Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Asykar Sabra Bangun
"Degalvanisasi kimiawi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan Zn pada permukaan baja galvanis dengan cara merendam baja galvanis dalam larutan asam. Lapisan Zn pada permukaan baja galvanis diperoleh dari proses galvanisasi yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi pada baja. Scrap baja galvanis dapat dimanfaatkan kembali dengan di daur ulang pada industri peleburan baja. Kandungan Zn pada permukaan scrap baja galvanis mempersulit proses peleburan karena memilik produk sampingan berupa uap dan debu sehingga perlu dilakukan proses degalvanisasi untuk mengurangi produk sampingan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari parameter apa saja yang dapat mempengaruhi proses degalvanisasi kimiawi. Larutan asam yang digunakan adalah asam klorida (HCl) dengan parameter konsentrasi larutan dan waktu pencelupan. Analisis hasil pengujian yang diterapkan adalah analisis weight loss dari data selisih massa sampel sebelum dan sesudah pencelupan serta analisis mikrostruktur dengan menggunakan mikroskop optik. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi dan waktu pencelupan dapat melarutkan lapisan Zn yang lebih banyak pada proses degalvanisasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi parameter terbaik yang dapat dipertimbangkan adalah pencelupan menggunakan larutan HCl 5% dapat melarutkan lapisan Zn pada permukaan baja galvanis sebanyak 3.65% dengan waktu pencelupan 10 menit tanpa menyerang base material Fe dari baja baja galvanis.

Chemical degalvanization is a process to remove Zn layer on the surface of galvanized steel by immersing in an acid solution. Zn coating on the surface of galvanized steel is obtained from the galvanization process which aims to increase the corrosion resistance of the steel. Galvanized steel scrap can be reused by recycling in the steel smelting industry. The Zn content on the surface of galvanized steel scrap complicates the smelting process because it has by-products in the form of steam and dust, so a degalvanization process needs to be carried out to reduce these by-products. This study aims to assess what parameters can affect the chemical degalvanization process. The acid solution used was hydrochloric acid (HCl) with the parameters of the concentration of the solution and the immersion time. Analysis of the test results applied is weight loss analysis of the difference in the mass of the sample data before and after immersion and microstructure analysis using an optical microscope. The results show that increasing concentration and immersion time can dissolve more Zn layers in the degalvanization process. This study shows that the best combination of parameters that can be considered is immersion using 5% HCl solution can dissolve the Zn layer on the galvanized steel surface as much as 3.65% with an immersion time of 10 minutes without attacking the Fe of galvanized steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Satria
"Degalvanisasi atau dezincing secara kimiawi merupakan proses menghilangkan lapisan seng pada permukaan baja galvanis dengan cara merendam baja di larutan asam. Lapisan seng (zinc) pada permukaan baja galvanis didapatkan dari proses galvanisasi yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan baja terhadap korosi. Setelah melewati masa pakainya, baja galvanis dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan scrap pada industri peleburan baja. Kandungan seng pada permukaan scrap baja mempersulit proses peleburan sehingga perlu diminimalkan dengan dilakukan proses degalvanisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari parameter apa saja yang dapat mempengaruhi proses degalvanisasi kimiawi serta menentukan parameter optimal yang dapat diaplikasikan ke industri. Material sampel pada penelitian ini merupakan scrap baja galvanis untuk otomotif yang akan dibentuk menjadi plat untuk mempermudah penelitian. Larutan asam yang digunakan adalah asam nitrat (HNO3) dengan parameter konsentrasi larutan dan durasi perendaman yang akan diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil proses degalvanisasi. Metode pengujian dilakukan dengan cara mencelupkan plat ke dalam wadah yang berisi larutan HNO3 lalu didiamkan selama durasi yang telah ditentukan. Analisis hasil pengujian yang dilakukan adalah analisis weight loss dari data selisih berat sampel sebelum dan sesudah pengujian serta analisis mikrostruktur dengan menggunakan mikroskop optik. Penelitian menunjukkan bahwa perendaman plat scrap baja galvanis dapat berlangsung dengan cepat menggunakan larutan HNO3, ini ditunjukkan dengan hasil weight loss yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan larutan H2SO4 menggunakan parameter yang sama. Larutan HNO3 5% dapat melarutkan Zn permukaan baja galvanis sebanyak 6,95% dalam durasi 15 menit tanpa menyerang base material dari baja galvanis. Jika menggunakan larutan HNO3 10% didapatkan hasil weight loss lebih tinggi namun base material baja galvanis akan mengalami korosi karena laju reaksi yang terlalu tinggi sehingga sulit dikontrol.

Chemical degalvanization or dezincing is the process of removing the zinc layer on the surface of galvanized steel by immersing the steel in an acid solution. A layer of zinc on the surface of galvanized steel is obtained from the galvanization process which aims to increase the steel's resistance to corrosion. After passing through its useful life, galvanized steel can be used as scrap material in the steel smelting industry. The zinc content on the surface of steel scrap complicates the smelting process so it needs to be minimized by a degalvanization process. This research aims to study the parameters which can affect the chemical degalvanization process and determine the optimal parameters that can be applied to industry. The sample material in this research is galvanized steel scrap for automotive which will be formed into plates to facilitate research. The acid solution used is nitric acid (HNO3) with the parameters of the solution concentration and the duration of immersion which will be tested to determine its effect on the results of degalvanization process. The test method is carried out by dipping the plate into a beaker glass containing HNO3 solution and then left it and wait for a predetermined duration. The analysis of the test results is a weight loss analysis of the difference in sample weight data before and after immersion and microstructural analysis using an optical microscope. The result shows that the immersion of galvanized steel scrap plate process can proceed quickly using HNO3 solution, this is indicated by the higher weight loss results when compared to H2SO4 solution using the same parameters. 5% HNO3 solution can dissolve 6.95% of galvanized steel surface Zn in a duration of 15 minutes without attacking the base material of the galvanized steel. The use a 10% HNO3 solution will produce higher weight loss, but the base material for galvanized steel will corrode due to the high reaction rate, making it difficult to control."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Rafi Muhammad Qinthara
"Di sektor otomotif, baja galvanis adalah material yang paling banyak digunakan. Ini memiliki berbagai aplikasi dalam potongan bodi mobil dan komponen lainnya. Karena digunakan secara luas, spesifikasi untuk setiap porsi bervariasi, menghasilkan berbagai varietas berbeda tergantung pada zat yang terkandung di dalamnya. Sekalipun sangat menguntungkan, pembuatan industri mobil terkadang meninggalkan residu karena kelebihan dari pemotongan dan prosedur produksi lainnya. Memang, industri mungkin menggunakannya kembali, tetapi kandungan seng sisa memerlukan waktu dan biaya pemrosesan tambahan. Akibatnya, degalvanisasi terjadi untuk menghilangkan komponen seng, membuat pemrosesan selanjutnya lebih mudah dan lebih murah. Hal ini dicapai dengan mencelupkan dalam larutan asam (H2SO4 dan HCl) untuk jumlah waktu dan konsentrasi tertentu (masing-masing 2,5 persen dalam 30, 60, 90 menit; 5 persen dalam 5, 10, 15 menit; dan 10 persen dalam 3, 6 menit). , 9 menit). Baik larutan asam dan waktu pencelupan dengan konsentrasi adalah dua variabel yang mempengaruhi efikasi penyisihan seng dalam degalvanisasi asam. Namun, ketika membandingkan dua pelarut, H2SO4 mengungguli HCl karena linieritasnya terhadap variabel yang diberikan. Di sisi lain, HCl mengungguli H2SO4 hanya dalam beberapa situasi dan memiliki tingkat penyisihan seng rata-rata yang lebih rendah bila dibandingkan dengan dua lainnya.

In the automotive sector, galvanized steel is the most utilized material. It has a variety of applications in the automobile's body pieces and other components. Because it is extensively utilized, the specifications for each portion vary, resulting in a variety of distinct varieties depending on the substance contained within. Even if it is extremely beneficial, the manufacturing of automobile industries occasionally leaves a residue because of excess from cutting and other production procedures. Indeed, the industry might reuse it, but the scrap's zinc content necessitates additional processing time and expense. As a result, chemical degalvanization occurs to remove the zinc component, making subsequent processing easier and less expensive. It is accomplished by dipping in acid solution (H2SO4 and HCl) for a specified amount of time and concentration (respectively 2.5 percent in 30, 60, 90 minutes; 5 percent in 5, 10, 15 minutes; and 10 percent in 3, 6, 9 minutes). Both acid solution and time of dipping with concentration are two variables that affect the efficacy of zinc removal in acid degalvanization. However, when comparing the two solvents, H2SO4 outperforms HCl due to its linearity over the provided variable. On the other hand, HCl outperforms H2SO4 only under some situations and has a lower average zinc removal rate when compared to the other two."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Adelia Putri
"Aplikasi Carbon nanotube (CNT) dalam metode pengobatan kanker dapat dilakukan
karena menghasilkan selektivitas dan efektivitas targeting obat yang tinggi.
Fungsionalisasi CNT diperlukan untuk memperbaiki dispersibilitas, solubilitas, dan
toksisitas CNT. Fungsionalisasi dilakukan secara kovalen dengan oksidasi asam yang
terdiri dari campuran HNO3 dan H2SO4 dengan penambahan asam klorida (HCl).
Variasi yang dilakukan adalah konsentrasi HCl 6M, 8M, 10M, dan 12M pada suhu sonikasi
C. CP-­f dikarakterisasi dengan uji dispersi, Fourier Infrared Transformation
Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-­Vis Spectroscopy,
Electron Miscroscopy-­Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-­EDS), dan Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CP-­f dengan penambahan
HCl 10M (CPf-­3) menghasilkan persen solubilitas tertinggi 11,46% dan suspensi dispersi
yang paling stabil pada hari ke-­51. Disamping dari peningkatan dispersibilitas dan
solubilitas, morfologi sampel CPf-­3 membentuk beberapa aglomerat yang mengarahkan
pada kemunculan sifat dengan nilai LC50 355,62 ppm

Carbon nanotube application in cancer treatment methods is selected due to its high
selectivity and effectivity in drugs targeting delivery. Functionalization is needed to
improve dispersibility, solubility, and toxicity of CNT. CNT is treated covalently by
oxidation which consist of HNO3 and H2SO4 with the addition of HCl. Variation is
performed in HCl concentration of 6M, 8M, 10M, and 12M at sonication temperature of The addition of HCl in certain molarity increase the purity and dispersion time
on functionalized CNT (CP-­f). CP-­f were characterized through dispersion test, Fourier
Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), UV-­Vis Spectroscopy, Thermal
Gravimetry Analysis (TGA), Electron Miscroscopy-­Energy Dispersive Spectroscopy
(SEM-­EDS), and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)The study resulted that CP-­f with
HCl 10M addition (CPf-­3) produce the highest solubility for 11.46% and the most stable
dispersion suspension in 51 days. Besides, CPf-­3 morphology shows some agglomerates
which indicate to toxicity with LC50 of 355,62 ppm
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Salsabila
"Carbon nanotube (CNT) menjadi salah satu teknologi nano dalam penghantaran obat karena memiliki kemampuan loading obat dan targeting delivery yang tinggi tanpa merugikan sel sehat yang pada umumnya terjadi pada pengobatan konvensional. CNT murni masih bersifat toksik dan hidrofobik sehingga belum memenuhi syarat Sistem Penghantar Obat (SPO). Oleh karena itu, perlu dilakukan fungsionalisasi CNT. Fungsionalisasi dilakukan secara kovalen karena dapat meningkatkan sifat dispersibilitas dan solubilitas CNT dalam larutan serta menghilangkan logam pengotor yang terkandung dalam CNT murni. Namun, fungsionalisasi kovalen dapat membentuk aglomerasi pada CNT sehingga CNT masih bersifat toksik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan polyethylene glycol (PEG) melalui fungsionalisasi sekunder terhadap sifat toksisitas CNT terfungsionalisasi (CNTf). CNT difungsionalisasi terlebih dahulu secara kovalen dengan oksidasi CNT oleh asam kuat yang terdiri dari campuran HNO3 dan H2SO4. Variasi yang dilakukan adalah dengan adanya penambahan HCl 8M, HCl 10M, dan tanpa penambahan HCl pada suhu sonikasi 40oC selama 4 jam yang dilanjutkan dengan penambahan PEG sebagai fungsionalisasi sekunder. CNT yang telah terfungsionalisasi akan dikarakterisasi dengan Fourier Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-Vis Spectroscopy, tes dispersi, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel dengan penambahan PEG telah terbentuk gugus C-O-C yang berasal dari PEG. Sampel CNTf dengan penambahan HCl 8M dan PEG menghasilkan persen solubilitas tertinggi yaitu sebesar 49,71% dan menghasilkan nilai toksisitas LC50 terendah yaitu sebesar 993,77 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa PEG mampu meningkatkan solubilitas CNT dan menurunkan toksisitas CNT. Persentase derajat fungsionalisasi tertinggi dihasilkan oleh CNTf dengan penambahan PEG selama 12 jam secara kontinyu dan tanpa penambahan HCl yaitu sebesar 0,028%. Namun, CPf dengan penambahan PEG menunjukkan terbentuknya agregat pada uji dispersi hari ke-29.

Carbon nanotube (CNT) is one of the nanotechnologies in drug delivery because it has high drug loading and targeting delivery capabilities without harming healthy cells which generally occurs in conventional medicine. Pristine CNTs is still toxic and hydrophobic so it does not meet the requirements of the Drug Delivery System (DDS) so that CNT functionalization needs to be done. Functionalization is done covalently because it can improve the CNT dispersibility and solubility in the solution and eliminate impurities contained in pure CNT. However, covalent functionalization can form agglomeration in CNT so that CNT is still toxic. This study aims to obtain the effect of the addition of polyethylene glycol (PEG) through secondary functionalization against the toxicity properties of the functionalized CNT (CNTf). CNT is covalently functionalized by CNT oxidation of the strong acids consisting of a mixture between HNO3 and H2SO4. Variations made are the addition of 8M HCl, 10M HCl, and without addition of HCl at 40oC of sonication temperature for 4 hours followed by the addition of PEG as secondary functionalization. Functionalized CNTs will be characterized by Fourier Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-Vis Spectroscopy, Dispersion Test, and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ). The results showed that all samples with the addition of PEG had formed C-O-C groups originating from PEG. CNTf sample with the addition of 8M HCl and PEG produced the highest percent solubility that is equal to 49.71% and produced the lowest LC50 toxicity value of 993.77 ppm. These results indicate that PEG can increase CNT solubility and reduce CNT toxicity. The highest percentage of degree of functionality was generated by CNTf with PEG approval for 12 hours continuously and without HCl approval which is 0.028%. However, CPf with the addition of PEG showed the formation of aggregates in the 29 days dispersion test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Adi Putra
"Perilaku inhibisi organik terhadap baja karbon rendah di lingkungan HCl 1M yang berupa ekstrak ubi ungu, telah diteliti dengan pengaruh waktu perendaman (3, 6, 9, dan 12 hari) dan menggunakan metode kehilangan berat. Penggunaan ekstrak ubi ungu sebagai inhibitor organik, karena terdapat kandungan antioksidan yang dapat memperlambat laju korosi. Konsentrasi ekstrak ubi ungu yang digunakan bernilai sama untuk semua waktu perendaman, senilai 6 ml. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak ubi ungu merupakan inhibitor korosi yang efektif untuk baja karbon rendah di lingkungan asam kuat, hal ini dibuktikan dengan dapat menghambat laju korosi secara signifikan dengan efisiensi sebesar 77,96% - 84,88% selama waktu rendam 3 -12 hari.

Behavior of organic inhibition on low carbon steels in HCl 1M in purple sweet potato extract, has been shown to result with the effects of submersion time (3, 6, 9, and 12 days) and investigated by the weight loss method. Purple sweet potatoes as an organic inhibitor because antioxidant compounds contained in purple sweet potatoes which can reduce the corrosion rate. Extract concentration and immersion time of purple sweet potatoes have the same equation, which are 6 ml. The research results indicate that extract of purple sweet potatoes was an effective corrosion inhibitor for low carbon steels in acidic environment, this results is proved that could reduce the corrosion rate significantly with inhibition efficiency of 77,96%-84,88% with immersion times ranging between 3-12 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S697
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Hafizabiyan Shahab
"Dalam era dunia digital yang sekarang banyak sekali penggunaan perangkat elektronik di dunia sangat tinggi, terutama di Indonesia. Banyak perangkat elektronik yang sudah using dan ketinggalan zaman menghasilkan limbah elektronik (e-waste) yang memiliki logam-logam berharga didalamnya terutama pada komponen Printed Circuit Board (PCB) yang dapat didaur ulang. Penelitian ini akan membahas tentang studi elektrokimia pada proses pelindian tembaga dengan menggunakan larutan asam klorida atau HCl yang di tambahkan aditif Hidrogen Peroksida (H2O2) pada konsentrasi 0,1M, 0,2M, dan 0,5M. Sampel yang berupa PCB akan dilakukan pengujian polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dengan membandingkan hasil dengan lembaran Tembaga sebagai pembanding  untuk mengetahui proses pelindian yang terjadi dalam larutan. Laju pelindian pada PCB maupun pada tembaga semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi Larutan, penggunaan peningkatan pada konsentrasi larutan 0,5 M pada PCB menghasilkan produk korosi dari unsur logam lain yang menghambat proses pelindian. Penelitian ini ditujukan untuk mencari larutan yang efektif dalam pengolahan limbah elektronik,dan juga menentukan Konsentrasi yang baik dalam proses pelindiannya.

In the era of the digital world, there are now very many uses of electronic devices in the world, especially in Indonesia. And electronic devices that are outdated and outdated are not used to produce electronic waste (e-waste) that has precious metals in it, especially on printed circuit board (PCB) components that can be recycled. This study will discuss electrochemical studies in the copper leaching process using a solution of chloride or HCL from which add hydrogen hydrogen peroxide (H2O2) at concentrations of 0.1M, 0.2M and 0.5M. Samples in the form of PCB will be tested for polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) by comparing the results with Copper sheets as a comparison to determine the leaching process that occurs in solutions. The leaching rate on the PCB as well as on copper increases with increasing concentration of the solution, the use of an increase in the concentration of 0.5 M solution in the PCB produces corrosion products from other metal elements which inhibit the leaching process. This research is intended to find effective solutions in electronic waste processing, and also determine good concentration in the leaching process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Hanun Ulwani
"Carbon nanotubes CNT mampu membawa lebih banyak molekul obat kanker dengan dosis yang sedikit dan dilengkapi dengan agen penarget untuk meningkatkan spesifitas target. Fungsionalisasi diperlukan untuk memperbaiki dispersibilitas CNT sebagai penghantar obat kanker sehingga mampu bersirkulasi dalam darah. Fungsionalisasi kovalen dengan asam dilakukan untuk mengoksidasi permukaan CNT yang menghasilkan gugus karboksil dan hidroksil.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan asam klorida HCl untuk meningkatkan waktu CNT terdispersi dalam air melalui fungsionalisasi a asam nitrat HNO3 ; b campuran asam sulfat H2SO4 dan HNO3 3:1v/v ; dan c campuran HCl, H2SO4 dan HNO3. Fungsionalisasi menggunakan 0.5 gram MWCNT yang diultrasonikasi dalam 50mL HNO3, dan campuran H2SO4 dan HNO3. Penambahan 200mL HCl menggunakan variasi molaritas dari 1M, 2M, 3M, 4M, 5M dan 6M. CNT yang telah difungsionalisasi f-CNT dikarakterisasi dengan FTIR, tes dispersi, SEM-EDS, Zeta Potensial, dan PSA.
Hasil karakterisasi menunjukkan tahap ultrasonikasi sebagai tahap utama untuk memunculan gugus fungsi karboksil dan hidroksil pada spektrum 3300-3600cm-1 dan 850-1300cm-1. Sampel HCl 6M NSC6 memiliki dispersi yang paling baik yaitu hingga 20 hari dengan nilai zeta -37,1mV, dengan kerusakan pada permukaan CNT dan jumlah pengotor paling sedikit, dan ukuran partikel sebesar 9,124 nm.

Carbon nanotubes CNT can load big amounts of cancer drug molecules with less dosage and equipped with cell targeting agent to increase target specificity. Functionalization needed to improve the dispersibility of CNT as a drug delivery to circulate on human blood. Covalent functionalization with acid done to oxidize the surface of CNT and form carboxylic and hydroxyl bonds.
This study aims to obtain the effect of chloridic acid HCl addition to improve the dispersion time period of CNT by functionalization of a nitric acid HNO3 b a mixture of sulfuric acid H2SO4 and HNO3 3 1 v v and c a mixture of HCl, H2SO4 and HNO3. Functionalization used 0.5 grams of MWCNT ultrasonicated in 50mL HNO3 and mixture of HNO3 and H2SO4. Additions of 200 mL HCl used variation of molarity from 1M, 2M, 3M, 4M, 5M to 6M. Functionalized CNT f CNT were characterized by FTIR, dispersion tests, SEM EDS, zeta potential, and PSA.
The characterization resulted ultrasonication stage as the main stage for emerging carboxyl and hydroxyl functional groups in the spectrum 3300 3600cm 1 and 850 1300cm 1. Sample NSC6 has the best dispersion of up to 20 days with zeta value of 37,1mV, the least surface damage and impurities, and particle size of 9,124 nm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Julia
"ABSTRAK
Asam klorida dapat dimanfaatkan sebagai larutan yang dapat menghasilkan hidrogen dan klor. Sektor industri yang menghasilkan gas klor adalah industri klor-alkali sedangkan industri menghasilkan gas hidrogen adalah steam reforming dan elektrolisis air. Industri klor dan hidrogen mengonsumsi energi dalam jumlah tinggi. Metode elektrolisis plasma dengan asam klorida dapat meningkatkan produksi gas klor dan hidrogen dengan konsumsi energi yang lebih sedikit. Adanya perbedaan tegangan yang sangat tinggi akan menghasilkan spesi radikal pada kedua elektroda. Tegangan, konsentrasi dan kedalaman sangat mempengaruhi produksi gas yang dihasilkan. Selain itu penambahan gas oksigen dapat meningkatkan produksi gas hidrogen 17 kali, sedangkan untuk gas klor dapat meningkat 6 kali lebih banyak dibandingkan elektrolisis Faraday. Sedangkan tanpa injeksi gelembung udara produksi gas hidrogen meningkat 5 kali sedangkan untuk gas klor tidak dapat terdeteksi. Fenomena pembentukan plasma secara simultan dapat dilakukan dengan kondisi kedalaman elektroda dibuat sama dan minimum. Produksi gas yang dihasilkan pada keadaan simultan tidak lebih banyak dibandingkan gas yang dihasilkan secara parsial pada jumlah energi yang sama.

ABSTRACT
Hydrochloric acid can be used as a solution that can produce hydrogen and chlorine. The industrial sector that produces chlorine gas is the chlor-alkali industry, while industry generates hydrogen gas is the steam reforming and electrolysis of water. Industrial chlorine and hydrogen consumed energy in high amounts. Plasma electrolysis with hydrochloric acid can increase the production hydrogen and chlor with less energy consumption. The existence of a very high voltage difference will generate radical species at both electrodes. Applied voltage, concentration of electrolye and depth of anode have important influences on the amount of gas resulted. Addition of oxygen can increase hydrogen gas 17 times much more, and can increase chlor 6 times much more than Faraday electrolysis. While without oxygen, hydrogen gas only 5 times much more, and chlor could not detected. Phenomenon of plasma simultaneously could occur if the depth of anode and cathode alike and minimum. In the equal energy total, the amount of gas in simultan method less than the amount of gas in partial methode.
"
2016
S63390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto
"PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan bahan baku industri yang berasal dari batuan dolomit. Jumlah dolomit yang terdapat di Indonesia sebanyak 600 jt ton dan pemanfaatannya masih belum menguntungkan karena hanya masih digunakan sebagai bahan dasar pupuk. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, penelitian sebelumnya menggunakan leaching untuk memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 murni untuk digunakan industri.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada metode leaching yaitu penambahan cosolvent HCl pada asam asetat untuk meningkatkan kemampuan leaching. Penambahan cosolvent ini diberikan dengan variasi volume agar diketahui berapa volume cosolvent (2, 3, 4, 5 %) optimum. Tujuan dari penambahan cosolvent adalah untuk meningkatkan kemurnian CaCO3 yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa kondisi pada penelitian ini seperti (0,1 M, rasio massa/volume solven 10/100, waktu reaksi 50 menit dan ukura partikel <=100 Mesh) dan menghasilkan kemurnian CaCO3 95,74%.

PCC (Precipitated Calcium Carbonate) are materials from dolomite that used for several industries. The amount of dolomite found in Indonesia are around 600 billions tons and the usage of it still not profitable since it was only used as materials for fertilizers. Today,in the attempt of dolomite?s enhancement, there are some research about leaching technology to separate CaCO3 from dolomite to make high purity CaCO3 that could be use in industry.
In this research, we add cosolvent into the leaching method to enhance the leaching. The amount of HCl as cosolvent that would be added was given variation (2, 3, 4, 5 %) to find the optimum volume of cosolvent. The objective of adding cosolvent is to enhance the purity of CaCO3 with the optimum condition without cosolvent are 0.1 M of acetic acid concetration and ratio dolomite?s mass/volume and the output of the test of cosolvent is at 95,74% of purity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>