Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 84254 Document(s) match with the query
cover
Okky Martanto Wibowo
"Pengelasan material duplex ASTM A928 UNS S31803 sangatlah banyak di sektor industri baik petrochemical, oil and gas ataupun power plant. Proses pengelasan yang sering dipakai adalah GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) untuk pipa ataupun plat. Pengelasan GTAW pada material duplex stainless steel harus menggunakan purging gas karena purging gas melindungi weld pool dari oksigen untuk mencegah adanya oksidasi didaerah root pass yang berpengaruh terhadap ketahanan korosi. Pengelasan dengan metode yang berbeda yaitu pengelasan tanpa purging gas. Penelitian ini berfokus kepada pengelasan GTAW tanpa purging gas atau backing gas yang di bandingkan dengan pengelasan dengan purging gas pada material duplex stainless steel. Hasil pengujian tarik menunjukan nilai UTS yang hampir sama yaitu nilai rata-rata 777 N/mm2 untuk spesimen tanpa purging gas dan nilai rata rata 790 N/mm2 untuk spesimen dengan purging gas. Pengujian side bend test dan makro dengan hasil yang masih diterima berdasarkan ASME section IX dan ASME B31.3. Impact test yang dilakukan pada temperatur -460 C dengan hasil rata2 terendah 72 Joule untuk pengelasan tanpa purging gas dan 75 Joule untuk pengelasan dengan purging gas. Hasil pengujian hardness tebesar yaitu 289 HV10 untuk specimen tanpa purging gas dan 307 HV10 untuk specimen dengan purging gas. Nilai impact dan hardness ini masih sesuai dengan ASME B31.3. Ferrite content dari specimen tanpa purging gas yaitu 36 – 49 % dan untuk specimen dengan purging gas yaitu 44 – 49 %. Pengujian korosi dengan lingkungan klorida berdasarkan ASTM G48 dengan Metode A didapatkan hasil yang diterima dari kedua specimen yang direndam selama 24 jam. Dari pengujian ini disimpulkan bahwa pengelasan tanpa purging gas secara mekanikal dan pitting corrosion resistance telah sesuai dengan persyaratan yang ada dan hasilnya menunjukan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan pengelasan dengan purging gas sehingga dapat dijadikan sebuah pilihan didalam dunia industri.

Welding of material duplex ASTM A928 UNS S31803 very commons in the industrial sector of petrochemical, oil & gas and power plan. Welding process which mostly used for weld material duplex stainless steel is GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) for plate and pipe. GTAW welding process for duplex stainless steel shall apply purging gas to avoid any oxygen contamination in the weld pool which can cause oxidation in the root pass and influence corrosion resistance. Another welding method is perform welding without purging gas. This research focus on GTAW welding process without purging gas to weld material duplex stainless steel which compare with welding with purging gas. Tensile test result with average 777 N/mm2 for welding without purging gas and 790 N/mm2 for welding with purging gas. Side bend test and macro examination result are accepted refer to ASME section IX and ASME B31.3. Impact test which performed at -460 C with lowest average result is 72 Joule for welding without purging gas and 75 Joule welding with purging gas. Hardness test result maximum is 289 HV10 for welding without purging gas and 307 HV10 for welding with purging gas. These results are complied with ASME B31.3. Ferrite content result 36-49 % for welding without purging and 44-49 % for welding with purging gas which both result has complied with NACE (35-65%). Corrosion test performed refer to ASTM G48 method A with accepted result for welding with or without purging gas which hold 24 hours in chloride environment. Based on the testing result can be concluded that GTAW welding for material duplex stainless steel without purging gas has complied with the CODE and the testing result are almost same with welding use purging gas. Therefore, GTAW welding process without purging gas to weld material duplex stainless steel ASTM A928 UNS S31803 can be applied in the world industry. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyan Tri Kusuma
"Ketahanan Korosi Sumuran pada 2205 Duplex Stainless Steels, ditentukan dengan uji elektrokimia dengan kadar 1 berat, 2 berat, 3,5 berat, 4 berat, 5 berat larutan NaCl dan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat pada 3,5 berat larutan NaCl. Hasilnya menunjukkan bahwa Baja tahan karat Duplex pada Larutan NaCl 3,5 berat memiliki ketahanan korosi yang paling rendah, diikuti oleh 4 berat, 5 berat, 2 berat, 1 berat. Sedangkan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat ditambahkan ke 3,5 berat larutan NaCl dan ditunjukkan bahwa penambahan amonium molibdat dapat meningkatkan Ketahanan pitting pada baja tahan karat Duplex 2205 pada larutan NaCl 3,5 berat.

Pitting Corrosion resistance of 2205 Duplex Stainless Steels, determined by electrochemical test at 1 wt, 2 wt, 3.5 wt, 4 wt, 5 wt of NaCl Solution and 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate at 3.5 wt of NaCl Solution has been investigated. The result show that Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl Solution had the most suspectible to pitting, followed by 4 wt, 5 wt, 2 wt, 1 wt. The 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate added to 3.5 wt NaCl Solution and its was shown that the addition of ammonium molybdate can increase pitting potential and reduce suspectibility on pitting of 2205 Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hidayat
"Penyambungan dua jenis material merupakan salah satu tantangan dalam industri manufaktur. Salah satu aplikasinya dilakukan pada penyambungan antara pipa baja tahan karat Dupleks 2205 disambungkan dengan pelat baja HY80 yang banyak dipakai bahan bakar kapal selam. Pengelasan menggunakan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan karena merupakan pengelasan yang paling efisien dan baik bagi baja paduan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian radiografi menggunakan sinar X, pengukuran tegangan sisa dengan hamburan neutron untuk mengukur ketahanan sisa di dalam serta menggunakan hamburan sinar X untuk pengukuran tegangan sisa di permukaan, selanjutnya untuk melengkapi data dilakukan juga pengujian kekerasan material dan pengambilan gambar struktur mikro atau metalografi, serta uji tekuk untuk mengetahui kekuatan hasil lasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa masukan panas yang lebih tinggi selain menghasilkan ukuran butir yang lebih besar, ternyata juga menghasilkan karbida yang lebih banyak sehingga kekerasannya lebih tinggi. Tingginya nilai kekerasan akan memberikan efek terhadap nilai tegangan sisa, kekerasan yang tinggi dihasilkan dari tegangan yang bersifat kompresi, sementara tegangan sisa bersifat tarik akan menghasilkan kekerasan yang rendah.

 


Joining two types of material is one of the challenges in the manufacturing industry. One application is carried out on the connection between HY80 steel plates connected with Duplex 2205 stainless steel pipes which are widely used as submarine fuel. Welding using SMAW (Shielded Metal Arc Welding) is done because it is the most efficient and good welding for alloy steel. After the welding process, radiographic testing using X-rays is carried out, the residual stress measured at the surface (using X ray diffraction) and in the middle of the metal (using neutron diffraction), hardness checked, metallography, and buckling test are also done to determine the strength of weld results. The test results show that higher heat input in addition to producing larger grain sizes, it also produces more carbides so that the hardness is higher. The high value of hardness will have an effect on the value of residual stress, high hardness is produced from compressive stress, while the tensile residual stress will produce low hardness.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Duplex atau ferritic - austenitic stainless steel (DSS) telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang aplikasi. Aplikasi material ini yang
begitu besar dikarenakan ketahanan material tersebut terhadap korosi.
Kekuatan dan ketangguhan yang tinggi, dan juga mempunyai kekuatan fatik
yang tinggi. Karakteristik material ini sangat dipengaruhi kesetimbangan
fasa feril-austenit, dimana keseimbangan dua fasa ini dipengaruhi oleh
komposisi kimia dan siklus termal yang dialami sebelumnya. Karena proses
pengelasan maka rasio komposisi kedua fasa akan berubah dan dapat
mengakibatkan perubahan sifat mekanis material ini.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan panas ani!
dan aging terhadap mikrostruktur dan kekerasan mikro pada lasan duplex
stainless steel UNS 531803. Perlakuan panas ini juga akan memberikan
data perubahan kandungan fasa feril dan fasa presipitat yang
mempengaruhi kekerasan mikro.
Perlakuan panas anil pada temperatur 1100°C memberikan
keseimbangan ferit dan austenit pada semua daerah yang mendistribusikan
kekerasan secara merata. Perlakuan aging pada temperaiur 900°C
nienurunkan kandungan fasa ferit dan membentuk fasa presipitat yang
meningkatkan kekerasan. Perlakuan anil sebelum aging mengurangi
jumlah fasa presipitasi yang terbentuk dibandingkan dengan perlakuan
panas aging tanpa anil sebelumnya. Semakin lama waktu tahan pada aging
akan meningkatkan jumlah fasa prenpiral."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Kevin
"[ABSTRAK
Penggunaan baja tahan karat dua fasa austenitik-ferritik (Duplex) UNS32205 telah digunakan secara luas pada berbagai sektor perusahaan, khususnya industri Minyak dan Gas serta industri Petrokimia karena memiliki sifat mekanik dan ketahanan korosi yang sangat baik. Pada penelitian ini,yang diamati adalah pengaruh konsentrasi NaCl pada lingkungan kerja baja tahan karat ini, yang bertujuan mencari konsentrasi yang bersifat paling korosif, dan juga dilakukan pengamatan terhadap pengaruh perubahan Ferrite Content atau nilai rasio dari kedua fasa penyusun baja tahan karat UNS32205 yaitu Austenit dan Ferrit.Pada sampel awal yang diamati tanpa diberikan perlakuan panas apapun memiliki nilai rasio fasa 40% Austenit ? 60 Ferrit. Perubahan Ferrite Content atau perubahan rasio tersebut dilakukan dengan melakukan dua metode pemanasan sampel. Yaitu pemanasan menggunakan maffle furnace pada temperatur 11000C dan ditahan selama 20 menit, dengan hasil rasio 42% Austenit ? 58% Ferrit dan nilai ketahanan korosi paling rendah. Dan juga dilakukan pemanasan dengan cara mengambil sampel pada daerah HAZ dengan temperatur antara 4000C-12000C dan langsung quench, dengan hasil pengamatannya adalah memiliki ketahanan korosi paling tinggi karena memiliki rasio 50,3% Austenit ? 49,7% Ferrit.
ABSTRACT
The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite. On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite ? 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit ? 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite ? 49.7% Ferrite.
, The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite.
On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite – 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit – 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite – 49.7% Ferrite.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryan Junaldi
"Perlakuan panas dilakukan untuk membebaskan tegangan pada baja tahan karat dua fasa SAF 2205 hasil pengerjaan dingin. Perlakuan panas dilakukan pada temperatur 350°C, 450°C, 550°C dengan waktu tahan 10 dan 40 menit. Pengujian korosi erosi pada sampel hasil perlakuan panas dengan menggunakan metode slurry pot dalam larutan HCL 0.3 M dan pasir silika (SiO2) dengan mekanisme tumbukan partikel padat dalam kondisi asam dengan pH 0.85. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan panas yang dilakukan pada baja tahan karat dua fasa SAF 2205 menurunkan tingkat ketahanan korosi erosi pada permukaan logam.

Heat treatment was conducted for stress relieving in duplex stainless steel SAF 2205 as cold worked. The annealing was conducted in temperature of 350°C, 450°C, 550°C with holding time 10 and 40 minutes. Erosion-corrosion testing was conducted on the heat treated samples with slurry pot method in chloride acid 0.3 M solution and silica sand (SiO2) with solid particles impingement mechanism in acid condition with pH 0.85. The results showed that heat treatment can reduce the resistance of erosion-corrosion on the surface of duplex stainless steel SAF 2205."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hakim
"Material baja tahan karat dua fasa SAF 2205 pipa kelas 65 diberikan pengerjaan berupa cold pilgering sehingga mengalami peningkatan kekuatan dan masuk kelas 140. Pada aplikasinya diperlukan pipa dengan spesifikasi kelas 110 atau 125 yang memiliki elongasi lebih tinggi tapi kekuatan yang lebih rendah. Pemberian perlakuan pelunakan pada suhu 350˚C, 450˚C, dan 550˚C dengan waktu tahan 10 dan 20 menit diberikan untuk menghasilkan penurunan kekuatan dan peningkatan elongasi pada material. Penurunan kekuatan dan peningkatan elongasi yang paling optimal terjadi pada suhu 550˚C dengan waktu tahan 10 menit.

Seamless tube of duplex stainless steel SAF 2205 grade 65 were given cold pilgering treatmentthat increases strength and theirgrade to 140. Some applications requiringseamless tube with specification of grade 110 and 125 that have higher ductility but lower strength. Heat treatment at temperature 350˚C, 450˚C, and 550˚C with holding time 10 and 20 minutes resulted decreasing of yield strength and increasing of elongation of material. Decreasing of yield strength and increasing of elongation reach optimum number at temperature 550˚C with holding time 20 minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"Super Duplex Stainless Steel (SDSS) adalah material yang dibentuk oleh kombinasi unik fasa ferit (alfa) dan austenit (gamma) yang idealnya memiliki jumlah fraksi volum yang sama besar yang menawarkan kombinasi yang menarik dari sifat mekanik dan ketahanan korosi. Pengelasan TIG atau GTAW adalah jenis pengelasan yang paling umum digunakan dalam material DSS dan SDSS di berbagai industri. Pemanasan cepat dan siklus pendinginan yang terjadi dalam proses pengelasan dapat mengganggu keseimbangan fasa alfa / gamma.
Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan perubahan struktur mikro akibat adanya proses pengelasan dalam material SDSS yang berdampak pada sifat mekanik dan ketahanan korosi. Namun, studi dan referensi terkait dampak pengelasan berulang pada material SDSS masih sangat jarang. Padahal dalam praktiknya, karena sulitnya mendapatkan kualitas hasil lasan yang baik pada material SDSS, perbaikan pengelasan sering dilakukan.
Dalam penelitian ini, spesimen dievaluasi untuk mensimulasikan siklus pengelasan berulang yang terdiri dari lasan asli (OW), Perbaikan- 1 (R1), Perbaikan- 2 (R2) dan Perbaikan- 3 (R3). Perubahan struktur mikro diamati melalui mikroskop elektron optik, fasa intermetalik diperiksa dengan SEM- EDS. Sementara itu, ketahanan korosi sumuran diselidiki dengan menggunakan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik suhu sumuran kritis (CPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa endapan nitrida, karbida dan oksida mulai muncul di area terpapar panas (HAZ) pada spesimen R- 2 dan R-m3. Berdasarkan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik CPT menunjukkan bahwa ketahanan korosi sumuran menurun dengan meningkatnya jumlah pengulangan atau proses perbaikan pengelasan. Penurunan ketahanan korosi secara signifikan mulai terjadi pada spesimen R- 2.

Super Duplex Stainless Steel (SDSS) is a material that is formed by a unique combination of ferrite and austenite microstructure that ideally has the same large volume fraction that offers an interesting combination of mechanical properties and corrosion resistance. TIG Welding or GTAW is the most common type of welding used in DSS and SDSS materials in various industries. Rapid heating and cooling cycles in the welding process can interfere with the alfa / gamma phase balance.
Many studies have been carried out related to changes in microstructure due to the welding process in SDSS materials which have an impact on mechanical properties and corrosion resistance. However, the studies and references in repeated welding cycles of SDSS materials are infrequently. In fact, because of the difficulty in obtaining quality welds of SDSS material, repaired welding is often carried out.
In this study, the specimens were evaluated to simulate repeated welding cycles consist of the original weld (OW), Repair- 1 (R1), Repair- 2 (R2) and Repair- 3 (R3). The microstructural evolutions were observed through optical electron microscope, intermetallic phases were examined by SEM EDS. Meanwhile, pitting corrosion resistance were investigated by means of gravimetric corrosion test, electrochemical potentio- dynamic polarization and potentio- static critical pitting temperature (CPT).
The result show that the nitride, carbides and oxide precipitates starts appear in R- 2 and R- 3 welding cycles heat- affected zone. Based on gravimetric corrosion test, potentiodynamic polarization test and CPT test show that the pitting corrosion resistance decreased significantly in repair 2 and repair 3 specimens. The more repetitions in the welding process will reduce pitting corrosion resistance. The significant reduction of corrosion resistance started in R-2 specimens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Duplex siainless steel relalz bmiyak digunakan dalam berbagai bidang apliknsi_ Aplilcasi marcrial ini yang begin: besm' dikarenakan kelahanan malarial ierxebui rerhadap ko/'osi_ Kekuaran dan kemngguhan _mug iinggi. dan juga mempunyai kelmaian_kzrilr _mug linggi. Karakferislik maierial ini sangai dipengaruhi ke.s'f:limhai1gan_krsa _/nfffil-(1)1511-Iliff. diumna keseiimbangan dl1H_ff?SG ini drpengaru/ai ole/1 komposisi kimia dan sikiux icrmnl yang dialami sebelumnya. Karena prosrfs pengelasmz maka msio komposisi kedua,kzsa nlmn berubah dan dapar mengakibailcan perubuharr SMI! mekanis material ini.
I’ene/irian ini herriguan :mink ineli/mi pengaruh perlnlcuan panax :mil dan merode pendinginan (waler quenching dan air cooling) lerhadnp mikrosirukrur dan kekerasan mikro pada lasan duplex slainless steel UNS S31803. Perlalfuan pcmas ini juga akan mcmberikcm dam perubahan imndungan _/2150 _ferir yang akan mcmpengaruhi kekerasrm milcro.
Perlairuan pcmas :mil pnda iemperaiur ll00°C memlnerilcan keserimbangan _krii dan ausfenii _Dada semua daernh _vang mendistribusikan kekerasan secara meraia_ Lap: pendinginan memberikan pengaruh yung berbeda rcrhadap kesetimbangan _£2sa. Pendinginan cepar 0nedia air) alarm menghasilkan kandungan _/érir yang lebih banyak. sedangkan pendinginan lamba! (media udara) menghasilkan kandungcm jérit lcurang dari pendingirmn cepat."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Dwi Antony
"Dalam pengelasan dan tahapan fabrikasi, proses perbaikan pengelasan (repair welding) diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengelasan perbaikan berulang terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan ketahanan korosi pada lingkungan klorida dari Duplex Stainless Steel (DSS) UNS S31803. Pengelasan perbaikan menggunakan kombinasi pengelasan manual GTAW dan SMAW dilakukan sebanyak tiga kali dengan rata-rata masukan panas sebesar 1,5 – 1,8 KJ/mm. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain uji kekerasan mikro Vickers, impak Charpy pada temperatur -40 °C, uji celup pada larutan FeCl3.6H2O serta uji polarisasi linier. Selanjutnya, pengamatan area hasil lasan dan terkorosi dilakukan menggunakan SEM serta karakterisasi komposisi kimia lokal menggunakan EDS.
Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa pengelasan perbaikan berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik. Sedangkan dari pengujian korosi didapatkan bahwa pengelasan perbaikan berulang menurunkan ketahanan korosi dari hasil lasan DSS ditandai dengan laju korosi tertinggi dan penurunan nilai potensial pitting (Epit) terbesar pada perbaikan ketiga. Lebih lanjut, pengamatan struktur mikro dilakukan pada hasil lasan dan area terkorosi untuk mengetahui pengaruh pengelasan perbaikan berulang pada DSS UNS S31803, mengingat sampai saat ini pengelasan perbaikan pada DSS dibatasi hanya diperbolehkan satu kali.

During welding and also in the stages of fabrication, welding repair required to eliminate the welding defects present. This paper focuses on the effect of multiple repair welding on microstructure and mechanical properties of Duplex Stainless Steel UNS S31803. Three times welding repair were performed using combination of GTAW and SMAW with average of heat input around 1.5-1.8 kJ/mm. After welding, the test samples were prepared for microhardness test, Charpy impact test, weight loss test in FeCl3.6H2O linier polarization test, and SEM/EDS examinations.
The results showed that multiple repair welding has no significant effect to the mechanical properties, which indicated by no noticeable increment or reduction of Charpy impact value neither Vickers microhardness between each welding repair. For corrosion point of view, the third repair experienced the significant weight loss and highest reduction of Epit. Furthermore, the morphology of microstructure and corroded area in weld metal and heat affected zone were also investigated to achieve more understanding regarding the effect of multiple repairs to the properties of Duplex weldment. Bearing in mind that at the moment, carrying out just one repair per welded joint for Duplex Stainless Steel is advised as the limiting condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>