence in Jakarta of 37.5%. The incidence of metabolic syndrome is often associated with lifestyle-related risk factors, including physical activity and sedentary behavior. Based on data from Riskesdas 2013 and 2018, there was a decrease in the level of physical activity in the Indonesian population. Office workers are one of the populations at risk for decreased physical activity. This is due to the low need for physical activity during work and the high time spent in a sedentary position. The COVID-19 pandemic has led to the implementation of activity restrictions and work from home (WFH) policies. This policy causes a decrease in the level of physical activity in workers accompanied by an increase in sedentary behavior which causes workers to become more susceptible to metabolic syndrome. This study aims to determine the relationship between the level of physical activity with the incidence of metabolic syndrome in office workers during the COVID-19 pandemic, as well as to determine other influencing factors. This study used a cross-sectional design with secondary data obtained from Posbindu PTM data which was carried out at one of the public educational institutions in DKI Jakarta. The research subjects were 270 workers aged 22-58 years consisting of 99 men and 171 women. Bivariate analysis found that the level of physical activity was not significantly associated with the incidence of metabolic syndrome (p = 0.321), but found a significant relationship between sedentary time (p = 0.017), age (p < 0.001), and gender (p = 0 ,04). Based on multivariate analysis, it was found that age variable that affects the incidence of metabolic syndrome. It can be concluded that the level of physical activity is not significantly related and does not affect the incidence of metabolic syndrome in office workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leksolie Lirodon Foes
"Tesis ini membahas tentang hubungan pola aktivitas fisik siswa SMP dengan status gizi, persen lemak tubuh dan Waist to Height Ratio. Fenomena saat ini adalah aktivitas fisik pada anak dan remaja mengalami penurunan sehingga mereka tidak dapat memenuhi rekomendasi aktivitas fisik. Penurunan ini disebabkan bertambahnya usia, kemajuan teknologi dan lamanya belajar di sekolah. Aktivitas fisik sedenter menempati urutan ke empat faktor risiko utama meningkatnya prevalensi berat badan berlebih dan obesitas yang semakin meningkat di populasi ini. Obesitas yang terjadi pada usia 10-14 tahun mempunyai risiko tertinggi (80%) mengalami obesitas saat dewasa, sehingga anak akan semakin dini mengalami penyakit tidak menular (PTM). Metode penelitian adalah potong lintang dengan desain deskriptif analisis. Subyek penelitian adalah siswa kelas 7-8 SMP X Jakarta Timur, usia antara 10-14 tahun. Penilain aktivitas fisik menggunakan metode Bouchard. Hasil penelitian: Status gizi siswa adalah 19,5% mengalami BB lebih dan 20,1% mengalami obesitas. 19,5% termasuk kategori persen lemak tubuh berlebih dan 7,3% obesitas. 32,9% siswa mengalami obesitas abdomen (risiko penyakit kardiometabolik). Pola aktivitas fisik siswa adalah hanya ≤ 18% yang melakukan aktivitas fisik kategori 6-9 (intensitas sedang dan berat) meskipun tidak terdapat hubungan antara pola aktivitas fisik siswa dengan status gizi, persen lemak tubuh serta Waist to Height Ratio.

The study is about the relationship between physical activity patterns of junior high school students with nutritional status, body fat percentage, and Waist to Height Ratio. Physical activity in children and adolescents has decreased in current, so they cannot meet the physical activity recommendations. The decrease is due to the increasing age, technological advancements, length of study in school. Sedentary physical activity is the fourth major risk factor in elevating the prevalence of overweight and obesity. Obesity that occurs at the age of 10 to 14 years old has the highest risk (80%) of being obese when adults, a risk to earlier have Non-Communicable Diseases (NCD). Method: cross-sectional, descriptive analysis design. Subjects: 7 and 8th grades students of SMP X East Jakarta, aged 10-14 years. An assessment of the physical activity pattern: Bouchard method. Results: The nutritional status: 19,5% overweight and 20,1% were obese. 19,5% excess body fat percentage and 7,3% were obese. 32,9% were abdominal obesity (elevated risk of cardiometabolic disease). Physical activity pattern: less than 18% who do categories 6 to 9th of physical activity (moderate and high intensity), no relationship between the physical activity pattern of students with nutritional status, body fat percent, and Waist to Height Ratio."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulita Aida Rahmasari
"Unhealthy dietary habit may lead into critical disease, meanwhile poor dietary habits are still common among Indonesians. It can be altered by the psychological condition, especially in the COVID-19 pandemic situation due to working from home scheme in Indonesia. In order to form effective dietary intervention, the role of food choice motives in the relation of stress and dietary habit are needed to be explored. This study aimed to assess the mediation role of the food choice motives between perceived stress and dietary habit among workers in Jakarta during COVID-19 pandemic. An online cross-sectional study with 290 respondents aged 25-54 years old was conducted in Jakarta. Perceived stress, food choice motives, and dietary habit were measured by validated perceived stress scale, food choice value, and WELL dietary questionnaire, respectively. The mediation role of food choice motives on the relationship of perceived stress and dietary habit was analyzed using Sobel-first order test. It only be performed towards the food choice motives which were having significant relationship with both perceived stress and dietary habit after being included in the linear regression analysis. The average of total dietary habit score was slightly half of the maximum score of good dietary habit (63.07 of 120), meanwhile the majority of the respondents categorized into moderate perceived stress level with the median score of 18. The most important food choice motive reported by the respondents was safety concern. It then followed by sensory appeal, access, comfort, organic, convenience, weight/health, and tradition as the least concern. Organic and weight/health motives were found to be significant with both perceived stress and dietary habit. Among all motives, the significant mediation effect on perceived stress and dietary habit was only found in organic motive with p-value <0.01 and Z-score of -2.628. It means that organic motive is significantly mediated the relationship of perceived stress and dietary habit. Indirect effect of perceived stress towards dietary habit was also calculated by multiplying the α as coefficient of perceived stress and organic motive relationship and β as coefficient of organic motive and dietary habit relationship, resulting in value of -0.163. Meanwhile, the direct effect of perceived stress on dietary habit after controlled by the organic motive was -0.375 and also found to be statistically significant. Comparing the indirect and direct effect value, it can be concluded that organic motive partially mediated the relationship of perceived stress and dietary habit.

Kebiasaan makan yang kurang sehat dapat menyebabkan penyakit kritis. Kebiasaan makan yang buruk masih banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, terutama saat pandemic COVID-19 akibat penerapan kebijakan work from home di Indonesia. Untuk membentuk strategi intervensi diet yang efektif, peran motif pemilihan makanan dalam hubungan antara stress dan kebiasaan makan perlu untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mediasi dari motif pemilihan makan pada hubungan antara stress dan kebiasaan makan pada pekerja di Jakarta selama pandemic COVID-19. Studi crosssectional dengan metode online dilaksanakan pada 290 pekerja berusia 25-54 tahun di Jakarta. Stress, motif pemilihan makanan, dan kebiasaan makan diukur menggunakan kuesioner perceived stress, food choice value, dan WELL dietary yang telah tervalidasi. Peran mediasi dari motif pemilihan makanan dianalisa menggunakan uji Sobel-first order. Uji ini hanya dilakukan terhadap motif pemilihan makanan yang berhubungan dengan stress dan kebiasaan makan secara bersamaan setelah pengujian melalui regresi linier. Rata-rata skor kebiasaan makan responden adalah 63.07, yang berarti mencapai lebih dari separuh skor maksimal untuk kebiasaan makan yang baik (120), sedangkan mayoritas responden dikategorikan memiliki level stress sedang dengan skor median 18. Motif pemilihan yang paling penting adalah keamanan, kemudian diikuti oleh motif sensoris, akses, kenyamanan, organik, berat badan/kesehatan, dan tradisi. Motif organik dan berat badan/kesehatan berhubungan dengan stress maupun kebiasaan makan. Di antara keseluruhan motif, efek mediasi yang signifikan hanya ditemukan pada motif organik dengan nilai p <0.01 dan Z-score -2.628. Efek tidak langsung dari stress terhadap kebiasaan makan dihitung dengan mengalikan koefisien hubungan stress dan motif organik serta koefisien hubunngan motif organic dan kebiasaan makan dengan hasil -0.163. Efek langsung dari stress terhadap kebiasaan makan setelah dikontrol oleh motif organik adalah -0.375. Keduanya memiliki hubungan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa motif organik memediasi hubungan antara stress dan motif pemilihan makanan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Augustine Atmojo
"Kebiasaan makan tidak sehat merupakan salah satu permasalahan gizi yang berdampak negatif terhadap kesehatan karena merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit kronis. Remaja merupakan kelompok usia yang rentan memiliki kebiasaan makan tidak sehat. Karakteristik individu dan keluarga menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian kebiasaan makan tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik individu dan keluarga terhadap kebiasaan makan tidak sehat pada siswa SMAN 2 Liwa Lampung Barat. Penelitian potong lintang ini menggunakan data sekunder yaitu penelitian “Perubahan Pola Makan Sebelum dan Selama Masa Pandemi Covid-19 dan Kaitannya dengan Status Gizi” tahun 2020. Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 168 siswa SMAN 2 Liwa Lampung Barat. Penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 22 untuk mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,1% dari Siswa SMAN 2 Liwa Lampung Barat memiliki kebiasaan makan tidak sehat. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value < 0,05) adalah jenis kelamin dan tingkat stres. Sementara itu variabel usia, durasi tidur, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, dan pekerjaan ayah tidak berhubungan secara signifikan (p-value > 0,05) dengan kebiasaan makan tidak sehat.

Unhealthy eating habits are one of the nutrition issues which will result into negative health outcomes as it is one of the risk factors of few chronic diseases. Adolescents are vulnerable towards unhealthy eating habits. Individual and family characteristics are one of the factors which will influence unhealthy eating habits. This study aims to observe the relationship between individual and family characteristics with unhealthy eating habits among students at SMAN 2 Liwa Lampung Barat. This cross-sectional study uses secondary data from a study titled “Eating Behavior Changes Before and During Covid-19 Pandemic and Its Relation to the Nutritional Status” in 2020. Total respondents of the study are 168 students. This study uses SPSS version 22.0 application to analyze the data. Study result shows that 58,1% of students of SMAN 2 Liwa Lampung Barat have unhealthy eating habits. Variables which show significant relationship (p-value <0,05) are gender and stres level. On the other side, the variables of age, sleep duration father’s and mother’s education, father’s and mother’s occuption are not having significant relationship "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>