Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Natanael Martua Parningotan
"Pasar Seni Ancol adalah ruang seni dan budaya Jakarta yang dalam beberapa dekade terakhir mengalami degradasi akibat penurunan jumlah pengunjung dan seniman. Penurunan ini menunjukkan kebutuhan revitalisasi untuk mengembalikan fungsi dan daya tariknya sebagai ruang seni dan budaya perkotaan melalui strategi regenerasi perkotaan. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dengan komunitas seniman, pengelola Pasar Seni Ancol, dan Pemerintah. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa Pasar Seni Ancol menghadapi minimnya visibilitas seniman dan karya seni mereka. Situasi ini diperburuk oleh hubungan sosial yang kurang harmonis antara pengelola dan komunitas seniman. Selain itu, pengelolaan Pasar Seni Ancol kurang adaptif terhadap perubahan preferensi seni di era digital. Diversifikasi dan valuasi karya seni juga tidak selaras dengan karakteristik demografi pengunjung. Penelitian ini merekomendasikan strategi revitalisasi Pasar Seni Ancol sebagai ruang seni dan budaya perkotaan yaitu pembukaan akses tanpa biaya masuk bagi publik untuk meningkatkan visibilitas serta restrukturisasi manajemen pengelola yang lebih profesional dan adaptif. Transformasi manajemen pengelolaan juga diusulkan untuk beradaptasi dengan preferensi seni dan budaya di era digital. Diversifikasi karya seni dan valuasi karya direkomendasikan untuk memenuhi preferensi dan kemampuan finansial demografi pengunjung yang beragam.

Pasar Seni Ancol, a significant art and cultural space in Jakarta, has experienced degradation over the past decades due to a decline in visitor numbers and artist engagement. This decline highlights the urgent need for revitalization to restore its function and appeal as an urban art and cultural hub through urban regeneration strategies. This study employs a qualitative methodology using a case study approach. Data were collected through semi-structured interviews with the artist community, Pasar Seni Ancol management, and government representatives.The findings reveal that Pasar Seni Ancol faces a lack of visibility for its artists and their works, compounded by strained social relations between management and the artist community. Additionally, its management has been inadequately responsive to evolving artistic preferences in the digital era. The absence of diversified and appropriately valued artworks further undermines its attractiveness to its visitor demographics. This study recommends several revitalization strategies for Pasar Seni Ancol, including opening public access free of charge to enhance visibility and restructuring management to be more professional and adaptive. Transforming management practices is also suggested to align with changing artistic and cultural preferences in the digital age. Diversifying art offerings and adjusting valuations are further recommended to cater to the diverse preferences and financial capacities of its visitor base, enabling Pasar Seni Ancol to reclaim its relevance as a dynamic and inclusive urban art and cultural space."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adriyan
"Fenomena street art merupakan suatu bentuk propaganda dari fine art, dan biasanya menjadi konsumsi masyarakat dari kelas tertentu, namun street art mencoba mendobrak hal tersebut dengan menampilkan seni di tempat umum, dengan menghadirkan seni tersebut kepada masyarakat, dan bukan membuat masyarakat yang mendatangi sebuah galeri. Salah satu dari perwujudan street art yaitu seni grafiti yang pada awalnya berfungsi sebagai penunjuk identitas bagi individu atau sekelompok orang, dengan hasil yang terkadang bersifat vandalisme. Tetapi sekarang grafiti mulai diterima oleh sebagian kalangan tertentu. Dalam hal ini grafiti tersebut sudah di gunakan sebagai elemen dekorasi suatu ruangan dan membentuk identitas dari ruangan tersebut.
Beberapa studi kasus yang dipilih dibandingkan dengan berbagai bentuk grafiti yang ditempatkan pada ruang yang berbeda-beda, dimulai pada grafiti yang ditempatkan di dalam ruang interior bangunan, lalu grafiti pada luar bangunan tetapi masih didalam satu kompleks interior bangunan, selanjutnya di bandingkan kembali dengan penempatan grafiti yang berada di luar bangunan. Selain itu dibandingkan dengan satu bentuk mural yang terdapat pada ruang interior. Dengan penempatan grafiti yang berbeda-beda tersebut, ternyata menghasilkan dampak dan kesan yang berbeda dengan grafiti yang berada dipinggir jalan dengan eksterior bangunan sebagai medianya.
Skripsi ini mencoba menggali tentang faktor apa saja yang mempengaruhi grafiti untuk dapat difungsikan sebagai elemen suatu ruang, dan grafiti seperti apa yang dapat digunakan pada ruang tersebut. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus, akan didapat jawaban dari faktor apa yang mempengaruhi grafiti tersebut untuk dapat kembali masuk kedalam konteks suatu ruang.

Street art phenomenon has became a propaganda of fine art, and it usually used by specific consumer, but street art tried to break the rules by showing it off on public spaces, presenting it to people in order to make them see it on the street, not in the gallery. One of its kind is graffiti, which exists to identify certain people or group at the first time, and sometimes, it is considered as vandalisme. But now, some people has started to accept it, and it is used more for decoration which can help to communicate the characteristic of the space.
Case study has been done by comparing many kind of graffiti that are made in different places; which are done within the interior spaces, outer side of the building, and the exterior. It then, also compared with mural of the interior spaces. Applicating graffiti in many different places, resulting the different impact and impression of shape and function, in comparison to the exterior media.
This paper by discover the factors that influence the use of graffiti as one element or space. By comparing them for different purposes, one can find the factors which affect the graffiti to be applied within different spatial contexts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica
"Perhatian pada rancangan dan aktivitas ruang luar telah menjadi topik yang banyak dibahas di kalangan peneliti maupun praktisi properti. Salah satu nilai tambah yang dapat diterapkan pada ruang luar sebuah properti adalah penambahan elemen kanopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan kanopi berkontribusi dalam meningkatkan nilai jual properti, kualitas visual dan fungsional sepanjang jalur, dan menjadi daya tarik bagi konsumennya sehingga dapat dikaji hal-hal yang menjadi pertimbangan pengembang dalam mengambil keputusan untuk menggunakan kanopi serta menjadikannya sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran. Hal ini dapat ditinjau tak hanya pada properti yang disewa, tetapi juga pada properti yang dijual.
Dalam penelitian ini, jenis properti difokuskan pada ruko yang dijual. Penelitian yang dilakukan pada sebuah kompleks ruko, yaitu CBD P ini difokuskan pada penggunaan kanopi pada jalur antar-blok ruko dan perbandingannya dnegan jalur antar-blok ruko tanpa kanopi. Pengamatan dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2013. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak pemasaran dan manajer lapangan CBD P, serta dari hasil wawancara dan pembagian kuesioner kepada para pemilik ruko di CBD P. Kuesioner dibagikan kepada 106 responden dengan pembagian responden menjadi dua grup, yaitu: responden pada ruko dengan kanopi dan responden pada ruko tanpa kanopi. Data hasil kuesioner diolah dengan analisis regresi logistik biner dan chi-kuadrat melalui program Microsoft Excel 2008 dan SPSS 20. Data sekunder diperoleh dari pihak pemasaran dan manajer lapangan CBD P meliputi: peta kompleks dan fasilitasnya, harga jual ruko, sejarah pembangunan kompleks ruko, fotofoto kondisi fisik terakhir, rencana dan informasi mengenai ruang luar kompleks CBD P.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengembangan potensi jalur-jalur tembus dalam kompleks dengan pemasangan kanopi dapat direncanakan untuk menghidupkan aktivitas sosial jalur antar-blok pada kompleks karena kanopi tak hanya berperan sebagai pemberi kenyamanan termal, tetapi juga menjadi sebuah elemen yang dapat memobilisasi manusia, memunculkan aktivitas dan ketertarikan masyarakat, serta memberikan image tertentu pada kawasan yang dilingkupinya, sebagai tempat peralihan, tempat bersantai, tempat diadakan event-event, serta wadah baru bagi sektor informal. Pemasangan kanopi juga meningkatkan nilai jual ruko. Penambahan biaya kanopi dan dekorasinya sebesar Rp 400.039,-/m2 untuk tiap ruko meningkatkan nilai jual ruko sebesar 107% hingga 177%, yaitu dari Rp 3.234.257,-/m2 hingga Rp 4.326.132,-/m2 menjadi Rp 6.510.417,-/m2. Meski ruko-ruko tersebut dijual, namun sistem pengelolaan dengan berbagai event dan kerjasama yang dilakukan oleh pengembang menjadi strategi yang menarik perhatian masyarakat. Pemanfaatan ruang luar dengan penggunaan kanopi menjadi sebuah nilai tambah dengan menerapkan strategi place-marketing karena bermanfaat menciptakan ruang publik dengan nuansa yang berbeda. Penggunaannya sebagai ruang publik komersial juga memperlihatkan citra proyek yang baik kepada masyarakat dan kesan pengembang sebagai sebuah perusahaan yang profesional.

Concern over outdoor space design and activities has continually remained a source of study in property area. Canopy has become an element that can perform as an added-value to a property outdoor. This study aims to determine how the usage of a canopy contributes to increase the property price, enhance the visual and functional quality along the shopping street, and attract the consumers. These considerations will prompt the reasons why some developers decided to utilize an outdoor area by covering it with canopy and involved it as a part of the marketing strategy. It can be examined not only on leased, but also on purchased property. In this research, the property is emphasized on purchased shophouses. The research conducted in a shophouses complex, CBD P, focused on the usage of three inter-block paths that is covered by canopies, in contrast to other inter-block paths without canopies. Observations were carried out in March until May 2013. Primary data were obtained from interviews with the marketing experts and site manager of CBD P, as well as from the interviews with and the distribution of questionnaires to the shophouses' owners. Questionnaires were distributed to 106 respondents which is divided into two groups: those who purchased shophouses with canopy and those who purchased shophouses without canopy. Data processing of the questionnaire results was performed with binary logistic regression analysis and chi-square using Microsoft Excel 2008 and SPSS 20. Secondary data were obtained from the marketing data collection and site manager of CBD P which include: a map of the complex and its facilities, a concise explanation of its development history, the shophouses sales price, photos of the CBD P, and the summary of future development plans.
The results of this study revealed that the shophouses inter-block paths enhanced by translucent canopies installation can bring out some new social activities because the canopy can not only give a better thermal comfort, but also can mobilize people, enhance public interests and activies, provide a certain image and atmosphere in the area the canopy enclose, act as a place of transition and for holding events, as well as give opportunity to the informal sector to play a complementary role in the area. The research revealed that the canopy installation influences the shophouses sale price and it's still saleable to the prospective buyers. The incremental cost for the canopy and its decoration of Rp 400.039,-/m2 for every shophouse increases the developer's profit by 107% to 177%, from Rp 3.234.257,-/m2 up to Rp 4.326.132,-/m2 to Rp 6.510.417.-/m2. Even though the shophouses were sold, but the good management system with various events and partnerships conducted by the developer become valuable attributes to attract public attention. The utilization of outdoor space by covering it with canopy become an addedvalue by applying place-marketing strategy as it created an altered atmosphere to the public space. Its usage as a commercial public space also shows a good development image to the public and the developer's image as a professional company."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusneri Prasetiani Ekawaty
"Ruang publik merupakan tempat dimana orang-orang dapat berkegiatan dan bersosialisasi di dalamnya. Untuk mewujudkan suatu ruang publik yang dapat berfungsi dengan baik, perlu adanya keterlibatan karya seni publik di dalamnya. Patung merupakan salah satu bentuk karya seni publik yang sering ditemui pada ruang publik. Arti kehadiran patung tersebut menjadi penting, karena bukan hanya berfungsi sebagai elemen penambah estetika ruang saja. Kehadiran patung di dalam ruang publik seharusnya juga dapat memberikan begitu banyak manfaat seperti menciptakan rasa senang, bangga dan kagum akan kehidupan pada lingkungan di mana ia berada, merangsang kreativitas, dan juga memacu komunikasi antar individu yang berkegiatan di sekitarnya. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperiukan adanya pengetahuan mengenai cara-cara penempatan karya seni publik yang baik pada sebuah ruang publik, sehingga keberadaan karya seni tersebut dapat lebih terasa di dalamnya.

Public space is a place where people can do their activities and socialize. To make a better functional public space, it needs the involvement of public art work within. Sculpture is one kind of public art which often can be found at some public spaces. Its presence become valuable when it is not only being aesthetical element. Its presence suppose to be more meaningful by giving sense of happiness, proud ness and admired by its surroundings, it can also desiring sense of creativity and can be connecting peoples working on it. For this purpose, it is require the knowledge about how to place this sculpture as public art in a public space in a good and right way, so its presence become meaningful."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fatina Risinda
"ABSTRAK

ABSTRACT
As part of the society, woman who lives in urban slum areas usually did not get much attention of their existence. When we talk about their roles in their life, actually these women have three roles. These three roles are not only reproductive role or dosmectic role, when women should take care of their family and house, but also productive role or the role that makes them to work too as a primer or secondary income-earners, and the third role, the community management (Moser, 1988; 1993, dalam Miraftab, 1995).
These women in slum areas became special as their three roles should meet the economic presure and bad condition of their settelement. They should face the truth about patriarchy system in the family, which men (or their husband) is said to have domination, including women space of activities.
From the pre-research in 2012, researcher found out that women in slum areas can use even the small space in their house efficiently and effectively. But at that pre-research, researcher did not include about the women point of view of the use of that space with their husband or children. Because of that, this research is about exploring women’s life and apce of activities in slum areas with their roles and activities in spaces in slum areas from gender perspective of how the space is created and used as it related with people around the women’s life, especially their husband, when they use that space.
The case studies of this reasearch are slum areas in Bukit Duri, Tebet, South Jakarta, with focus on RT 11 and RT 15 in RW 10. Both RTs is the poorest and always got flooded when the rain season comes because of their location in Kali Ciliwung riverbank. These women who live in this settlements can show us that poor women can live their life in very bad and limited spaces in their settlement for their space of activities. The limited spaces meet a lot of needs of space then relates to the existence of negotiation that women did as the way they form and use the existing spaces for their space of activities.
The method that researcher used is ethnograpic method, especially about the relation of people and spaces. The main approach is participant-observation to know these women’s space, people who involved, activities, the objects, actions, events, aims, and feeling in each of their activities (Reeves, Kuper, dan Hodges, 2008). With that method, research can learn how these women and their family, especially their husband, use the space in their house and their society for their activities as part of space negotiation.
Research then found out that women in slum areas can balance their three roles and that’s relate to how their face life presure from their husband, children, and the condition of their house and settlement. But at the same time, all of that pressures can make them stronger and can get opportunity to have access of spaces in their house and settlement. This can show us the position of these women in family are not subordinated. Even that position can be seen in how they use the spaces for their activities as a result of space negotiation that women and their husband did. So all of the condition that being thought will make them have a hard time to do their activities is actually can help them balance their roles, which area reproductive role, productive role, and community management role."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Dewi Y.
"Pada bangunan gedung, fasad merupakan salah satu elemen arsitektural yang sangat penting. Fasad merupakan salah satu elemen arsitektur yang pertama kali terlihat dari luar yang dapat mengkomunikasikan fungsi dan nilai bangunan kepada para pengamat. Elemen?elemen pembentuk fasad dapat terlihat dari permukaan dinding, struktur, hingga ornamentasi. Semua elemen tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menampilkan keindahan bangunan. Penggunaan fasad tidak hanya bertujuan untuk menampilkan estetika namun juga menciptakan ruang yang berkualitas. Salah satu unsur yang paling menonjol pada fasad gedung Perpustakaan Universitas Indonesia ialah penggunaan material yang mendominasi seluruh permukaan bangunan yang terdiri dari batu andesit, kaca, dan rumput. Dari penggunaan material tersebut kita dapat mengetahui bagaimana material tersebut membentuk view, bukaan dan orientasi dan melihat kualitas ruang di dalamnya. Penggunaan material pada fasad menjadi tepat atau tidak ketika kita melihat kualitas ruang yang terbentuk di dalamnya.

The facade is a very important architectural element of a building. It is one of the first architectural elements to be noticed from the outside which can also tell the observer the function and value of the building. The elements which form a facade start from the surface of walls, structures, to ornamentation. All these elements have the same purpose, which is to display beauty from a building. The facade‟s purpose is not merely to display aesthetics but also to create space with quality. One of the most prominent features of the facade of Universitas Indonesia‟s Library is the use of material which dominates the whole surface of the building, consisting of andesite, glass and grass. From the application of the materials, we are able to discover how the materials create views, openings, and orientation, as well as allowing us to see the quality of the space inside. The chosen facade materials become appropriate or inappropriate based on how we see the spatial qualities created inside."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Nurindah W.S.
"Di dalam sebuah kota atau kawasan, di mana manusia beraktivitas, manusia tidak hanya beraktivitas di dalam sebuah bangunan, tetapi juga di luar bangunan, di dalam sebuah ruang terbuka perkotaan. Ruang terbuka ini berada di antara bangunan-bangunan yang ada di sekelilingnya. Ruang seperti ini ada yang terbentuk secara tidak sengaja, dan ada yang secara disengaja dibentuk. Bagaimana bangunan-bangunan di dalam sebuah kota atau kawasan dapat membentuk ruang terbuka perkotaan tersebut, sehingga dapat menjadi tempat manusia beraktivitas seperti halnya di dalam sebuah bangunan. Dan di setiap kota atau kawasan memiliki cara yang berbeda dalam pembentukan ruang terbuka perkotaan ini. Oleh karena itu, terbentuknya ruang terbuka ini tidak terlepas dari bangunan yang mengelilinginya dan lingkungan di sekitarnya, di mana ruang tersebut berada.

In a town or area, where human being have activity, they do not only have activity inside a building, but also outside building, in an urban space. This space reside in the building exist in around. This space, there is which is formed not intentionally, and there is which intentionally to be formed. How building in a town or area can form this urban space, so that can become a place where human being have activity as does inside a building. And each every town or area have the different way in forming this urban space. Therefore, the forming of this urban space is not quit of building encircling it and its surrounding environment, where the space reside in."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Kurniati
"ABSTRAK
Kegagalan dalam pembentukan karakter ruang perkotaan menghasilkan kekurangan makna yang dapat memberikan kesan sebagai daya tarik masyarakat terhadap ruang perkotaan. Perubahan cenderung menggambarkan kemajuan, yang mencerimkan modernitas dalam mengedepankan inovasi perencanaan. Penelitian ini berkontribusi memberikan gambaran perkembangan perkotaan yang di pengaruhi oleh Sungai Batanghari di Jambi. Perkembangan perkotaan pada awalnya di pengaruhi oleh pendatang dengan menggunakan transportasi air di Jambi. Pendatang tersebut kemudian tinggal dan berdagang di Daerah Aliran Sungai Batanghari. Para pendatang ini secara tidak langsung membentuk pertumbuhan permukiman di sekitar Sungai Batanghari. Seiring dengan perkembangan masyarakat, kini kehidupan di sekitar Sungai Batanghari tidak lagi mencerminkan kehidupan masyarakat yang bergantung dengan Sungai Batanghari. Hal ini terlihat dari orientasi pembangunan membelakangi Sungai Batanghari. Penelitian ini memerlukan tahapan identifikasi wawancara yang tahapannya tidak dapat dinyatakan secara numerik. Naratif masyarakat menjadi kunci dalam proses penelitian ini, terhadap fenomena sosial di ruang jalur perbelanjaan di Jambi. Hasil penelitian ini menemukan pada kawasan perdagangan belum dapat menciptakan narasi yang di pengaruhi oleh kebudayaan setempat pada ruang perkotaan. Perkembangan kawasan perdagangan di sekitar Sungai Batanghari yang cepat menyebabkan ruang perbelanjaan di perkotaan bertransformasi mulai dari bentuk fisik dan pola kebiasaan masyarakat. Transformasi ini, menyebabkan kenangan masyarakat terhadap ruang perkotaan yang hidup dan bergantung pada Sungai Batanghari mulai berkurang. Oleh karena itu, mengembalikan kebiasaan yang berbudaya untuk mengaktifkan kembali minat masyarakat terhadap ruang perkotaan menjadi suatu hal yang penting. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana cara merancang kawasan perbelanjaan yang dapat mengembalikan memori kolektif masyarakat Jambi pada ruang perkotaan?

ABSTRACT
Failure in the formation of urban space character results in a lack of meaning that can give the impression that could attract people to an urban space. Change usually describes progress which reflects modernity in promoting innovation in planning. This study aimed to provide an overview of urban developments that are affected by the Batanghari River in Jambi. Urban development was initially influenced by newcomers who used water transportation in Jambi. The newcomer then lived and traded in the Batanghari River Basin. These newcomers indirectly shaped the growth of settlements around the Batanghari River. Along with the development of society, nowadays the life of the people around the Batanghari River no longer depends on it. This can be seen from the orientation of the buildings that turn their back towards the Batanghari River. This study required an interview identification stage that cannot be expressed numerically. Community narratives are the key in this research process in regard to social phenomena that occur on the shopping street in Jambi. The results of this study found that the trading area has not been able to create narratives that are influenced by local culture in urban space. The rapid development of the trading area around the Batanghari River has caused urban shopping spaces to transform from the physical form to the habits of the people thus diminishing the memories of the people about the urban space that lives and depends on the Batanghari River. Therefore, rebuilding the cultural habit to re engage people 39 s interest in urban space becomes an important subject. The question asked in this study was how to design a shopping area that can restore the collective memory of the Jambi rsquo s people in urban space "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhremaalya Enzovani Wiratno Putra
"Sejak tahun 1990-an, PT Freeport Indonesia mensponsori festival-festival besar yang bertujuan untuk merevitalisasi dan memberdayakan masyarakat Kamoro, penduduk asli Mimika, Papua Tengah. Festival-festival ini memberikan kesempatan kepada para pemahat Kamoro untuk menjual karya mereka dengan harga yang menguntungkan dan menampilkan budaya mereka kepada khalayak yang lebih luas. Inisiatif ini memicu terjadinya kebangkitan budaya Kamoro yang signifikan, khususnya di kalangan maramowe, sang pengukir Kamoro. Seiring berjalannya waktu, kebangkitan budaya ini berkembang menjadi misi preservasi, pemberdayaan, dan promosi budaya Kamoro yang kini dilakukan oleh Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe di bawah naungan PT Freeport Indonesia. Penelitian ini mengkaji proses kompleks yang terlibat dalam inisiatif-inisiatif ini, dengan fokus pada fenomena komodifikasi budaya dan rekacipta tradisi. Selain itu, tulisan ini juga memberikan wawasan mengenai perkembangan ini dari sudut pandang masyarakat Kamoro sendiri.

Since the 1990s, PT Freeport Indonesia has sponsored major festivals aimed at revitalizing and empowering the Kamoro people, the indigenous people of Mimika, Central Papua. These festivals give Kamoro carvers the opportunity to sell their work at profitable prices and showcase their culture to a wider audience. This initiative sparked a significant cultural revival, especially among Maramowe, the Kamoro carvers. Over time, this cultural revival developed into a mission to preserve, empower and promote Kamoro culture which is now carried out by the Maramowe Weaiku Kamorowe Foundation under the auspices of PT Freeport Indonesia. This research examines the complex processes involved in these initiatives, focusing on the phenomena of cultural commodification and the reinvention of tradition. In addition, this paper also provides insight into these developments from the perspective of the Kamoro people themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Purwanto
"Disertasi ini membahas mengenai peranan modal budaya dan modal sosial dalam perkembangan klaster industri seni keramik Kasongan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan arti penting modal budaya dalam perubahan laster dan mobilitas sosial di antara para pengusaha. Modal sosial penting dalam memfasilitasi transaksi ekonomi dan dalam usaha mendapatan modal budaya, modal ekonomi dan modal simbolik. Terdapat hubungan dominasi, subordinasi dan resistensi di antara para pengusaha. Pengusaha dominan menggunakan berbagai modal untuk mempertahankan dominasinya dan beberapa pengusaha kecil melakukan resistensi terhadap praktik dominasi.

This dissertation discusses the role of cultural capital and social capital in the industrial cluster development of ceramic art craft of Kasongan. The study was conducted using qualitative research methods. The results show the importance of cultural capital in change of the cluster and in social mobility among enterpreneurs. Social capital is important in facilitating economic transactions and in pursuing economic capital, cultural capital and symbolic capital. There is a relationship of dominance, subordination and resistance among enterpreneurs. Dominant enterprenurs make use of a variety of capital to maintain its dominataion and some small-enterpreneurs do resistance act to the domination practices.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1425
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>