Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90889 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyudi
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat mampu bentuk dari lembaran Sandwich LDPE-UBC. Material sandwich terdiri atas kulit (skin) yang terbuat dari aluminium UBC (aluminium 3004-H24) dengan ketebalan 0,01 mm dan bagian inti tersusun dari LDPE polyfoam. Perekat atau adesif fleksibel yang digunakan double-sised tape. Fabrikasi sandwich dimulai dengan pemotongan dengan gunting serta pelurusan dan penghilangan tegangan sisa menggunakan mesin kempa hidraulik dengan beban 10 tonF/2400 C. Material sandwich memiliki ketebalan 1 mm. Sebelum uji Erichsen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi dengan pengujian tarik. Karakterisasi ini bertujuan untuk menentukan besar nilai kekutan tarik tensile strength), kekutan luluh (yield strength) dan kekuatan regang (elongasi). Dari data tersebut dapat ditentukan nilai n yang dimiliki oleh sandwich yang dapat digunakan untuk memprediksi mampu bentuk (stretcahibility) dari lembaran sandwich tersebut. Pengujian ini dilakukan terhdap dua jenis lembaran yaitu AlUBC monolitik dan sandwich. Sifat mampu bentuk yang dimiliki oleh kedua jenis lembaran tersebut ditentukan dari nilai Index Erichsen dan Limiting Dome Height atau LDH. Uji Erichsen dilakukan sesuai dengan standard JIS Z 2447 yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi Mekanik Departemen Teknik Metalurgi dan Material. Uji Erichsen dilakukan dengan moda otomatis, menggunakan blank holder pressure maksimal 4 tonF dan kecepatan punch diberikan sebesar 2,5 mm/menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pelumas minyak goreng. Pengujian dilakukn terhadap 5 sampel aluminium LDPE-UBC dan 5 sample aluminium monolitik.

The research in this study was conducted to study the formability of the Sandwich Aluminum LDPE-UBC. The sandwich structure consist of Aluminum UBC (Al 3004-H24) as the skin or face with 0.01 mm thickness and the core is LDPE polyfoam. Flexible double-sided tape is used to bond the skin and core. Sandwich fabrication was performed by cutting, strengthening and stress relieving Al UBC using hydraulic press of 10 tons. The final thickness of sandwich is 1 mm. Before performing Erichsen test, the sandwich material was first characterized by tensile testing to determine the value of tensile strength, yield strength and elongation. The n- value is used to predict the stretchability of the sandwich. The Erichsen test was carried out on two types of materials, the monolithic Al UBC and aluminum LDPE-UBC. The formability of two material is showed Ericshen Index (IE) and the limiting dome height (LDH). The Erichsen test was performed in accordance the JIS Z 2447 at the Process Metallurgy Laboratory. Erichsen test was carried out with an automatic set-up, using a blank holder pressure of 4 Ton F at of 2.5 mm/minute. The test was performed by cooking oil lubricant with 5 Al UBC monolithic and 5 Al LDPE-UBC specimens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muffaza Raffiky
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana formability dari sandwich Aluminium Used Beverage Cans (Al UBC) dengan core Low Density Polyethylene (LDPE). Material adhesive yang digunakan adalah double-sided tape. Pembuatan sandwich mulanya dimulai dengan preparasi Al UBC sebagai skin dari lembaran sandwich. Beberapa Al UBC diannealing untuk membentuk 3004-O Al kemudian seluruh Al UBC dilakukan pressing dengan beban 10 ton F di suhu 240oC untuk menghilangkan residual stress. Kemudian dilakukan penggabungan dengan LDPE sebagai core menggunakan double-sided tape sebagai adhesive. Sampel kemudian dilakukan karakterisasi berupa uji tarik dan uji lap shear untuk mengetahui properties dari sampel. Data tersebut kemudian diolah dengan metode segregasi linear untuk mencari n-value. Nilai ini akan menjadi acuan awal untuk mengetahui formability dari sandwich. Pengujian dilakukan dengan 2 jenis Al UBC yang berbeda, yaitu 3004-H24 Al dan 3004- O Al (Al UBC yang telah diannealing). Penentuan seberapa baik formability dari kedua jenis Al UBC akan diliat dari n-value dan Limiting Dome Height (LDH). Nilai tersebut dapat diketahui melalui uji stretching yang akan dilakukan di penelitian ini, namun uji stretching akan dilakukan dengan metode yang berbeda. Metode yang akan digunakan adalah uji stretching dengan grease sebagai cairan yang akan memberikan pressure kepada spesimen pengujian. Berdasarkan data yang didapatkan, annealed Al memiliki rata-rata LDH sebesar 18,667 mm. Sedangkan untuk Al yang hanya dilakukan stress relieved memiliki rata-rata LDH sebesar 8,567 mm. Maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan annealing cukup berpengaruh dan memberikan perubahan formability sebesar 154,10%.

This research was conducted to determine the formability of sandwich with Aluminum Used Beverage Cans (Al UBC) as a skin with Low Density Polyethylene (LDPE) as a core. The adhesive material used is double-sided tape. Sandwich fabrication started with the preparation of Al UBC as a skin from sandwich sheets. Some Al UBC was annealed to form 3004-O Al then all Al UBC was pressing with a load of 10 tons F at 240oC to eliminate residual stress. Then sticked Al UBCs to LDPE as the core using double-sided tape as adhesive. The sample was then characterized with tensile test and lap shear test to determine the properties of the sample. The data is processed by linear segregation method to find the n-value. This value will be the initial reference to determine the formability of the sandwich. Tests were carried out with 2 different types of Al UBC, there were 3004-H24 Al and 3004-O Al (annealed Al UBC). Determination of how good the formability of both types of UBC Al will concluded from the n-value and Limiting Dome Height (LDH). This value can be known through the stretching test that will be carried out in this study, but the stretching test will be carried out with a different method. The method that will be used is the Stretching Test with grease as a liquid that give pressure to specimen. Based on the data obtained, annealed Al has an average LDH of 18,667 mm. Meanwhile, for Al that only performed stress relief, had an average LDH of 8,567 mm. So, it can be said that the annealing treatment has an effect and gives a shape change of 154.10%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghaffar. S
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan bentuk material Aluminium UBC-LDPE Sandwich Laminate pada proses deep drawing. Material sandwich dibuat dari Aluminium UBC-H24 sebagai skin dengan ketebalan 0,01mm, bahan polyfoam LDPE dengan ketebalan 1mm sebagai inti, dan double-tape sebagai perekat. Proses fabrikasi diawali dengan pemotongan kaleng Aluminium menjadi blank berbentuk lingkaran dan diluruskan menggunakan hydraulic press pada suhu 200-250 Celsius/10 ton. Skin logam & inti polimer kemudian ditumpuk bersama dengan perekat untuk menghasilkan lembaran sandwich Al/LDPE/Al. Bahan sandwich dikarakterisasi dengan uji tarik untuk mempelajari perilaku mekaniknya meliputi kekuatan tarik, kekuatan luluh dan persentase perpanjangan. Data tersebut dibandingkan dengan bahan monolitik Aluminium 3004-H24. Perekat juga dikarakterisasi dengan menggunakan uji Lap-Shear untuk mengetahui kekuatan rekat yang dihasilkan antara bahan lembaran skin dan bahan inti. Pengujian simulasi deep drawing dilakukan di Metal Forming Laboratory untuk mendapatkan LDR (Limiting Drawing Ratio), digunakan punch silinder flat bottom diameter 40 mm dengan diameter blank mulai dari 80mm. Persentase reduction untuk bahan sandwich juga diperoleh.

The purpose of this study was to determine the formability of the Aluminum UBC-LDPE Sandwich Laminate material in the deep drawing process. Sandwich material is fabricated from Aluminum UBC-H24 as skin with a thickness of 0.01mm, LDPE polyfoam material with a thickness of 1mm as core, and double-tape as adhesive. The fabrication process was started by cutting the Aluminum can into a circular blank and straightening it using a hydraulic press at 200-250oC / 10 tons. The metal skin & polymer core was then stacked together with adhesive to produce an Al/LDPE/Al sandwich sheet. The sandwich material was characterized by a tensile test to study its mechanical behaviour including the tensile strength, yield strength and percentage of elongation. The data were compared with that of monolithic Aluminum 3004-H24 material. The adhesive was also characterized by using a Lap-Shear test to determine the adhesive strength produced between the face sheet material and the core material. A deep drawing simulation test was carried out at the Metal Forming Laboratory to obtain the LDR (Limiting Drawing Ratio), a flat bottom cylindrical punch of 40 mm diameter was used with blank diameters starting from 80mm. The percentage of reduction for sandwich material was also obtained accordingly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ikhrom Ighfarullah
"Pendekatan numerik terhadap formability dari material monolitik sudah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya, namun hingga kini masih belum ada pendekatan untuk melihat formability dari material sandwich. Pada penelitian ini dilakukan studi literatur terhadap pengujian-pengujian forming limit diagram dari material sandwich dengan Alumunium sebagai bahan dasar dari face layer. Pengumpulan data terkait parameter- parameter yang mempengaruhi formability dilakukan untuk membuat sebuah pendekatan numerik terbaru kepada formability dari material sandwich dengan face layer alumunium. Parameter tebal face layer, tebal core dan nilai strain hardening dari sandwich menjadi parameter utama dalam menentukan persamaan pada penelitian ini. Didapatkan bahwa ketiga parameter ini berbanding lurus dengan nilai plane strain forming limit curve dari material sandwich. Berdasarkan data dari eksperimen-eksperimen terkait formability sandwich sebelumnya didapatkan persamaan FLC0 dari tiap parameter.

Many numerical approach to predict formability of monolithic material have been proprosed, but until now, there is no numerical approach to find formability of sandwich material. In this study, literature review of experiment results of sandwich material with alumunium-based face layer material was conducted. Data of the properties and simulative values related with formability were collected and used to get a new numerical approach, with particular reference to forming limit curve plane strain (FLC0). Face layer thickness, core thickness, and strain hardening value were set as main variable to develop a new equation. It was found that three variables are directly linearly proportional with FLC0 of the sandwich. From the analysis of the experimental data, a new dedicated equation for sandwich materials FLC0 was proposed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyana Charity Sanjaya
"Studi ini meneliti pengaruh filler woven fiberglass terhadap sifat mampu bentuk dan ketahanan benturan lembaran komposit sandwich SS 304/SS 304 wire mesh/SS 304, yang dirancang untuk aplikasi interior pesawat terbang. Komposit dibuat dengan mengapit lapisan wire mesh SS 304 di antara dua lembar SS 304, dengan integrasi filler woven fiberglass. Penilaian kemampuan bentuk, termasuk stretching (LDH), uji stretch-bend, dan hole expansion, mengungkapkan bahwa penggabungan filler fiberglass meningkatkan kemampuan bentuk, sebagaimana dibuktikan dengan peningkatan LDH menjadi 8,8 mm dibandingkan dengan 6 mm untuk komposit tanpa filler. Rasio stretch-bend sebagian besar tidak terpengaruh, dengan nilai 11,834 dan 11,976 untuk kedua konfigurasi, yang menunjukkan bahwa pola anyaman fiberglass terutama meningkatkan ketahanan delaminasi. Pengujian hole expansion menunjukkan peningkatan marjinal pada ketahanan retak tepi, dengan peningkatan rasio hole expansion menjadi 4% dari 3,8% ketika filler digunakan. Dari pengujian impak diketahui peningkatan yang signifikan dalam penyerapan energi untuk komposit yang mengandung filler fiberglass, yang ditunjukkan dengan peningkatan disipasi energi impak menjadi 6 J dari 4,2 J. Peningkatan ketahanan impak ini sangat penting untuk meminimalkan risiko kegagalan akibat benturan mendadak pada interior pesawat. Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa penambahan filler woven fiberglass pada komposit sandwich SS 304/SS 304 wire mesh/SS 304 meningkatkan sifat mampu bentuk dan ketahanan impak, sehingga cocok untuk aplikasi interior pesawat. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk mengoptimalkan proses fabrikasi dan menilai kinerja dalam berbagai kondisi.

This study examines the influence of woven fiberglass filler on the formability and impact resistance of SS 304/SS 304 wire mesh/SS 304 sandwich composite sheets, tailored for aircraft interior applications. The composites are fabricated by sandwiching a layer of SS 304 wire mesh between two SS 304 sheets, with the integration of woven fiberglass filler. Formability assessments, including limiting dome height (LDH), stretch-bend, and hole expansion tests, reveal that incorporating fiberglass filler enhances formability, as evidenced by an increase in LDH to 8.8 mm compared to 6 mm for composites without filler. The stretch-bend ratio remains largely unaffected, with values of 11.834 and 11.976 for both configurations, indicating that the fiberglass weave pattern primarily enhances delamination resistance. Hole expansion tests show a marginal increase in edge cracking resistance, with an increase in hole expansion ratio to 4% from 3.8% when the filler is used. Impact testing highlights a significant improvement in energy absorption for composites containing the fiberglass filler, demonstrated by an increase in impact energy dissipation to 6 J from 4.2 J. These improvements in impact resistance are crucial for minimizing failure risks due to sudden impacts in aircraft interiors. The study concludes that the addition of woven fiberglass filler to SS 304/SS 304 wire mesh/SS 304 sandwich composites substantially improves both formability and impact resistance, making them well-suited for airplane interior applications. Further research is recommended to optimize the fabricatio"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Freenando Welly Moses
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketebalan lasan dan kekuatan tarik pada sambungan material AA1100 menggunakan teknik Resistance Spot Welding (RSW) dengan elektroda berbahan Cu dan CuCrZr. Parameter yang dianalisis meliputi radius hasil lasan, tebal lasan, dan kekuatan tarik sambungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata radius hasil lasan menggunakan elektroda CuCrZr adalah 1,03 mm, dengan tebal lasan rata-rata 0,4 mm. Nilai tertinggi radius lasan adalah 1,11 mm pada spesimen II, sedangkan tebal lasan tertinggi adalah 0,78 mm pada spesimen V. Sebaliknya, elektroda Cu menghasilkan ratarata radius hasil lasan sebesar 1,35 mm dan tebal lasan rata-rata sebesar 1,35 mm. Radius lasan tertinggi tercatat sebesar 1,58 mm pada spesimen II, sedangkan tebal lasan tertinggi adalah 1,69 mm pada spesimen II. Untuk uji kekuatan tarik, Maximum Tensile Shear Load menggunakan elektroda CuCrZr terdapat pada spesimen V dengan nilai 12,37 N, sedangkan elektroda Cu menghasilkan kekuatan tarik tertinggi pada spesimen II sebesar 87,04 N. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis material elektroda memiliki pengaruh signifikan terhadap ketebalan lasan dan kekuatan tarik sambungan. Elektroda Cu menunjukkan performa yang lebih baik dalam menghantarkan arus, menghasilkan heat generation yang lebih optimal, memperbesar radius dan tebal lasan, serta meningkatkan kekuatan tarik sambungan lasan.

This study aims to compare the weld thickness and tensile strength of AA1100 material joints using the Resistance Spot Welding (RSW) technique with Cu and CuCrZr electrodes. The analyzed parameters include weld radius, weld thickness, and joint tensile strength. The results showed that the average weld radius using CuCrZr electrodes was 1,03 mm, with an average weld thickness of 0,4 mm. The highest weld radius was 1,11 mm on specimen II, while the highest weld thickness was 0,78 mm on specimen V. In contrast, Cu electrodes produced an average weld radius of 1,35 mm and an average weld thickness of 1,35 mm. The highest weld radius was 1,58 mm on specimen II, while the highest weld thickness was 1,69 mm on specimen II. Regarding tensile shear strength tests, the highest tensile load using CuCrZr electrodes was found in specimen V, with a value of 12,37 N, while Cu electrodes produced the highest tensile load on specimen II, with a value of 87,04 N. Based on these results, it can be concluded that the electrode material significantly affects weld thickness and tensile strength. Cu electrodes demonstrated superior current conductivity, resulting in more optimal heat generation, increasing weld nugget and thickness, and also ultimately improved tensile strength of the weld joint. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Widya Murti
"Kemampuan beton dalam menahan tegangan tarik lebih kecil dibandingkan dalam menahan tegangan tekan. Kekuatan tarik ini dapat menimbulkan keretakan pada beton. Kuat tarik pada beton harus ditingkatkan dengan menggunakan serat kawat ke dalam campuran beton sejumlah proporsi berat terhadap semen. Pengujian tarik belah dan lentur dilakukan secara eksperimental dalam laboratorium. Untuk uji tarik belah dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28. Ukuran dari benda uji tarik belah yaitu silinder 15 x 30 cm. Pengujian lentur dilakukan menggunakan balok ukuran 15 x 15 x 60 cm. Spesimen diuji dengan konfigurasi lentur murni pada umur 14 dan 28 hari. Berbagai variasi serat kawat yang digunakan sebagai persentase volume untuk kadar semen yaitu 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Jenis serat kawat yang digunakan yaitu kawat bendrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menahan tarik dalam beton berserat mengalami peningkatan.
Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa variasi yang menunjukkan peningkatan paling besar yaitu 6%. Untuk kuat tarik belah terjadi peningkatan sebesar 36,89% dan untuk kuat lentur terjadi peningkatan sebesar 46,06%. Dengan menggunakan regresi polinomial, didapatkan persentase kadar maksimum yang lebih akurat. Untuk tes tarik belah kadar maksimum kawat bendrat sebesar 5,4 % dan untuk tes lentur sebesar 5,7%. Untuk perbandingan antara kuat tarik belah dengan kuat tekan beton dengan kawat bendrat menghasilkan koefisien perbandingan antara 0,480 ? 0,653. Sementara perbandingan antara kuat lentur dan kuat tekan beton kawat bendrat memiliki koefisien dalam kisaran 0,74 ? 1,07. Sedangkan perbandingan antara kuat tarik belah dan kuat lenturnya pada beton kawat bendrat memiliki koefisien antara 0,61 ? 0,65.

The capability of normal concrete to resist tensile stress is weaker than that of it to the compressive stress. As the capacity of tensile strength of concrete affect to the happening of crack growth, this tensile strength has to be improved by using some amount of steel fiber into concrete mixtures in weight proportion to the cement content. Splitting and flexural research has been conducted by set of laboratory experimental work. Testing speciments for splitting tensile tests performed at 7, 14, and 28 days. Size of cylinder speciment for splitting tensile test is 15 x 30 cm. A flexural research done to numbers of beam specimens size of 15x15x60 cm tested under pure bending configuration at the age of 14 and 28 days. Various proportions of steel fiber as volume percentage to cement content were chosen to be 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% and the type of steel fiber is replaced by annealed wire. The research outcomes show that the capacity of this type of fibered concrete is physically improved.
From the result of test, it was found that the variation which shows maximum increase is 6%. For splitting test the increase is 36,89% and for flexural test has 46,06% increase. Polynomial regression can found the maximum percentage more accurately. By using this, we found for splitting tensile strength, the maximum percentage is 5,4% and for flexural test, we found that maximum percentage is 5,7%. For comparison between splitting test and compressive strength of steel fiber concrete has coeffiecient 0,480 ? 0,653. While the comparison between flexural test and compressive strength has coefficient 0,74 ? 1,07. Then, for comparison bertween splitting test and flexural test of steel fiber concrete has coefficient between 0,61 to 0,65.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Jaya
"Bahan penyerap radar atau Radar Absorbent Material adalah salah satu material maju untuk keperluan teknologi siluman. Penambahan sejumlah kecil clay terhadap komposit Epoksi/E-Glass telah terbukti dapat membuat bahan penyerap gelombang elektromagnetik lebihbaik dibandingkan bahan komposit Epoksi/E-glass. Penelitian ini, yang merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya mengenai penyerapan gelombang elektromagnetik, bertujuan mempelajari sifat tarik, sifat tekuk, dan permukaan patahan komposit Epoksi/E-glass/Clay.. Empat jenis sampel dibuat, yaitu, komposit Epoksi/E-Glass dan Epoksi/E-Glass/Clay dengan komposisi clay 1 wt%, 3 wt %, dan 5 wt %, yang difabrikasi dengan metode hand lay-up. Berdasarkan hasil uji tarik dan uji tekuk, nilai kuat tarik dan kuat tekuk tertinggi diperoleh pada komposit Epoksi/E-glass/Clay dengan fraksi beratclay 3 wt %, yang berturut-turut kenaikan kuat tarik dan kuat tekuknya sebesar 182,24% dan 23,5% terhadap komposit Epoksi/E-glass/Clay. Sedangkan nilai modulus tarik dan modulus tekuk pada komposit Epoksi/E-glass/Clay dengan fraksi berat clay 3 wt % memiliki nilai 11,5 GPa dan 6,04 GPa secara berturut-turut. Pengamatan permukaan patahan menggunakan Scanning Electrons Microscope menunjukkan jenis-jenis mode kegagalan yang terjadi adalah fiber pull-out, delaminasi, kegagalan matriks, fiber patah, dan keretakan mikro pada matriks. Selain itu, sisa matriks yang cukup banyak di fiber pada komposit Epoksi/E-glass/Clay dibanding komposit Epoksi/E-glass menunjukkan ikatan interfacial yang lebih baik saat sejumlah kecil clay ditambahkan.

Radar Absorbent Materials are one of new advanced materials to be used in stealth technology. It was an evidence that the addition of a small amount of clay in Epoxy/E-glass composites provided a better electromagnetic wave absorber materials compared to Epoxy/E-glass composites. This research, which was a continuation of the previous research about electromagnetic wave absorption, aimed to study the tensile and flexural properties,as well as the modes failure of Epoxy/E-glass/Clay composites. Four different samples were made; they were Epoxy/E-Glass and Epoxy/E-Glass/Clay with 1 wt %, 3 wt %, and 5 wt % clay loadings. The samples were fabricated with a hand lay-up method. Tensile and flexural test results showed that the highest tensile and flexural strengths were obtained on the Epoxy/E-glass/Clay with 3 wt % clay?s weight fraction, which was increased up to 182,24 % and 23,5 % respectively from the tensile strength and flexural strength of Epoxy/E-glass composites. The tensile and flexural modulus values of Epoxy/E-glass/Clay composites with 3 wt % clay?s weight fraction were 11,3 GPa and 6,04 GPa respectively. An observation of fracture surface using Scanning Electrons Microscope showed that the failure modes that occurred on the fracture surfaces were fiber pull-out, delamination, matrix failure, fiber fracture, and matrix micro-cracks. Moreover, some amount of remaining matrix on the glass fiber at Epoxy/E-glass/Clay composites compared to Epoxy/E-glass composites showed that a better interfacial bond was obtained when a small addition of clay were added.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuliana
"ABSTRAK
Generasi sandwich harus merawat dua generasi secara bersamaan, tentu memiliki
dampak terhadap kesehatan baik generasi yang terhimpit itu sendiri maupun generasi
sebelum dan generasi sesudahnya. Fokus yang ingin diteliti dalam studi ini adalah
dampak berada dalam generasi sandwich terhadap kesehatan anak karena anak yang
sehat adalah investasi masa depan tidak hanya bagi orangtua, tapi juga bagi bangsa dan
negara. Indikator kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT) dan Angka Metabolisme Basal (AMB). Penelitian ini menggunakan data
Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) tahun 2007 dan tahun
2014 dengan metode Regresi Multinomial Logistik. Hasil penelitian menunjukkan IMT
anak bukan generasi sandwich lebih tinggi dibandingkan kelompok anak generasi
sandwich dan signifikan secara statistik, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata
IMT antara kelompok anak generasi sandwich dengan anak bukan generasi sandwich.
AMB anak generasi sandwich lebih rendah dibandingkan kelompok anak bukan
generasi sandwich dan signifikan secara statistik, sehingga dengan hasil tersebut
disimpulkan ada perbedaan rata-rata AMB antara kelompok anak generasi sandwich
dengan anak bukan generasi sandwich. Status generasi sandwich di mana relatif
terhadap bukan generasi sandwich, hanya signifikan jika anak mengalami obesitas.
Sementara, status generasi sandwich di mana relatif terhadap bukan generasi sandwich,
sangat signifikan memengaruhi AMB anak baik dalam kategori AMB di bawah rata-rata
maupun AMB di atas rata-rata secara keseluruhan sampel.

ABSTRACT
Sandwich Generation must treat two generations simultaneously, undoubtedly having animpact on health both the generation sandwiched itself and the previous generation and the generations that follow. The focus to be examined in this study is the effects of being in the sandwich generation on childrens health because healthy children are an investment in the future not only for parents but also for the nation and state. The health indicators used in this study were the Body Mass Index (BMI) and Basal Metabolic Rate (BMR). This study uses the Indonesian Family Life Survey (IFLS) data in 2007and 2014 with the Multinomial Logistics Regression method. The results showed that the BMI of non-sandwich generation children was higher than the group of sandwich generation children and was statistically significant, so it was concluded that there were differences in the average BMI between groups of sandwich generation children and non-sandwich generation children. BMR of sandwich generation children is lower than the group of not sandwich generation children and statistically significant, so with these results, it can be concluded that there is a difference in the average BMR between groups of sandwich generation children and non-sandwich generation children. The status of sandwich generation where relative to non-sandwich generation is only significant if the child is obese. Meanwhile, the status of the sandwich generation, which is relative to non-sandwich generation, significantly affects BMR for children in both the below-average BMR category and above-average BMR category for the overall sample.
"
2019
T53790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlyn Sippy Prisetyo
"Latar Belakang: Atraumatic Restorative Treatment atau perawatan restoratif atraumatik adalah teknik perawatan minimal invasif untuk merestorasi gigi dengan menggunakan instrumentasi tangan. Material yang dapat digunakan untuk perawatan restoratif atraumatik adalah semen ionomer kaca. Baru-baru ini, beredar di pasaran Indonesia semen ionomer kaca Shofu FX Ultra yang diklaim dapat digunakan untuk ART. Dalam rongga mulut, restorasi semen ionomer kaca mengalami gaya mastikasi dan terpapar saliva. Belum ada penelitian mengenai pengaruh perendaman didalam larutan saliva buatan terhadap kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra. Tujuan: Mengetahui pengaruh lama perendaman didalam larutan saliva buatan terhadap kekuatan tarik diametral Shofu FX Ultra. Metode: Pembuatan 36 spesimen semen ionomer kaca Shofu FX Ultra mengikuti standar ISO 9917-1/2007 dibagi ke dalam 6 kelompok perlakukan perendaman yaitu didalam larutan saliva buatan pH 7 dan pH 4,5 masing-masing didiamkan selama 1,7, 14 hari dalam inkubator 37° C. Nilai kekuatan tarik diametral diuji dengan alat Shimadzu Universal Testing Machine. Analisis data dengan uji statistik One Way Anova dan uji Independent Sample T-test. Hasil: Rerata nilai kekuatan tarik diametral setelah perendaman pada kelompok perlakuan perendaman pH 7 dengan lama perendaman (1,7, dan 14 hari secara berurutan) yaitu sebesar 6,40±0,45 MPa, 5,39±0,45 MPa, dan 5,30±0,46 MPa. Rerata nilai kekuatan tarik diametral setelah perendaman pada kelompok perlakuan perendaman pH 4,5 dengan lama perendaman (1,7, dan 14 hari secara berurutan) yaitu sebesar 4,83±0,54 MPa, 4,54±0,36 MPa, dan 3,51±0,39 MPa. Rerata kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca yang direndam dalam larutan saliva buatan pH 7 dan pH 4,5 terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Rerata kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca antara pH 7 dengan pH 4,5 pada lama perendaman 1 hari, 7 hari, dan 14 hari terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai kekuatan tarik diametral setiap kelompok terdapat perbedaan bermakna, kecuali pada kelompok perendaman saliva buatan pH 7 antara lama perendaman 7 dan 14 hari serta perendaman saliva buatan pH 4,5 antara lama perendaman 1 dan 7 hari. Kesimpulan: Nilai kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra lebih besar pada perendaman didalam larutan saliva buatan pH 7 daripada pH 4,5. Semakin lama perendaman, nilai kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra semakin menurun.

Background: Atraumatic Restorative Treatment is a minimally invasive treatment technique to restore teeth using hand instrumentation. The material that can be used for atraumatic restorative treatment is glass ionomer cement. Recently, glass ionomer cement Shofu FX Ultra has been around in the Indonesian market and is claimed to be used for ART. In the oral cavity, the glass ionomer cement restoration is exposed to masticatory forces and saliva. There has been no research on the effect of immersion in artificial saliva solution on the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra glass ionomer cement. Objective: To determine the effect of immersion time in artificial saliva solution on the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra. Methods: Preparation of 36 specimens of Shofu FX Ultra glass ionomer cement according to the ISO 9917-1/2007 standard was divided into 6 groups by immersion treatment, namely in artificial saliva solution pH 7 and pH 4.5, each of which was left for 1.7, 14 days in incubator 37° C. The diametral tensile strength values were tested using the Shimadzu Universal Testing Machine. Data analysis with One Way ANOVA statistical test and Independent Sample T-test. Results: The mean diametral tensile strength values after immersion in the pH 7 immersion treatment group with long immersion (1.7, and 14 days respectively) were 6.40 ± 0.45 MPa, 5.39 ± 0.45 MPa, and 5.30±0.46 MPa. The mean values of diametral tensile strength after immersion in the immersion treatment group pH 4.5 with long immersion (1.7, and 14 days respectively) were 4.83 ± 0.54 MPa, 4.54 ± 0.36 MPa, and 3.51±0.39 MPa. The mean diametral tensile strength of glass ionomer cement between pH 7 and pH 4.5 at immersion time of 1 day, 7 days, and 14 days showed statistically significant differences (p<0.05). There was a significant difference in the diametral tensile strength values of each group, except for the artificial saliva immersion pH 7 group between 7 and 14 days and the artificial saliva immersion pH 4.5 between 1 day and 7 days. Conclusion: The diametral tensile strength value of Shofu FX Ultra glass ionomer cement was greater when soaked in an artificial saliva solution pH 7 than pH 4.5. The longer the immersion, the value of the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra glass ionomer cement decreased."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>