Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ziamur Rayhan
"Onomatope adalah gaya bahasa yang menirukan suara makhluk hidup dan bunyi yang ada di lingkungan sekitar untuk menggambarkan suatu keadaan. Penelitian ini membahas mengenai ragam tersenyum dan tertawa dalam bahasa Jepang yang muncul dalam manga The Promised Neverland. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk onomatope tertawa yang terdapat dalam manga The Promised Neverland, mengetahui arti dari fonem pembentuk onomatope dan menjelaskan jenis tertawa yang muncul dalam manga The Promised Neverland. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah manga The Promised Neverland Volume 1-5. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah fonem-fonem pembentuk onomatope mempengaruhi cara tertawa. Lalu, satu onomatope dapat memiliki lebih dari satu bentuk. Bentuk dari onomatope dapat memperlihatkan bagaimana suatu ekspresi terjadi dan untuk memahami arti yang dimiliki suatu onomatope, harus memahami konteks dan situasi latar munculnya onomatope terlebih dahulu. Cara tertawa yang diperlihatkan oleh tokoh anak-anak di bawah usia 10 tahun menunjukkan sedikit variasi tertawa, sedangkan tokoh perempuan memiliki banyak ragam variasi tertawa tetapi jarang tertawa dengan mulut yang terbuka lebar.

Onomatopoeia is a style of language that imitates the sounds of living things and the surrounding environment to describe a situation. This study discusses the varieties of smiling and laughing in Japanese that appears in The Promised Neverland manga. The purpose of this study is to determine the form of the onomatopoeic laughter that appears in The Promised Neverland manga, to know the meaning of the phonemes that form an onomatopoeia and to explain the types of laughter that appear in The Promised Neverland manga. The data source is The Promised Neverland manga Volume 1-5. The research method that is used is descriptive qualitative analysis method. The result of this research is the phonemes that form an onomatopoeia affect the way of laughing. An onomatopoeia may have more than one form. The form of an onomatopoeia shows how an expression occurs. To understand the meaning of an onomatopoeia, it is necessary to understand the context and situation where the onomatopoeia appears. The way of laughing that shown by the characters under the age of 10 shows a slight variety of laughter. Meanwhile, the female characters have many variations of laughter, but they rarely laugh with their mouths wide open."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Yanti
"Penelitian ini merupakan telaah kontrastif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada subsistem leksikal yang difokuskan pada kata-kata yang merupakan onomatope gerakan manusia, yang meliputi suara dari bunyi yang ditimbulkannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan onomatope gerakan manusia bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif yang termasuk dalam cakupan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dengan sumber data dari kamus. Semua data yang merupakan onomatope deskripsi bunyi pada kamus onomatope bahasa Jepang dan kamus bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam korpus data dan diklasifikasi menurut jenisnya, lalu diambil pasangan onomatope yang berpadanan yang berhubungan dengan gerakan manusia saja. Sedangkan analisis terhadap unsur leksikal onomatope menggunakan teori komponen makna.
Dari analisis komponen makna terhadap onomatope kedua bahasa, ditemukan persamaan dan perbedaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Persamaannya adalah: I) menunjukkan bunyi atau suara yang ditimbulkan oleh manusia; 2) menunjukkan sumber bunyi yang sama, seperti jantung, mulut, tangan, kerongkongan. Perbedaannya adalah: 1) dari lingkup pemakaian, ada yang terbatas dan ada yang luas (selain manusia); 2) dari intensitas bunyi (kuat/tidak); 3) dari kuantitas bunyi (berkelanjutanltidak). Selain itu, ditemukan juga tiga bentuk hubungan makna antara kata yang berpadanan, yaitu: 1) onomatope yang mempunyai persamaan dan perbedaan; 2) onomatope yang mempunyai kesamaan makna seutuhnya; 3) onomatope yang mempunyai makna yang lebih luas dari onomatope bahasa bandingannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadam Husein
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan fonem bahasa Kerinci variasi desa Seleman sebagai dasar rekomendasi rekayasa grafem. Penelitian bidang fonologi ini difokuskan pada penemuan fonem-fonem melalui pasangan-pasangan minimal dari bunyi-bunyi bahasa yang digunakan oleh penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman. Grafem direkayasa berdasarkan fonem-fonem yang didapatkan dan menggunakan sistem tulisan alfabetis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dan memakai teknik wawancara langsung dan tidak langsung dalam memperoleh data. Sumber data penelitian ini adalah bunyi-bunyi bahasa yang digunakan oleh penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman. Data penelitian ini diperoleh dari daftar tanyaan yang terdiri atas 200 kosakata dasar Swadesh dan 100 kosakata dasar Keraf. Informan yang digunakan adalah seorang penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman yang berjenis kelamin wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Kerinci variasi desa Seleman memiliki 8 fonem vokalik: /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /ə/, /ɔ/, /o/, dan /u/; 2 fonem vokalik panjang: /eː/ dan /aː/; 11 fonem diftong: /ew/, /aj/, /aw/, /oj/, /e /, /eɔ /, /eo /, / e / /aɛ /, /aɔ / d n / o /; dan 21 fonem konsonantik: /p/, /b/, /m/, /mᵖ˺/, /w/, /t/, /d/, /n/, /nᵗ˺/, /r/, /s/, /l/, /c/, /ɟ/, /ɲ/, /j/, /k/, /ɡ/ /ŋ/ /Ɂ/, dan /h/. Berdasarkan hasil rekayasa grafem, didapatkan 5 grafem vokal: , , , , dan ; 2 grafem vokal berdiakritik: /e`/ dan /o`/; 10 digraf vokal: , , , , , , , , , dan ; 3 digraf vokal berdiakritik , , dan ; 16 grafem konsonan: , , , , , , , , , ,

, , , , , dan ; dan 4 digraf konsonan: , , dan . Grafem tersebut direkayasa berdasarkan pertimbangan faktor nonlinguistik untuk memudahkan penutur menggunakannya dalam penulisan.


ABSTRACT
The purpose of the research was to find phonemes of Kerinci language variety of Seleman village to recommend the design of its graphemes. This phonological study focused on getting phonemes from the minimal pairs in language sounds produced by native speakers of Kerinci language variety of Seleman village. Graphemes were designed based on the phonemes and used the alphabetical writing system. The research used field study method and utilized direct and indirect interview techniques in getting the data. The source of data was the language sounds produced by native speakers of Kerinci language variety of Seleman village. The data were taken from 200 Swadesh and 100 Keraf words list. The informant was a woman, a native speaker of Kerinci language variety of Seleman village. The results showed that Kerinci language variety of Seleman village had 8 vowel phonemes: /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /ə/, /ɔ/, /o/, and /u/; 2 long vowel phonemes: /eː/ and / ː/; 4 diphthong phonemes: /ew/, /aj/, /aw/, and /oj/; and 21 consonant phonemes: /p/, /b/, /m/, /mᵖ˺/, /w/, /t/, /d/, /n/, /nᵗ˺/, /r/, /s/, /l/, /c/, /ɟ/, /ɲ/, /j/, /k/, /ɡ/ /ŋ/ /Ɂ/, and /h/. Based on the designing graphemes‟ results, there were 5 vowel graphemes:
, , , , and ; 2 diacritic vowel graphemes: /e`/ and /o`/; 10 vowel digraphs: , , , , , , , , , dan ; 3 diacritic vowel digraphs: , , dan ; 16 consonant graphemes: , , , , , , , , , ,

, , , , , and ; and 4 consonant digraphs: , , , and . The graphemes were designed based on considerations of non-linguistic factors in order to make them easier to use in the written form."

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Luthfita
"Onomatope adalah kata yang mengimitasi, mereproduksi atau merepresentasikan suara alamiah seperti bunyi hewan atau bunyi tawa manusia. Sementara itu, mimesis adalah kata yang dibuat untuk mengekspresikan gerakan manusia atau kondisi sebuah benda bergerak atau benda mati seperti cara berjalan manusia. Skripsi ini membahas bentuk morfologis dan makna konseptual onomatope dan mimesis yang terdapat dalam komik Mabeob Cheonjamun Volume I.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51 jenis onomatope yang ditemukan sebanyak 165 kali dan 56 jenis mimesis yang ditemukan sebanyak 93 kali yang terbagi dalam 26 makna konseptual. Selain itu terdapat 50 jenis onomatope dan mimesis berbentuk tunggal, 19 jenis reduplikasi suara sama, 10 jenis reduplikasi bagian dan 35 jenis bentuk modifikasi. Sementara itu, bentuk reduplikasi suara modifikasi tidak dapat ditemukan sama sekali dalam komik ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Onomatopoeic expression is a word which imitates, reproduces, or represents natural sound such as an anima's cry and human laughter. While, Mimesis is words designed to express mimicry of human actions or the states or conditions of animate and inanimate objects and movements, such as human walk. This thesis explain about morphological form and conceptual meaning of onomatopoeia and mimesis which is found on Mabeob Cheonjamun 1st Volume Comic.
The research shows that there 51 kinds of onomatopoeia which is found 165 times and 56 kinds of mimesis which is found 93 times classified to 26 kinds of conceptual meaning. Beside that, there are 50 kinds of single onomatopoeia and mimesis form, 19 kinds of same voice reduplication form, 10 kinds of part reduplication onomatopoeia and mimesis form and 35 kinds of modification onomatopoeia and mimesis form. Modification voice reduplication can not be found on this comic. This thesis uses qualitative method with descriptive approach.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Alifiah
"Penelitian ini membahas tentang pembentukan kata onomatope emosi dalam bahasa Mandarin. Onomatope merupakan kata tiruan bunyi. Seiring dengan perkembangan bahasa tulis, bunyi-bunyi yang mampu mengekspresikan perasaan atau emosi manusia seperti perasaan senang yang umumnya diwakili dengan bunyi tertawa, perasaan sedih yang umumnya diwakili dengan bunyi menangis, perasaan cemas, dan lain sebagainya diwujudkan dalam bentuk tulisan yang disebut dengan onomatope emosi. Onomatope emosi ini digunakan untuk memberikan nuansa dan gambaran dari suatu ekspresi yang terdapat dalam berbagai karya sastra seperti cerpen, komik, dan novel agar terlihat lebih hidup dan menarik. Namun, masih sedikit yang membahas tentang jenis radikal pada onomatope emosi dalam bahasa Mandarin serta apa makna dari onomatope tersebut, sehingga penelitian ini akan berfokus pada pembentukan kata onomatope emosi bahasa Mandarin dilihat dari jenis radikalnya dengan tujuan untuk menjelaskan jenis radikal yang membentuk karakter onomatope untuk kemudian ditemukan pola dominan yang digunakan dalam pembentukan onomatope bahasa Mandarin, serta mengetahui sumbangan makna dari jenis radikal terhadap karakter onomatope tersebut dengan melakukan analisis melalui bentuk, bunyi, dan maknanya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kamus elektronik Pleco Chinese Dictionary. Hasil penelitian menunjukkan bahwa radikal 口 (kǒu) menjadi radikal dominan yang paling banyak digunakan pada onomatope emosi, meskipun ada pula onomatope emosi yang terbentuk dari radikal selain 口 (kǒu).

This research discusses the formation of emotional onomatopoeic words in Mandarin. Onomatopoeia refers to words that imitate sounds. With the development of written language, sounds that can express human feelings or emotions, such as the feeling of happiness commonly represented by laughter, the feeling of sadness commonly represented by crying, feelings of anxiety, and so on, are expressed in written form known as emotional onomatopoeia. These emotional onomatopoeic words are used to provide a sense and description of an expression found in various literary works such as short stories, comics, and novels, in order to make them more lively and engaging. However, there is little research on the radical types of emotional onomatopoeia in Mandarin and the meanings of these onomatopoeic words. Therefore, this study will focus on the formation of emotional onomatopoeic words in Mandarin based on their radical types, with the aim of explaining the dominant radicals that form onomatopoeic characters and identifying the dominant patterns used in the formation of Mandarin onomatopoeia. Additionally, it aims to determine the contribution of radical types to the meaning of these onomatopoeic characters through analysis of their form, sound, and meaning. The data used in this research is sourced from the Pleco Chinese Dictionary electronic database. The research findings indicate that the radical 口 (kǒu) is the most commonly used dominant radical in emotional onomatopoeia, although there are also emotional onomatopoeic words formed from radicals other than 口 (kǒu)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Mandjusri
"Kata-kata onomatope cukup banyak digunakan dalam kegiatan bahasa di Indonesia, baik dalam langgam bahasa sehari-hari maupun dalam langgam bahasa sastra, dan pembahasan mengenai kata-kata onomatope kebanyakan berkisar pada masalah fonologis dan semantik, sementara gejala-gejala lain di luar bidang tersebut kurang mendapat perhatian. Pembahasan mengenai kata-kata onomatope dalam skripsi ini ditujukan untuk melengkapi deskripsi kata-kata onomatope bahasa Indonesia dalam bidang morfologi dan sintaksis. Analisis dalam bidang morfglogi ditujukan untuk mencari kaidah-kaidah morfologis yang berlaku pada onomatope, khususnya proses pemhentukan onomatope sebagai kata, disertai dengan analisis morfofonemik yang timbul akibat proses tersebut, sedang analisis dalam bidang sintaksis ditujukan untuk menempatkan kata-kata onomatope dalam penggolongan kelas kata bahasa Indonesia. 1. Onomatope sebagai kata terbentuk melalui proses morfologis, berupa (1) afiksas&; (2) reduplikasi; (3) terdapatnya bentuk-bentuk lain yang memiliki arti berulang-ulang atau jamak, tetapi secara morfologis tidak bisa digolongkan sebagai reduplikasi. 2. Prefiks pada onomatope mempunyai fungsi tertentu sebagai unsur pembentuk akar onomatope menjadi sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata atau lebih. 3.Dalam proses pembentukan kata, khususnya proses afiksasi, terjadi perubahan morfofonemik berupa proses asimilasi yang tidak bersifat mutlak tetapi manasuka. 4. Reduplikasi pada onomatope terdiri atas tiga tips: (1) reduplikasi penuh berupa gabungan antara prefiks dengan morfem dasar; (2) reduplikasi penuh dengan perubahan fonem; (3) bentuk-bentuk lain. 5. Onomatope sebagai kata tidak bisa dimasukkan ke kelas interjeksi, tetapi bisa digolongkan ke (1) kelas nomina; dan (2) kelas ajektiva"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S10805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Arfiany
"Onomatope adalah kata yang terbentuk dari imitasi bunyi hasil tangkapan indra pendengaran. Onomatope sering ditemukan dalam cerpen, komik, maupun novel Korea. Objek penelitian ini adalah teknik penerjemahan onomatope dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia dengan menggunakan novel Almond sebagai korpus data. Latar belakang dilakukannya penelitian, yaitu kebaruan penelitian pada onomatope bahasa Korea dalam novel yang belum ditemukan dalam penelitian lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan jumlah onomatope diklasifikasikan berdasarkan jenisnya dan teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan onomatope bahasa Korea ke bahasa Indonesia dari novel Almond berdasarkan jenis klasifikasinya. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif-kualitatif dengan analisis penelitian menggunakan teori teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002). Hasil penelitian menunjukkan 1 kata termasuk jenis onomatope suara binatang, 101 kata suara manusia, tidak ada kata suara instrumen, dan 9 kata lainnya termasuk dalam aneka ragam tiruan bunyi lain. Sementara, ada 5 teknik penerjemahan yang digunakan: peminjaman, deskripsi, kreasi diskursif, padanan lazim, dan kompresi linguistik.

Onomatopoeia is a word formed from the imitation of sounds captured by the sense of hearing. Onomatopoeia is often found in Korean short stories, comics, and novels. The object of this research is translation techniques of onomatopoeia from Korean to Indonesian using Almond novel as a data corpus. The novelty of Korean onomatopoeia analysis in novel that has not been found in other research became the background to the research. The aim of this research is to show the number of onomatopoeia classified based on the sound classifications and the translation techniques that used in translating Korean onomatopoeia into Indonesian from the Almond novel also based on the sound classifications. This qualitative-descriptive research used the translation techniques by Molina and Albir (2002) for analysing. Research result shows that 1 word is classified as animal sounds, 101 words are human sounds, no word is instrument sounds, and 9 there words are miscellaneous sounds. There are 5 translation techniques used: borrowing, description, discursive creation, established equivalent, and linguistic compression."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyanti Dwi Putri Mulyono
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas mengenai kata tiruan bahasa Korea lingkup benda alam dalam komik yang berjudul ldquo;4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo; karya Lee Kyeong Eun dan Choe Hui Jeong dan ldquo;yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo; karya Moon Man Seok dan Jeong Mi Geum. Penulis menganalisis makna yang dihasilkan dari bentuk variasi vokal dan konsonan kata tiruan bahasa Korea. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa 19 kata tiruan dalam korpus memiliki bentuk variasi vokal dan konsonan yang mempengaruhi nuansa dan makna kata tersebut. Kata tiruan dengan vokal? lsquo;a rsquo; dan? lsquo;o rsquo; , memberikan nuansa yang lebih terang dan kecil dibandingkan dengan kata yang bervokal ? lsquo;eo rsquo; dan ? lsquo;u rsquo;. Konsonan ganda dan konsonan aspiratif memberikan nuansa yang lebih kuat dan keras dibandingkan dengan kata yang berkonsonan tunggal.

ABSTRACT
This journal discusses Korean imitation word of natural objects in Lee Kyeong Eun and Choe Hui Jeong rsquo s ldquo 4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo and Moon Man Seok and Jeong Mi Geum rsquo s ldquo yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo comics. The writer analyze the effect of vowel and consonant variation in Korean imitation words meaning. In doing this research, the writer used descriptive qualitative method. The result shows that 19 imitation words in the corpus have variations of vowels and consonants that affect the nuance and meaning of the word. Imitation word with lsquo a rsquo and lsquo o rsquo vowels, give lighter and smaller nuance than the word with lsquo eo rsquo and lsquo u rsquo vowels. The intensive consonants and aspirated consonants gives stronger and harder nuance than the simple consonants."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Putri Indy Prasetyo
"Onomatope merupakan kata yang meniru bunyi hasil tangkapan indra pendengaran, sedangkan mimesis adalah kata dibuat untuk mengekspresikan gerakan atau peristiwa yang tidak bisa dirasakan oleh indra pendengar. Penggunaan onomatope dan mimesis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu Korea dengan menggunakan lirik lagu-lagu dari grup Ikon dan Stray Kids sebagai korpus penelitian. Penelitian ini berfokus pada satu rumusan masalah, yaitu bagaimana penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu Korea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus, dengan metode analisis deskriptif komparatif terhadap penggunaan onomatope dan mimesis dalam lirik lagu-lagu grup Ikon dan Stray Kids. Penelitian menunjukan bahwa onomatope dan mimesis banyak digunakan dalam lirik lagu-lagu Korea dengan bentuk yang bervariasi, dan mimesis lebih banyak digunakan dibandingkan onomatope.

Onomatopoeia is a word that imitates the sound perceived by the sense of hearing, while mimesis is made to express movement or condition that can’t be received by the sense of hearing. The use of onomatopoeia and mimesis occurs frequently in everyday language use because of its effectiveness. This study aims to analyze the use of onomatopoeia and mimesis in Korean song lyrics by using Ikon and Stray Kids songs lyrics as the corpus. This study focuses on one problem formulation, how is the use of onomatopoeia and mimesis in Korean song lyrics. This study uses both quantitative and qualitative methods, with comparative descriptive design to analyze the use of onomatopoeia and mimesis in Ikon and Stray Kids songs lyrics. This study shows that onomatopoeia and mimesis are widely used in Korean songs lyrics with various forms, and mimesis is used more than onomatopoeia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sulistiorini
"Manga, istilah Jepang untuk komik, adalah salah satu keistimewaan pada budaya popular Jepang masa kini. Manga, selain sebagai bacaan yang paling digemari di Jepang, dewasa ini mulai dikenal dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia.Salah satu jenis manga yang unik, ialah shoujo manga, yaitu manga yang dibuat oleh wanita dan ditujukan untuk wanita.Seberapa banyak pembaca shoujo manga, dart apa saja pengaruhnya bagi pembacanya? Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti banyaknya pembaca shoujo manga dan pengaruh apa saja yang dibawa akibat membaca shoujo manga.Dari penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa pembaca shoujo manga adalah mayoritas, karena 100% responden menyatakan membaca shojo manga. Selain itu, pengaruh yang dibawa juga lebih banyak positifnya, seperti menmberi hiburan dan meningkatkan percaya diri.Dalam skripsi ini, penulis juga mengupas sejarah manga dan shoujo manga sejak jaman kuno hingga perkembangannya dewasa ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>