Ditemukan 56353 dokumen yang sesuai dengan query
Kinanti Oktaviani
"Wayang tidak hanya sebagai media tontonan namun wayang juga dapat digunakan sebagai media tuntunan. Wayang tumbuh berkembang luas bukan hanya di Jawa, namun juga di sejumlah wilayah budaya di luar Jawa. Wayang Golek Cepak merupakan satu diantara jenis wayang yang berkembang di daerah Pesisir Utara Jawa dan di dalam lakonnya terkandung ajaran kehidupan yang berkaitan dengan tuntunan agama Islam. Penelitian ini mengkaji memayu hayuning bawana dalam lakon Canus Dakwa karya Ki Ditya Aditya. lakon Canus dakwa berisi nilai-nilai kesucian dan kejujuran yang dipergunakan sebagai sarana membangun kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan dunia (memayu hayuning bawana). Penelitian ini mengkaji struktur karya sastra dalam bentuk lakon yang terdiri dari tokoh penokohan dan rangkaian peristiwa pada adegan serta mengkaji nilai-nilai budaya yang terdapat dalam lakon tersebut. Data penelitian ini berupa Vidio pertunjukkan yang diunggah di chanel youtube Budaya Maju. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan objektif serta menggunakan kerangka konseptual teoritis etika Jawa dari Franz Magnis Suseno dan teori Memayu Hayuning Bawana dari De Jong. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kesucian dan kejujuran yang dikembangkan sebagai pijakan analisis melalui punakawan Canus sebagai pengejawantahan kesucian dan kejujuran, kejujuran sebagai manifestasi dari kekuasaan, golok cabang, kopyah wareng, dan kendil wesi sebagai manifestasi dari keagungan keraton, dan punakawan Canus sebagai manifestasi dari wahyu Sumber Rezeki dipergunakan sebagai sarana untuk memayu hayuning bawana. Kesucian dan kejujuran yang dikembangkan dalam setiap individu dapat menjadi bekal untuk membangun karakter manusia menuju kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan dunia.
Puppet are not only a spectacle, but they can also be used as a guide. Wayang grew widely not only in Java, but also in a number of cultural areas outside Java. Wayang Golek Cepak is one of the types of puppets that developed in the North Coast of Java and in the play contains the teachings of life related to Islamic religious guidance. This study examines memayu hayuning bawana in the play Canus Dakwa by Ki Ditya Aditya. Canus dakwa’s play contains the values of purity and honesty which are used as a means to build happiness, prosperit, and world safety (memayu hayuning bawana). This study examines the structure of literary works in the form of plays consisting of characterizations and a series of events in the scene and examines the cultural values contained in the play. The data of this research is in the form of video shows uploaded on the youtube channel of Maju Culture. The method used in this research is descriptive qualitative and objective approach and uses the theoretical conceptual framework of Javanese ethics from Franz Magnis Suseno and the theory of Memayu Hayuning Bawana from De Jong. The results of this study indicate that the values of chastity and honesty were developed as a basis for analysis throught Canus clowns as the embodiment of holiness and honesty, honesty as a manifestatiton of power, branch machetes, kopyah wareng, and kendil wesi as manifestation of the majesty of the palace, and Canus clowns as a manifestation of the revelation of sumber sustenances is used as a means to woo the congetinal hayuning. The purity and honesty that is developed in each individual can be a provision to build human character towards happiness prosperity, and world safety."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Apriliyantie
"
ABSTRACTPenelitian ini membahas tentang representasi memayu hayuning bawana dalam sebuah naskah Jawa yang berjudul Serat Cariyosipun Pak Lelur. Naskah tersebut mengisahkan perjalanan kehidupan Pak Lelur untuk senantiasa menanamkan kebaikan dan menolong antarsesama manusia. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori struktural, yaitu dengan cara membongkar unsur-unsur dalam Serat Cariyosipun Pak Lelur yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat. Temuan penelitian ini adalah adanya konsep memayu hayuning bawana yang merupakan usaha menciptakan dunia agar damai dan tentram. Ungkapan tersebut dapat diwujudkan melalui hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia, serta manusia dengan Tuhan pada beberapa tokoh di dalam cerita.
ABSTRACTThis research about representation of memayu hayuning bawana in a Javanese script Serat Cariyosipun Pak Lelur. The manuscript tells the life of Pak Lelur to always cultivate goodness and help between human. The method used is analytic descriptive method. This research is done by using structural theory, that is by dismantling the elements in Serat Cariyosipun Pak Lelur covering plot, character and characterization, setting, theme and message. The findings of this research is the concept of memayu hayuning bawana which is an effort to create a world for peace and peace. The phrase can be manifested through human relationship with himself, human with human, and human with God to some characters in the story."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sekar Ayu Kusumawardhani
"Masyarakat Jawa menerapkan prinsip kerukunan dan hormat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan prinsip tersebut, masyarakat Jawa diarahkan untuk menghindari konflik terbuka dan menghormati kedudukan semua pihak. Seiring dengan prinsip kerukunan dan hormat, masyarakat Jawa mengenal ajaran memayu hayuning bawana untuk menjaga keseimbangan hidup, kedamaian antar sesama, kelestarian alam, dan menghindari perbuatan negatif yang tidak memberikan pengaruh positif dalam kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengimplementasian konsep memayu hayuning bawana dalam novel Jawa yang kelak dapat menambahkan contoh pengaplikasian konsep memayu hayuning bawana secara luas. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan deskriptif analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi atau konten (content analysis). Penelitian dilakukan dengan perspektif religi Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laku yang dijalankan oleh tokoh untuk mencapai memayu hayuning bawana meliputi pemenuhan keselamatan duniawi secara fisik, pemahaman akan keselamatan yang dianugerahkan kepada manusia, mencapai kebahagiaan melalui menjalani kehidupan sesuai nilai keluhuran Tuhan, dan kesejahteraan hidup yang diraih dengan menciptakan ketenteraman yang didasari atas kesadaran berkehidupan di dunia. Maka, dapat disimpulkan bahwa upaya memayu hayuning bawana oleh tokoh didasari oleh kesadaran akan peran, kedudukan, dan kewajibannya dalam bertindak di kehidupannya agar tidak mengganggu keselarasan dunia.
The Javanese society upholds the principles of harmony and respect in their daily lives. With these principles, the Javanese people are directed to avoid open conflicts and to respect the position of all parties involved. Aligned with the principles of harmony and respect, the Javanese society is familiar with the teaching of "memayu hayuning bawana" to maintain a balanced life, foster peace among individuals, preserve nature, and avoid negative actions that do not contribute positively to life. The purpose of this research is to describe the implementation of the concept of memayu hayuning bawana in Javanese novels, which can provide extensive examples of its application. The research methodology employed is qualitative research with descriptive analysis. Content analysis is the technique used for analysis. The research is conducted from the perspective of Javanese religious beliefs. The research findings indicate that the actions undertaken by the characters to achieve memayu hayuning bawana encompass fulfilling physical worldly safety, understanding the safety granted to humans, attaining happiness by living in accordance with the divine values, and achieving well-being through the creation of tranquility based on the awareness of living in the world. Therefore, it can be concluded that the efforts of the characters towards memayu hayuning bawana are motivated by their consciousness of their roles, positions, and responsibilities in their actions to maintain harmony in the world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Wishnu Widoseno
"Penelitian ini membahas mengenai memayu hayuning bawana dalam lagu Kidung Reksabumi karya Pancal15 yang dinyanyikan oleh Sindy Purbawati. Lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu berbahasa Jawa yang diunggah pada 17 Desember 2021 di kanal Youtube Sindy Purbawati. Pembahasan dilakukan dengan memahami makna lirik lagu berdasarkan pemaknaan simbolik di balik Kidung Reksabumi. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana representasi memayu hayuning bawana yang termuat dalam lirik lagu Kidung Reksabumi. Untuk menjawab permasalahan tersebut menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes dengan teori ekologi sastra. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lirik lagu Kidung Reksabumi menggambarkan tindakan manusia yang mengeksploitasi alam sehingga menimbulkan bencana alam gunung meletus sebagai simbol kemurkaan alam. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu yang memberikan peringatan akan keberadaan antara manusia dengan alam serta secara tidak langsung mengajak manusia untuk mulai sadar akan pentingnya menjaga alam sebagai tempat tinggalnya. Memayu hayuning bawana dalam lagu diwujudkan melalui bentuk peringatan dari lirik lagu dan berdasarkan kajian ekologi sastra lirik lagu.
This research discusses about memayu hayuning bawana in the song Kidung Reksabumi by Pancal15 sung by Sindy Purbawati. Song Kidung Reksabumi is a Javanese song which was uploaded on December 17, 2021 on the Sindy Purbawati Youtube channel. The discussion is carried out by understanding the meaning of the song lyrics based on the symbolic meaning behind Kidung Reksabumi. The problem of this research show about representation of memayu hayuning bawana contained in the song lyrics Kidung Reksabumi. To answer this problem, Roland Barthes's semiotic approach is used with the theory of literary ecology. The results of the study show that song lyrics Kidung Reksabumi describes human actions that exploit nature causing natural disasters, volcanoes erupt as a symbol of nature's wrath. The conclusion from this research is that the song Kidung Reksabumi is a song which gives a warning of the existence between humans and nature and indirectly invites people to start being aware of the importance of protecting nature as a place to live. Memayu hayuning bawana in the song is manifested through the warning form of the song lyrics and based on the study of the literary ecology of song lyrics. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Berdila Sheril Inasa
"Kidung Wahyu Kalaseba karya Sri Narendra Kalaseba adalah salah satu karya sastra yang mengandung sikap batin orang Jawa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sikap tersebut adalah mengimplementasikan tindakan ‘Memayu Hayuning Bawana’ berdasar pandangan Suwardi Endraswara (2011:50) Memayu Hayuning Bawana adalah watak dan perbuatan yang senantiasa mewujudkan dunia selamat, sejahtera dan bahagia. Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana representasi tindakan atau laku Memayu Hayuning Bawana dalam lirik Kidung Wahyu Kalaseba? Berdasarkan rumusan tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa tindakan atau laku Memayu Hayuning Bawana dalam Kidung Wahyu Kalaseba dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan dunia yang selamat, sejahtera dan bahagia, sehingga masih memiliki relevansi bagi siapapun yang hendak menerapkannya. Untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan pendekatan objektif, dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif mengacu pada analisis data Miles dan Huberman (1992). Hasil analisis tekstual ini mendapati bahwa tindakan Memayu Hayuning Bawana yang terdapat dalam Kidung Wahyu Kalaseba dijabarkan melalui pemaknaan konsep spirit culture dengan konsep space culture. Serta dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dinamis antara teks lirik Kidung Wahyu Kalaseba dengan laku atau tindakan Memayu Hayuning Bawana untuk mewujudkan dunia yang selamat, sejahtera dan bahagia dengan menerapkan konsep Spirit Culture dengan tetap memperhatikan Space Culture dan dapat disimpulkan bahwa tindakan Memayu Hayuning Bawana yang direpresentasikan dalam Kidung Wahyu Kalaseba masih sangat relevan untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari, karena dengan bekal budi pekerti yang luhur itu, masyarakat Jawa memiliki bingkai tingkah laku untuk mewujudkan cita-cita hidup tertinggi mengaplikasikan manunggaling kawula gusti.
Kidung Wahyu Kalaseba by Sri Narendra Kalaseba which is a literature that consists of javanese people mentality that could be applied on daily life. One of those act was implementing ‘Memayu Hayuning Bawana’ Act, Based on Endraswara (2011:50) Memayu Hayuning Bawana is a character and deeds which always makes the world a safe, prosperous and happy place. The main problem of this research is how to represent the deeds of Memayu Hayuning Bawana in Kidung Wahyu Kalaseba? Based on this problem, the purpose of this research is to prove the deeds of Memayu Hayuning Bawana in Kidung Wahyu Kalaseba can be used to create a safe, prosperous and happy world, so that they still have relevance for anyone who wants to apply it. This research is using an objective approach with a descriptive-qualitative method referring to data analysis by Miles and Huberman (1992). The results of this textual analysis found that Memayu Hayuning Bawana deeds in Kidung Wahyu Kalaseba described with spirit culture and space culture concept. It also can be concluded that there are dynamic connections between Kidung Wahyu Kalaseba and Memayu Hayuning Bawana act to create a safe, prosperous and happy world with applying spirit culture concepts and while still paying attention to space culture concepts. It can be concluded that The deeds of Memayu Hayuning Bawana that represented in Kidung Wahyu Kalaseba is still very relevant to be applied in daily life, because with the deeds of Memayu Hayuning Bawana, the Javanese people have a rule and guidance in the spirit to realize highest aspiration of life with applying Manunggaling Kawula Gusti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sartika
"Tulisan ini mengkaji tentang Aliran Bratakesawa dan kesinambungannya dengan konsep Memayu Hayuning Bawana. Kajian ini menggunakan metode pustaka. Aliran Bratakesawa merupakan salah satu aliran kebatinan masyarakat Jawa, melalui aliran kebatinan ini masyarakat Jawa akan menemukan keselarasan dengan lingkungan dan hati nuraninya. Dalam proses tersebut masyarakat Jawa akan melalui tahapan Sangkan Paraning Dumadi, Manunggaling Kawula Gusthi, dan Kasampurnaning Dumadi. Manusia yang sudah mencapai kesempurnaan hidup, segala tindakannya merupakan perwujudan dari Memayu Hayuning Bawana.
This paper examines the mysticism of Bratakesawa and continuity to the concept Memayu Hayuning Bawana. This study uses the method library. Bratakesawa is one of the Javanese mysticism, through of this mysticism the Javanese community will find harmony with the environment and conscience. In that process, the Javanese community will going through the stages Sangkan Paraning dumadi, Manunggaling Kawula Gusthi and Kasampurnaning Dumadi. The people who has reached perfection in life, every action of them is a manifestation of Memayu Hayuning Bawana."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Abdurrahman
Jakarta: Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2007
200 ABD u
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Suwardi Endraswara, 1964-
Yogyakarta: Narasi (Anggota IKAPI) , 2013
181.16 SUW m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dewi Dian Lestari
"Tulisan ini membahas tentang hakikat kekuasaan tokoh Semar dalam pagelaran wayang lakon Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari karya Ki Manteb Sudarsono. Lakon Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian ini karena merupakan lakon yang unik yaitu lakon ruwat dan lakon cerita Mahabharata yang disatukan melalui kehadiran kuasa tokoh Semar dalam satu pagelaran wayang oleh Ki Manteb Sudarsono. Masalah utama dalam penelitian adalah bagaimana hakikat kekuasaan tokoh Semar dirumuskan dalam lakon Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan hakikat kekuasaan Semar sebagai pemegang kuasa keutamaan dalam lakon Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif yang bertujuan untuk menggali dan menguraikan hakikat kekuasaan tokoh Semar, dengan peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data penelitian. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka konsep menurut Etika Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakikat kekuasaan tokoh Semar adalah kekuasaan yang melekat pada status dan perannya sebagai pamong Pandawa, status sebagai danyang tanah Jawa melalui perannya dalam melakukan ruwatan, serta peran sebagai dewa yang menggagalkan ujian Batara Guru terhadap Pandawa dalam perang Baratayuda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat kekuasaan tokoh Semar berkaitan dengan status dan perannya sebagai upaya untuk menghilangkan segala ancaman dari kekuasaan keangkaramurkaan, mengembalikan kuasa keburukan pada tempatnya, dan menjaga kestabilan dunia serta alam semesta, Memayu hayuning bawana.
This paper discusses the essential of Semar Power in the wayang play entitled Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari. The play Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari was taken into consideration in conducting this research because it is a unique play, namely the Ruwat play and the Mahabharata story play which were united through the experience of the presence of Semar characters in a wayang play by Ki Manteb Sudarsono. The main problem in this research is how the essence of Semar Power is formulated in Batara Kala Tundhung-Surya Ndadari. This study aims to formalize Semar's power as the holder of the superiority of power in the play Bathara Kala Tundhung-Surya Ndadari. This research is a qualitative descriptive study with an objective approach that aims to explore and describe the essential of Semar power by the researcher as the main instrument in data collection. The conceptual framework used in this research is a conceptual framework according to Javanese Ethics. The results of this study indicate that essence of Semar Power is power attached to the status and role above as a pamong of Pandawa, the status as danyang of the land of Java through assistance in carrying out ruwatan, and the role of a god who thwarts the Batara Guru test for Pandawa in Baratayuda. Based on this research, it can be stated that the power of Semar is related to the status and role to eliminate all threats over the power of rage, restore the evil power to its place and maintain the stability of the world and the universe, Memayu hayuning bawana."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Putri Rahma Ayu
"Makalah ini akan membahas tentang korelasi antara dua puisi klasik berjudul归园田居(Guī Yuántián Jū) dan 飲酒 (Yĭn Jiŭ) karya Tao Yuanming dengan Daoisme (道教) dan konsep yang dipegang teguh oleh etnis Jawa yaitu Konsep Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming adalah seorang sastrawan terkenal dan berpengaruh di Cina. Ia adalah seorang penganut ajaran Daoisme (道教) yang taat. Daoisme (道教) adalah ajaran yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan alam. Sedangkan Memayu Hayuning Bawana secara harafiah adalah memperindah dan melestarikan hidup segala isi bumi.
Dalam jurnal ini akan dipaparkan Tao Yuanming, ajaran Daoisme (道教), konsep Memayu Hayuning Bawana, analisis puisi karya Tao Yuanming, dan persamaan makna antara Daoisme (道教) dengan Memayu Hayuning Bawana. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan hasil analisis puisi Tao Yuanming, serta memaparkan adanya persamaan makna antara ajaran Daoisme (道教) dengan konsep Memayu Hayuning Bawana jika dikaitkan dengan puisi karya Tao Yuanming.
This paper will explain about the correlation between classic Chinese poems归园田居(Guī Yuántián Jū) and飲酒 (Yĭn Jiŭ) which is written by Tao Yuanming, Daoism (道教) and Javanese ethnic?s concept: Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming is a well ? known and influential writer in China. He was a loyal follower of the teachings of Daoism (道教). Daoism (道教) is a doctrine that teaches a balance between man and the nature. While Memayu Hayuning Bawana means beautify and preserve the lives of creatures on earth. This paper will explain about Tao Yuanming, Daoism (道教), Memayu Hayuning Bawana, analysis about Tao Yuanming?s poems and the similarities between Daoism (道教) and Memayu Hayuning Bawana. This study aims to present the results of the analysis of Tao Yuanming?s poems, and the value similarities between Daoism (道教) with Memayu Hayuning Bawana if it is associated with Tao Yuanming?s poems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library