Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maisarah
"Toksisitas logam berat seng akibat proses produksi yang menghasilkan air limbah industri telah menjadi ancaman bagi lingkungan dan makhluk hidup selama beberapa dekade terakhir terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang mana efektivitas biaya dari proses penyisihan merupakan faktor utama. Pada penelitian ini akan dimanfaatkan jenis alga wild algal biomass (WAB) dari situ agathis UI mixed-culture dalam keadaan biomassa mati (inaktif) sebagai agen penyisihan logam berat seng dengan menggunakan proses biosorpsi. Efek parametrik dilakukan dengan melakukan variasi perlakuan aktivasi, waktu, pH, temperatur, konsentrasi logam, jumlah biomassa alga, dan penambahan senyawa lain sebagai parameter uji dengan bentuk eksperimen sistem batch dalam skala laboratorium. Efisiensi penghilangan seng meningkat secara signifikan dengan perlakuan aktivasi dengan perlakuan larutan basa NaOH jika dibandingkan metode aktivasi panas dan larutan CaCl2. Dalam pengujian pemilihan perlakukan aktivasi dilakukan pula analisis dengan menggunakan pendekatan evaluasi siklus hidup atau life cycle assessment (LCA) sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk menilai dampak lingkungan dan kesehatan dari biosorben dalam menyisihkan logam berat seng. Didapatkan bahwa perlakuan larutan basa NaOH juga memiliki dampak lingkungan terendah dibandingkan tiga metode aktivasi lainnya. Hasil penelitian menunjukan biosorben alga situ agathis UI dalam kondisi optimum dapat digunakan untuk menyisihkan konsentrasi logam seng hingga sesuai dengan ambang batas konsentrasinya berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri pelapisan logam dan galvanis sebesar 1 mg/L. Sehingga analisis penggunaan biosorben alga dapat dijadikan acuan sebagai salah satu alternatif pengolahan logam berat seng dan penggunaan limbah alga dari algae bloom sebagai bahan baku merupakan alternatif yang relevan untuk pembuangan limbah ini dan bahkan memberikan nilai tambah pada limbah.

Toxicity of heavy metal zinc due to the production process that produces industrial wastewater has become a threat to the environment and living things over the last few decades, especially in developing countries such as Indonesia, where the cost-effectiveness of the removal process is a major factor. In this study, wild algal biomass (WAB) from the Situ agathis UI mixed-culture in a state of dead (inactive) biomass will be utilized as an agent for removing heavy metals for zinc using the biosorption process. The parametric effect was carried out by varying the activation treatment, time, pH, temperature, metal concentration, dose of algal biomass, and the addition of other compounds as test parameters in the form of a batch system on a laboratory scale. The efficiency of zinc increased significantly with activation treatment with alkaline solution of NaOH when compared with heat activation method and solution of CaCl2. In the activation treatment experiment, the life cycle evaluation or life cycle assessment (LCA) approach was also used as a basis for making decisions to assess the environmental and health impacts of biosorbents in zinc heavy metal. It was found that the treatment of alkaline NaOH also had the lowest environmental impact compared to the other three activation methods. The results showed that the Situ agathis UI algae biosorbent in optimum conditions could be used for decreased zinc metal concentrations up to the concentration threshold based on the Regulation of the State Minister of the Environment (PermenLH) Number 5 of 2014 concerning Wastewater Quality Standards for Businesses and/or Metal Coatings and Galvanized Industrial Activities of 1 mg/L. So that the analysis of the use of algae biosorbents can be used as an alternative for zinc heavy metal processing and the use of algae waste as raw material is a relevant alternative for the disposal of this waste and even provides added value to the waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekky Ilham Hamidi
"Pencemaran senyawa farmasi khususnya paracetamol akibat produksi yang menghasilkan air limbah industri telah menjadi ancaman bagi lingkungan dan makhluk hidup terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang mana efektivitas biaya dari proses penyisihan merupakan faktor utama. Pada penelitian ini akan dimanfaatkan jenis alga wild algal biomass (WAB) dari situ agathis UI mixed-culture sebagai agen penyisihan paracetamol dengan menggunakan proses biosorpsi. Efek parametrik dilakukan dengan melakukan variasi perlakuan aktivasi, waktu, pH, temperatur, konsentrasi paracetamol, jumlah biomassa alga, sebagai parameter uji dengan bentuk eksperimen sistem batch dalam skala laboratorium. Efisiensi penghilangan paracetamol meningkat secara signifikan tanpa perlakuan aktivasi jika dibandingkan metode aktivasi NaOH dan H3PO4. Dalam pengujian pemilihan perlakukan aktivasi dilakukan pula analisis dengan menggunakan pendekatan evaluasi siklus hidup atau life cycle assessment (LCA). Didapatkan bahwa perlakuan tanpa aktivasi memiliki dampak lingkungan terendah dibandingkan dua metode aktivasi lainnya. Kondisi optimum dari penyisihan polutan ditinjau dengan metode batch, hasilnya menunjukkan penyerapan maksimum paracetamol didapat pada jenis adsorben non modifikasi, waktu kontak 120 menit, konsentrasi adsorben 2 g/L konsentrasi polutan 50 mg/L, pH 5, dan suhu 60oC. Kuantifikasi paracetamol dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λmax 281 nm dan kurva kalibrasi standard.

Pollution of pharmaceutical compounds, especially paracetamol due to the production of industrial wastewater, has become a threat to the environment and living things, especially in developing countries such as Indonesia, where the cost-effectiveness of the removal process is a major factor. In this study, a mixed-culture wild algal biomass (WAB) from the Agathis UI will be utilized as a paracetamol removal agent using the biosorption process. The parametric effect was carried out by varying the activation treatment, time, pH, temperature, concentration of paracetamol, amount of algal biomass, as test parameters in the form of a batch system experiment in a laboratory scale. Paracetamol removal efficiency was significantly increased without activation treatment when compared to the NaOH and H3PO4 activation methods. In testing the selection of activation treatment, an analysis is also carried out using a life cycle assessment (LCA) approach. It was found that the treatment without activation had the lowest environmental impact compared to the other two activation methods. The optimum condition of pollutant removal was reviewed by batch method, the results showed that the maximum absorption of paracetamol was obtained at the non-modified adsorbent type, contact time was 120 minutes, adsorbent concentration was 2 g/L, pollutant concentration was 50 mg/L, pH 5, and temperature was 60oC. Paracetamol quantification was carried out using a UV-Vis spectrophotometer at max 281 nm and a standard calibration curve."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Klara Talenta
"Pencemaran logam berat pada badan air yang merupakan sumber air baku menjadi isu penting dalam teknologi pengolahan air bersih. Saat ini, sebagian besar pengolahan air bersih masih mempergunakan metode konvensional yaitu koagulasi-flokulasi-sedimentasi (KFS). Akan tetapi, metode tersebut belum cukup efektif dalam menyisihkan logam berat dari air baku. Sementara itu, teknologi membran filtrasi diketahui mampu menyisihkan molekul hingga ion termasuk logam berat. Salah satu logam berat yaitu tembaga (Cu) dengan konsentrasi tinggi sebesar 0,07 mg/L yang melebihi batas baku mutu PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terkandung dalam sedimen Danau Salam Universitas Indonesia (UI). Oleh karena itu, diperlukan sebuah studi untuk mengkaji efisiensi penyisihan logam Cu dan dosis optimum dari koagulan pada proses KFS serta proses kombinasi dengan ultrafiltrasi (UF) dan mikrofiltrasi (MF). Pada seri pertama eksperimen, air Danau Salam yang mengandung 2 ppm tembaga dalam bentuk tembaga (II) sulfat digunakan sebagai umpan. Eksperimen jar test dan filtrasi vakum dilakukan pada skala laboratorium pada tekanan konstan 0,7 bar menggunakan membran filter PES 0,03 m dan glass microfiber 1,2 m. Parameter kualitas air berupa kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan Cu terlarut, diuji di setiap percobaan untuk mengetahui kinerja sistem KFS dan kombinasi (KFS-UF dan KFS-MF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,55 ± 0,14% Cu dieliminasi melalui proses KFS-UF dan 76,45 ± 0,64% Cu melalui KFS-MF pada dosis alum optimum 70 mg/L. Meskipun demikian, dosis koagulan alum dapat dikurangi hingga ±50% (30 mg/L) dengan tetap memperoleh penyisihan Cu yang tinggi, yaitu sebesar 88,2 ± 1,13% melalui proses KFS-UF dan 87,35 ± 1,84% melalui KFS-MF.

Heavy metal pollution in water bodies, which are the source of raw water, is an essential issue in water treatment. Currently, most water treatment plants operate by using conventional methods, i.e., coagulation-flocculation-sedimentation (CFS). However, this method is less effective in removing heavy metals. Meanwhile, membrane filtration methods are able to remove pollutants effectively from water, even ions, including dissolved metals. Heavy metals copper (Cu) in the sediments of Lake Salam of Universitas Indonesia (UI) was found at higher concentrations of 0.07 mg/L in comparison to the Government Regulation No. 22 of 2021 on Implementation of Environmental Protection and Management. Therefore, a study is needed to examine the efficiency of Cu removal in the CFS process combined with ultrafiltration (UF) and microfiltration (MF) at the optimum alum dose. In the first series of experiments, Lake Salam water containing two ppm copper in the form of copper (II) sulfate was used as feed. Jar test and vacuum membrane filtration experiments were performed at a laboratory scale at a constant pressure of 0.7 bar using 0.03 μm PES and 1.2 μm glass microfiber membrane filter. Water quality parameters, such as turbidity, Total Dissolved Solid (TDS), and dissolved Cu, were tested in each experiment to determine the performance of the CFS and hybrid systems (CFS-UF and CFS-MF). The results showed that 80.55 ± 0.14% of Cu were eliminated through the CFS-UF process and 76.45 ± 0.64% Cu through CFS-MF in the optimum alum dose of 70 mg/L. However, the coagulant dosage can be reduced to ±50% (30 mg/L) while still obtaining high Cu removal, which was 88,2 ± 1,13% through the CFS-UF process and 87.35 ± 1.84% through CFS-MF."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedeh Ratnasari
"ABSTRAK
Ikan gindara (Lepidocybium flavobrunneum) adalah penghuni perairan mesopelagik yang merupakan hasil tangkapan sampingan dari tuna long line. Masuknya logam berat ke lingkungan perairan tersebut dapat memicu akumulasi logam berat pada organ tubuh ikan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis dan mengevaluasi kandungan logam berat merkuri (Hg) dan seng (Zn) pada ikan gindara, 2) membandingkan kadar logam berat merkuri (Hg) dan seng (Zn) pada ikan gindara berukuran 4 kg, 8 kg dan 12 kg. Sampel yang digunakan berupa organ (insang, hati) dan daging yang berasal dari ketiga kelompok ukuran tersebut. Pengujian logam berat dilakukan dengan alat Atomic Absorption Spectrometer. Analisa data menggunakan Multivariate Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Hg untuk ikan kelompuk ukuran 4 kg pada insang, hati dan daging adalan yaitu insang : 0.34 ppm; 1.36 ppm; 1.07 ppm. Pada kelompok ikan ukuran 8 kg, kandungan Hg di insang, hati dan daging adalah 0.28 ppm; 1.49 ppm; 0.68 ppm. Pada kelompok ikan ukuran 12 kg, kandungan Hg pada insang, hati dan daging adalah 0.36 ppm; 3.17 ppm; 1.46 ppm. Kandungan Zn untuk ikan kelompuk ukuran 4 kg yaitu insang : 46.09 ppm, hati : 110.99 ppm daging : 8.96 ppm. Pada kelompok ikan ukuran 8 kg, kandungan Zn pada insang, hati dan daging adalah 49.59 ppm; 130.62 ppm; 9.49 ppm. Pada kelompok ikan ukuran 12 kg kandungan Zn pada insang, hati dan daging adalah 44.89 ppm; 149.14 ppm; 9.25 ppm. Pada penelitian ini, ukuran berpengaruh nyata terhadap kandungan Hg dan Zn dimana nilai P = 0.003

ABSTRACT
Escolar (Lepidocybium flavobrunneum) is mesopelagic fish and a common bycatch in tuna long line fisheries. Entry of heavy metals into the aquatic environment can lead to accummulation of heavy metals in fish. This study was aimed to 1) analyze and evaluate the heavy metal content of mercury (Hg) and zinc (Zn) in escolar, 2) compare the levels of mercury (Hg) and zinc (Zn) measured on three groups of escolar weight : 4 kg, 8 kg and 12 kg. The samples used were escolar organs (gills, livers) and meat from all three groups measured. Analysis of heavy metals was done using Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Data were analysed using Multivariate Analysis. The results showed that Hg content for fish group size 4 kg in gills, livers and meat were: 0.34 ppm; 1.36 ppm; 1.07 ppm, respectively. In groups of fish size 8 kg, Hg content in gills, livers and meat were 0.28 ppm; 1.49 ppm; 0.68 ppm, respectively, while for groups of fish size 12 kg were 0.36 ppm; 3.17 ppm; 1.46 ppm in gills, livers and meat, respectively. Zn content for fish group size 4 kg in gills 46.09 ppm; livers 110.99 ppm and meat: 8.96 ppm. Zn content in groups of fish size 8 kg were 49.59 ppm; 130.62 ppm; 9.49 ppm in gills, liver and meat, respectively, while for groups of fish size 12 kg were 44.89 ppm; 149.14 ppm; 9.25 ppm in gills, liver and meat, respectively. In this research, size significantly affect the content of Hg and Zn where the value P = 0.003"
2017
T47766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfira
"ABSTRAK
Pada sektor pertambangan, dihasilkan dua timbulan yang terdiri dari air asam tambang dan abu layang. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis karakteristik koagulan hasil aktivasi dan pengaruh waktu pengendapan, pH dan dosis koagulan untuk menurunkan kekeruhan dan logam seng. Proses aktviasi koagulan dilakukan dengan kalsinasi abu layang pada suhu 550o C selama 3 jam kemudian dicampurkan dengan asam sulfat 2 M untuk selanjutnya dipanaskan dengan kondensor pada suhu 200o C selama 1 jam. Karakteristik koagulan diuji melalui tes XRD dan XRF sedangkan konsentrasi kekeruhan diukur menggunakan turbidimeter dan konsentrasi logam seng diukur menggunaakan uji AAS. Jar test dilakukan dilakukan dengan pengadukan 200 rpm selama 5 menit dan 45 rpm selama 10 menit. Dalam proses jar tes dilakuakan variasi waktu pengendapan pada menit ke 5, 15, 30 dan 45, pH pada pH 4,6, dan 8 dan dosis koagulan pada dosis 50 mg/L, 100 mg/L, 500 mg/L dan 1400 mg/L. Berdasarkan hasil aktivasi, didapatkan koagulan dalam bentuk lumpur padat dengan kandungan Fe sebesar 24,73% dan kandungan mineral procoqumbite yang mendominasi. Hasil dari jar test yang dilakukan memperlihatkan waktu pengendapan optimum berada pada 30 menit dengan pH optimum 8 dengan efisiensi penyisihan berturut-turut sebesar 99,5% pada dosis 100 mg/L dan sebesar 14% pada dosis 50 mg/L.

ABSTRACT
In the mining sector, there are two generation consists of acid mine drainage and fly ash. This purpose of this research is to study the characteristics of the coagulant produced from the fly ash activation process and analyze the optimum settling time, pH and coagulant dosages to reduce turbidity and zinc. Coagulant activation process is carried out through the process of calcination of fly ash at 550oC for 3 hours and then mixed with 2 M sulfuric acid which is then heated in condenser at 200oC for 1 hour. The characteristic of coagulant is tested through XRF and XRD after that Turbidity and zinc metal concentration is tested through turbidimeter and zinc metal concentration is tested through AAS test. Jar test is carried out by stirring at 200 rpm for 5 minutes and 45 rpm for 10 minutes. In the jar process variations of settling time were carried out at minutes 5, 15, 30 and 45, pH at pH 4.6, and 8 and the dose of coagulant at a dose of 50 mg / L, 100 mg / L, 500 mg / L, 1400 mg / L. Based on the activation process, coagulant was obtained in the form of solid mud with a Fe content of 24.73% and a dominant mineral content is procoqumbite. The results of the jar test showed that the optimum settling time og the coagulant is at 30 minutes with optimum pH at 8 with turbidity removal is 99.5% with dosage 100 mg/L dan zinc removal is 14% with dosage 50 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Fritania
"Studi bioakumulasi logam berat Zn dilakukan selama 7 hari pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal. Selanjutnya dilakukan proses bioakumulasi melalui jalur air laut dan proses depurasi. Pada proses bioakumulasi dilakukan variasi salinitas dan konsentrasi Zn. Sedangkan, pada proses depurasi terdapat 2 metode yaitu metode laju alir air berulang dan perendaman asam sitrat. Proses bioakumulasi didapatkan salinitas optimum pada pada salinitas 29 dan konsentrasi Zn optimum pada konsentrasi 0,15 ppm dengan nilai Concentration Factor berturut-turut sebesar 38,07 mL/g dan 10,99 mL/g. Nilai konstanta laju pengambilan (ku) optimum pada variasi salinitas sebesar 4,3139 mL/g.hari dan pada variasi konsentrasi Zn sebesar 2,0489 mL/g.hari. Sedangkan, nilai konstanta laju pelepasan (ke) dari proses depurasi dengan metode pengaliran alir air berulang pada variasi salinitas adalah 6,3854 mL/g.hari dan variasi konsentrasi Zn adalah 7,4992 mL/g.hari.
Proses depurasi dengan metode perendaman asam sitrat pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal dilakukan dengan variasi konsentrasi asam sitrat 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % dan 0,1 % selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit. Aktivitas 65Zn yang terdapat pada tubuh kerang hijau di analisis menggunakan alat instrumentasi Spektrometer Gamma. Ditentukan juga kadar protein pada kerang hijau sesudah proses depurasi dengan metode Kjeldahl. Metode ini diharapkan dapat mengurangi kadar logam berat Zn pada kerang hijau sehingga aman untuk dikonsumsi (keamanan pangan) dan dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga dan restoran.

Bioaccumulation study of Zn heavy metal is carried out for 7 days on green mussels originated from Muara Kamal, then the bioaccumulation process is done through seawater pathway and depuration process. The bioaccumulation process is done throughout variations in salinity and Zn concentration. Meanwhile, the depuration process is done with 2 method which are circulating water flow and submersion of citric acid. The bioaccumulation process obtained optimal salinity at salinity 29 and optimal Zn concentration at a concentration of 0,15 ppm with Concentration Factor values 38,07 mL/g and 10,99 mL/g. The optimal value of the retrieval constant (ku) for the salinity variation is 4,3139 mL/g.days and for the Zn concentration variation is 2,0489 mL/g.days, where the release constant (ke) depuration process with the circulating water flow method for salinity variation is 6,3854 mL/g.days and variation in Zn concentration is 7,4992 mL/g.day.
Depuration process with submersion method using citric acid on green mussels originated from Muara Kamal is done with citric acid concentration variations of 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % and 0,1 % for 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes. The 65Zn activity in the body of green mussels ares analyzed using Gamma Spectrometer instrumentation. Protein levels are also determined in the green mussels after the depuration process using the Kjeldahl method. This method is expected to reduce zinc levels in green mussels in order for green mussels to be safe for consumption (food safety) and can be used on a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Putri Soniansi
"Pada penelitian ini dilakukan simulasi pencemaran logam berat Seng (Zn) pada kerang hijau (Perna viridis). Proses bioakumulasi kerang hijau melalui jalur pakan dengan perunut radioaktif 65Zn. Pakan yang digunakan dengan diberikan kontaminasi logam seng yakni Botryococcus braunii. Proses Bioakumulasi dilakukan pada variasi suhu air laut 30, 31, dan 32°C. Setiap hari seluruh hewan percobaan dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Untuk mengurangi kandungan logam yang terdapat pada biota uji dilakukan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang dan perendaman asam. Pada metode perendaman asam digunakan asam asetat dengan variasi waktu selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit serta variasi konsentrasi 0.025 %, 0,050%, 0,075%, dan 0,100 %. Setelah selesai, kemudian dilihat pengaruh metode depurasi terhadap kandungan pada protein Perna viridis dengan metode kjehdahl.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai ku yang didapat dari nilai faktor konsentrasi paparan ion logam Zn selama 7 hari yakni 0,17 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30oC, 0,18 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31oC dan 0,27 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Sementara nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang didapatkan 0,10 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30°C, 0,09 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31°C, dan 0,07 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Selanjutnya pada penelitian ini didapatkan nilai BAF sebesar 21,13 Bq/gram.hari untuk variasi suhu 30°C, 26,67 Bq/gram.hari untuk suhu 31°C, dan 61,67 Bq/gram.hari untuk suhu 32°C.

In this study a simulation of heavy metal zinc (Zn) ion contamination in green mussel (Perna viridis) was carried out. Bioaccumulation process of green mussel through food pathway using 65Zn radioactive tracer. Botryococcus braunii was used to be food of heavy metal zinc contamination. The bioaccumulation process is carried out at variations in sea water temperature 30, 31 and 32°C. Every day all green mussels were analyzed using a gamma spectrometer to obtain contaminant retrieval data from 65Zn activities. To reduce the metal content found in the test biota, needs depuration method.
The depuration method used in this study is a method of repetitive water flow recirculating depuration and using acid. The acid method uses acetic acid with a variation of time is 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes and variations in concentration of acetic acid 0.025%, 0.050%, 0.075%, and 0.100%. After that, the effect of the depuration method on green mussels was analyzed by kjehdahl method.
Based on the results, uptake value (ku) obtained from metal ion Zn exposure during 7 days is 0.17 Bq /gram.day for 30oC sea water temperature variation, 0.18 Bq/gram.day for 31oC sea water temperature variation, 27 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. While the depuration value (ke) treatment with water flow method is obtained 0.10 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 30oC, 0.09 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 31°C, and 0.07 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. Furthermore, in this study the BAF value was 21.13 Bq/gram.days for temperature variations of 30°C, 26.67 Bq/gram.days for 31°C, and 61.67 Bq/gram.days for 32°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kusuma Wardana
"Sekam Padi merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan padi dan menjadi limbah di banyak negara produsen beras, termasuk di Indonesia karena memiliki nilai gizi yang kurang baik. Secara khusus, kandungan silika amorf dalam sekam padi berada pada kisaran 20-25% wt%. Pembakaran sekam padi menghasilkan abu yang mengandung silika. Pada penelitian ini silika pada sekam padi akan diekstrak menggunakan metode alkali dengan proses refluks. Sebelum sekam padi dibakar, dilakukan pelindian terhadap sekam padi menggunakan larutan HCl dengan variasi konsentrasi 1%, 3%, dan 8%. Pembakaran dilakukan pada temperatur 250°C, 450°C, dan 700°C selama 6 jam. Setelah itu, dilakukan refluks pada abu sekam menggunakan NaOH 10% untuk mengisolasi silika didalamnya. Kemudian dilakukan penambahkan HCl 1M untuk mengambil silika menjadi silika xerogel. Silika kemudian dioptimalisasi menggunakan 3-chloropropyltrimethoxysilane (CPTMS).
Hasil yang didapat menunjukan bahwa penggunaan konsentrasi yang lebih tinggi saat pelindian dapat meningkatkan kemurnian dan yield dari silika yang didapatkan.terlihat dengan konsentrasi 8% didapat yield dan kemurnian tertinggi yaitu 68,1% dan 93,95%. Selain itu penambahan CPTMS dianggap tidak efektif karena hasil menunjukan bahwa persentase penghilangan logam oleh silika tanpa optimalisasi yaitu sebesar 26,42% & 14,44% lebih besar dari silika +CPTMS yaitu sebesar 0,053% & 6,15%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana Putri
"Fenomena Urban Sprawl di Jabodetabek menjadi pemicu adanya aktivitas antropogenik yang menjadi ancaman manusia karena secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan, khususnya pencemaran air. United States Environmental Protection (EPA) mengkategorikan adanya priority pollutant yang perlu ditinjau lebih utama dalam mendeteksi komponen kimia dalam air, yaitu logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Deteksi logam total dilakukan dengan Spot Sampling dan logam labil dilakukan dengan metode Diffusive Gradient in Thin Film (DGT). Penelitian dilakukan di Sungai Ciliwung Hilir pada 3 titik sampling, yaitu Pintu Air Manggarai, Pintu Air Istiqlal, dan Pintu Air Jembatan Merah. Selama 9 hari penelitian, device DGT diletakkan untuk mengakumulasi logam labil. Setelah proses penempatan, dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan instrument ICP-OES untuk unsur logam Cu dan Zn, dan instrumen ICP-MS untuk unsur logam Cd. Konsentrasi logam total Cd (Ctotal-Cd) pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; dan 0,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Cu pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; dan 9,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Zn pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; dan 32,27 x 10-3 mg/L. Efisiensi resin Chelex-100 pada device DGT dalam mengerap massa logam Cd, Cu, dan Zn dalam waktu kontak selama 5 hari secara berturut-turut adalah 16,95%; 41,51%, dan 98,5%. Dengan kemampuan tersebut, device DGT dapat menyerap kosentrasi logam labil pada air Sungai Ciliwung Hilir dengan konsentrasi logam labil Cd (Clabil-Cd) pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L. Clabil-Cu pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L. Clabil-Zn pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L. Maka dari itu, rasio logam labil dan logam total (Clabil/Ctotal) untuk unsur Cd, Cu, dan Zn berturut-turut adalah 8,36-37,55%; 4,83-13,05% dan 83,18-230,02%.

The Urban Sprawl phenomenon in Jabodetabek is the trigger for anthropogenic activities that pose a threat to humans because they can directly or indirectly pollute the environment, especially water pollution. United States Environmental Protection (EPA) categorizes the priority pollutant that needs to be reviewed more primarily in detecting chemical components in water, namely cadmium (Cd), copper (Cu), and zinc (Zn) metals. In detecting the presence of heavy metal contamination, this research was carried out by spot sampling to detect total metals and Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) to detect labile metals. This research was conducted on the Ciliwung River Downstream at 3 sampling points, Manggarai Sluice Gate (Point A), Istiqlal Sluice Gate (Point B), and Jembatan Merah Sluice Gate (Point B). During the 9 days of research, DGT devices adsorb and accumulate labile metals. After the deployment process, testing was carried out for both samples from the three points using the ICP-OES instrument for Cu and Zn metal elements, and the ICP-MS instrument for Cd metal elements. The total metal concentration of Cd (Ctotal-Cd) in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; and 0,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Cu in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; and 9,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Zn in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; and 32,27 x 10-3 mg/L, respectively. Chelex-100 resin on DGT device can absorb mass of the Cd, Cu, and Zn metals in contact time for 5 days is 16.95%; 41.51%; and 98.5%, respectively. With this capability, the DGT device can absorb labile metal concentrations in the water of the Ciliwung Hilir River with the labile metal concentration of Cd (Clabile-Cd) at Point A, Point B, and Point C was 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L , respectively. Clabile-Cu at Point A, Point B, and Point C was 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L , respectively. Clabile-Zn at Point A, Point B, and Point C was 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L , respectively. Thus, the ratio of labile metal per total metal (Clabile/Ctotal) for Cd, Cu and Zn is 37,55%; 4,83-13,05% and 83,18-230,02%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggito Abimanyu Arifin
"Penelitian ini menganalisis kandungan logam berat seng (Zn) pada mikroplastik yang ditemukan pada air, sedimen, dan ikan kembung Rastrelliger kanagurta di perairan Muara Angke dan Muara Karang, Teluk Jakarta. Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan pada 3 titik di tiap perairan. Sampel ikan diambil sebanyak 5 ekor pada tiap perairan dengan bobot ±259 gr dengan panjang ±27 cm. Saluran pencernaan di ekstraksi dari tiap ikan dan dihancurkan menggunakan reagen asam nitrat kuat (HNO3 65%). Sampel mikroplastik dilakukan dengan metode floating menggunakan NaCl jenuh dan diamati diatas kertas Whatman Cellulose Nitrate 0.47μm. Sampel mikroplastik dianalisis polimer menggunakan uji Micro-raman spectroscopic dan kandungan logam berat dengan uji AAS. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik pada sampel air berkisar 175.56—466.67 partikel L-1, pada sampel sedimen berkisar 494.22—790.76 partikel Kg-1, dan pada sampel ikan berkisar 98.5—159 partikel individu-1. Polimer mikroplastik yang teridentifikasi antara lain polyethylene (PE), polypropylene (PP), dan polystyrene (PS). Kandungan logam berat Zn pada mikroplastik pada sampel air memiliki rata–rata 79.47 mg Kg-1, pada sampel sedimen 153.09 mg Kg-1, dan pada sampel ikan 7.20 mg Kg-1. Uji korelasi Spearman menunjukan bahwa tidak adanya korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan kandungan logam berat Zn pada mikroplastik yang ditemukan.

This study analyzed the content of heavy metal zinc (Zn) in microplastics found in water, sediment, and mackerel Rastrelliger kanagurta in the waters of Muara Angke and Muara Karang, Jakarta Bay. Sampling of water and sediment was carried out at 3 points in each waters. Mackerel were taken 5 in each waters with a weight of ±259g and a length of ±27cm. The digestive tract was extracted from each fish and crushed using strong nitric acid reagent (HNO3 65%). Microplastics were carried out using the floating method using saturated NaCl and observed on 0.47μm Whatman Cellulose Nitrate paper. The microplastics were analyzed by polymer using Micro-raman spectroscopic test and heavy metal content by AAS test. The results showed that the abundance of microplastics in water ranged from 175.56-466.67 particles L-1, in sediment ranging from 494.22-790.76 particles Kg-1, and in mackerel ranging from 98.5-159 individual particles-1. The identified microplastic polymers are polyethylene (PE), polypropylene (PP), and polystyrene (PS). The heavy metal content in water has an average of 79.47 mg Kg-1, in sediment 153.09 mg Kg-1, and in mackerel 7.20 mg Kg-1. The Spearman correlation test showed that there was no correlation between the abundance of microplastics and the heavy metal content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>