Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsa Anugerah Pertiwi
"Minyak goreng bekas mengalami oksidasi selama proses pemakaian sehingga menurunkan jumlah ikatan karbon tak jenuh yang menyebabkan berkurangnya bilangan iodin. Minyak goreng bekas dengan bilangan iodin yang rendah membeku pada suhu yang lebih tinggi sehingga mengurangi peluang untuk dijadikan sebagai bahan baku produk turunannya. Oksidehidrogenasi, yang melibatkan penambahan oksigen untuk mengurangi atom hidrogen pada senyawa organik telah banyak diteliti dan dapat meningkatkan bilangan iodin karena terbentuk ikatan tak jenuh. Pada penelitian ini, dilakukan oksidehidrogenasi Minyak goreng bekas yang telah mendapatkan perlakuan awal berupa penyaringan dan pemanasan pada suhu 110 oC selama 1 jam. Oksidehidrogenasi juga dilakukan terhadap Minyak model yang didapat dari minyak goreng yang telah dipakai untuk penggorengan pada suhu 185 oC selama 1 jam. Katalis yang dipakai adalah Zn-K/Al₂O₃ dengan variasi loading Zn = 7,13-13,1% dan K = 0,4-1,8% yang dipreparasi dengan metode Incipient Wetness Impregnation. Minyak diuapkan pada evaporator dan dialirkan pada reaktor berupa fasa uap dengan suhu reaksi antara 350-450 oC serta variasi berat katalis 0,25-0,45 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bilangan iodin minyak goreng bekas terbaik yaitu dari 57,72 g-I2/100g menjadi 83,04 g-I2/100g untuk berat katalis 0,35 g dengan suhu reaksi 350 oC.

Used cooking oil undergoes oxidation during the usage process, decreasing the number of unsaturated carbon bonds which leads to a reduced iodine number. Used cooking oil with a low iodine number solidifies at higher temperatures, reducing the opportunity to be used as a raw material for derivative products. Oxydrogenation, which involves the addition of oxygen to reduce hydrogen atoms in organic compounds, has been widely studied and can increase the iodine number due to the formation of unsaturated bonds. In this study, oxydehydrogenation used cooking oil that was treated with filtering and heating at 110 oC for 1 hour was carried out. Oxydrogenation was also carried out on model used cooking oil obtained from cooking oil that has been used for frying at 185 oC for 1 hour. The catalyst used was Zn-K/Al₂O₃ with a loading variation of Zn = 7.13-13.1% and K = 0.4-1.8% prepared by the Incipient Wetness Impregnation method. The oil was evaporated in the evaporator and flowed into the reactor in the form of a vapor phase with a reaction temperature between 350-450 oC and a catalyst weight variation of 0.25-0.45g. The results showed that there was an increase in the iodine number of the best used cooking oil from 57.72 g-I2/100g to 83.04 g-I2/100g for a catalyst weight of 0.35 g with a reaction temperature of 350 oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Alzena
"Indonesia memiliki potensi minyak jelantah yang melimpah sehingga mempunyai peluang untuk diekspor. Akan tetapi, minyak jelantah hanya memiliki bilangan iodin sekitar 50 g-I2/100g yang belum memenuhi standar ekspor yaitu bilangan iodin 70 g-I2/100g. Peningkatan Bilangan Iodin Minyak Jelantah dapat dilakukan salah satunya adalah dengan oksidatif dehidrogenasi (ODH). Pada penelitian ini digunakan Zn-K/ Al2O3 sebagai katalis untuk minyak jelantah yang juga merupakan senyawa hidrokarbon sehingga akan mengalami proses dehidrogenasi. Minyak jelantah yang dipakai adalah minyak model yang didapatkan dari penggorengan terkendali selama 1 jam. Bilangan iodin minyak jelantah sebelum dan sesudah ODH ditentukan dengan metode Wijs dan dikonfirmasi secara kualitatif menggunakan metode FTIR. Bilangan Iodin pada minyak goreng dan minyak jelantah berturut-turut adalah sebesar 60 g-I2/100g dan 58 g-I2/100g. Hasil dari terbaik pada proses ODH adalah bilangan iodin sebesar 58 g-I2/100g dengan kondisi suhu 300o C, loading katalis sebesar Zn = 12,06% dan K = 1,87%, menggunakan nitrogen dalam keadaan inert dan waktu tinggal 660 detik.

Indonesia has abundant potential for used cooking oil, creating an opportunity for export. However, used cooking oil only has an iodine value around of 50 g-I2/100g, which does not meet the export standard of 70 g-I2/100g. Increasing the iodine value of used cooking oil can be achieved through oxidative dehydrogenation (ODH). In this study, Zn-K/Al2O3 was used as a catalyst for used cooking oil, which is also a hydrocarbon compound and therefore undergoes a dehydrogenation process. The used cooking oil utilized was a model oil obtained from controlled frying for 1 hour. The iodine value of the used cooking oil before and after ODH was determined using the Wijs method and qualitatively confirmed using the FTIR method. The iodine values of cooking oil and used cooking oil, respectively, are 60 g-I2/100g and 58 g-I2/100g. The best result from the ODH process was an iodine value of 58 g-I2/100g under conditions of 300°C, a catalyst loading of Zn = 12.06% and K = 1.87%, using nitrogen in an inert state, and a residence time of 660 seconds. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeful Pranata
"Bio-oil production from biomass has a disadvantage because it cannot be used as fuel since it contains a lot of oxygenates, so that the heating value is low and cannot be used as fuel. This study aims to generate oil palm empty fruit bunch-based bio-oil with better quality by adding plastic waste so that can produce Bio-oil with qualified specification as a fuel. The method used in this study is slow co-pyrolysis, where a mixture of biomass and plastic materials is pyrolyzed with the heating rate is low (5°C/min). With the addition of plastic, slow pyrolysis will behave like fast pyrolysis in which a high yield of Bio-oil as a result of increased heat transfer from the heater to the reactor for biomass materials. The independent variables in this study are type of plastic (PP and HDPE) and plastic-biomass composition in the mix, while the dependent variables in this study are Bio-oil’s viscosity, color, pH, and yield. In the pyrolysis reactor, plastic materials and biomass are mixed into cracking boat. Biomass, plastics, and Bio-oil produced were analyzed using GC-MS. The result obtained is addition of plastic waste can improve the quality of bio-oil in pH, viscosity, color stability, and oxygenate compounds.

Produksi bio-oil berbasis biomassa memiliki kendala dalam kualitas karena tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar karena bio-oil yang dihasilkan masih mengandung banyak oxygenates (senyawa yang mengandung oksigen), sehingga heating value-nya rendah dan belum dapat digunakan sebagai bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bio-oil berbasis tandan kosong kelapa sawit dengan kualitas yang lebih baik melalui penambahan limbah plastik sehingga dapat menghasilkan Bio-oil yang dengan spesifikasi yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan bakar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah slow co-pyrolysis, di mana campuran biomassa dan bahan plastik dipirolisis dengan heating rate yang rendah (5oC/menit). Dengan penambahan plastik, slow pyrolysis akan berkelakuan seperti fast pyrolysis di mana yield Bio-oil tinggi sebagai akibat dari peningkatan perpindahan panas dari pemanas pada reaktor ke bahan biomassa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis plastik (PP dan HDPE) dan komposisi plastik-biomassa dalam campuran (0:100, 10:90, 25:75, 50:50, 75:25, 100:0), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah viskositas, pH, warna, dan yield Bio-oil. Dalam reaktor pirolisis, bahan plastik dan biomassa dicampur ke dalam cracking boat. Biomassa, plastik, dan Bio-oil yang dihasilkan dianalisis menggunakan GC-MS. Hasil yang didapatkan adalah penambahan limbah plastik dapat meningkatkan kualitas bio-oil dari segi pH, viskositas, kestabilan warna, dan kandungan oksigenat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Maulana
"ABSTRAK
Senyawa Annonaceous acetogenin (asetogenin) dari daun sirsak telah terbukti memiliki sifat antikanker. Gugus asetogenin terdiri dari berbagai senyawa, salah satunya adalah Annonacin yang banyak terdapat di bagian daun tanaman sirsak. Adapun tujuan dari isolasi ini adalah untuk mendapatkan senyawa annonacin yang dapat digunakan sebagai standar untuk penelitian lebih lanjut. Isolasi annonacin terdiri dari tiga tahap yaitu maserasi, fraksinasi, dan isolasi. Pelarut yang digunakan antara lain etanol, etil asetat, heksana, kloroform, dan air. Hasil isolasi tersebut diuji dengan menggunakan kedde reagent untuk mengetahui ada atau tidaknya gugus lakton serta jumlah konsentrasi lakton yang dikandung. Hasil uji reagen kedde menunjukkan adanya gugus lakton dengan perubahan warna menjadi pink-ungu. Jumlah konsentrasi lakton terkandung dari F4.4 241,86 mg/gr. Sitotoksisitas annonacin diuji menggunakan metode Brine Shrimp Test dengan menghitung LC50. Didapat nilai LC50 sebesar 1,04 ppm. Analisis kualitatif hasil isolasi dilakukan menggunakan HPLC dan LC-MS menghasilkan terdapat senyawa annonacin dari F4.4 dengan berat molekul 597,23.

ABSTRACT
Compounds of Annonaceous acetogenin (asetogenin) from soursop leaf has been shown to have anticancer properties. Asetogenin group consists of a variety of compounds, one of which is that many Annonacin located on the leaves of the soursop plants. The purpose of isolation is to get annonacin compounds that can be used as a standard for further research. Isolation of annonacin consists of three phases, namely maceration, fractionation, and isolation. Solvents used include ethanol, ethyl acetate, hexane, chloroform, and water. isolation results were tested using kedde reagent to determine the presence or absence of the lactone group and the number concentration of lactones contained. Kedde reagent test results indicate the presence of the lactone group to change into a pink-purple color. Total concentrations of F4.4 lactone contained 241.86 mg / g. Annonacin cytotoxicity was tested using Brine Shrimp Test method by calculating the LC50. Obtained LC50 values of 1.04 ppm. Qualitative analysis of the results was performed using HPLC isolation and LC-MS produces compounds contained annonacin F4.4 with a molecular weight of 597.23.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
"Limbah glasir dari industri keramik mengandung logam berat yang berasal dari proses pewarnaan keramik dan berpotensi mencemari lingkungan. Kandungan logam berat pada limbah glasir PT.X yaitu Cd 0,013 mg/L; Cu 0,033 mg/L; Pb 1,200 mg/L; dan Zn 7,003 mg/L. Limbah tanah liat yang dihasilkan industri keramik berpotensi dijadikan adsorben untuk mengolah logam berat dalam limbah glasir. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan metode batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben dan waktu kontak yang optimum dalam mengolah limbah glasir. Hasil penelitian menunjukan dosis optimum adsorben sebesar 5 g/L dan waktu kontak 15 menit dengan kondisi pH 8 dan kecepatan pengadukan 150 rpm. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri keramik kadar efluen Pb memiliki ambang batas sebesar 1 mg/L. Kadar logam setelah diadsorpsi telah mencapai baku mutu yaitu sebesar 0,614 mg/L dan 2,07 mg/L untuk Pb dan Zn dengan efisiensi pengurangan kadar logam Pb sebesar 61% dan Zn sebesar 9,8%. Dari hasil penelitian ini digunakan untuk mendisain pengolahan limbah glasir pada industri keramik PT.X menggunakan koagulasi dan sedimentasi dalam satu bak.

Glaze wastewater from ceramic industry contains heavy metal which can potentially cause severe pollution problems. Glaze wastewater typically contains Cd 0.013 mg/L; Cu 0.033 mg/L; Pb 1.2 mg/L; and Zn 7.003 mg/L. Clay waste generated from ceramic industry can be utilized as an adsorbent to remove heavy metals in glaze wastewater. The present study investigates in bench scale and uses batch adsorption method to determine optimum adsorbent amount and contact time in removing heavy metals in glaze wastewater. The results showed that the optimum adsorbent amount and contact time respectively are 5 g/L and 15 minutes with pH 8 and stirring speed of 150 rpm. Based on regulation of the Minister of Environment No 16/2008 concerning effluent water standard for ceramic industries, the lead (Pb) concentration must be less than 1 mg/L. Under optimum operating condition, the concentration of lead (Pb) and zinc (Zn) in treated wastewater was reduced to 0.614 mg/L and 2.070 mg/L. The removal efficiency achieves 61.0% for Pb and 9.8% for Zn. Both fulfill the discharge requirement based on the referred regulation. The results of the study are then used to design wastewater treatment plant in PT.X using coagulation and sedimentation in multifunctional tank. The tank can be used as storage tank and wastewater treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilah Widyayu
"Senyawa turunan dihidropirimidin (DHPM) merupakan senyawa organik yang memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai antikoagulan, antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba, antibakteri, antifungi, dan antioksidan. Pengembangan sintesis turunan DHPM dapat disintesis melalui reaksi Biginelli. Modifikasi pereaksi dan metode reaksi ini terus dilakukan untuk memperoleh hasil yang paling baik dan ramah lingkungan. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis senyawa turunan DHPM yaitu 5-acetyl-6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-3,4-dihydropyrimidin-2(1H)-one, dan 1-(6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-2-thioxo-1,2,3,4-tetrahydropyrimidin-5-yl)ethanone melalui reaksi Biginelli dengan metode refluks dengan jus belimbing sayur sebagai katalis asam. Reaktan aldehid yang digunakan adalah 2-(2-propun-1-iloksi)benzaldehid sedangkan reaktan 1,3-dikarbonil yang digunakan adalah asetilaseton. Perbedaan sintesis senyawa turunan DHPM terletak pada komponen urea yang digunakan yaitu urea dan tiourea. Rendemen yang dihasilkan untuk senyawa 5-acetyl-6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-3,4-dihydropyrimidin-2(1H)-on sebesar 93%. Kemurnian senyawa target diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan dilakukan kromatografi kolom untuk medapatkan senyawa target yang murni. Senyawa hasil sintesis kemudian dikarakterisasi dengan uji LC-MS/MS, FTIR, dan NMR yang menandakan bahwa produk 5-acetyl-6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-3,4-dihydropyrimidin-2(1H)-on berhasil disintesis, namun tidak berhasil didapatkan produk 1-(6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-2-thioxo-1,2,3,4-tetrahydropyrimidin-5-yl)ethenone dari sintesis Biginelli menggunakan jus belimbing sayur.

Dihydropyrimidine (DHPM) and its derivatives are organic compounds that have many benefits including anticoagulant, antihypertensive, anti-inflammatory, antimicrobial, antibacterial, antifungal, and antioxidant properties. The synthesis of DHPM derivatives can be achieved through the Biginelli reaction. Modifications in the reactants and reaction methods are continuously explored to achieve optimal and environmentally friendly results. In this study, the synthesis of dihydropyrimidine derivatives, specifically dihydropyrimidinones, 5-acetyl6-methyl-4-(2-(prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-3,4-dihydropyrimidin-2(1H)-one and dihydropyrimidinethiones, 1-(6- methyl-4-(2- (prop-2-yn-1-yloxy)phenyl)-2-thioxo-1,2,3,4-tetrahydropyrimidin-5-yl)ethanone was conducted using the Biginelli reaction with starfruit juice as an acid catalyst. The difference in the synthesis of DHPM derivatives lies in the urea component used, namely urea and thiourea. Substrates such as 2-(2-prop-1- enyloxy)benzaldehyde, acetylacetone, and urea/thiourea were used to form the dihydropyrimidine derivative compounds. The synthesized product of dihydropyrimidinone compound was obtained in 93% yield, whereas the dihydropyrimidinethione product was not successfully obtained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Puti Minanga
"Ester sukrosa dengan derajat substitusi 1-3 dapat digunakan sebagai emulsifier non-ionik yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini, ester asam lemak sukrosa disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa sawit menggunakan lipase Candida rugosa yang terimmobilisai pada matriks zeolit. Lipase Candida rugosa terimmobilisasi menunjukkan % aktivitas hidrolisis terbesar yaitu 11,0032 % pada perbandingan enzim dengan zeolit yaitu 2:3. Sintesis ester asam lemak sukrosa ini dilakukan pada suhu 40oC, waktu inkubasi selama 32 jam, dengan memvariasikan jumlah lipase imobil pada matriks zeolit. Produk esterifikasi dapat dihasilkan pada penggunaan lipase immobil pada matriks zeolit sebanyak 2400 mg dengan nilai % konversi asam lemak sebesar 9,750 %. Spektrum FTIR produk esterifikasi menunjukkan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1742,71 cm-1 yang merupakan serapan vibrasi regangan dari gugus fungsi ester C=O. Hasil uji emulsi sederhana terhadap produk hasil esterifikasi menunjukkan bahwa emulsi memiliki ketahanan selama lebih dari 24 jam.

Sucrose fatty acid esters with substitution degree between 1-3 are used as enviroment friendly non-ionic emulsifier. In this research , sucrose fatty acid esters can be synthesized with esterification reaction between sucrose and fatty acid obtained from hydrolyzed palm oil by using immobilized Candida rugosa lipase on zeolite. Immobilized Candida rugosa lipase showed the highest immobilizing activity 11,00 % with the ratio between enzyme and zeolite 2:3. Synthesis of sucrose fatty acid ester was carried out at a temperature of 40 ° C, the incubation time for 32 hours, by varying the amount of immobilized lipase on zeolite. Esterification products was produced using 2400 mg immobilized enzymes on zeolite with fatty acid conversion value of 9.750%. FTIR spectrum of the esterification product showed absorption peak at wave numbers 1742.71 cm-1 which is the stretch vibration absorption of the ester functional group C = O. The reults of the simple emulsion test for the esterification product showed that the emulsion was stable for more than 24 hours."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis material katalis terimmobilisasi mikropartikel dan nanopartikel TiO2 dan evaluasi aktivitas fotokatalitiknya pada dekolorisasi larutan zat warna azo Acid Red 4 (AR4). Mikropartikel TiO2 diimmobilisasikan pada pelat akrilik, sedangkan nanopartikel TiO2 terimmobilisasi pada pelat gelas. Nanopartikel TiO2 dilekatkan pada lapisan pendukung nanofiber untuk meningkatkan performa fotokatalitik, membentuk komposit nanofiber-nanopartikel di atas pelat gelas. Pada beban katalis 2,0 g/l, performa fotokatalitik lapisan katalis terimmobilisasi (k'=0,013 menit -1) lebih baik dibandingkan katalis tersuspensi (k'=0,008 menit -1). Efisiensi dekolorisasi fotokatalitik katalis terimmobilisasi TiO2 berukuran nanopartikel mencapai 82,3% dalam waktu irradiasi 2 jam, lebih tinggi dibandingkan katalis berukur an mikropartikel (77,8%). Teknik komposit nanofiber-nanopartikel TiO2 memperlihatkan peningkatan kinetika fotokatalitik (k'= 0,018 menit -1) dibandingkan lapisan katalis tunggal nanopartikel (k'= 0,015 menit -1). Katalis terimmobilisasi TiO2 tetap efektif dalam penggunaan berulang meski ditemukan sedikit penurunan efisiensi pengolahan.

This research studied the synthesis of immobilized TiO2 microparticle and nanoparticle catalyst materials and evaluated its photocatalytic activity on the decolorization of Acid Red 4 (AR4) azo dye solution. TiO2 microparticles were immobilized on an acrylic plate, while TiO2 nanoparticles were immobilised on a glass plate. TiO2 nanoparticles were embedded in a nanofiber support layer to enhance photocatalytic performance, forming a nanofiber-nanoparticle composite on the glass plate. In the catalyst load 2.0 g/l, the performance of the photocatalytic layer of immobilized catalyst (k '= 0.013 min-1) is better than that of the suspended catalyst (k'= 0.008 min-1). Photocatalytic decolorization efficiency of TiO2 immobilized catalysts of nanoparticle sized reached 82.3% in irradiation time of 2 hours, which is higher than microparticle sized catalysts (77.8%). The technique of TiO2 nanofiber-nanoparticle composite showed improved photocatalytic kinetics (k'= 0.018 min-1) compared to a single layer of nanoparticle catalyst (k'= 0.015 min-1). Immobilized TiO2 catalysts remain effective with repeated use despite a slight decrease inprocessing efficiency."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Handradika
"Pekerja di lapangan migas, khususnya di lepas pantai memiliki risiko yang tinggi terhadap pajanan BTX di area kerja. Pajanan bersumber dari aktifitas yang langsung bersentuhan dengan uap dan gas hidrokarbon yang sifatnya mudah menguap pada suhu kamar (Volatile organic compounds - VOC) sehingga memungkinkan terhisap oleh para pekerja dan menimbulkan efek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik dari Pajanan BTX terhadap pekerja lepas pantai beserta manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang meliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel berupa 95 orang pekerja tetap di perusahaan hulu migas X. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupan dengan dosis referensi BTX. Sebagai pembanding (control) dilakukan juga perhitungan terhadap 7 orang pekerja lepas pantai yang bekerja hanya di kantor (office).
Hasil penelitian menunjukkan risiko pajanan benzene non karsinogenik harus diwaspadai bagi pekerja lepas pantai dimana dari perhitungan diketahui nilai RQ (Risk Quotient) yang lebih dari satu baik untuk pajanan realtime (ada 21,05% pekerja) maupun pajanan lifetime (61,05% pekerja). Sementara untuk risiko pajanan non karsinogenik dari toluene dan xylene termasuk rendah. Ini ditunjukkan dari hasil perhitungan RQ untuk realtime maupun lifetime yang semuanya (100%) bernilai kurang dari satu (RQ <1). Untuk risiko kesehatan pajanan karsinogenik benzene, diperoleh bahwa 20% pekerja lepas pantai memiliki efek karsinogenik pada pajanan realtime dan 60% pekerja pada pajanan lifetime. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan manajemen risiko terhadap pajanan senyawa benzene di lingkungan kerja lepas pantai, agar pekerja terhindar dari risiko kesehatan baik risiko nonkarsinogenik dan risiko karsinogenik jangka panjang.

This research has objective to predict carsinogenic and non carcinogenic effect of BTX exposure to offshore workers and the risk management required. It is cross sectional study which utilize the environmental health risk assessment approach. Sample consists of 95 offshore workers in upstream oil and gas company X. research data is compiled from direct interview and company measurement data. As a control, 7 administrative workers are involved in calculation.
The result of this research is non carcinogenic exposure of benzene must become a high concern which has risk quotient - RQ 21.05% at realtime exposure and 61.05% at lifetime exposure. There is little risk related to toluene and xylene. Its respectively RQ is lower than 1 for both of them. For carcinogenic health risk of benzene, 20% of offshore workers and 60% of offshore workers has carcinogenic effect to their health risk.It can be concluded that risk management is required for being applied in order to minimize the benzene health effect to offshore workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Pengembangan dan penelitian suatu proses untuk mengurangi ketergantungan pada sumber fosil merupakan tema penting untuk memantapkan keberlangsungan sistem industri kimia di masa depan. Salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan adalah adanya berbagai bentuk sumber senyawa organik yang berasal dari material biomasa,k arena jenis material ini dapat terbaharui dari hasil fotosintesa melalui proses fiksasi karbon dioksida dan penangkapan energi matahari. Potensi material ini sangat prospektif sebagai sumber awal hidrokarbon baik sebagai bahan bakar maupun bahan kimia seperti LPG dan senyawa aromatik. Namun, rute proses melalui senyawa organik turunan biomasa menjadi hidrokarbon menggunakan proses katalitik dengan HZSM-5 sebagai katalis dengan memanfaatkan persenyawaan organik hasil fermentasi (aseton, butanol, alkohol) ataupun senyawa hasil pirolisis biomasa masih jarang dikembangkan. Sehingga apabila teknologi berbasis biomasa tersebut dapat berperan penting di masa mendatang, maka teknologi ini dapat memberikan kontribusi suatu sistem daur-ulang material yang lebih langgeng, mengurangi pengaruh beban pemanasan global akibat gas CO2. Serta dapat mencanangkan perubahan paradigma posisi minyak bumi sebagai sumber energi utama menjadi energi alternatif serta menjadikan aktivitas energy -hunting kearah energy -farming.

The exploration and development of a promising process to reduce the dependency on fossil resources is an important issue for establishing a sustainable system of chemical industry in the future. An alternative option should be decided on the various form of biomass resources, because these materials are the results of botanical photosynthesis by fixation of carbon dioxide and solar energy in botanical activities as considered to be high potential usage as starting materials of resources. These kind of renewable resources are expected to be able to create many alternative routes for production of hydrocarbons for fuel and chemicals such as LPG (C3-C4hydrocarbons), aromatic chemicals hydrocarbons. However, a little attention has been given to the applications of HZSM -5 in efforts to find aromatic chemicals with utilization of hydrocarbons that come from the biomass -derived chemicals such as fermentation products (acetone, butanol), biomass - derived oil. If so, the biomass -based technology should play an important role for establishing a sustainable system of material recycle, free from CO2 global warming effect in the future. And the paradigm should be changed the position of petroleum oi l as main energy resource into the alternative energy resource."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>