Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jami Hariyo Sudarmo
"Rangkaian lima gempa bumi dangkal dengan magnitudo di atas 6 yang terjadi di lokasi-lokasi yang berdekatan dalam rentang waktu kurang dari satu bulan (29 Juli 2018-19 Agustus 2018) membuat panik warga Lombok dan membuat banyak perhatian tertuju kepada Pulau Lombok. Dengan banyaknya gempa bumi yang terjadi di Indonesia, diperlukan mitigasi bencana yang sangat baik agar kerugian jiwa dan harta bisa diminimalisasi semaksimal mungkin. Vs30 dapat dijadikan klasifikasi situs agar perencanaan pembangunan dapat disesuaikan dengan risiko getaran gempa pada setiap lokasi. Karena pengukuran Vs30 di Indonesia masih minim, diperlukan estimasi nilai Vs30 berdasarkan kondisi di Indonesia yang tergolong kompleks. Pada penelitian ini dilakukan perkiraan nilai Vs30 berdasarkan topografi, geologi, dan geomorfologi lembar Mataram di Pulau Lombok. Pertama dilihat korelasi antara nilai Vs30 hasil pengukuran dengan ketinggian, kemiringan, satuan geologi, umur geologi, dan kategori geomorfologi. Kemudian dilakukan estimasi nilai Vs30 berdasarkan ketinggian, kemiringan, satuan geologi, umur geologi, dan kategori geomorfologi dan dibandingkan nilainya dengan hasil pengukuran. Setelah itu dilakukan juga korelasi dan pemodelan menggunakan beberapa resolusi ketinggian dan kemiringan yang berbeda untuk melihat resolusi mana yang kemungkinan paling sesuai untuk kondisi di Lombok. Dari beberapa pemodelan, diperoleh bahwa kemungkinan model yang paling sesuai dengan kondisi di Lombok yaitu estimasi Vs30 menggunakan 30 titik pengukuran Vs30 berdasarkan kombinasi variabel bebas ketinggian dan satuan geologi pada resolusi 9 arcsec yang memiliki nilai median residu model sebesar -0,008 dan standar deviasi residu model sebesar 0,162.

Five successive earthquakes with magnitude above 6 taking place in relatively close locations in less than one month (29 July 2018 – 19 August 2018) caused panic among the people of Lombok and directed attentions towards the island of Lombok. With the countless occurrence of earthquakes in Indonesia, it is required to have a very good disaster mitigation to minimize the loss of life and property as much as we can. Vs30 can be used for site classification, so the development can be planned in accordance with the earthquake risk in each location. Because of the still sparse Vs30 measurements in Indonesia, it is needed to have an estimation of the Vs30 value based on the quite complex condition in Indonesia. In this research, the estimation of Vs30 value is done based on topography, geology and geomorphology of Mataram sheet in the Island of Lombok. First, the correlation of Vs30 measurements value with elevation, slope, geological unit, geological age, and geomorphological category is investigated. Then, the estimation of Vs30 value is calculated based on elevation, slope, geological unit, geological age, and geomorphological category. After that, the Vs30 estimation value compared with the Vs30 measurement value. The correlation and modeling were also carried out using several different elevation and slope resolutions to see which resolution might be the most suitable for conditions in Lombok. From several models, it is found that the most suitable model for the conditions in Lombok might be the Vs30 estimation that uses 30 Vs30 measurements based on the combination of the independent variables of the elevation and geological unit on 9 arcsec resolution that have a median value of the model residual of -0.008 and a standard deviation of the model residual log of 0.162."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Rahayu
"Kecepatan rambat gelombang geser lapisan tanah 30 meter dari permukaan (VS30) adalah parameter penting untuk menilai perilaku dinamis dari tanah. Lapisan tanah 30 meter dari permukaan sebagai media penjalaran gelombang gempa yang paling dekat ke struktur bangunan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap struktur sesuai dengan jenis tanahnya. SNI 1726 : 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung menggunakan nilai VS30 pengukuran langsung, sebagai parameter untuk melihat pengaruh kekakuan sedimen. Pengukuran langsung VS30 dapat dilaksanakan dengan metode invasif atau metode non invasif antara lain dengan Multi-Chanel Analysis of Surface Waves (MASW), dimana pelaksanaannya membutuhkan biaya tinggi sehingga diperlukan metode yang dapat memudahkan bagi perencana yaitu dengan nilai estimasi VS30 yang merupakan pendekatan nilai VS30. Riset Pemodelan estimasi kecepatan rambat gelombang geser tanah (VS30) berbasis topografi dan geologi untuk perencanaan struktur tahan gempa diperlukan untuk menjembatani keperluan persamaan percepatan pergerakan tanah untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia yang luas secara cepat.
Riset ini membuat korelasi pengukuran langsung VS30 dengan atribut topografi, geomorfologi dan geologi. Atribut topografi berupa lereng dan elevasi dari data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 arcsec yang divalidasi dengan peta topografi manual. Satuan geomorfologi yaitu struktural, gunungapi (volkanik), laut (marine), sungai (fluvial) serta karst (gamping) dari peta sistim lahan. Faktor geologi yaitu umur geologi dari peta geologi Indonesia digital dan manual. Data dianalisa dengan regresi linier dan analisa spasial. Pemodelan estimasi VS30 menghasilkan model dengan empat variabel yaitu elevasi, lereng, unit geomorfologi dan umur geologi dari persamaan lokal dan global pada wilayah Yogyakarta, Palu dan Padang. Persamaan global menghasilkan Model global yang lebih baik dari estimasi VS30 oleh Wald dan Allen, akan tetapi Model dari persamaan lokal lebih baik dari Model dari persamaan global. Model dengan empat variabel memberikan nilai yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah tetapi dalam kisaran yang tidak jauh dari pengukuran langsung.
Hasil analisis pengolahan data menunjukkan bahwa kondisi lokal sangat mempengaruhi estimasi VS30 di Yogyakarta, Palu dan Padang. Yogyakarta didominasi oleh satuan geomorfologi Vulkanik, Palu oleh Fluvial dan Padang oleh Marin dan Fluvial. Efek satuan geomorfologis dan umur geologis perlu dipertimbangkan dalam memperkirakan nilai VS30. Sebagai kesimpulan umum, metode ini memungkinkan untuk mendefinisikan daerah-daerah dengan perilaku serupa yang diharapkan dalam hal penguatan stratigrafi, yang tidak dapat hanya dengan menggunakan pendekatan berbasis-lereng sederhana atau berbasis-geologi. Keandalannya tergantung pada kualitas investigasi yang tersedia dan efektivitas pengaturan geomorfologi dan peta umur geologi. Model estimasi VS30 ini sesuai untuk klasifikasi lokasi pada skala regional dan dapat diadopsi untuk peta mikrozonasi kelas I atau real-time shake. Riset ini aplikasinya diharapkan memberikan masukkan bagi pengembangan peraturan keamanan dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa dan mitigasi gempa di Indonesia.

The shear-wave velocity over the top 30 m subsoil (VS30) is an important assessment parameter of seismic ground surface motion. The 30 m top layer of soil is the closest to the structure of the building, and could have different effects depending on the type of soil and topography. The Indonesian earthquake code for building and non building structures known as SNI 1726-2012 uses the directly measured VS30 as the primary parameter to identify the stiffness effect of sediment. The VS30 can be measured using non invasive methods, such as multi-channel analysis of surface waves (MASW). Direct, invasive measurements of VS30 around Indonesia would be difficult to implement due to the vastness of the country and the high cost nature of the testing. To provide an alternative to the direct measurement, VS30 estimationmodels have been developed.
This research was carried out by correlating the VS30 obtained from series of MASWtests with estimated VS30 values obtained using the topographic slope and elevation from the Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 arcsec data. geologic age data. The Geomorphology units data which are Struktural, Karst, Vulkanik, Fluvial and Marine from landsystem map and the geologic age data from Geological Survey Centre (PSG). Data were analyzed by linear regression and spatial analysis. VS30 estimation modeling produces models with four variables, namely elevation, slope, geomorphological unit and geological age of local and global equations in the regions of Yogyakarta, Palu and Padang. Global equations produce global models that are better than VS30 estimates by Wald and Allen, but models of local equations are better than models of global equations. Four proxy based estimates provide values that are slightly higher or lower but in a range not so far from direct measurements.
The results of data processing analysis shows that local conditions greatly affect VS30 estimates in Yogyakarta, Palu and Padang. Yogyakarta area is dominated by volcanic geomorphology, Palu area by Fluvial and Padang area by Marin and Fluvial. The effects of geomorphological units and geological age need to be considered in estimating VS30 values. As a general conclusion, the method allows for defining areas with an expected similar behaviour in terms of stratigraphic amplification, that cannot be perceived using simple slope-based or rough geology-based approaches. Its reliability depends on both the quality of the available investigations and the effectiveness of the geomorphology and geology age map setting elaborated for the specific region. However, the suggested approach is appropriate for site classification at a regional scale, to be adopted for Grade I microzonation maps or real-time shake.To obtain the best result with an accurate estimate of Vs30, maps of all four variables must be available. In the future, with the development of government attention to research in the field of geomorphology unit and geology age which concerns the availability of spatial data as in the policy of one map policy, we believe this research will be increasingly accurate and cover a large area of Indonesia. This research application is expected to provide input for the development of security regulations in planning earthquake-resistant building structures and earthquake mitigation in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2621
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The previous research used geomagnetic method on 36 sample located in Mataram with radius 5x5
kms2, have resulted isogram map that clearly indicated extreme magnetic dipole of 70.383,4nT
(03535 '05, 34 " LS ll6`§07?22,8"BT at Karang Kemong) and -26_395,5m" (0ti*'37't5,2" LS
l l 6° 05 'l L6 "BT at Asrama Haji, Jalan Lingkar Selatan). This value has been corrected with IGRF of
45.000nT1 This paper will report the results of advance research to identify the sources of the extreme
geomagnetic anomaly. The method used in this research is making a comparison between geomagnetic
anomaly value and gravity anomaly value (Bouguer anomaly); also the values of geomagnetic anomaly
recorded in several places that have been predicted or proven had mineral/ores potency Besides that, a
geologic prediction will be made based on geo-electric survey at center of positive and negative anomaly.
This research shows that there is correlation between low Bouguer anomaly (l40mGaU and positive
geomagnetic anomaly (70.3 83, 4nT), in the other hand high Bouguer anomaly (1 50mGaU correlated with
positive geomagnetic anomaly (-26.395,5nD. Besides that, the value of geomagnetic anomaly in
Mataram higher than those of other locations that have been predicted or proven had mineral/ores
potency. Geo-electric method applied on bath maximum points of anomaly give a result that the most
probable source of geomagnetic anomaly in Mataram is substructure that contains much fresh water
(highly productive aquifer) or specific stricture of stone with magnetic property that must be studied
intensively.
"
Jurnal Teknologi, 19 (3) September 2005 : 230-237, 2005
JUTE-19-3-Sep2005-230
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Finisha Haedara
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan aktifitas tektonik yang tinggi. Parameter untuk memprediksi gerakan tanah menjadi sangat penting untuk diteliti. Salah satu parameter yang digunakan untuk memprediksi gerakan tanah adalah cepat rambat gelombang tanah (VS30). Namun di Indonesia ketersediaan data VS30 masih belum mencukupi dikarenakan mahalnya biaya dan waktu pelaksanaan yang relative lebih lama untuk melakukan uji VS30. Perhitungan nilai VS30 dengan pendekatan tertentu kemudian menjadi sebuah solusi yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai VS30, salah satunya adalah dengan pendekatan topografi. Teori Allen dan Wald sebagai salah satu peneliti yang menyatakan bahwa nilai slope berbanding lurus dengan nilai VS30 menjadi dasar yang digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mencari model yang sesuai dengan tanah di wilayah Indonesia. Dengan menggunakan 380 data dari titik pengujian MASW yang dikumpulkan dari peneliti sebelumnya dan tersebar di 9 wilayah di Indonesia dan nilai slope serta elevasi yang didapat dari peta topografi SRTM 30 1 arcsecond yang kemudian diolah menggunakan software ArcGIS, pemodelan berbasis slope didapatkan dengan menggunakan metode analisis bivariat dan dievalusi berdasarkan nilai standar deviasi, median serta diagram histogram hasil residu perbandingan VS30 MASW dengan hasil estimasi. Hasil analisis menunjukan bahwa model terbaik didapat dengan mengkorelasikan nilai VS30 dengan slope sesuai dengan elevasinya per 100 meter tanpa menyertakan nilai yang dianggap sebagai slope. Elevasi dibagi menjadi per 100 meter untuk menciptakan model yang baik. Hubungan elevasi dan slope dapat dibuat dalam persamaan log(Vc30) = 2,724 + 0, 192 log(Lr) dengan hasil standar deviasi 0,167 dan merupakan standar deinasi yang terendah diantara nilai lainnya.

Indonesia is one with highly intensity of tectonic activity area. A parameters to predict ground motion becomes very important to be studied. One of the parameters used to predict ground motion is the shear-wave velocity (VS30). However, in Indonesia the availability of VS30 data is still insufficient due to the high cost and relatively longer implementation time to conduct VS30 tests. Calculation of the VS30 value with a certain approaches then becomes a solution that can be used to predict the VS30 value, one of these is the topographic approaches. The theory by Allen and Wald as one of the researchers who stated that slope value is directly proportional to the VS30 value is the basis used in this study which aims to find a model that is suitable for soils in the Indonesian region. Using 380 data from MASW test points collected from previous researchers and spread across 9 regions in Indonesia and slope and elevation values obtained from SRTM 30 1 arcsecond topographic maps then processed using ArcGIS software, slope- based modeling was obtained using the bivariate analysis method and evaluated based on the values of standard deviation, median and histogram diagram of the residual results of MASW VS30 comparison with the estimated results. The analysis showed that the best model was obtained by correlating the VS30 values with the slope according to the elevation per 100 meters without the values considered as slopes. Elevation was divided into per 100 meters to create a good model. The relationship between elevation and slope can be made in the equation log(Vs30) = 2.724 + 0.192 log(Lr) with a standar deviation result of 0,167 and is the lowest standard devition among other values."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Referano Agustiawan
"Tujuan: Mengetahui jumlah berbagai kategori IMT pada penduduk Lombok usia ?50 tahun, prevalensi katarak senilis, proporsi katarak senilis di kelompok IMT rendah dan mencari hubungan IMT dengan katarak senilis.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross-sectional, meliputi 2720 subyek dari 68 klaster. Semua subyek dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan oftalmologi yang meliputi pemeriksaan visus secara kasar dengan pin-hole, pemeriksaan lensa serta segmen posterior menggunakan senter, dan oftalmoskopi langsung. Setiap subyek dihitung IMT-nya. Hubungan IMT dan katarak senilis dihitung dengan analisa statistik multivariat.
Hasil: Subyek yang dapat diperiksa secara lengkap sebesar 93,5% dari semua target. Prevalensi katarak di Lombok 12,4%. Penduduk yang masuk dalam kategori IMT severe thinness 13,6%, mild thinness 12,7%, normal 59%, mild overweight 7,7%, dan severe overweight 7%. Proporsi katarak senilis pada IMT rendah sebesar 36,6%. Tidak ada hubungan secara statistik antara IMT dan katarak senilis.
Kesimpulan: Prevalensi katarak senilis di Lombok masih cukup tinggi, dan diperlukan penanganan yang komprehensif dan lintas sektoral. Distribusi IMT di penduduk Lombok usia ?50 tahun merupakan distribusi normal. Perin diteliti lebih lanjut tentang hubungan antara katarak senilis dan IMT dengan memperhatikan jenis katarak dan faktor-faktor resiko katarak yang lain.

Objective: To determine the frequency of each category of BMI, prevalence of senile cataract, proportion of senile cataract in thin subjects, and the relationship between thinness and senile cataract of population aged 50 years and older living in Lombok.
Method: An observational cross-sectional study was carried out involving 2720 subjects aged 50 years. and over divided into 68 clusters. Home visits were conducted for ophthalmology examination including visual acuity evaluation with pin-hole, inspection of posterior segment and lens using flash light, and direct ophthalmoscopy. HMI was calculated after ophthalmology examination. Relations between BMI and senile cataract was anal-zed using multivariate statistical method.
Result: Ninety three point five percent subjects were examined completely. Prevalence of senile cataract in Lombok was 12,4%, severe thinness category was 13,6%, mild thinness 12,7%, normal 59%, mild overweight 7,7%, and severe overweight 7%. Proportion of senile cataract in subjects with low BMI was nearly 36,6%. No stastitical correlation was found between BMI and senile cataract.
Conclusion: Prevalence of senile cataract in Lombok is quite high. More comprehensive cataract management is needed. Normal BMI distribution was detected in this study. Further study is necessary to find the relationship between BMI and senile cataract regarding contribution of cataract maturation, type and other risk factors."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Suca Sumadi
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
306.8 WAY t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Kironosasi W.
"Studi ini mempelajari stereotip dan prasangka dalam komunikasi antar kelompok yang merupakan kajian studi komunikasi antar budaya. Studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka antar sukubangsa memang sudah banyak dilakukan, namun studi yang membahas masalah stereotip dan prasangka dari orang Bali dan orang Sasak belum banyak dilakukan. Studi ini lebih menekankan pada masalah situasional, yaitu situasi komunikasi dan situasi kelompok, oleh karena itu unit pengamatannya adalah interaksi antar kelompok--yaitu antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak.
Dalam kajian komunikasi (interaksi) antar kelompok, data atau informasi mengenai lawan interaksi menjadi penting terutama stereotip mengenai sukubangsa yang satu terhadap sukubangsa lain merupakan landasan dalam berinteraksi (berkomunikasi).
Mengingat adanya perbedaan dalam hal nilai-nilai (persepsi), bahasa, stereotipstereotip dan prasangka, pandangan hidup, sikap, pola non-verbal serta orientasi nilai antara sukubangsa Bali & Sasak diduga dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman antarbudaya. Oleh karena itu dianggap perlu untuk melakukan suatu kajian ilmiah terhadap interaksi yang terjadi antara kedua sukubangsa tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Bali terhadap sukubangsa Sasak; 2) bagaimanakah pandangan stereotip & prasangka sukubangsa Sasak terhadap sukubangsa Bali; dan 3) bagaimanakah & mengapa stereotip & prasangka dapat mempelancar atau mengharnbat interaksi antara kedua sukubangsa tersebut; serta 4) bagaimanakah gaya komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut di dalam interaksi mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualtitatif.
Temuan penelitian menggambarkan bahwa sukubangsa Bali walaupun sudah menetap di Lombok khususnya di Cakranegara (Mataram-Lombok Barat) sejak lama., namun mereka masih sangat ketat dalam menjalankan nilai-nilai dan aturan-aturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya. Bahkan menggunakan bahasa Bali halus dan sebutan kebangsawanan relatif penting bagi mereka. Pada saat berinteraksi salah dalam menggunakan bahasa terutama bagi orang Sasak yang bukan bangsawanan dengan orang Bali bangsawan dapat menimbulkan kesalahpahaman komunikasi antara kedua sukubangsa tersebut. Sehingga dalam berinteraksi informasi (data kultural, sosiologi dan psikologi) mengenai lawan interaksi menjadi sangat panting. Namun dalam berinteraksi antara sukubangsa Bali dan sukubangsa Sasak stereotip dan prasangka pada situasi-situasi tertentu dapat diredam. Gaya komunikasi mereka cenderung kaku dan resmi. Dalam hal ini perbedaan nilai-nilai, bahasa, serta adanya stereotip & prasangka pada situasi persaingan (konfhk) dapat menghambat komunakasi di antara mereka dan pada situasi keijasama atau akomodasi perbedaan tersebut dapat diredam. Dalam konflik sukubangsa Bali cenderung mengaktifkan kesukubangsaan sementara itu sukubangsa Sasak mengaktifkan keagamaan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Rahayuningsih Suhardjono
"ABSTRAK
Collembola merupakan Hexapoda yang mempunyai beraneka ragarn ukuran, warna, habitat, dan peran dalam lingkungannya. Kelompok antropoda ini mudah dikenal karena cirinya yang khas, yaitu alat pelenting yang disebut furkula. Dengan adanya alat pelenting ini, Collembola juga dikenal dengan nama ekorpegas.
Dasar pemilihan Collembola
Ukuran Collembola berkisar antara 0,25 mm dan 8,00 mm panjangnya. Warnanya pun bermacam-macam, dari yang paling pucat sampai yang sangat mencolok, yaitu dari putih, abu-abu, biru tua, hitam, sampai merah merona. Secara menyeluruh, Collembola menduduki habitat-habitat lapisan tanah, serasah, kulit pohon yang melapuk, daun, dan bunga. Dengan habitat yang bermacam-macam ini, peran Collembola dalam lingkungannya juga bermacamrnacam, yaitu sebagai perombak bahan organik, penyeimbang fauna tanah, pemangsa hewan lain, penyerbuk, perusak tanaman bawang dan jamur merang, serta penyerap ion racun dan/atau logam berat.
Walaupun Hexapoda ini terdiri atas berbagai kelompok yang menduduki berbagai lingkungan, yang menonjol darn segi jumlah dan peran dalam lingkungan adalah Collembola tanah. Sebagai fauna tanah, Collembola tanah terdapat pads lapisan tanah atas. Habitat seperti ini berkisar parka kedalaman tanah darn 0 cm sampai 15 cm. Dengan persyaratan kehidupan Collembola tanah seperti itu, peran kelompok ini yang dapat dimanfaatkan manusia adalah dalam aspek indikasi kandungan air tanah, ion racun dan Iogam berat, Berta sebagai faktor penyeimbangan fauna tanah.
Kias Collembola, yang terklasifikasi di dalam Induk klas Hexapoda, terdiri atas tidak kurang darn 6.000 jenis yang sudah dikenal. Jenis-jenis ini terkelompok ke dalarn seldtar 500 marga (Greenslade 1991: 548). Collembola tidak tersebar merata di bagian-bagian dunia. Di Jepang tercatat 331 jenis yang terkelompok dalam 92 marga darn 13 suku (Yoshii, 1977: 141-170), Norwegia memiiild 234 jenis dalam 48 marga dari 5 suku (Fjellberg 1980: 1-200), sedangkan di Australia tercatat lebih darn 1.600 jenis yang terkelompok dalam 14 suku.
Di Indonesia pencatatan mengenai Collembola masih sangat terbatas. Sampai tahun 1989 dikenal 154 jenis dalam 57 marga (Suhardjono 1989a: 1-22; 1989b: 117-127, Yoshii & Suhardjono 1989: 23-90). Jenis-jenis yang tercatat ini berasal clan Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sulawesi, dan Irian Jaya. Darn kenyataan ini, jelaslah bahwa masih terdapat peluang besar untuk mengungkapkan keanekaragaman Collembola darn Indonesia. Dengan inventarisasi yang lebih rinci di banyak bagian Indonesia, akan lebih banyak jenis bare yang dapat ditambahkan pads daftar Collembola Indonesia. "
1992
D336
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Rashid Haikal
"Pulau Lombok berada di zona aktif tektonik yang menyebabkan maraknya kejadian gempa bumi. Hal ini menyebabkan pulau Lombok menjadi daerah yang rawan bencana. Kerawanan suatu daerah terhadap bencana gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keberadaan sedimentasi tebal, kontras densitas tinggi antara lapisan batuan dengan batuan basement, dan keberadaan struktur sinklin dibawah permukaan. Penelitian ini menggunakan prinsip metode gravitasi untuk mengidentifikasi keberadaan struktur patahan di Pulau Lombok sebagai studi pendahuluan untuk evaluasi daerah rawan bencana gempabumi di Pulau Lombok. Dengan analisis gabungan dari peta anomali gravitasi regional, residual, first horizontal derivative, second vertical derivative, struktur patahan di Pulau Lombok dapat teridentifikasi. Hasil penelitian kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan dalam usaha mitigasi bencana gempa bumi di pulau Lombok.

Lombok island is located on a tectonically active zone which causes a great number of earthquakes to happen. This occurrence makes Lombok Island to be a disaster-prone area. The susceptibility of an area to earthquake disaster is affected by several factors namely: the presence of thick sedimentation, high density contrast between a layer of rocks with the basement, and the presence of syncline structures below the surface. This study uses the principle of the gravity method to identify the presence of fault structures on the island of Lombok as a preliminary study to evaluate earthquake-prone areas on the island of Lombok. With the combined analysis of regional gravity anomaly maps, residuals, first horizontal derivatives, second vertical derivatives, fault structures on Lombok Island can be identified. The results of the study can then be used as a reference for decision making in earthquake disaster mitigation efforts on the island of Lombok."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus R. Utomo
"ABSTRAK
Mengingat dewasa ini negara kita sedang memasuki era industrialisasi, maka kebutuhan energi listriknya di masa mendatang perlu diperkirakan, sehingga kelak dunia industri khususnya di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Bukan itu saja, karena dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/negara, sektor industri dan komersial memberikan saham yang cukup besar maka tak salah kiranya bila kebutuhan energi listrik dari sektor komersial tutur diperkirakan pula. Sebab dalam era teknologi modern seperti sekarang ini, segala aktifitas atau kegiatan, termasuk kedua sektor di atas, tak dapat dipisahkan dari pemakaian energi listrik. Namun demikian di lain sisi, studi ini bersifat ramalan, sehingga tak ada yang dapat menjamin kebenaran hasilnya secara absolut atau mutlak. Tetapi melalui pendekatan kwantitatif, studi ramalan dengan menggunakan data-data bersifat empiris ini, diharapkan hasilnya dapat mendekati kebenaran yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1988
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>