Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laurensia Jesselyn Prasetyo
"Latar belakang: Indonesia memiliki struktur penduduk tua (aging population) dengan angka kesakitan lansia yang tergolong tinggi. Jika usia harapan hidup yang tinggi tidak diimbangi dengan kualitas kesehatan lansia, hal ini justru dapat meningkatkan beban tanggungan negara. Oleh karena itu, upaya peningkatan healthspan, perlu dilakukan. Stres oksidatif merupakan salah satu mekanisme yang berperan dalam patogenesis berbagai penyakit degeneratif pada penuaan. Sejumlah penelitian menunjukkan manfaat keanekaragaman tanaman herbal Indonesia pada berbagai penyakit degeneratif dan penuaan, termasuk Centella asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI). CA dan AI diketahui memiliki efek antioksidan dan dapat berpotensi menjadi agen antipenuaan serta proteksi terhadap organ hati.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dan Acalypha indica terhadap struktur histologi hati tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel organ hati tikus Sprague-Dawley jantan dari bahan biologis tersimpan penelitian sebelumnya. Kelompok penelitian terdiri atas kontrol positif (tikus tua berusia 20-24 bulan dengan vitamin E 15 IU), kontrol negatif (tikus tua dengan plasebo berupa akuades), perlakuan CA (tikus tua dengan CA 300 mg / kg), perlakuan AI (tikus tua dengan AI 250 mg / kg), dan tikus muda berusia 8-12 minggu yang diberikan plasebo (akuades). Tikus diberi perlakuan yang sesuai selama 28 hari kemudian diterminasi. Organ hati diproses menjadi sediaan histologis dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin, dan dilakukan skoring menggunakan NAS (NAFLD Activity Score) serta persentase steatosis untuk menilai efek penuaan pada struktur histologis hati.
Hasil: Pemberian ekstrak etanol CA dan AI pada tikus tua menunjukkan tren NAFLD Activity Score dan persentase steatosis jaringan hati yang cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok tikus tua (kontrol negatif), namun tidak signifikan secara statistik (Kruskal-Wallis p=0,139 dan p=0,119).
Simpulan: Pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dan Acalypha indica tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap gambaran histologi hati tikus Sprague-Dawley tua. Penelitian lebih lanjut dengan durasi perlakuan yang lebih lama diperlukan untuk dapat mengamati potensi antipenuaan kedua tanaman terhadap histologi organ hati tikus tua.

Background: Indonesia has an aging population structure with a relatively high elderly morbidity rate. If life expectancy is not balanced with good quality of health of the elderly, it will increase nation’s financial burden. In this regard, it is necessary to make efforts to improve healthspan. Oxidative stress is one of the mechanisms that plays a role in the pathogenesis of various degenerative diseases related to aging. A number of studies have shown the benefits of the diversity of Indonesian herbal plants on various degenerative diseases and aging, including Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI). CA and AI are known to have antioxidant effects and therefore can potentially be antiaging and hepatoprotective agents.
Purpose: To determine the effect of the ethanol extract of Centella asiatica and Acalypha indica on liver histology of old Sprague-Dawley rats.
Method: This study used liver samples from male Sprague-Dawley rats in a form of paraffin blocks taken from previous study. Male rats were divided into five groups, namely positive control (old rats aged 20-24 months with vitamin E 15IU), negative control (old rats with aquadest as placebo), CA treatment (old rats with CA 300 mg / kg), AI treatment (old rats with AI 250 mg / kg), and young rats aged 8-12 weeks given aquadest as placebo. The rats were given the appropriate treatment for 28 days then terminated. The livers were processed into histological slides stained with Hematoxylin-Eosin, and scoring was carried out using NAS (NAFLD Activity Score) and steatosis percentage to assess the effect of aging on the histological structure of the liver.
Result: The administration of CA and AI ethanol extract to old rats led to a trend of lower NAFLD Activity Score and percentage of liver tissue steatosis compared with old rats (negative control), however they were not statistically significant (Kruskal-Wallis p = 0.139 and p = 0.119).
Conclusion: The ethanol extract of Centella asiatica and Acalypha indica did not cause significant changes to the liver histology of old Sprague-Dawley rats. Further studies with a longer treatment duration are needed to be able to observe the antiaging potential of the two plants on the liver histology of old rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Astrid Mariam Khairani
"Pendahuluan: Setiap manusia pasti mengalami proses penuaan, dimana proses penuaan itu sendiri erat kaitannya dengan kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan ini dapat terjadi pada protein dan akan memicu proses karbonilasi yang menghasilkan komponen toksik yaitu karbonil. Berbagai kerusakan dan penurunan fungsi tubuh yang terkait dengan proses penuaan menyebabkan minat masyarakat terhadap suplemen anti penuaan, termasuk tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica yang berpotensi untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan. Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dengan menggunakan homogenat otak tikus Sprague dawley yang dikelompokkan sesuai perlakuannya masing-masing. Hasil: Kadar karbonil otak tikus tua yang diberi Centella asiatica menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus tua tanpa perlakuan, sedangkan kelompok yang diberi Acalypha indica tidak berbeda nyata dengan kelompok tua. tikus. Kesimpulan: Pegagan mampu menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan.
Introduction: Every human being must experience the aging process, where the aging process itself is closely related to damage caused by free radicals. This damage can occur in proteins and will trigger the carbonylation process which produces a toxic component, namely carbonyl. Various damages and declines in body functions associated with the aging process have led to public interest in anti-aging supplements, including Acalypha indica and Centella asiatica plants which have the potential to reduce free radicals. This study aims to examine the ability of Acalypha indica and Centella asiatica to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process. Methods: The study was conducted experimentally at the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, using a brain homogenate of Sprague dawley rats which were grouped according to their respective treatments. Results: The brain carbonyl levels of old rats that were given Centella asiatica showed a much lower number than the group of old rats without treatment, while the group that was given Acalypha indica was not significantly different from the old group. rat. Conclusion: Gotu kola is able to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"ABSTRAK
Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif.
Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan.
Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.

ABSTRACT
Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells.
Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured.
Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estiana Filzadiyanti
"Menurut The Free Radicals Theory of Aging akumulasi radikal bebas salah satu faktor penyebab penuaan yang dapat merusak sel-sel tubuh. Tubuh memiliki sistem antioksidan untuk menjaga homeostasis dan melindungi dari stres oksidatif. Namun, antioksidan endogen yang bekerja dianggap belum sepenuhnya dapat menangani masalah tersebut, sehingga diperlukan suplementasi antioksidan eksogen yang memanfaatkan sumber tanaman herbal di Indonesa. Tanaman Acalypha indica (AI) dan Centella asiatica (CA) diketahui memiliki berbagai kandungan senyawa, salah satunya adalah flavonoid. Pada berbagai penelitian, flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang diketahui dapat membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak AI dan CA terhadap kadar antioksidan Glutation (GSH) otak tikus Sprague Dawley tua. Studi eksperimental in vivo menggunakan otak tikus dari lima kelompok percobaan, yaitu tikus kontrol tua, tikus yang diberi AI (250 mg/kgBB), tikus yang diberi CA (300mg/kgBB), tikus yang diberi vitamin E (15 UI/kgBB), dan tikus kontrol muda. Pengukuran kadar GSH menggunakan metode Ellman. Kadar GSH otak pada kelompok tikus yang diberi AI lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA (p= 0,001), Vitamin E (p=,006), dan tikus kontrol muda (p= 0,003). Kadar GSH pada kelompok tikus kontrol tua lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA, Vitamin E, dan tikus kontrol muda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman memiliki kadar antioksidan dan berpotensi sebagai suplemen bagi tubuh.

According to The Free Radical Theory of Aging, accumulation of free radicals lead to aging which can damage body cells. Our body has antioxidant system to maintain homeostasis and protect from oxidative stress. However, the endogenous antioxidant cant fully solve the problem, thus our body needs exogenous antioxidant supplement that can utilize from herbal plants in Indonesia. Acalypha indica (AI) and Centella asiatica (CA) is a plant known having several chemical compounds which one of them is flavonoid. In many studies, flavonoid has antioxidant activity that can help protect body from oxidative stress. This study has objective to discover the effect of AI and CAs extract to antioxidant GSH (glutathione) level in old Sprague Dawley rats brains.This study was conducted as in vivo experimental research using rats brains from 5 experimental groups, which are old control rats, rats that were given AI (250 mg/kgBW), rats that were given CA (300 mg/kgBW), rats that were given vitamin E (15 UI/kgBW), and young control rats. Measurement of GSH lever was done by using Ellman method. GSH level in group of rats that were given AI was significantly higher compared to brain GSH level in group of rats that were given CA (p=0.001), vitamin E (p=0.006), and young control rats (p=0.003). GSH level in old control rats group was significantly higher compared to group of rats that were given CA, vitamin E, and young control rats. This result show that both plants have antioxidant activity and potentially used as supplementation for body."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ramadhanti Chaerunnisa
"ABSTRAK
Penumpukan radikal bebas terjadi seiring dengan penuaan. Tubuh memiliki aktivitas antioksidan untuk melawan radikal bebas, salah satunya adalah enzim katalase. Namun, antioksidan yang berasal dari dalam tubuh saja dianggap tidak mampu mengatasi penumpukan radikal bebas yang terkait dengan penuaan. Oleh karena itu, diperlukan suplementasi antioksidan eksogen. Kandungan flavonoid dan fenolat yang tinggi pada tanaman Acalypha indica dan Pegagan terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ekstrak Acalypha indica dan pegagan terhadap aktivitas spesifik enzim katalase pada otak tikus tua. Penelitian ini mengukur aktivitas spesifik enzim katalase pada sampel berupa homogenat otak tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu kontrol lama, uji dengan ekstrak Acalypha indica, uji dengan ekstrak pegagan, pemberian vitamin E, dan kontrol muda. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode Claiborne. Aktivitas spesifik katalase rata-rata otak tikus tua yang diberi ekstrak Acalypha indica 250 mg/kgBB selama 29 hari adalah protein 0,01 U/mg. Rerata aktivitas spesifik katalase otak tikus tua yang diberi ekstrak pegagan 300 mg/kgBB selama 29 hari adalah protein 0,003 U/mg. Hasil kedua kelompok ini secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok otak tikus kontrol tua, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang diberi vitamin E (0,008 U/mg protein) dan kelompok kontrol tikus muda (0,002 U/mg protein). protein). Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak Acalypha indica dan Pegagan berpotensi memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menurunkan stres oksidatif sehingga sintesis katalase tidak meningkat.
ABSTRACT
The buildup of free radicals occurs along with aging. The body has antioxidant activity to fight free radicals, one of which is the enzyme catalase. However, antioxidants that come from within the body alone are considered unable to overcome the buildup of free radicals associated with aging. Therefore, exogenous antioxidant supplementation is needed. The high content of flavonoids and phenolics in Acalypha indica and Gotu kola has been shown to have antioxidant activity. The purpose of this study was to analyze the effect of extracts of Acalypha indica and gotu kola on the specific activity of the catalase enzyme in the brains of old rats. This study measured the specific activity of the catalase enzyme in samples in the form of brain homogenate of Sprague Dawley rats which were divided into five groups, namely old control, test with Acalypha indica extract, test with gotu kola extract, administration of vitamin E, and young control. Measurements were carried out using the Claiborne method. Specific activity of catalase in the average brain of old rats given Acalypha indica extract 250 mg/kgBW for 29 days was 0.01 U/mg protein. The mean specific activity of catalase in the brain of old rats given gotu kola extract 300 mg/kgBW for 29 days was 0.003 U/mg protein. The results of these two groups were significantly lower than the brain group of old control mice, but did not show a significant difference with the group given vitamin E (0.008 U/mg protein) and the control group of young mice (0.002 U/mg protein). proteins). These results indicate that supplementation of extracts of Acalypha indica and Gotu kola has the potential to have antioxidant activity that can reduce oxidative stress so that catalase synthesis does not increase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Putra Djohan
"ABSTRAK
Penuaan menjadi masalah karena penyakit yang timbul akibat proses tersebut. Salah satu agen penyebab penuaan adalah radikal bebas yang bisa merusak komponen sel. Dibutuhkan substansi yang bisa mengurangi efek dari penuaan akibat radikal bebas, seperti antioksidan yang ada pada Acalpyha indica Linn. Penelitian eksperimental dilakukan di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI), Departemen Histologi, dan Departemen Farmasi pada bulan Desember 2017 hingga September 2018 kepada tikus Sprague-Dawley. Terdapat 4 kelompok perlakuan, yaitu tikus muda dengan placebo, tikus tua dengan plasebo, tikus tua yang diberi Acalypha Indica Linn 250 mg/kgBB, dan tikus tua yang diberi vitamin E 6 IU dengan masing-masing 6 tikus per kelompok. Tikus diberi perlakuan selama 28 hari dan diambil hipokampus tikus pada hari ke 29 yang kemudian diwarnai dengan hematoksilin-eosin untuk melihat densitas sel neuron pada hipokampus. Acalypha indica Linn dapat meningkatkan secara bermakna jumlah sel neuron granular normal pada daerah CA3 (p = 0.000) dan girus dentatus (p = 0.018). Selain itu, Acalypha indica Linn dapat meningkatkan secara bermakna jumlah sel neuron granular abnormal pada daerah CA3 (p = 0.021), tetapi menurunkan secara bermakna jumlah sel piramid pada daerah CA3 (p = 0.000)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Degup Demolin P.
"Hipoksia menyebabkan sel membutuhkan adaptasi untuk bertahan. Hal ini menyebabkan respon hipoksia. Namun, hipoksia yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan jaringan ireversibel. Beberapa herbal secara tradisional sudah digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan organ akibat hipoksia. Penggunaan herbal tradisional ini sebagian besar belum memiliki studi keamanan dan efikasinya. Pada studi eksperimental ini, dipilih campuran akar kucing dan pegagan akan dilihat efikasinya terhadap ginjal tikus Sprague dawley paska hipoksia. Studi ini akan menggunakan ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica). Kedua herbal ini telah digunakan secara tradisional untuk efek anti-inflamasi, penurun demam, dll.
Studi ini akan menggunakan kombinasi ekstrak dibandingkan dengan plasebo dan pirasetam dan juga akan melihat seberapa lama pemberian ekstrak yang memiliki efek yang paling baik. Pada studi ini akan diukur aktivitas spesifik dari karbonik anhidrase sebagai indikator dari respons hipoksia dan akan dibandingkan aktivitas spesifiknya pada tiap grup perlakuan. Penelitian ini menggunakan 42 sampel, dimana 2 diantaranya drop-out, sehingga hanya 40 data yang dianalisis.
Dari analisis statistik, ditemukan bahwa ekstrak ini memiliki efek signifikan dibandingkan dengan plasebo saat diberikan selama 7 hari (p=0,004, CI 95%: 0,0448-0,3492). Kesimpulan yang didapatkan bahwa terapi ini memiliki hasil yang menurunkan aktivitas spesifik enzim karbonik anhidrase paling efektif pada pemberian 7 hari.

Hypoxia forces cells to adapt in order to survive. This adaptation causes what is called the hypoxic response. However, continuous hypoxia will cause several irreversible tissue injuries. Several herbal medications have been used traditionally for diseases associated with hypoxia such as chronic kidney disease. These herbals has been used traditionally for medical purposes such as anti-inflammatory agent, anti-pyretic, etc. However, most of these herbals have not been proven for its efficacy nor its safety. In this study, we used a combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts to determine its efficacy on post-hypoxic Sprague dawley kidneys.
This experimental study used these combinations and compared it to placebo and piracetam and also sought for the effective duration. The Carbonic Anhydrase enzyme will be used as an indicator of hypoxic response and its concentration will be measured for comparison between groups. The experiment used 42 samples, in which 2 dropped-out, and 40 datas were analyzed.
After statistical analysis, we found that the combination have significant effect when given in 7 days (p= 0.004, CI95% 0.0448-0.3492). In conclusion, therapy using these herbal extracts will have a reducing effect on Carbonic Anhydrase level when given for 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsetyo Edhiatmi
"Latar Belakang: Kondisi hipoksia akan meningkatkan pembentukan dan pelepasan spesies oksigen reaktif (ROS). Sel mampu melindungi diri terhadap kerusakan akibat pembentukan ROS yang terjadi secara alami, tetapi pembentukan radikal bebas yang berlebihan, akan terjadi stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan terutama pada jantung sehingga diperlukan antioksidan. Acalypha indica dan Centella asiatica terbukti memiliki efek antioksidan dan melindungi banyak organ dari kondisi hipoksia, sehingga penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat efek antioksidan kombinasi ekstrak etanol Acalypha indica dan Centella asiatica pada organ jantung tikus Spraque-Dawley pascahipoksia.
Metode: Tiga puluh lima ekor tikus Sprague-Dawley jantan diinduksi hipoksia selama 7 hari dalam ruang khusus, kemudian diberi perlakuan. Ekstrak etanol Acalypha indica dan Centella asiatica diberikan secara kombinasi dan tunggal kepada kelompok tikus yang telah dibagi menjadi grup A (hipoksia dan diberi air), B (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 200 mg/kgBB dan Centella asiatica 150 mg/kgBB), C (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 250 mg/kgBB dan Centella asiatica 100 mg/kgBB), D (hipoksia dan diberi Acalypha indica 250 mg/kgBB), E (hipoksia dan diberi Centella asiatica 150 mg/kgBB), F (hipoksia dan diberi vitamin C 100mg/kgBB) dan kelompok normal selama 7 hari. Parameter yang diamati adalah ekspresi mRNA HIF-1a, kadar MDA, aktivitas enzim SOD dan ekspresi mRNA cTnI.
Hasil: Hasil uji dianalisis dengan uji one way anova. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi HIF-1a antara grup A dengan kelompok tikus normal (p>0,05). Kadar MDA meningkat signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Grup D mengalami penurunan kadar MDA secara signifikan (p<0,05) dibanding grup A. Aktivitas SOD menurun signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Grup B dan E (p<0,05) mengalami peningkatan aktivitas SOD secara signifikan dibanding grup A. Grup B meningkat signifikan (p<0,05) dibanding grup E. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan pada Ekspresi cTnI. Tidak terdapat korelasi antara kadar MDA dan aktivitas SOD serta ekspresi mRNA HIF-1a dan mRNA cTnI.
Kesimpulan: Pemberian kombinasi ekstrak Acalypha indica 200 mg/kgBB dan Centella asiatica 150 mg/kgBB tidak dapat membantu memproteksi kerusakan jantung pascahipoksia.

Background: The condition of hypoxia will increase the formation and release of reactive oxygen species (ROS). Cells have mechanisms to protect themselves against damage caused by ROS generation occurring naturally. If the excessive formation of free radicals, oxidative stress will occur that cause damage, especially to the heart so that the necessary antioxidants. Acalypha indica and Centella asiatica has been shown to have antioxidant effects and protecting many organs from hypoxic conditions, so that the research was conducted to see the effect of the antioxidant combination Acalypha indica and ethanol extracts of Centella asiatica on cardiac organ Spraque Dawley rats pascahipoksia.
Methods: Thirty-five male Sprague-Dawley rats induced hypoxia for 7 days in a specific chamber, later treated. Acalypha indica extract, Centella asiatica extract and the combination of both extract were given to the rats that divided into 7 group, ie groups A (water), B (combination of Acalypha indica 200 mg/kgBB and Centella asiatica 150 mg/kgBB), C (combination of Acalypha indica 250 mg/kgBB and Centella asiatica 100 mg/kgBB), D (Acalypha indica 250 mg/kgBB), E (Centella asiatica 150 mg/kgBB), F (vitamin C 100 mg/kgBB) and normal group. Those treatment were given orally for 7 days after hypoxia. The parameters were mRNA expression of HIF-1a, level of MDA, SOD enzyme activity and mRNA expression of cTnI.
Results: There were no significant differences in the expression of HIF-1a between group A with group of normal rats (p>0,05). MDA levels increased significantly in group A (p<0,05) compared to normal rats. Group D decreased MDA levels were significantly (p<0,05) compared to group A. SOD activity decreased significantly in group A (p<0,05) compared to normal rats. Group B and E (p<0,05) increased the activity of SOD significantly compared to group A. Group B increased significantly (p<0,05) compared to group E. There was no significant difference between treatment groups on the mRNA expression of cTnI. There was no correlation between level of MDA and SOD activity so do between expression mRNA HIF-1a and mRNA cTnI.
Conclusion: Administration of a combination of Acalypha indica extract 200 mg/kgBB and 150 mg/kgBB of Centella asiatica cannot help protect the heart against cardiac injury after hypoxia."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Marthin Anggia
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan proses
degenerasi pada sel yang menyebabkan perubahan struktur dan penurunan fungsi
jaringan dan organ. Prevalensi sejumlah penyakit degeneratif meningkat pada
kelompok lansia, salah satunya adalah penyakit organ ginjal. Biaya penanganan
penyakit ginjal saat ini masih sangat mahal, sehingga dapat membebani ekonomi
negara dan masih menjadi suatu masalah di dunia kedokteran. Salah satu
mekanisme proses penuaan adalah adanya stres oksidatif. Tanaman Centella
asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI) diketahui memiliki kandungan antioksidan
tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan kemampuan CA dan AI dalam
memperbaiki kondisi stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak CA dan AI terhadap gambaran
histologis glomerulus pada ginjal tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel bahan biologis tersimpan berupa blok
parafin jaringan ginjal dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan:
tikus usia muda (8-12 minggu), tikus usia tua (20-24 bulan), tikus tua + AI, tikus
tua + CA, dan tikus tua + Vitamin E. Perlakuan diberikan selama 28 hari sebelum
terminasi tikus. Organ ginjal diproses menjadi preparat histologis dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin, dan dilakukan pengukuran 3 variabel yaitu jumlah
glomerulus, diameter glomerulus, dan persentase luas ruang Bowman.
Hasil: Tikus usia tua mempunyai kecenderungan untuk mempunyai jumlah
glomerulus yang lebih sedikit dan persentase luas ruang Bowman yang lebih kecil
dibanding kelompok lainnya, namun secara statistik tidak bermakna (ANOVA
p=0,260 dan p=0,141). Pengukuran diameter glomerulus juga menunjukkan
kecenderungan tikus tua mempunyai diameter yang lebih besar (ANOVA p=0,000),
tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada pemberian AI (p
=0,697) maupun CA (p=0,158).
Simpulan: Ekstrak Acalypha indica dan Centella asiatica tidak menyebabkan
perubahan bermakna pada gambaran histologis glomerulus tikus tua. Diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih besar dan durasi
perlakuan lebih lama untuk mengetahui efek anti-aging pada ginjal dari AI dan CA.

Background: Aging is a biological process marked by cellular degeneration that
causes structural changes and declining organ function. The prevalence of
degenerative diseases has increased in the elderly population, one of which is
kidney disease. The current cost for kidney diseases management is very expensive,
therefore it could burden the country’s economy, and it is still a major health
problem. One of the main underlying mechanism in the aging process is oxidative
stress. Herbal plants such as Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI) are
known to have high antioxidant levels. Previous studies have shown that CA and
AI have the capability to inhibit the oxidative stress.
Purpose: To investigate the effect of Acalypha indica and Centella asiatica extract
on glomerular histology of the old Sprague-Dawley rats.
Method: We used stored biological samples of the kidney paraffin blocks taken
from the previous study. There were 5 treatment groups: younger age rats (8-12
weeks), older age rats (20-24 months), old rats + AI, old rats + CA, and old rats +
Vitamin E. Treatments were given in 28 days and then the rats were terminated.
The kidneys were processed into histological slides with hematoxylin-eosin
staining. There were 3 variables measured from the samples, which were
glomerular number, glomerular diameter, and Bowman’s space area percentage.
Result: The old rats tend to have fewer glomerular number and narrowing
Bowman’s space area percentage compared to other groups, however they are not
statistically significant (ANOVA p=0,260 dan p=0,141). The old rats also have the
tendency of bigger glomerular diameter (ANOVA p=0,000), however it is not
significantly different in AI (p=0,697) and CA treatment (p=0,158).
Conclusion: Our study showed that the extract of Acalypha indica and Centella did
not cause any histological changes in the glomerulus of the older age rats. Further
studies are needed using higher dosage and longer duration of treatment to
investigate the antiaging effect of AI and CA in the aging kidney
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiila Maryam
"ABSTRAK
Pendahuluan: Penuaan merupakan fenomena biologis dan universal yang tidak dapat dihindari. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penuaan. Salah satu penanda stres oksidatif dalam tubuh adalah peningkatan kadar malondialdehid (MDA). Acalypha indica dan Centella asiatica mengandung antioksidan yang berpotensi mengurangi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar MDA pada otak tikus tua. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan sampel homogenat jaringan otak Sprague Dawley yang disimpan di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran. Homogenat otak berasal dari 5 kelompok tikus yaitu tikus kontrol tua, tikus tua diberi ekstrak Acalypha indica 250mg/kgBB, tikus tua diberi ekstrak pegagan 300mg/kgBB, tikus tua diberi Vitamin E 15U dan tikus kontrol muda. Kadar MDA dalam homogenat jaringan otak tikus diukur menggunakan metode Will. Hasil: Median kadar MDA otak kelompok tikus tua yang diberi Acalypha indica adalah 4,76 nmol/ml, tidak lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol tikus muda. . Median kadar MDA otak tikus kelompok tua yang diberi pegagan adalah 2,67 nmol/ml, jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan tidak jauh lebih rendah dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol muda. tikus. Kesimpulan: Pemberian ekstrak pegagan mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua, sebaliknya pemberian ekstrak Acalypha indica tidak mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua.
ABSTRACT
Introduction: Aging is a biological and universal phenomenon that cannot be avoided. Oxidative stress is one of the factors that play a role in aging. One of the markers of oxidative stress in the body is increased levels of malondialdehyde (MDA). Acalypha indica and Centella asiatica contain antioxidants that have the potential to reduce oxidative stress. This study aimed to examine the effect of giving Acalypha indica and Centella asiatica in reducing MDA levels in the brains of old rats. Methods: This experimental study used a homogenate sample of Sprague Dawley brain tissue stored in the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine. Brain homogenates were derived from 5 groups of rats, namely old control rats, old rats given Acalypha indica extract 250mg/kgBW, old rats given gotu kola extract 300mg/kgBW, old rats given Vitamin E 15U and young control rats. MDA levels in the rat brain tissue homogenate were measured using the Will method. Results: Median brain MDA levels in the old group of rats given Acalypha indica was 4.76 nmol/ml, not significantly higher than the control group of old rats and significantly higher than the group of old rats given vitamin E and the control group of young rats. . Median brain MDA levels of the old group of rats given gotu kola was 2.67 nmol/ml, much lower than the control group of old rats and not much lower than that of the old group of rats given vitamin E and the young control group. rat. Conclusion: Giving gotu kola extract was able to reduce MDA levels in the brains of old mice, on the contrary giving Acalypha indica extract was not able to reduce MDA levels in the brains of old mice."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>