Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fadhillah Ansyari
"Nitrogen adalah komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan jumlah paling tinggi. Nitrogen melimpah di udara sebesar 78%, tetapi bersifat inert dan tidak dapat diserap secara langsung oleh tanaman. Sehingga, penambahan pupuk penting dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Proses konvensional Haber Bosch telah dikenal dapat memproduksi pupuk nitrogen berupa senyawa ammonia, namun proses ini mengonsumsi 1-2% dari total produksi energi di dunia dan menggunakan 2-3% dari total gas alam yang dihasilkan, serta menghasilkan polutan berupa karbon dioksida sebesar 300 juta ton. Teknologi elektrolisis plasma udara merupakan green technology yang dapat memicu berbagai reaksi termasuk reaksi fiksasi nitrogen dari udara menjadi pupuk nitrat cair dengan dihasilkannya spesies unik yang bersifat reaktif, seperti radikal OH. Bahan baku berupa udara yang tersedia secara bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan pupuk nitrat cair melalui teknologi elektrolisis plasma dengan pengaruh penambahan ion Fe2+ serta komposisinya, laju alir udara, besar daya, serta variasi suhu. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan penambahan ion Fe2+ dengan variasi konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50 ppm, laju alir udara 0,2 lpm; 0,4 lpm; 0,6 lpm; 0,8 lpm; 1 lpm, daya 400 watt; 500 watt; 600 watt, dan suhu 50oC; 60oC; 70oC. Hasil penelitian menunjukkan adanya penambahan ion Fe2+ dapat meningkatkan nitrat yang dihasilkan dengan konsentrasi penambahan ion Fe2+ optimum berada di 30 ppm dan suhu optimum sebesar 60oC. Hasil penelitian berikutnya adalah semakin besar daya, dan laju alir udara dapat meningkatkan produksi nitrat. Penelitian ini terbukti menghasilkan produk nitrat terbesar yaitu 3373 ppm menggunakan larutan elektrolit 0,02 M K2SO4 pada daya 600 Watt, laju alir udara 0,8 lpm, suhu operasi 60oC serta dilakukan dalam waktu 30 menit.

Nitrogen is an important component in the growth and development of the highest amounts of plants. Nitrogen is abundant in the air by 78%, but it is inert and cannot be absorbed directly by plants. Thus, the addition of important fertilizers is carried out to meet the availability of nutrients for plants. Haber Bosch conventional processes have been known to produce nitrogen fertilizers in the form of ammonia compounds, but this process consumes 1-2% of the total energy production in the world and uses 2-3% of the total natural gas produced, as well as producing pollutants in the form of carbon dioxide of 300 million tons. Air Plasma electrolysis technology is a green technology that can trigger various reactions including nitrogen fixation reactions from the air into liquid nitrate fertilizers with the production of unique reactive species, such as OH radicals. Raw materials in the form of freely available air. This study aims to find out the manufacturing process of liquid nitrate fertilizer through plasma electrolysis technology with the influence of Fe2+ ion addition and composition, airflow rate, power size, and temperature variation. This method is performed on batch reactors using the addition of Fe2+ ions with variations in concentrations of 10 ppm; 30 ppm; 50 ppm, air flow rates 0.2 lpm; 0.4 lpm; 0.8 lpm, powers of 600 watts; 700 watts; 800 watts, and temperature 50oC; 60oC; 70oC. The results showed that the addition of Fe2+ ions can increase nitrates produced with the concentration of Fe2+ optimum ions at 30 ppm and the optimum temperature of 60oC. The result of the next study is that the greater the power, and the rate of air flow can increase nitrate production. This study was proven to produce the largest nitrate product which is 3373 ppm using electrolyte solution 0.2 M K2SO4 at 600 Watts power, air flow rate of 0.8 lpm, operating temperature of 60oC and conducted within 30 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarfina Farisah
"Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah paling besar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kandungan nitrogen melimpah di atmosfer sebesar 78%, namun bersifat inert dan tidak dapat diserap oleh tanaman secara langsung. Sehingga, pemupukan penting dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Teknologi elektrolisis plasma udara merupakan teknologi ramah lingkungan yang dapat menginisiasi berbagai reaksi termasuk reaksi fiksasi nitrogen dari udara menjadi pupuk nitrat cair dengan dihasilkannya spesies reaktif, seperti radikal OH. Bahan baku berupa udara yang tersedia secara bebas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan pupuk nitrat cair melalui metode elektrolisis plasma dengan pengaruh komposisi larutan elektrolit, besar daya, dan laju alir udara. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan kombinasi elektrolit K2HPO4 dan K2SO4 dengan variasi konsentrasi 0,01 M; 0,02 M, laju alir udara 0,1 lpm; 0,2 lpm; 0,4 lpm; 0,6 lpm; 0,8 lpm; 0,9 lpm; dan daya 500 watt; 600 watt; 700 watt.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil konduktivitas larutan elektrolit, semakin besar daya, dan semakin besar laju alir udara akan meningkatkan produk nitrat yang dihasilkan. Penelitian ini terbukti dapat menghasilkan nitrat tertinggi sebesar 2213,5 ppm pada daya 700 Watt, laju alir udara 0,8 lpm, dan menggunakan larutan elektrolit kombinasi 0,01 M K2HPO4 dan 0,01 M K2SO4 dengan konsumsi energi spesifiknya 23,53 kJ/mmol.

Nitrogen is the nutrient needed by plants in the greatest amount to help plant growth and development. Nitrogen content is abundant in the atmosphere by 78%, but it is inert and can not be absorbed by plants directly. Thus, fertilization is important to increase the availability of nutrients for plants. Air plasma electrolysis technology is an environmentally friendly technology that can initiate various reactions including nitrogen fixation reaction from the air into liquid nitrate fertilizer with the production of reactive species, such as OH radicals. The raw materials in the form of air freely available.
This research aims to determine the process of making liquid nitrate fertilizer through the plasma electrolysis method with the influence of the composition of the electrolyte solution, the amount of power, and the air flow rate. This method is carried out on a batch reactor using a combination of K2HPO4 and K2SO4 electrolytes with variations in concentrations of 0.01 M; 0.02 M, air flow rates of 0.1 lpm; 0.2 lpm; 0.4 lpm; 0.6 lpm; 0.8 lpm; 0.9 lpm; and powers of 500 watts; 600 watts; 700 watts.
The results of this research show that the smaller conductivity of the electrolyte solution, the greater the power, and the greater the airflow rate will increase the resulting nitrate product. This research has proven can significantly produce the highest nitrate of 2213.5 ppm at 700 Watt power, an airflow rate of 0.8 lpm, and using a combination of 0.01 M K2HPO4 and 0.01 M K2SO4 electrolyte solution with specific energy consumption of 23.53 kJ / mmol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiansah
"Nitrogen adalah unsur terpenting bagi tanaman untuk hidup, dan hanya dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu nitrat. Elektrolisis Plasma adalah teknologi untuk sintesis material baru yang spesies reaktif seperti radikal hidroksil yang dapat menginisiasi berbagai reaksi, termasuk reaksi fiksasi nitrogen dari udara menjadi pupuk cair nitrat, yang merupakan pupuk cair untuk tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nitrat dapat dibentuk melalui proses Elektrolisis Plasma dan pengaruh konsentrasi elektrolit, laju alir udara, dan efek penambahan ion Fe2+. Penelitian ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan elektrolit K2SO4 dengan konsentrasi 0,01 M; 0,02 M; 0,04 M, laju alir udara 0,1 lpm; 0,2 lpm; 0,8 lpm, dan penambahan 50 ppm ion Fe2+. Proses dilakukan pada daya optimal yang diperoleh dari hasil karakterisasi arus-tegangan. Konsentrasi nitrat yang terbentuk diuji secara kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi elektrolit dan semakin besar laju alir udara akan meningkatkan produktivitas nitrat. Sementara itu penambahan ion Fe2+ membuat nitrat yang dihasilkan berkurang. Konsumsi energi spesifik yang diperlukan dari setiap variasi berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah nitrat. Nitrat tertinggi yang terbentuk adalah 636,8 ppm pada konsentrasi 0,02 M K2SO4, laju alir udara 0,8 lpm, tanpa penambahan ion Fe2+. Konsumsi energi spesifiknya adalah 35,06 kJ/mmol. Hasil ini menunjukkan bahwa nitrat dapat diproduksi secara efektif dengan metode Elektrolisis Plasma.

Nitrogen is the important element for plants to live, and it just can be absorbed by plants in the simpler compounds form, which is nitrate. Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) is a technology for the synthesis of new materials with the reactive species such as hydroxyl radicals are produced, including fixation of nitrogen from the air into nitrate solutions, which is the liquid fertilizer for plants.
This research aims to determine how the nitrate can be formed through CGDE process and the influence of potassium sulfate concentration, air flow rate, and the Fe2+ ion effect. This research was conducted in a batch reactor using K2SO4 electrolyte with a concentration of 0.01 M; 0.02 M; 0.04 M. air flow rate of 0,1 lpm; 0,2 lpm; 0,8 lpm, and the adding of 50 ppm Fe2+. The process is carried out at optimum power obtained from the results of plasma electrolysis current-voltage characterization. The concentration of nitrate formed was tested quantitatively using the UV-Vis spectrophotometry method.
The results of this research show that the greater the concentration of electrolytes and the greater air flow rate increase the nitrate productivity. Meanwhile the adding Fe2+ make the nitrate produced decrease. The specific energy consumption needed of each variation is decrease with the increase of nitrate amount. Highest nitrate formed is 636,8 ppm at 0,02 M K2SO4 concentration, 0,8 lpm air flow rate, without adding the Fe2+. Its specific energy consumption is 35,06 kJ/mmol. These results indicate that nitrates can be produced effectively by the CGDE method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Talitha Zagita
"ABSTRAK
Kesuburan tanah menjadi suatu hal yang harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Salah satu unsur hara yang paling penting adalah Nitrogen (N). Ketersediaan unsur nitrogen di bumi sangatlah melimpah dimana kandungannya mencapai 78% dalam wujud gas, namun belum bisa langsung dimanfaatkan karena sulit untuk memecah ikatan N2 menjadi nitrogen sederhana. Elektrolisis plasma udara (EPU) merupakan teknologi yang sangat efektif dalam menghasilkan senyawa radikal yang dapat membentuk senyawa nitrat dan memiliki kinerja yang lebih baik, ramah lingkungan, dan mudah diaplikasi dalam skala kecil. Penelitian ini menggunakan dua elektrolit yaitu K2SO4 dan elektrolit campuran antara K2HPO4 dan K2SO4. Selanjutnya diujikan pada tanaman cabai, tomat, dan sawi untuk melihat kinjera pupuk. Konsentrasi pupuk Nitrat yang dihasilkan divariasikan pada 100, 200, dan 300 ppm. Proses ini dilakukan pada kondisi operasi daya 700 watt dengan laju alir udara 0,8 L/min. Konsentrasi nitrat yang terbentuk diuji secara kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tegangan proses yang digunakan untuk mencapai daya tertentu, maka sintesis nitrat akan semakin tinggi. Nitrat tertinggi yang terbentuk adalah 2213 ppm pada larutan elektrolit campuran 0,01 M K2SO4 dengan 0,01 M K2HPO4 pada daya 700 watt, laju alir udara 0,8 lpm, kedalaman anoda 1,5 cm, selama 30 menit proses. Pemberian pupuk cair nitrat dengan metode EPU ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk maupun dengan pupuk komersial (KNO3). Dari ketiga tanaman yang diteliti, tanaman cabai menunjukkan persentasi peningkatan tertinggi untuk penambahan pupuk cair nitrat dengan metode EPU. Dosis optimum setiap tanamannya adalah tanaman cabai 100 ppm, tomat 200 ppm, dan tanaman sawi hijau 200 ppm.
"
Depok: Teknik Kimia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riedo Devara Yusharyahya
"Batik merupakan kebudayaan khas bangsa Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Hal tersebut mendongkrak popularitas batik, meningkatkan produksi, sekaligus limbah yang dihasilkan, dimana limbah tersebut kerap dibuang ke lingkungan. Hal ini menjadi masalah dikarenakan limbah pewarna batik mengandung sifat toksik dan melanggar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014. Oleh sebab itu, diusulkan metode elektrolisis plasma sebagai salah satu alternatif terbukti dan terpercaya untuk mendegradasi limbah. Hasil degradasi limbah pewarna batik oleh elektrolisis plasma telah dibuktikan oleh penelitian sebelumnya dapat menghasilkan senyawa intermediet berbasis nitrogen, serta nitrat, yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk nitrogen. Penelitian dilakukan dengan membangkitkan plasma dengan katoda stainless steel dan anoda tungsten yang tercelup sedalam 2 cm di larutan K2SO4 0,02 M dan pewarna remazol red 200 mg/L dalam reaktor sirkulasi internal dengan pompa diafragma yang memiliki volum 3 L. Dilakukan uji karakterisasi arus-tegangan dengan variasi tegangan dan laju injeksi udara, uji degradasi zat pewarna dengan variasi daya dan laju injeksi udara, dan uji pupuk pada tanaman. Eksperimen pada kondisi operasi optimal pada 600-Watt dan laju injeksi udara 1,2 liter/menit dalam 90 menit menghasilkan persentase degradasi mencapai 99,73% dengan konsumsi energi spesifik 5232,523 kJ/mmol yang menyisakan konsentrasi Remazol Red sebesar 0,36 mg/L, COD sebesar 3,7 mg/L dan senyawa intermediet berupa nitrogen organik. Ditambah lagi, didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 856 mg/L dengan konsumsi energi spesifik 78 kJ/mmol. Efektivitas pupuk dibuktikan dari penanaman tomat menggunakan pupuk yang dihasilkan dan dicatat pertumbuhan tanaman tersebut.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puteri Salsabila
"ABSTRAK
Pupuk merupakan elemen penting dalam dunia pertanian untuk menutrisi tumbuhan sehingga menghasilkan hasil panen yang berkualitas. Unsur dalam pupuk yang paling penting adalah nitrogen yang berasal dari udara. Nitrogen dalam pupuk berbentuk ammonia dengan efisiensi pemupukan 40% dan nitrat dengan efisiensi pemupukan sebesar 60%. Proses produksi pupuk industri saat ini, sintesis ammonia yang dikenal dengan proses haber-bosch, masih tidak ramah lingkungan dan memakan energi yang sangat besar. Masih diperlukan metode pembuatan pupuk yang ramah lingkungan dan juga memakan energi yang lebih sedikit. Saat ini, telah dilakukan usaha fiksasi nitrogen yang ramah lingkungan termasuk proses elektrolisis plasma. Proses elektrolisis plasma merupakan metode yang efektif untuk fiksasi nitrogen dari udara karena kemampuannya dalam memproduksi radikal OH dan radikal lainnya yang mampu memecah ikatan N2 dan membentuk nitrat dengan konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan proses haber-bosch. Metode ini dilakukan dalam reaktor batch dengan variasi konsentrasi elektrolit Na2SO4, daya dan kedalaman anoda yang digunakan. Penelitian ini telah terbukti mampu memproduksi nitrat dengan konsentrasi tertinggi 1.242 ppm pada daya 600-800 watt, kedalaman anoda 1,5-5 cm dan konsentrasi elektrolit 0,01-0,06 M.

ABSTRACT
Fertilizer is the most important thing in agriculture to nourish the plant to produce high quality harvest. The most important element in fertilizer is nitrogen which comes from the air. The form of nitrogen in fertilizer are ammonia with fertilization efficiency 40% and nitrate with fertilization efficiency 60%. Industrial fertilizer production process nowadays, ammonia synthesis which calles haber-bosch process, still not environmental friendly and also consume high energy. Environmental friendly and lower energy process is needed to produce fertilizer. Some study related to nitrogen fixation to produce fertilizer has been made including plasma electrolysis method. Plasma electrolysis is an effective method to fix nitrogen from the air because of its ability to produce OH radicals and other radicals to break the N2 bound to produce nitrate with lower energy consumption compared to haber-bosch process. This method is implemented in batch reactor with variations of Na2SO4 electrolyte concentration, anode depth and power. This study has proven can significantly produce nitrate up to 1,242 ppm in condition power 600-800 watt, anode depth 1.5-5 cm and Na2SO4 electrolyte concentration 0.01-0.06 M."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldo Raymond
"Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah terbesar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan baik. Ketersediaan unsur nitrogen di bumi sendiri sangat melimpah di udara, di mana kandungannya mencapai 78% dalam wujud gas N2. Akan tetapi, nitrogen di atmosfer bersifat inert dan tidak dapat diserap oleh tanaman secara langsung. Tanaman dapat dengan mudah menyerap nitrogen apabila berbentuk ion nitrat dan ammonium. Air Plasma Electrolysis dapat menjadi salah satu metode alternatif ramah lingkungan karena dapat memicu berbagai reaksi, salah satunya reaksi fiksasi nitrogen dari udara yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk cair nitrat karena dapat menghasilkan radikal OH yang bersifat reaktif. Bahan baku yang digunakan berupa udara yang tersedia secara bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja alat produksi pupuk nitrat cair melalui metode elektrolisis plasma dengan pengaruh laju alir udara dan daya. Metode ini dilakukan pada alat produksi pupuk nitrat cair menggunakan kombinasi elektrolit K2SO4 dan KH2PO4 dengan variasi suhu 30oC-50oC; 50oC; 60oC, laju alir udara 0,2 lpm; 0,4 lpm; 0,6 lpm; 0,8 lpm, dan daya 500 W; 600 W; 700 W. Penelitian ini terbukti menghasilkan produk nitrat terbesar menggunakan larutan elektrolit 0,011 M K2SO4 dan 0,04 KH2PO4 pada daya 600 Watt, laju alir udara 0,6 lpm, suhu operasi 30oC-50oC serta dilakukan dalam waktu 90 menit. Kondisi tersebut memproduksi nitrat sebesar 1671,6 ppm, energi spesifik 8,01 kJ/mmol dan ketergerusan anoda 3,3 gram.

Nitrogen is a nutrient needed by plants in the greatest amount to help plant growth and development properly. The availability of the element nitrogen on earth itself is very abundant in the air, where its content reaches 78% in the form of N2 gas. However, nitrogen in the atmosphere is inert and cannot be absorbed by plants directly. Plants can easily absorb nitrogen in the form of nitrate and ammonium ions. Air Plasma Electrolysis can be an alternative method that is environmentally friendly because it can trigger various reactions, one of which is the nitrogen fixation reaction from the air which can be used in the manufacture of liquid nitrate fertilizer because it can produce reactive OH radicals. The raw material used is air which is freely available. This study aims to test the performance of liquid nitrate fertilizer production equipment through plasma electrolysis method with the influence of air flow rate,and power. This method is carried out on liquid nitrate fertilizer production equipment using a combination of electrolytes K2SO4 and KH2PO4 with variations in the temperature 30oC-50oC; 50oC; 60oC, air flow rate of 0.2 lpm; 0.4 lpm; 0.6 lpm; 0.8 lpm; and power of 500 W; 600W; 700 W. This research is proven to produce the largest nitrate product using an electrolyte solution of 0.011 M K2SO4 and 0.04 KH2PO4 at 600 Watt power, air flow rate 0.6 lpm, operating temperature 30oC-50oC and carried out within 90 minutes. These conditions produce nitrate of 1671.6 ppm, specific energy of 8.01 kJ/mmol and anode erodibility of 3.3 grams."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissa Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menegradasi limbah Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) agar mencapai baku mutu yang telah ditetapkan dengan metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE). LAS yang digunakan merupakan LAS sintetis dengan konsentrasi awal 100 ppm, dan larutan KOH sebagai elektrolitnya. Variasi variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah tegangan listrik (500 V, dan 600 V), konsentrasi elektrolit (0.01 M, 0.02 M, dan 0.03 M), dan kedalaman anoda (CGDE, 1 cm, dan 2 cm). Analisis produk yang dilakukan adalah pengukuran hidrogen peroksida, pengukuran kandungan LAS dengan metode MBAS, dan pengukuran konsumsi energi listrik selama proses degradasi berlangsung. Dari hasil penelitian didapat persentasi degradasi LAS mencapai 99,14% pada tegangan 600 volt, selama 2 jam dan menggunakan larutan elektrolit KOH 0,02 M. Konsumsi energi untuk mendegradasi LAS tersebut sebesar 1149,8817 KJ/mmol LAS yang terdegradasi dan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 298,52 ppm.

This research aimed to degrade Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) in order to achieve the quality standards established by Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) method. That are used synthetic LAS with initial concentrations 100 ppm, and KOH solution as the electrolyte. In this research variation of variables used are the power supply voltages (500 V, and 600 V), electrolyte concentrations (0,01 M, 0,02 M and 0,03M) and the depths of an anode (CGDE, 1cm and 20 cm). The product analysis is the measurements of hydrogen peroxide, concentration of LAS with MBAS method, and measurement of electrical energy consumption during the degradation process takes place. The result is the percentage of LAS degradation reached 99.14% at the voltage of 600 volts, in time 2 hours degradation and using KOH 0.02 M electrolyte solution. The energy consumption amounted to degrade LAS 1149.8817 kJ/mmol and the concentration of hydrogen peroxide at 298.52 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ayu Ardani
"Amonia dan nitrat yang dapat diolah menjadi pupuk dapat dihasilkan sekaligus dalam satu reaktor yang sama menggunakan metode elektrolisis plasma dengan injeksi udara. Salah satu permasalahan dalam proses elektrolisis plasma adalah erosi elektroda. Melalui penelitian ini, kinerja dan efektivitas stainless steel sebagai elektroda tempat terbentuknya plasma diamati dengan meninjau yield produk, konsumsi energi, dan erosi elektroda. Penelitian ini menguji pengaruh variasi konsentrasi larutan elektrolit Na2SO4 (0,01; 0,02; dan 0,04 M) dan konsentrasi aditif Fe2 (0; 15; 30; dan 45 ppm) pada daya 500; 600; dan 700 watt dengan bantuan injeksi udara 0,4; 0,6; 0,8; 1; dan 1,2 lpm terhadap efektivitas proses. Pengujian dilakukan pada rangkaian reaktor elektrolisis plasma yang dilengkapi trap cell untuk menangkap gas yang terlepas selama proses. Pada penelitian ini, kondisi operasi optimum untuk membentuk nitrat dicapai dengan menggunakan 0,01 M Na2SO4 pada laju alir udara 1 lpm, daya 600 watt, dan penambahan Fe2 30 ppm. Kondisi tersebut mampu menghasilkan 31,91 mmol nitrat dan 0,3 mmol amonia dan juga didapatkan produk samping 0,052 hidrogen peroksida dan 0,332 mmol hidrogen dengan energi spesifik 33,84 kJ/mmol dan erosi elektroda 0,12 gram. Selain itu, melalui penelitian ini, kinerja dan efektivitas elektroda stainless steel sebagai elektroda tempat terbentuknya plasma telah terbukti dan menjanjikan untuk digunakan dalam elektrolisis plasma.

This study investigates the simultaneous production of ammonia and nitrate, both essential components of fertilizers, through plasma electrolysis with air injection. The erosion of electrodes poses a significant challenge in the plasma electrolysis process. The performance and effectiveness of stainless steel electrodes in plasma formation are examined, considering aspects such as product yield, energy consumption, and electrode erosion. The research explores the impact of varying concentrations of Na2SO4 electrolyte solution (0.01 M, 0.02 M, and 0.04 M) and Fe2+ ion concentrations (0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, and 45 ppm) at different power levels (500 W, 600 W, and 700 W) with air injection rates of 0.4 lpm, 0.6 lpm, 0.8 lpm, 1 lpm, and 1.2 lpm on the effectiveness of the plasma electrolysis process. Experimental tests are conducted using a plasma electrolysis reaktor equipped with a gas trap cell for precise gas collection. The optimal operating conditions for nitrate synthesis are identified as a Na2SO4 electrolyte concentration of 0.01 M, an air flow rate of 1 lpm, a power level of 600 W, and a Fe2+ addition of 30 ppm. Under these optimized conditions, the plasma electrolysis process successfully yielded 31.91 mmol of nitrate and 0.3 mmol of ammonia. Additionally, by-products of 0.052 mmol of hydrogen peroxide and 0.332 mmol of hydrogen were obtained. The specific energy consumption for the process is measured as 33.84 kJ/mmol and the electrode erosion is determined to be 0.12 grams. The findings of this study demonstrate the excellent performance of stainless steel electrodes and their potential for practical applications in plasma formation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Indra Waskito
"Elektrolisis adalah suatu proses penguraian senyawa air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen hasil elektrolisis air diharapkan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kinerja motor bakar 4 langkah. Gas hidrogen hasil elektrolisis air tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar tambahan sehingga penggunaan bahan bakar fosil diharapkan dapat dikurangi. Penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembakaran di dalam ruang bakar yang dampaknya meningkatkan efisiensi bahan bakar dan emisi gas buang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Parameter gas buang yang diuji pada reaksi pembakaran dapat dilihat dari kadar karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan oksigen (O2).

Electrolysis is a process that can break chemical bonding of water into hydrogen and oxygen. Hydrogen, the result of electrolysis process, is expected giving positive impact in 4 stroke combustion engine performance. Hydrogen from electrolysis process can be used as additive fuel so it can reduce fossil fuel utilization. Hydrogen utilization is also expected improving combustion quality in combustion chamber that effect to increase fuel efficiency and exhaust emission is better. Exhaust emission parameters were tested in combustion reaction are carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), hydrocarbon (HC), and oxygen (O2)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S423001
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>