Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Yohanes Minardo Halomoan
"Propulsi secara umum merupakan sumber dari gaya dorong untuk mengangkat pesawat, menjadi sumber gaya dari pesawat tersebut agar mampu melawan drag, dan memberikan gaya angkat yang mampu melawan berat dari pesawat tersebut. Pada mobil terbang dibutuhkan propulsi agar fungsi dari mobil terbang ini dapat bekerja dengan maksimal dan mampu terbang sebagai kemampuan utama dari mobil terbang tersebut. Propulsi ini akan menghasilkan thrust yang akan memberikan dorongan kepada mobil terbang. Dimana thrust memiliki arah yang berlawanan dengan drag. Propulsi yang akan dibahas dalam penelitian ini merupakan turbo propeller, dikarenakan mobil terbang akan menggunakan turbo propeller sebagai sistem propulsi nya. Propeller yang akan diaplikasikan pada mobil terbang merupakan propeller dengan jenis fixed pitch propeller. Dari penelitian ini akan didapatkan produk propeller sebagai kandidat propeller yang akan dipasangkan pada mobil terbang. Penelitian ini juga meliputi proses permodelan ulang desain propeller sebagai hasilnya. Kemudian dilakukan juga metode simulasi CFD untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi nilai thrust dari propeller yang sudah dimodel ulang. Penelitian ini akan menghasilkan nilai thrust melalui variasi kecepatan putar propeller 1000 hingga 6500 rpm dengan jarak variasi sebesar 500 rpm setiap simulasi sebagai kesimpulan.

Propulsion is a source of thrust to lift the aircraft, as the source of the force from the aircraft in order to be able to resist drag and provide a lift that is able to resist the weight of the aircraft. Propulsion is needed in flying cars, so that the function of this flying car can work optimally and be able to fly as the main point/ability of the flying car. This propulsion will produce thrust that will give the car a boost. Where the thrust direction is the opposite of direction to drag. This study will discuss about turbo propeller as the main propulsion system. The propeller that will be applied to the flying car is a fixed pitch propeller type. From this research, the propeller product will be obtained as a propeller candidate that will be installed on a flying car. This research includes the propeller remodel as a result. Then use the CFD simulation method to obtain data that will be processed into the thrust value of the remodeled propeller. This research will produce thrust values through variations of the propeller rotational speed from 1000 to 6500 rpm with distance value 500 rpm for each simulation as a conclusion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eduardo Christ Soloman
"Penelitian mengenai mobil terbang sudah pernah dilakukan di berbagai tempat, termasuk di Universitas Indonesia. Mobil terbang merupakan sebuah kendaraan dengan konsep menggabungkan dua jenis kendaraan yakni mobil dan pesawat, yang mampu beroperasi di jalur darat serta udara. Berdasarkan kriteria tersebut, desain mobil terbang membutuhkan sebuah mekanisme pelipatan sayap agar dapat berubah dari sayap yang terbentang, dengan mode sayap terlipat ketika sedang di jalur darat. Untuk itu penulis melakukan sebuah penelitian mengenai spar sayap mobil terbang dengan melakukan pengujian pembebanan terdistribusi sepanjang spar sayap untuk mengetahui faktor keamanan dari spar sayap. Penelitian ini dilakukan melalui simulasi menggunakan software Workbench Ansys. Desain spar sayap mobil terbang yang optimal memiliki massa sebesar 22.71 kg. Sedangkan untuk hasil pengujian diperoleh nilai faktor keamanan spar 1 sebesar 1.68, spar 2 sebesar 4.98, spar 3 sebesar 13.84, spar 4 sebesar 26.18, spar sliding sebesar 10.46, baut M30 x 35 mm sebesar 8.58 dan 2.43, baut M30 x 52 mm sebesar 3.31, dan pada baut M30 x 17 mm sebesar 2.03. Berdasarkan nilai faktor keamanan tersebut maka spar sayap mobil terbang yang dirancang telah memenuhi standar keamanan pesawat terbang dengan nilai 1,5.

Research on flying cars has been carried out in various places, including at the University of Indonesia. A flying car is a vehicle with the concept of combining two types of vehicles, namely cars and planes, to operating on land and air. Based on these criteria, the design of a flying car requires a wing folding mechanism so that the flying car can change from an extended wing mode to a folded wing mode while on a land route. For this reason, the authors conducted a study on flying car wing spars by carrying out distributed load tests along the wing spars to determine the safety factor of the wing spars. This research was conducted through a simulate on using the Ansys Workbench software. The optimal flying car wing spar design has a mass of 22.71 kg. As for the test results, the safety factor value was obtained on spar 1 of 1.68, spar 2 of 4.98, spar 3 of 13.84, spar 4 of 26.18, sliding spars of 10.46, M30 x 35 mm bolts of 8.58 and 2.43, M30 x 52 mm bolt is 3.31, and the M30 x 17 mm bolt is 2.03. Based on the safety factor value, designed flying car wing spars meet aircraft safety standards with a value of 1.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafiq Ali Abdillah Azizi
"Saat Ini Universitas Indonesia sedang melakukan penelitian mengenai mobil terbang. Mobil terbang merupakan sebuah kendaraan yang mampu beroperasi di darat dan udara. Untuk dapat beroperasi maksimal dibutuhkan roda pendarat inti untuk proses pendaratan. Perancangan sistem ekstensi dan retraksi pada roda mobil dapat menjadi solusi untuk roda mobil berfungsi menjadi roda pendarat. Untuk dapat melakukan proses ekstensi dan retraksi, dibutuhkan aktuator hidrolik dengan tekanan kerja sistem 100 bar, diameter piston 50 mm dan diameter piston rod 25 mm. Nilai keamanan juga sangat penting dalam merancang sistem roda pendarat inti ini. Untuk itu penulis melakukan pengujian untuk mendapatkan nilai faktor keamanan dan nilai indeks defleksi yang terjadi. Dari hasil pengujian, desain roda pendarat inti mobil terbang memiliki nilai faktor keamanan terkecil 1,52, dan nilai indeks defleksi terbesar 0,002. Berdasarkan hasil penelitian, desain tersebut telah memenuhi standar keamanan roda pendarat dengan nilai faktor keamanan 1,5 , dan nilai indeks defleksi 1/240.

University of Indonesia is conducting research on flying cars. Flying car is a vehicle that can operating in the air and on the ground. Based on the criteria, flying car must have main landing gears for the landing process. The design of an extension and retraction system on the landing gear can be a solution for car wheels to function as landing gear. To carry out the extension and retraction process, the system needed a hydraulic actuator with 100 bar of working pressure, 50 mm of piston diameter, and 25 mm of piston rod diameter. Safety was very important in designing this main landing gear system. For this reason, the authors conducted tests to get the value of the safety factor and the value of the deflection index on this design. This main landing gear design has the smallest safety factor value of 1.52 and the largest deflection index value of 0.002. Based on the results, the design is qualified the landing gear safety standards with a safety factor value of 1.5 and a deflection index value of 1/240."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Al-Ghazali
"Perkembangan industri telah berpengaruh terhadap perkembangan kendaraan bermotor dalam hal transportasi. Industri transportasi pun makin berkembang diiringi dengan penemuan- penemuan yang memudahkan konsumen dalam berpindah tempat. Hal tersebut membuat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat dan memunculkan masalah baru yaitu kemacetan yang membuat masyarakat mengalami kerugian dalam hal finansial akibat waktu yang terpakai di jalan. Oleh karena itu, pengembangan mobil terbang menjadi salah satu hal penting dalam membantu mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membantu pengembangan mobil terbang terutama pada konsep roda belakang mobil terbang. Penelitian ini memperkenalkan komponen roda belakang menggunakan jenis suspensi torsion beam. Proses perancangan hingga pengujian dilakukan secara detail untuk memberikan informasi yang bermanfaat. Serangkaian analisa kekuatan juga dilakukan untuk mengetahui apakah desain roda belakang mobil terbang tersebut dapat menjadi acuan dalam perangan desain mobil terbang secara menyeluruh. Setelah melewati rangkaian pengujian, komponen roda belakang mobil terbang berhasil di desain menggunakan material aluminium alloy 7075- T6 dengan spesifikasi wheelbase sebesar 2.836 mm, track width sebesar 1.815 mm, dan travel suspension sepanjang 55,27 mm.

Industrial developments have influenced the development of motorized vehicles in terms of transportation. The transportation industry is increasingly developing, accompanied by discoveries that make it easier for consumers to move places. This causes the number of motorized vehicles to increase and gives rise to a new problem, namely traffic jams which cause people to suffer financial losses due to the time spent on the road. Therefore, the development of flying cars is an important thing to help overcome this problem. This research aims to help develop flying cars, especially the rear wheel concept of flying cars. This research introduces rear wheel components using a torsion beam suspension type. The design and testing process is carried out in detail to provide useful information. A series of strength analyzes were also carried out to find out whether the rear wheel design of the flying car could be a reference in the overall flying car design battle. After passing a series of tests, the rear wheel components of the flying car were successfully designed using 7075-T6 aluminum alloy material. with specifications for wheelbase 2.836 mm, track width 1.815 mm, and travel suspension 55,27 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Chakti Andhika
"Seiring dengan berkembangnya zaman. mobil terbang yang dulunya dianggap sebagai khayalan, kini sudah semakin mendekati kenyataan Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan ide baru dalam konsep mobil terbang, terutama pada mekanisme pelipatan sayap. Penelitian ini memperkenalkan mekanisme pelipatan sayap menggunakan engsel dengan menggunakan material aluminium alloy 7075-T6 dan EPPLER 1230 AIRFOIL. Proses perancangan dilakukan secara detail dengan analisis kekuatan komponen yang lebih mendalam. Mekanisme ini memiliki sistem yang sederhana, dioperasikan oleh satu orang, dilakukan secara manual, dan membutuhkan waktu pelipatan sekitar 180 detik. Namun, proses ini harus dalam keadaan diam dan tanpa kecepatan angin saat sedang melipat. Setelah melakukan proses desain, stress analysis dilakukan sebanyak tiga kali dengan nilai beban sebesar 13,692 MPa untuk spar sayap dan 19600 N untuk engsel yang ada pada sayap. Berdasarkan stress analysis yang sudah dilakukan, tegangan von Mises menunjukkan tegangan maksimum 8862,42 MPa dengan deformasi maksimum sebesar 507,649 mm. Selain itu, tegangan von misses maksimum yang ada pada engsel spar 2 dan spar body sebesar 8,958 dan 29,3455 MPa dengan deformasi maksimum sebesar 0,007 dan 0,153 mm.

Along with the development of the times, flying cars, which were once considered a fantasy, are now getting closer to reality. This research aims to propose new ideas in the concept of flying cars, especially in the wing folding mechanism. This research introduces a wing folding mechanism using a hinge using 7075-T6 aluminum alloy material and EPPLER 1230 AIRFOIL. The design process is carried out in detail with more in-depth component strength analysis. This mechanism has a simple system, is operated by one person, is done manually, and requires a folding time of about 180 seconds. After the design process, stress analysis was conducted three times with a load value of 13,692 MPa for the wing spar and 19600 N for the hinge on the wing. Based on the stress analysis, the von Mises stress showed a maximum stress of 8862,42 MPa with a maximum deformation of 507,649 mm. In addition, the maximum von misses stresses on the spar 2 and spar body hinges were 8,958 and 29,3455 MPa with maximum deformations of 0,007 and 0,153 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Hide Aldebaran
"Dengan semakin berkembangnya teknologi transportasi, angka kepemilikan kendaraan bermotor di dunia meningkat dengan drastis per tahunnya. Hal tersebut kerap memunculkan banyak permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan pengendara serta kemacetan. Tidak hanya itu, tidak semua daerah, terutama daerah rural, memiliki aksesibilitas serta perawatan kualitas jalan yang baik. Dengan demikian, salah satu terobosan paling menjanjikan dalam mobilitas manusia adalah mobil terbang. Dengan mobil terbang, manusia dapat bepergian pada jarak yang relatif jauh tanpa mengkhawatirkan kemacetan jalanan darat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian atas perancangan sistem aktuasi berbasis mekanikal untuk menggerakkan aileron dan canard pada mobil terbang. Keputusan tersebut dibuat dikarenakan mekanisme sistem aktuasi berbasis mekanikal relatif lebih sederhana dan tidak terlalu memberatkan di biaya manufaktur nantinya. Penelitian dimulai dengan studi literatur pada berbagai sumber bacaan yang berkaitan. Kemudian, dilanjutkan dengan sketsa awal, kalkulasi beban aerodinamis, momen gaya pada bidang kendali, dan perhitungan beban pada stik kendali berdasarkan kinematika dari sistem linkage yang ada. Setelah mendapatkan sistem linkage yang sesuai, penelitian dilanjutkan dengan proses 3D modelling, analisis kekuatan, estimasi biaya manufaktur, dan diperoleh output berupa blueprint.

With the development of transport technology, the number of motor vehicles in the world increases drastically every year. This often causes many problems related to driver safety and traffic congestion. In addition, not all areas, especially rural areas, have good road access and quality maintenance. Thus, one of the most promising breakthroughs in human mobility is the flying cars. With flying cars, people can travel relatively long distances without affecting land traffic congestion. Therefore, the author conducted research on the design of a mechanical-based actuation system to move the ailerons and canards of flying cars. This decision was made because the mechanism of the mechanical-based actuation system is relatively simple and does not add too much to the manufacturing costs later. The research began with a literature review of various related reading sources. This was followed by the initial sketch, the calculation of the aerodynamic load, the moment of force on the control surface and the calculation of the load on the control stick based on the kinematics of the existing linkage system. Once a suitable linkage system had been identified, the research continued with 3D modelling, strength analysis, manufacturing cost estimates, and produced output in the form of blueprints."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Jensen Purnomo
"Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan melakukan manufaktur body dan kanopi untuk mock-up mobil terbang. Mock-up adalah model fisik dari suatu desain yang digunakan untuk pengajaran, demonstrasi, evaluasi desain, promosi, dan berbagai kebutuhan lainnya. Penelitian ini juga akan menganalisis proses manufaktur pada body dan kanopi mobil terbang. Penelitian ini diawali dengan mendapatkan design requirement kemudian dilakukan studi literatur untuk mendapatkan benchmarking mekanisme pelipatan pintu dan bentuk body, setelah mendapatkan benchmark yang serupa maka dilanjutkan ke desain sketsa body. Ketika desain sketsa sudah sesuai design requirement maka tahap berikut merubah desain sketsa menjadi 3D Model menggunakan aplikasi Autodesk Inventor 2025, selanjutnya pemilihan material yang akan digunakan pada mock-up. Setelah melakukan desain dan pemilihan material maka selanjutnya akan dilakukan stress & strength analysis untuk mengetahui kekuatan yang dapat di tamping oleh struktur kanopi dan apakah kanopi dapat menopang beban dari pintu, jika sudah melakukan pengujian tersebut output yang dihasilkan merupakan blueprint untuk memproduksi body dan kanopi mobil terbang. Body dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian depan, tengah, dan belakang. Body akan ditopang oleh kanopi. Kanopi juga menopang pintu masuk mobil terbang dimana pintu ini adalah akses untuk pengemudi mobil terbang. Mock-Up ini dilakukan dengan skala 1:1 (life size). Mock-Up mobil terbang ini memiliki dimensi panjang 4,8 m dan tinggi 1,1 m. Rangka mobil terbang menggunakan material galvanized rectangular steel dengan ukuran 100 mm x 50 mm dan ketebalan dinding 2 mm. Struktur kanopi mock-up mobil terbang akan menggunakan low-carbon steel tube dengan ukuran 25,4 mm dan ketebalan dinding 1,6 mm.

The objective of this research is to design and manufacture the body and canopy for a flying car mock-up. A mock-up is a physical model of a design used for teaching, demonstration, design evaluation, promotion, and various other purposes. This study will also analyze the manufacturing process of the body and canopy of the flying car. The research begins with gathering design requirements, followed by a literature study to benchmark door folding mechanisms and body shapes. Once a suitable benchmark is found, a body sketch design is developed. When the sketch design meets the design requirements, the next step is converting the sketch into a 3D model using Autodesk Inventor 2025. Afterward, materials are selected for the mock-up. Following the design and material selection, a stress and strength analysis is conducted to determine the structural integrity of the canopy and assess whether it can support the load of the door. Once these tests are completed, the final output is a blueprint for producing the flying car's body and canopy. The body is divided into three sections: front, middle, and rear. It will be supported by the canopy. The canopy also supports the entry door, which serves as the access point for the flying car's driver. The mock-up is built at a 1:1 scale (life-size). The flying car mock-up has dimensions of 4.8 meters in length and 1.1 meters in height. The frame of the flying car uses galvanized rectangular steel with dimensions of 100 mm x 50 mm and a wall thickness of 2 mm. The canopy structure of the flying car mock-up uses low-carbon steel tubes with a diameter of 25.4 mm and a wall thickness of 1.6 mm. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Shidqi
"Beban emisi di Universitas Indonesia, dengan data populasi sebesar 44.113 jiwa terdiri dari 85,11 mahasiswa dan 14,89 dosen serta pegawai ialah sebesar 30.864 ton CO2/tahun, dimana tingkat emisivitas tertinggi dihasilkan oleh sektor kelistrikan sebesar 25.564 ton CO2/tahun dan sektor transportasi publik 582.000 ton CO2/tahun. Studi dilakukan terhadap tiga skema pengadaan moda transportasi dalam kampus untuk menekan beban emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor transportasi publik, yaitu dengan pengadaan bis berbahan bakar gas dengan teknologi CNG Compressed Natural Gas, bis bertenaga listrik hybrid PHEV, dan trem listrik Light Rail Transit. Perhitungan dilakukan dengan basis data primer dan data sekunder dengan tujuan memperoleh beban emisi aktual yang dihasilkan dan studi ekonomi. Hasil perhitungan terhadap beban emisi untuk setiap moda transportasi secara urut yaitu; LRT sebesar 0,000071 tCO2e/tahun, PHEV sebesar 0,00028 tCO2e/tahun dan CNG sebesar 0,012958 tCO2e/tahun. Beban emisi CO2 yang dihasilkan oleh generator berbasis gas engine sebagai fasilitas feeder listrik skenario 2 PHEV yaitu 2,030995 tCO2e/MWh. Nilai pembangunan dan biaya operasional untuk pengadaan PLTMG dikampus Universitas Indonesia yaitu, nilai investasi senilai Rp. 3.093.964.326 dan nilai O M yaitu Rp. 1.605.847.762, sedangkan untuk pengadaan bis PHEV dan fasilitas yaitu, nilai investasi senilai Rp 19.900.074.854 dan nilai operasional yaitu Rp 73,886,650.04 untuk pemakaian per tahun.

The emission load at the University of Indonesia, with a population data of 44,113 people, consists of 85.11 of students and 14.89 of lecturers and employees of 30,864 tons CO2 year, where the highest emissivity rate is generated by the electricity sector of 25,564 tons CO2 year and public transportation 582,000 tons CO2 year. The assessment was carried out on various indoor facilities for CO2 emissions generated by the public transportation sector, namely gas procurement with CNG Compressed Natural Gas technology, hybrid electric powered bus PHEV, and electric tram Transit Light Rail. Calculation is done with primary data base and secondary data with purpose. The calculation results of emission load for each mode of transportation in sequence namely LRT of 0,000071 tCO2e year, PHEV of 0.00028 tCO2e year and CNG of 0.012958 tCO2e year. CO2 emission load generated by a gas engine as a scenario 2 PHEV electricity feeder facility is 2.030995 tCO2e MWh. Development value and operational cost for procurement of PLTMG campus of University of Indonesia that is, investment value Rp. 3.093.964.326 and the value of O M is Rp. 1,605,847,762, while for the procurement of PHEV bus and facilities, the investment value is Rp 19,900,074,854 and the operational value is Rp 73,886,650.04 for annual use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rasyaad Dzaky
"Permasalahan kemacetan merupakan salah satu masalah yang belum terpecahkan diberbagai negara besar termasuk di Indonesia. Permasalahan ini menyebabkan berbagai kerugian baik terhadap lingkungan maupun secara personal. Salah satu konsep yang digadang-gadang mampu hadir sebagai solusi dari permasalahan ini yaitu mobil terbang, dan Universitas Indonesia pun tidak ketinggalan ikut serta dalam penelitian dan pengembangan mobil terbang ini. Dalam proses perancangan sebuah mobil terbang terdapat tahapan pertama yaitu conceptual design dimana parameter dasar dibentuk berdasarkan target performa sehingga menghasilkan karakteristik mobil terbang tersebut. Salah satu cara dalam menggambarkan karakteristik tersebut yaitu melalui drag polar yang dapat diperoleh dengan metode simulasi berbasis computational fluid dynamics (CFD). Simulasi ini dilakukan dengan kondisi terbang cruise speed sebesar 63 m/s dengan sudut serang yang divariasikan dari -4° sampai 16° dengan komputasi dilakukan setiap 2° pada kondisi steady flow untuk sudut serang rendah dan transient flow pada sudut serang yang lebih tinggi. Diperoleh hasil simulasi bahwa desain mobil terbang memiliki nilai rasio L/D maksimum sebesar 16.8599 yang terjadi pada sudut serang 6° dan nilai CD,0 sebesar 0.0223802 serta nilai maksimum CL sebesar 1.7434232 pada sudut serang 16°.

Traffic congestion is a problem that has not been resolved in many countries around the world including Indonesia. To overcome traffic congestion many ideas are offered for solutions, one of the popular concepts is flying cars. To this thing, Universitas Indonesia is also conducting research and development about flying cars. One of the steps of designing a flying car is a conceptual design stage where basic parameters are defined based on performance targets to form the characteristic of how the flying cars behave. to describe the flight characteristic of the flying car, the drag polar diagram is commonly used. This drag polar prediction was done using Computational Fluid Dynamics with cruise speed condition setting at 63 m/s and angle of attack varying from -4 deg to 16 degrees with 2 deg increment. The design result has a maximum value of the lift-to-drag ratio is 16.8599 at 6 degrees, zero-lift drag value of 0.0223802, and maximum coefficient of lift at 16 deg with the value of 1.7434232."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endiandika Tri Putranto
"Krisis energi merupakan salah satu masalah besar yang terjadi akhir-akhir ini. Masalah ini berfokus pada kurangnya persediaan minyak dan gas bumi yang digunakan sebagai sumber energi oleh industri dan alat-alat transportasi. Ada banyak solusi untuk masalah ini, tapi yang paling utama adalah dengan memakai sumber energi yang berbasis hidrokarbon ini dengan lebih ekonomis. Sejalan dengan riset di bidang teknologi, sekarang banyak kendaraan dibuat erdasarkan teknologi hybrid. Suatu teknologi hybrid di suatu mobil atau kendaraan lainnya dapat diartikan sebagai kendaraan yang menggunakan dua jenis engine sebagai tenaga penggerak, yaitu motor elektrik dan motor bakar. Teknologi baru ini dikembangkan untuk meningkatkan jarak tempuh tanpa menambah konsumsi bahan bakar. Masalahnya yang muncul adalah bagaimana mengontrol suatu kendaraan dengan dua jenis engine. Suatu sistem kontrol dibutuhkan agar sistem ini bekerja dengan baik. Mikrokontroler digunakan untuk mengolah data digital yang merupakan parameter input. Parameter-parameter kendaraan yang digunakan sebagai input bagi mikrokontroler adalah putaran engine (RPM), kecepatan kendaraan, dan posisi sudut/kemiringan kendaraan. Parameter-parameter ini dapat dideteksi menggunakan encoder sebagai sensor. Encoder menghitung putaran engine yang dikonversikan menjadi RPM dan kecepatan kendaraan. Encoder juga dapat digunakan untuk menentukan posisi sudut kemiringan kendaraan dengan menggunakan suatu mekanisme yang dipasangkan ke encoder. Kedua sensor ini dan parameter-parameter lainnya, sesuai dengan kondisi kerja kendaraan, akan digunakan sebagai input bagi mikrokontroler untuk menentukan mode operasi yang mana yang akan digunakan. Mode operasi yang pertama adalah Silent Mode. Kendaraan menggunakan motor listrik yang terhubung ke baterai sebagai tenaga penggerak utama. Mode ini dibatasi hanya sampai 20 km/jam. Jika kecepatan kendaraan bertambah menjadi lebih dari 20 km/jam, mode kendaraan akan berubah ke mode selanjutnya. Mode kedua adalah Gasoline Mode. Ketika kecepatan kendaraan labih dari 20 km/jam, kendaraan akan menghidupkan motor bakar dan mematikan motor listrik. Mode ketiga Acceleration/Climb Mode. Kedua engine akan hidup dan memberikan cukup torsi untuk kendaraan ketika berakselerasi. Mode keempat adalah Decelerate/Descend Mode.Motor listrik akan berubah menjadi generator untuk mengisi baterai. Keseluruhan mode ini akan disimulasikan di sebuah test bed, yang merepresantasikan konfigurasi yang mendekati konfigurasi mobil hybrid.

Energy crisis become one of the big problem that happens in the latest century. This problem is focused on the lack supply of oil and gas that being used in many industry and transportation vehicle as an energy resource (fuel). There are many solutions for this problem, but the important thing is to make hydrocarbon based energy resources more economical. Along with the technology research, nowadays many vehicles are built based on the hybrid technology. A Hybrid Technology in a car or any other vehicles can be described as vehicles that use two types of engine as a propulsion the electric motor engine and the gasoline engine. This new technology is invented to increase vehicles mileage without necessarily increase any fuel consumption. The problem is how to control a vehicle with two types of engine. A control system is needed to make this hybrid system going well. A microcontroller is used to process the digital data that came from the input parameters. The vehicle parameters that are used as the input for the microcontroller are engine rotation (RPM), vehicle speed (km/h), and the vehicle angular position. These parameters can be detected using encoder as the sensors. The encoder counts the engine revolution that is converted into RPM and vehicle speed. It also can be used to determine the vehicle angular position using some mechanism that is attached to the encoder. This two sensors and other parameters will be used as an input for the microcontroller to determine which operating modes will be used for the vehicle based on the road condition. The first operating mode is Silent Mode. The vehicle uses electric motor connected to a battery as main propulsion. This mode is limited only for speed no more than 20 km/h. If the speed is increasing (more than 20 km/h), the vehicle will change to the next operating mode. The second mode is Gasoline Mode. When the speed vehicle is more than 20 km/h, the vehicle will start the gasoline engine and turn off the electric motor. The third mode is Acceleration/Climb Mode. Both engines will start to make enough torque for the vehicle when it is accelerating. The fourth mode is Decelerate/Descend Mode. The electric motor will change as a generator to charge the battery. All of this mode will be simulated into a test bed project, that represent the approximate configuration of hybrid car : RPM, speed, and angular position detection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>