Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210930 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilia Harera
"Kota Bekasi hanya melayani masyarakat yang menggunakan PDAM sebesar 26.8%, sehingga sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumber air berasal dari air tanah. Air tanah tersebut digunakan sebagai sumber air minum melalui sistem self-supply. Saat ini keandalan self-supply masih menjadi isu di masyarakat walaupun sumber air ini merupakan salah satu sumber yang sangat terjangkau. Pemantauan yang dilakukan secara kontinu selama delapan bulan kepada responden dilakukan guna mengetahui perilaku sumber air minum mereka, termasuk rasa, warna, bau, ketersediaan, dan keamanannya melalui persepsi rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian keandalan sumber air minum self-supply, mengetahui perbandingan penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply, serta mengetahui faktor yang mempengaruhi dari keandalan self-supply. Metode penelitian yang digunakan adalah survei melalui telepon kepada responden dan analisis STATA 16 dengan uji Chi-Square, uji korelasi Phi, dan analisis Regresi Logistik. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka penilaian keandalan sumber air minum menghasilkan nilai untuk skala rumah tangga sebesar rata-rata keandalan sumur bor adalah 92% dan 74% sumur gali. Sedangkan berdasarkan skala kota, diseluruh bulan selama pemantauan menghasilkan nilai keandalan ≥15 poin sehingga baik sumur bor dan sumur gali bernilai andal diseluruh bulan, meskipun sumur gali mendapatkan penilaian lebih rendah. Perbandingan analisis penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply menghasilkan P = 0,028 (P<0,05) berdasarkan uji Chi-Square sehingga terdapat perbedaan signifikan variabel penilaian keandalan antara self-supply dengan non self-supply yang bernilai signifikan. Persentase hasil penilaian sumber air minum self-supply sebesar 83 % andal sedangkan non self-supply sebesar 92%. Variabel yang memiliki hasil signifikan terhadap penilaian keandalan adalah jenis sumur, kejadian hujan 24 jam sebelum wawancara, dan kejadian banjir. Sumur bor memilikipeluang 4,11 kali dibandingkan sumur gali terhadap keandalan sumber air minum. Tidak terjadi hujan 24 jam sebelum wawancara berpeluang 3,11 kali lebih tinggi dibandingkan terjadinya hujan 24 jam sebelum wawancara terhadap keandalan sumber air minum. Kejadian tidak banjir 8,85 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian banjir terhadap keandalan sumber air minum. Sehingga secara keseluruhan menilai bahwa sumber air sumur bor jauh lebih andal, namun jika dibandingkan dengan sumber non self-supply responden masih menilai lebih andal sumber non self-supply, oleh karena itu diperlukan rekomendasi lanjutan.

Bekasi City only serves people using PDAM by 26.8%. This means that most people living there still take groundwater sources. Groundwater is chosen as a source of drinking water through a self-supply system. Currently, the reliability of self-supply remains an issue in the community despite being an incredibly affordable water source. Continuous monitoring of the respondents for eight months was carried out to determine the behavior of their drinking water sources through household perceptions, including the taste, color, smell, availability, and safety. This study aimed to determine the reliability assessment of self-supply drinking water sources, the comparison of reliability assessments between self-supply and non-self-supply, and the factors that influence the reliability of self-supply. The research methods applied were telephone survey to respondents and STATA 16 program for analyzing with Chi-Square test, Phi correlation test, and Logistic Regression analysis. Based on the data processing, the reliability assessment of drinking water sources resulted in average reliability values of 92% for boreholes and 74% for dug wells on the household scale. Meanwhile, on the city scale, a reliability value of ≥15 points was obtained from the entire monitoring. This indicated that both boreholes and dug wells were reliable throughout the months, although dug wells received lower assessment. Comparison of the reliability assessment analysis between self-supply and non-self-supply led to P = 0.028 (P<0.05), with the Chi-Square test. Therefore, there was a major difference in the reliability assessment of self-supply and non self-supply variables. The percentages of the reliability assessment for self-supply and non-self-supply drinking water sources were 83% and 92% respectively. Variables with significant results in the reliability assessment included the type of well, the occurrence of rain 24 hours before the interview, and the incidence of flooding. For the reliability of drinking water sources, boreholes had a chance of 4.11 times higher than dug wells; no rain 24 hours before the interview had a chance of 3.11 times higher than the occurrence of rain 24 hours before the interview; and non-flood events had a chance of 8.85 times higher than flood events. Hence, borehole water sources were much more reliable. However, if compared to non-self-supply sources, respondents still consider non-self-supply sources more reliable. Therefore, further recommendations are needed. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Harera
"Kota Bekasi hanya melayani masyarakat yang menggunakan PDAM sebesar 26.8%, sehingga sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumber air berasal dari air tanah. Air tanah tersebut digunakan sebagai sumber air minum melalui sistem self-supply. Saat ini keandalan self-supply masih menjadi isu di masyarakat walaupun sumber air ini merupakan salah satu sumber yang sangat terjangkau. Pemantauan yang dilakukan secara kontinu selama delapan bulan kepada responden dilakukan guna mengetahui perilaku sumber air minum mereka, termasuk rasa, warna, bau, ketersediaan, dan keamanannya melalui persepsi rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian keandalan sumber air minum self-supply, mengetahui perbandingan penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply, serta mengetahui faktor yang mempengaruhi dari keandalan self-supply. Metode penelitian yang digunakan adalah survei melalui telepon kepada responden dan analisis STATA 16 dengan uji Chi-Square, uji korelasi Phi, dan analisis Regresi Logistik. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka penilaian keandalan sumber air minum menghasilkan nilai untuk skala rumah tangga sebesar rata-rata keandalan sumur bor adalah 92% dan 74% sumur gali. Sedangkan berdasarkan skala kota, diseluruh bulan selama pemantauan menghasilkan nilai keandalan ≥15 poin sehingga baik sumur bor dan sumur gali bernilai andal diseluruh bulan, meskipun sumur gali mendapatkan penilaian lebih rendah. Perbandingan analisis penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply menghasilkan P = 0,028 (P<0,05) berdasarkan uji Chi-Square sehingga terdapat perbedaan signifikan variabel penilaian keandalan antara self-supply dengan non self-supply yang bernilai signifikan. Persentase hasil penilaian sumber air minum self-supply sebesar 83 % andal sedangkan non self-supply sebesar 92%. Variabel yang memiliki hasil signifikan terhadap penilaian keandalan adalah jenis sumur, kejadian hujan 24 jam sebelum wawancara, dan kejadian banjir. Sumur bor memiliki peluang 4,11 kali dibandingkan sumur gali terhadap keandalan sumber air minum. Tidak terjadi hujan 24 jam sebelum wawancara berpeluang 3,11 kali lebih tinggi dibandingkan terjadinya hujan 24 jam sebelum wawancara terhadap keandalan sumber air minum. Kejadian tidak banjir 8,85 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian banjir terhadap keandalan sumber air minum. Sehingga secara keseluruhan menilai bahwa sumber air sumur bor jauh lebih andal, namun jika dibandingkan dengan sumber non self-supply responden masih menilai lebih andal sumber non self-supply, oleh karena itu diperlukan rekomendasi lanjutan.

Bekasi City only serves people using PDAM by 26.8%. This means that most people living there still take groundwater sources. Groundwater is chosen as a source of drinking water through a self-supply system. Currently, the reliability of self-supply remains an issue in the community despite being an incredibly affordable water source. Continuous monitoring of the respondents for eight months was carried out to determine the behavior of their drinking water sources through household perceptions, including the taste, color, smell, availability, and safety. This study aimed to determine the reliability assessment of self-supply drinking water sources, the comparison of reliability assessments between self-supply and non-self-supply, and the factors that influence the reliability of self-supply. The research methods applied were telephone survey to respondents and STATA 16 program for analyzing with Chi-Square test, Phi correlation test, and Logistic Regression analysis. Based on the data processing, the reliability assessment of drinking water sources resulted in average reliability values of 92% for boreholes and 74% for dug wells on the household scale. Meanwhile, on the city scale, a reliability value of ≥15 points was obtained from the entire monitoring. This indicated that both boreholes and dug wells were reliable throughout the months, although dug wells received lower assessment. Comparison of the reliability assessment analysis between self-supply and non-self-supply led to P = 0.028 (P<0.05), with the Chi-Square test. Therefore, there was a major difference in the reliability assessment of self-supply and non self-supply variables. The percentages of the reliability assessment for self-supply and non-self-supply drinking water sources were 83% and 92% respectively. Variables with significant results in the reliability assessment included the type of well, the occurrence of rain 24 hours before the interview, and the incidence of flooding. For the reliability of drinking water sources, boreholes had a chance of 4.11 times higher than dug wells; no rain 24 hours before the interview had a chance of 3.11 times higher than the occurrence of rain 24 hours before the interview; and non-flood events had a chance of 8.85 times higher than flood events. Hence, borehole water sources were much more reliable. However, if compared to non-self-supply sources, respondents still consider non-self-supply sources more reliable. Therefore, further recommendations are needed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benita Dian Purnamasari
"Kondisi saat ini, cakupan layanan air PDAM Kota Bekasi masih sangat rendah hanya 27 persen dari total rumah tangga. Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Kota Bekasi saat ini mengembangkan proyek Sistem Penyediaan Air Minum. Tujuan dari pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Bekasi untuk mendukung aktivitas berkaitan dengan edukasi, ekonomi lokal, pemerintah dan kegiatan lain yang mengarah dalam kebutuhan pelayanan air minum. Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum membutuhkan biaya investasi yang tinggi sehingga diperlukan analisis berbasis risiko untuk mengurangi kegagalan proyek, terutama dari segi aspek finansial.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Project Risk Management untuk menghitung dampak risiko terhadap investasi. Output penelitian berupa model risiko finansial yang kemudian dianalisa untuk disusun rekomendasi Risk Response Planning berupa keputusan alternatif untuk menghindari, memitigasi atau pun menerima risiko yang akan terjadi.

The existing condition of water service coverage of the district drinking water companies (PDAMs) Bekasi Municipal is very low with only 27 percent of the total household. According to this condition, Bekasi Municipal Government is currently developing a Drinking Water Supply project. The purpose of Drinking Water Supply System Development in Bekasi Municipal is to support activities of education, local economic, government and other activities which lead to enhance need of water services. The construction of water supply system requires a high investment costs which then resulted in the need of risk-based analysis to reduce of failure in financial aspects of the project.
The study was conducted by using Project Risk Management method to calculate the impact of risks in project investment. The output of the research is a financial risk model which is then analyzed to develop a risk responses planning which provides an alternative decision whether to avoid, mitigate, or accept the risks that might occur.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Dwi Setiawan
"Laporan Praktik Keinsinyuran ini membahas review atau tinjauan terhadap studi kelayakan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) di zona 2 Kota Tangerang. Pembahasan difokuskan pada aspek teknis, investasi, dan sosial dan lingkungan. Metodologi yang digunakan berbasis pada pendekatan critical review analysis yang terdiri atas studi literatur, diskusi/brainstorming, survei, dan analisis. Review studi kelayakan dimaksudkan untuk memperoleh acuan yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan teknis dan non-teknis terhadap lelang pekerjaan pengembangan SPAM di zona 2 Kota Tangerang yang dilakukan oleh Perumda Tirta Benteng. Hasil review menunjukkan bahwa perlu dilakukan pemutakhiran data aspek teknis dan aspek sosial dan lingkungan dengan menggunakan data terkini agar menghasilkan analisis dan rekomendasi studi kelayakan yang lebih tepat.

This report discusses a review of the feasibility study for the development of a drinking water supply system (SPAM) in zone 2 of the Tangerang city. The discussion focused on technical, investment, and social and environmental aspects. The methodology used is based on a critical review analysis approach consisting of literature studies, discussion/brainstorming, surveys, and analysis. The review of the feasibility study is intended to obtain a reference that can be used to assess the technical and non-technical feasibility of the tender for the SPAM development work in zone 2 of the Tangerang city which is being carried out by Perumda Tirta Benteng. The results of the review indicate that it is necessary to update data on technical aspects and social and environmental aspects using the latest data in order to produce more appropriate analyzes and recommendations for feasibility studies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Carrisa
"Rendahnya cakupan pelayanan PDAM Kota Bekasi memicu warganya untuk menggunakan sumber air berbasis mandiri. Pemantuan layanan air penting dilakukan untuk menciptakan air minum yang aman sesuai definisi oleh WHO, yaitu: 1) dapat di akses; 2) tersedia saat dibutuhkan; dan 3) bebas dari kontaminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontaminasi E. coli pada air tanah dan POU serta keterkaitannya dengan kejadian diare, melihat hubungan antara ketinggian muka air tanah dengan curah hujan, serta menilai kontinuitas air tanah di Kelurahan Jatiluhur, Jatirangga, dan Sumur self-monitoring menggunakan AquagenX, kuisioner, alat pengukur curah hujan dan ketinggian muka air tanah. Berdasarkan hasil penelitian, sampel air yang belum diolah memiliki risiko terkontaminasi dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan air yang sudah diolah (POU). Kesesuaian data antara hasil self-monitoring dengan yang dilakukan tim peneliti terbilang tinggi, yaitu 85-90%. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya korelasi antara kontaminasi E. coli pada air minum dan kejadian diare, serta antara curah hujan dengan ketinggian muka air tanah. Koefisien determinasi sebesar 0,75 untuk analisis regresi linier menandakan curah hujan dan tinggi muka air tanah memiliki keterkaitan yang baik. Kontinuitas sumber air self-supply di Kota Bekasi dinilai tinggi, dan dapat dipertimbangkan sebagai sumber air utama.

The low service of PDAM Kota Bekasi has caused its citizens to use self-supply water sources. The importance of monitoring to reach safely managed drinking water according to WHO, including: 1) accessible; 2) available; and 3) free from contamination. This study aims to determine E. coli contamination in groundwater and its relationship to diarrhea, to corelate groundwater level and rainfall, and to assess the continuity of groundwater in Jatiluhur, Jatirangga, and Sumur Batu Villages, Bekasi City. Data was obtained by self-monitoring using AquagenX, questionnaires, rainfall gauges and groundwater levels. Based on the results, untreated groundwater have a risk of contamination twice as high as treated groundwater. The accuracy of the data between the results of the self-monitoring water quality test and the research team is fairly high, at 85-90%. The results of statistical tests did not show a correlation between E. coli contamination in drinking water and the incidence of diarrhea, as well as rainfall and ground water level. The coefficient of determination is 0,75 indicates that rainfall and groundwater level have a good linear regression model. The continuity of self-supply water sources in Bekasi City is highly valued, and can be considered as the main water source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko M. Hartono
Jakarta: UI-Press, 2013
PGB 0340
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0409
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani
"Air adalah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting, Manusia bisa bertahan hidup 2 - 3 minggu tanpa makan, tapi hanya 2 - 3 hari tanpa minum manusia bisa mati. Secara global kuantitas sumberdaya air di bumi relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun.Sebagai contoh , di DKI Jakarta pada tahun 2003 lalu, dari 43 kecamatan yang ada, ll kecamatan dinyatakan mulai mengalami krisis air bersih. Kapasitas produksi air bersih DKl Jakarta paling banyak hanya mampu melayani empat puluh persen penduduk .Apabila dimasukan kebutuhan air bersih bagi hotel, perkantoran, industri, rumah sakit, pertamanan, rumah-rumah ibadat dan sebagainya, maka ancaman akan defisit air betul - betul meresahkan, sehingga akan mengganggu stabilitas ketahanan daerah.
Tujuan dalam penelitian ini meliputi : (I). Menentukan jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih untuk lima tahun kedepan serta mengukur besarnya pengaruh faktor jumlah penduduk dan produksi air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih , (2). Mengetahui faktor-factor yang menyebabkan semakin terbatasnya kemampuan alam dalam memenuhi ketersediaan air bersih, dan (3). Mengajukan strategi pemecahan untuk mengatasi kelangkaan air bersih dan terbatasnya kemampuan alam guna memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan agar ketahanan daerah provinsi DKI Jakarta tetap stabil.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptitl regresi dan model AHP. Metode deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual yang melukiskan gejala-gejala yang ada secara rinci. Metode regresi ( SPSS ) digunakan untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih lima tahun kedepan, serta mengukur besarnya pengaruh faktor jumlah penduduk dan peroduksi air bersih dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Model AHP digunakan untuk menentukan skala prioritas dari hasil kuisioner dan diolah dengan program Expert Choice.
Hasil penelitian : (1) Jumlah penduduk DKI Jakarta untuk lima tahun kedepan hampir mencapai sebelas juta jiwa dan kebutuhan air bersih diperkirakan mencapai empat ratus sembilan puluh dua juta meter kubik pertahun. Kebutuhan air bersih untuk lima tahun kedepan masih dapat terpenuhi sebcsar enam puluh satu persen. Faktorjumlah penduduk dan produksi air bersih berpengaruh sangat signifikan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dengan koefisien determinasi mencapai hampir sembilan puluh empat persen. (2). Faktor penyebab semakin terbatasnya kemampuan alam dalam memenuhi ketersediaan air bersih adalah kualitas air menurun akibat pembuangan berbagai limbah ke sumber air, iahan untuk resapan air berkurang, meningkatnya bencana banjir , penggunaan air tanah yang semakin meningkat,dan melebihi kemampuan pengisian kembali air tanah. (3). Strategi yang pertama efiseiensi pemakaian air bersih, strategi kedua menambah jumlah PAM Daerah, strategi ketiga mempermudah ijin pendirian PAM Swasta, strategi keempat pasok air bersih dari luar Jakarta, strategi kelima penerapan teknologi penyulingan air laut.
Bila pengelolaan sumberdaya air yang bijaksana dan pemakaian air bersih yang tepat guna maka akan memperoleh manfaat ekonomis, ekologis, dan sosial- budaya yang saling berkaitan satu sama lain, secara simultan akan mendukung peningkatan ketahanan daerah provinsi DKI Jakarta.

Water is one of most important basic substance needs, human can survive
without food within two to three weeks, but without drink can survive to live just two to three days, it is inevitably can die. It is relative remain stable of water resource in the earth globally, while the quality is getting more decrease. For example, in Capital City Special Region of Jakarta in 2003 ago, of 43 the existing subdistricts, 11 of them are stated begin to go through freshwater crisis. Freshwater production capacity of Jakarta Special Region at least it only will able to serve forty percent of population. If freshwater need distributed to hotel, offices, industries, hospitals, parks, worship houses and so forth, therefore threaten toward the deficit of water simply give rise to be restlessness, so that it will disturb stability of regions endurance.
The purpose of the research consists of : (1). Decide the number of population and freshwater need for tive years onward as well as measure magnitude of effect of total of population factor and freshwater production for supplying freshwater need, (2). Interpreting factors generating progressively limited nature capacity in fulfilling freshwater availability, and (3) to propose solution strategy to cope with scarcity of freshwater and a limited nature capacity for minimizing negative impact emerging for endurance of Capital City of Jakarta Special Region is remain stable.
This research use descriptive method, regression and AHP model. Descriptive method is aimed to gather actual information representing the detailed existing tendencies. Regression method (SPSS) is used to determine projection of the total population and freshwater need onward, and also measure the magnitude of effect of the amount of population factor and reproduction of freshwater in supplying freshwater need. AHP model is used to determine scores (priority scale) from questionnaires result and adapted and processed with Expert Choice program.
The result of research: (1) The amount of population of Jakarta for five years onward almost to reach eleven million people and freshwater need estimated run into four hundreds ninety two cubic meter per year. Freshwater need for five years onward can be still fulfilled of sixty one percent. Total population factor and freshwater production has most significant role on supply offreshwater need with determination coefficient reach nearly of ninety four percent. (2). Cause factor is progressively the limited of nature capacity in supplying freshwater availability is water quality decrease due to wastewater to the source of water, pervasiveness water area is reduce, flood disaster is more increasing, the use of ground water is getting more increase, and exceeding capacity if ground water refilling. (3) The first strategy is the use of freshwater is efficient, the second strategy is to increase total of District PAM, the third strategy is facilitating the establishment permission of Private PAM, the fourth strategy freshwater supply from out of Jakarta, the fifth strategy is sea water refining technology application.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadi Satrio
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model supply-demand untuk PERUMDAM Tirta Kahuripan di Kabupaten Bogor dengan tujuan meningkatkan cakupan pelayanan air minum. Kabupaten Bogor, yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan air minum karena laju pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan ekspansi layanan air minum. Dalam upaya mengatasi masalah ini, penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dinamik untuk merancang dan menganalisis model penyediaan air minum. Metodologi yang diterapkan meliputi identifikasi variabel utama yang mempengaruhi supply dan demand air minum, pengumpulan data melalui survei dan wawancara dengan pakar dan responden, serta simulasi skenario berbagai kebijakan pelayanan air minum menggunakan sistem dinamik. Model yang dikembangkan mampu mereplikasi kondisi existing dan memprediksi hasil dari implementasi strategi yang berbeda. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa peningkatan cakupan pelayanan dapat dicapai melalui beberapa strategi, antara lain peningkatan jumlan pelanggan, pengurangan NRW, dan perluasan infrastruktur jaringan perpipaan khususnya pada Kapasitas Terpasang. Model yang dikembangkan menawarkan wawasan tentang dinamika antara supply dan demand air minum, dan memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi oleh PERUMDAM untuk meningkatkan cakupan pelayanan.

This study aims to develop a supply-demand model for PERUMDAM Tirta Kahuripan in Bogor Regency with the objective of enhancing the coverage of drinking water services. Bogor Regency, which has the largest population in Indonesia, faces challenges in meeting drinking water needs due to population growth rates that do not match the expansion of water service coverage. To address this issue, this study employs a dynamic system approach to design and analyze the drinking water supply model. The methodology applied includes identifying key variables that affect the supply and demand for drinking water, collecting data through surveys and interviews with experts and respondents, and simulating scenarios of various water service policies using a dynamic system. The developed model is capable of replicating existing conditions and predicting outcomes from the implementation of different strategies. The research findings indicate that improvements in service coverage can be achieved through several strategies, including increasing the number of customers, reducing non-revenue water (NRW), and expanding the infrastructure of the pipeline network, especially in terms of installed capacity. The developed model provides insights into the dynamics between supply and demand for drinking water and offers policy recommendations that PERUMDAM can adopt to improve service coverage."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Imtiyaz
"ABSTRAK
Kota Bekasi dengan sebagian besar penduduknya merupakan pengguna air tanah memiliki risiko dalam menghadapi kontaminasi E. coli. Penggunaan sumur bor dan sumur gali untuk mendapatkan sumber air bersih berpotensi menjadi jalan masuknya kontaminasi melalui infrastruktur yang tidak tepat. Selain itu, kontaminan dapat masuk bahkan setelah adanya pengolahan air dan dapat melalui wadah penyimpanan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur sumur terhadap kontaminasi E. coli di sumber air, dan pengaruh pengolahan air tanah sebagai air minum serta wadah penyimpanan air terhadap kontaminasi E. coli di air minum. Pengujian E. coli dilakukan dengan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan rumah tangga yang disurvei secara acak pada Kelurahan Jatiluhur, Sumur Batu dan Jatirangga, umumnya sumur bor dan sumur
gali menunjukkan kondisi tidak rentan terhadap kontaminasi (n=204). Tetapi pada variabel jenis sumur, genangan air sumur dan umur pompa berhubungan secara signifikan dengan kontaminasi E. coli di sumber air (korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%). Jika dilihat secara lebih detail pada sumur gali, kondisi yang sebaliknya terjadi yaitu cukup rentan terhadap kontaminasi E. coli atau tidak memenuhi standar SNI 03-2916-1992. Hasil regresi logistik biner menunjukkan
bahwa sumur gali berpeluang terkontaminasi E. coli sekitar 4,0 kali lebih besar dibandingkan dengan sumur bor. Begitu juga adanya genangan air dan umur pompa lebih dari 10 tahun berpeluang terkontaminasi E. coli masing-masing sebanyak 2,25 kali dan 1,86 kali. Selain infrastruktur sumur, pengolahan dan wadah penyimpanan air pun diteliti hubungannya dengan kontaminasi E. coli di air minum (n=51). Pengolahan air minum dengan cara memasak dilakukan rumah tangga responden sebanyak 98,1%. Memasak air dapat menurunkan E. coli pada 67% sampel. Namun, air yang telah dimasak tidak bebas sepenuhnya dari E. coli, melainkan masih terdeteksi sebanyak 64,8% dengan kategori risiko rendah dan 25,9% terdeteksi E. coli dengan
kategori risiko sedang. Wadah penyimpanan menunjukkan bahwa penduduk paling banyak menyimpan air setelah dimasak pada wadah kendi yaitu sebesar 51%, dan diikuti oleh ceret/teko sebanyak 35,3%. Wadah yang digunakan pun telah dilengkapi oleh tutup sebanyak 94,1%. Namun, wadah penyimpanan tidak menunjukkan adanya nilai korelasi yang signifikan dengan kontaminasi E. coli di air minum. Faktor lain seperti, praktik memasak dan kebersihan wadah penyimpanan yang mungkin memiliki korelasi, perlu untuk diamati.

ABSTRACT
Bekasi City with a large portion of the population as groundwater users have risk in E. coli contamination. Borehole and dug wells to obtain clean water sources has the potential to become an entry point for contamination through improper infrastructure. In addition, E. coli can contaminate the water even after treatment and through the water storage practices. This research aims to analyze the effect of well infrastructure used to E. coli contamination in the sources water and effect groundwater treatment as drinking water and water storage containers to E. coli contamination in drinking water. E. coli testing was carried out with IDEXX Colilert-18. Based on randomly households surveyed in Jatiluhur, Sumur Batu and Jatirangga village, generally showed borehole and dug wells not susceptible to contamination (n = 204). But on variabel types of wells, inundation around wells and pump age were significantly associated with E. coli contamination in the sources water (Spearman's correlation of 95% confidence level). If seen in more detail in dug wells, the opposite condition occurs that is quite susceptible to E. coli contamination or does not eligibel to SNI 03-2916-1992 standards. Binary logistic regression results show that dug wells have the possibility to be contaminated with E. coli about 4.0 times more than the borehole. Likewise, the presence of inundation around wells and pump age of more than 10 years have the possibility of E. coli contamination of 2.25 times and 1.86 times respectively. In addition to well infrastructure, water treatment and storage containers were also investigated in relation to E. coli contamination in drinking water (n = 51). Drinking water treatment by boiling water is done by respondents' households as much as 98.1%. Results show E. coli decreased in 67% samples after boiling. However, boiled water is not completely free from E. coli, but 64.8% is still detected in a low risk
category and 25.9% detected by E. coli with a moderate risk category. Observation of water storage practices shows that 51% households save water after being treated in jug, and followed by kettle/pot as much as 35.3%. The container used by residents has also been equipped with a lid of 94.1%. However, storage containers did not show a significant correlation with E. coli contamination in drinking water. Other factors such as boiling water practices and cleanliness of storage containers that may have a correlation need to be observed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>