Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rivaldo Herman
"Penelitian ini membahas mengenai salah satu tradisi yang berkembang hingga saat ini di Minangkabau, yaitu Baburu babi. Dalam skripsi ini, baburu babi bagi masyarakat Minangkabau secara umum dipahami sebagai cara untuk membasmi babi hutan yang dianggap sebagai hama ladang. Penelitian ini berfokus pada interaksi yang terjalin dalam tradisi baburu babi. Penelitian pada skripsi ini menggunakan pendekatan etnografi multispesies untuk memahami interaksi antara paburu, anjing paburu serta babi yang saling berkelindan dalam baburu babi. Interaksi interspesies dalam baburu babi terlihat dari beragam aspek mulai di Nagari hingga di Arena paburuan. Interaksi antar subjek dalam baburu babi dipahami sebagai suatu relasi multispesies dengan bentuk co-survival. Interaksi antar subjek dalam baburu babi menunjukkan adanya proses pertukaran intersubjektif, sehingga baburu babi dipahami sebagai tradisi yang melibatkan relasi multispesies dalam praktiknya. Interaksi yang berbentuk relasi multispesies ini juga berkaitan dengan lingkungannya. Praktik-praktik dalam baburu babi menunjukkan adanya proses penubuhan lanskap yang bersifat timbal balik. Fokus pada aspek interaksi yang terjalin dalam memberikan sudut pandang baru untuk memahami tradisi yang telah berlangsung dari lama ini, bahwa untuk memahami baburu babi penting ada penekanan pada praktik yang melibatkan relasi multispesies dengan lanskapnya dan tidak bisa semata-mata dipahami dalam perspektif adat yang lebih menekankan pada hal-hal simbolik.

This research will discuss one of the ongoing traditions in Minangkabau, namely Baburu Babi. In Minangkabau society, Baburu Babi in general is understood as a way to eradicate wild boars, which are considered as field pests. Furthermore, this research will focus on the occuring interaction in Baburu Babi—what have intertwined between paburu, the hounds and the wild boars--and will be written with the help of a multispecies ethnographic approach. Interspecies interactions in Baburu Babi itself can be seen from various aspects, starting in Nagari to the Paburuan arena. The interaction between subjects in Baburu Babi is understood as a multispecies relations, which shows an intersubjective exchange process that is also closely related to their environment. The multisepcies relation is also understood as mode of co-survivor. The hunting practices in Baburu Babi shows that there is a reciprocal process of their landscape embodiment. Lastly, the focus on this interaction aspect will provide a new perspective for understanding the long-standing tradition; that Baburu Babi emphasizes practices which involve multispecies relations within their own landscapes and baburu babi cannot be understood solely in the perspective of adat which emphasizes more on symbolic matters."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Axel
"Pada bulan Agustus hingga Mei 2022, saya mengikuti program magang menjadi UX Reseach di PT Vidio Dot Com atau biasa dikenal dengan Vidio, perusahaan yang bergerak pada bidang OTT Streaming. UX Research di Vidio memiliki berbagai macam metode pengumpulan data salah satunya studi etnografi. Dalam satu kesempatan, saya dapat menggunakan studi etnografi pada salah satu proyek mandiri. Namun, pada proyek mandiri ini studi etnografi saya lakukan secara daring karena mengingat situasi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Proyek mandiri tersebut mengusung topik kebiasaan menonton, media sosial, dan pola berlangganan dengan subjeknya adalah pengguna Instagram. Metode pengumpulan data yang digunakan pada proyek mandiri adalah observasi melalui Instagram dan wawancara mendalam melalui Google Meet. Selama melakukan hingga selesai proyek mandiri timbul pertanyaan apa istilah etnografi secara daring yang paling sesuai dari pengalaman proyek mandiri yang saya lakukan. Ternyata, istilah yang paling mendekati adalah netnografi karena topik dan pengumpulan data proyek mandiri sesuai dengan definisi netnografi, yaitu studi tentang online community dan budaya online yang dimediasi oleh komputer atau ruang online. Dengan demikian, netnografi memungkinkan untuk dilakukan sebagai metode pengumpulan data oleh UX Researcher, namun pada pengalaman saya masih ada aspek teknologi dan beban kerja yang menjadi limitasi saat melakukan netnografi.

From August to May 2022, I participated in an internship program to become a UX Researcher at PT Vidio Dot Com or commonly known as Vidio, a company engaged in OTT Streaming. UX Research in Vidio has various data collection methods, one of which is ethnographic studies. On one occasion, I was able to use an ethnographic study on one of my independent projects. However, for this independent project, I did an online ethnographic study because I remember the ongoing COVID-19 pandemic situation. The independent project carries the topic of viewing habits, social media, and subscription patterns with the subject being Instagram users. The data collection method used in the independent project is observation through Instagram and in-depth interviews through Google Meet. During the completion of the independent project, the question arose as to what online ethnographic term was the most appropriate for my independent project experience. It turns out that the closest term is netnography because the topic and data collection of independent projects fit the definition of netnography, namely the study of online communities and online culture mediated by computers or online spaces. Thus, netnography is possible to be used as a data collection method by UX Researcher, but in my experience there are still technological aspects and workloads that become limitations when doing netnography."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wili Sandra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tradisi lisan kato pasambahan dalam alek pernikahan di Nagari Talang Anau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini membahas tiga aspek utama, yaitu tentang kelisanan kato pasambahan, perubahan, dan strategi pemertahanan. Analisis kelisanan dari perspektif kajian tradisi lisan fokus membahas tentang penciptaan, nformula dan mnemonik, dan struktur pertunjukan. Penciptaan kato pasambahan sangat mengandalkan memori ingatan dari para tukang sembah. Formula khas kato pasambahan yang ditemukan dari hasil analisis adalah pengulangan di awal dan pengulangan tanya-jawab di setiap permulaan sembah yang memiliki sejumlah fungsi tertentu. Mnemonik khas kato pasambahan adalah carano sirih pinang yang memiliki fungsi sebagai alat untuk mengingat dan simbol penghormatan, struktur pertunjukan kato pasambahan terdiri dari bagian pembukaan awal , isi tengah , dan penutup akhir . Struktur peristiwa inti kato pasambahan dikategorikan ke dalam adat nan bapaneh di luar ruangan , adat nan balinduang di dalam ruangan , dan niat nazar pembacaan doa selamat . Perubahan di dalam tradisi lisan kato pasambahan yang dominan dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu perubahan persiapan dan perlengkapan pernikahan, perubahan pertunjukan kato pasambahan, dan perubahan hiburan pada pesta pernikahan. Perubahan itu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipicu oleh masalah-masalah internal kaum. Sementara itu, faktor eksternal disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Stategi pemertahanan dilakukan untuk mempertahankan tradisi ini di antaranya melalui transmisi pewarisan dan melakukan beberapa penyesuaian dalam alek sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, diperlukan sinergi antara pemerintah nagari dan lembaga adat setempat, lembaga pendidikan formal sekolah , dan lembaga pendidikan nonformal surau . Di samping itu, diperlukan inventarisasi dan dokumentasi tradisi lisan kato pasambahan tersebut sebagai model dasar pewarisan bagi generasi berikutnya.

ABSTRACT
This thesis discusses the oral tradition of kato pasambahan at wedding ceremony in Nagari Talang Anau. This research uses qualitative method with etnhography approach. This study discusses three main aspects, namely about kato pasambahan, change, and defense strategy. Graduation analysis from the perspektive of oral tradition studies focuses on creation, formulas and mnemonics, and performance structures. The expanded kato pasambahan given memories of the devotees, the typical formula of the kato pasambahan found from this analysis is the initial repetition and repetition of questions and answers at the beginning of a certain number of worship. Character properties of kato pasambahan is carano that serves as a warning tool and a respect symbol, congestion stage stages consist of openings, contents center , and closing ending . The core event structure of the exanded kato pasambahan is categorized into adat nan bapaneh outdoors , adat nan balindung inside the house indoors , and niat nazar recitation of prayer . The dominant change in installation is divided into three aspect changes in preparation and wedding equipment, kato pasambahan change performances, and entertaiments changes at weddings. This change is caused by external and internal factors. Internal factors are triggered by internal problems of the kaum. Meanwhile, external problems are caused by the development of science and information technology. The defense strategy is carried out to maintain this tradition through transmission and make adjustments in wedding party according to the demands of the times. In addition, synergy between nagari institutions and customary institutions, formal education institutions schools , and nonformal institutions surau are required. In addition, it takes inventory and documentations of tradition kato pasambahan as the basic model of inheritance for the next generation."
2017
T48532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Siraman Gong Kyai Pradah Tradition is one of the local cultures in Blitar Regency, East Java Province. This Traditiona is still held twice a year by the supporting people in lodoyo, Sutojayan district, Blitar Regency.This is because the public belelves that supporters of this tradition will gain benefir for his or her life...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahatma Ridhotullah
"Kampung Gentur adalah perkampungan yang di dalamnya terdapat banyak pesantren tradisional yang masih berpegang teguh dengan sistem pendidikan tradisional. Peranan pesantren masih berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan keberagamaan masyarakat, terlebih pada aspek nilai, norma, tradisi, dan ajaran. Penelitian ini akan mengangkat tradisi yang ada di Masyarakat Kampung Gentur yaitu tradisi-tradisi yang ada di Kampung Gentur dan faktor yang menyebabkan masih bertahannya tradisi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis-deskriptif. Adapun teori yang digunakan adalah teori Etnosain. Dalam Penelitian ini ditemukan bahwa tradisi Kampung Gentur yaitu tradisi membaca selawat, tradisi manaqiban, tradisi berziarah, dan tradisi haul. Di samping itu, ada sikap apatis atau tidak peduli terhadap politik, juga menjadi ciri kampung ini. Ada pula nilai positif yang masih dipegang teguh masyarakat, yaitu patuh kepada ustaz atau Kiai, zuhud terhadap dunia, dan menghargai semua orang dengan perlakuan yang sama atau egaliter. Tradisi dan nilai-nilai tersebut masih bertahan karena adanya kharisma dari Mama Gentur, Aang Nuh, Kiai, dan ajaran pesantren-pesantren yang ada di kampung tersebut.

Gentur Village is a village in which there are many traditional Islamic boarding schools that still adhere to the traditional education system. The role of Islamic boarding schools still influences all aspects of the religious life of the community, especially on aspects of values, norms, traditions, and teachings. This study will explore the traditions that exist in the Gentur Village Community, namely the traditions that exist in Gentur Village and the factors that cause these traditions to persist. The research method used in this paper is a qualitative method with a descriptive-analytic approach. The theory used is the theory of ethnoscience. In this study, it was found that the traditions of Gentur Village are the tradition of reading selawat, the manaqiban tradition, the pilgrimage tradition, and the haul tradition. In addition, there is apathy or indifference towards politics, which also characterizes this village. There are also positive values ​​that are still firmly held by the community, namely being obedient to the cleric or cleric, zuhud towards the world, and respecting all people with the same or egalitarian treatment. These traditions and values ​​still survive because of the charisma of Mama Gentur, Aang Nuh, the Kiai, and the teachings of the Islamic boarding schools in the village."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Raja Salwa Aliya
"Riau adalah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera yang memiliki berbagai macam tradisi dan kebudayaan. Salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Riau adalah upacara adat dalam pernikahan. Upacara adat dalam pernikahan merupakan tradisi yang turun-temurun yang memiliki makna yang khusus. Untuk masyarakat Riau yang memiliki Melayu sebagai suku dominannya, upacara adat dalam tradisi pernikahan masyarakat Melayu Riau ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan asing yaitu kebudayaan Arab. Tulisan ini nanti akan membahas tentang percampuran budaya dalam hal pernikahan Melayu Riau dan budaya Arab. Rumusan masalah adalah bagaimana kesamaan dan seberapa terpengaruhnya pernikahan masyarakat Melayu Riau dengan pernikahan masyarakat Arab dengan tujuan menjelaskan pengaruh kebudayaan Arab terhadap pernikahan masyarakat Melayu Riau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan sejarah kedatangan masyarakat Arab ke Tanah Melayu, prosesi pernikahan Melayu Riau, dan pengaruh dari kebudayaan Arab terhadap tradisi pernikahan Melayu Riau.

Riau is a province located on the island of Sumatra which has various traditions and cultures. One of the traditions owned by the people of Riau is a traditional ceremony in marriage. Traditional ceremonies in marriage are hereditary traditions that have special meanings. For the people of Riau who have Malay as their dominant ethnic group, the traditional wedding ceremony of the Malay community in Riau is also influenced by foreign culture, namely Arabic culture. This paper will discuss the mixing of cultures in terms of Malay marriage in Riau and Arabic culture. The formulation of the problem is how similar and how affected are the marriages of the Malay people in Riau with the Arabic marriages to explain the influence of Arabic culture on the marriages of the Malay people in Riau. This qualitative study was done through literature studies by collecting sources related to the history of the arrival of the Arabic community to the Malay Land, the marriage process of Malay people in Riau, and the influence of Arabic culture on the Malay wedding tradition in Riau."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hana Humaira Akbar
"Makalah ilmiah akhir ini merefleksikan pengalaman magang saya di program penelitian Receh Coreng, dengan fokus pada tantangan yang saya hadapi sebagai mahasiswa antropologi yang diharapkan untuk menerapkan metode etnografi dalam lingkungan penelitian transdisipliner. Terlepas dari pembelajaran saya sebelumnya, penerapan praktik metode etnografi terbukti sulit, terutama saat mengintegrasikannya ke dalam kerangka penelitian multidisiplin yang lebih luas. Dalam pelaksanaannya, saya menemukan berbagai limitasi mulai dari tahap pra lapangan, penelitian lapangan, pengorganisasian, dan pengolahan data. Dalam setiap prosesnya, saya menyadari bahwa etnografi tidak bisa diimplementasikan secara maksimal. Dengan mengacu pada Hammersley dan Atkinson (2007), makalah ini merefleksikan dan membandingkan kesenjangan antara pelatihan teoritis dan praktis, menggambarkan hambatan dan kendala spesifik yang saya dihadapi selama penelitian magang. Melalui refleksi ini, saya mengeksplorasi bagaimana ekspektasi penggunaan metode etnografi sering kali tidak sesuai dengan implementasi nyatanya dalam penelitian transdisipliner. Refleksi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan praktik metode etnografi dalam penelitian interdisipliner.

This final scientific paper reflects on my internship experience at the Receh Coreng research program, focusing on the challenges I faced as an anthropology student expected to apply ethnographic methods in a transdisciplinary research environment. Despite my prior learning, the practical application of ethnographic methods proved difficult, especially when integrating them into a broader multidisciplinary research framework. In its implementation, I encountered various limitations from the pre-field, field research, organizing, and data processing stages. Throughout the process, I realized that ethnography could not be implemented to its full potential. With reference to Hammersley and Atkinson (2007), this paper reflects on and compares the gap between theoretical and practical training, describing the specific obstacles and constraints I faced during my internship research. Through this reflection, I explore how expectations of using ethnographic methods often do not match the actual implementation in transdisciplinary research. This reflection aims to provide a deeper understanding of the challenges of practicing ethnographic methods in interdisciplinary research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>