Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudi Rinaldi
"Manajemen risiko pipa penyalur memegang peran vital dalam industri minyak dan gas untuk memastikan operasi yang aman dan andal. Penelitian ini mengembangkan kerangka kerja penilaian risiko kuantitatif (QRA) dengan metode segmentasi dinamis untuk meningkatkan akurasi penilaian risiko pada pipa penyalur. Metodologi penelitian mengintegrasikan metode segmentasi dinamis dengan teknik perhitungan probabilitas dan konsekuensi tingkat lanjut berdasarkan panduan Muhlbauer (2015) dan API RP 581 yagn telah dimodifikasi untuk pipa penyalur dengan menganalisis enam jenis ancaman utama: korosi eksternal, korosi internal, kerusakan pihak ketiga, geohazard, kesalahan operasi, dan sabotase. Implementasi pada studi kasus pipa penyalur 20" sepanjang 21 kilometer di PT YYY mengidentifikasi 1.106 segmen dinamis dengan karakteristik risiko yang unik. Hasil penelitian menunjukkan kerangka kerja ini memberikan penilaian risiko yang dapat menunjukkan lokasi - lokasi dengan resiko tinggi dan penyebabnya dengan akurat dan efisien sehingga dapat menentukan tindakan mitigasi yang lebih tepat sasaran dalam manajemen resiko pipa penyalur serta dalam memenuhi persyaratan Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021.

Pipeline risk management plays a vital role in the oil and gas industry to ensure safe and reliable operations. This research develops a Quantitative Risk Assessment (QRA) framework with dynamic segmentation methodology to enhance risk assessment accuracy for transmission pipelines. The research methodology integrates dynamic segmentation with advanced probability and consequence calculation techniques based on modified Muhlbauer (2015) guidelines and API RP 581 for pipelines by analyzing six major threat categories: external corrosion, internal corrosion, third-party damage, geohazards, operational errors, and sabotage. Implementation of this framework in a case study of a 20 inch, 21 kilometer pipeline at PT YYY identified 1.106 dynamic segments with unique risk characteristics. The research results demonstrate that this framework provides risk assessments capable of accurately and efficiently identifying high-risk locations and their root causes. This enables more targeted mitigation actions in pipeline risk management while fulfilling the requirements set forth in the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 32 of 2021."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizan Riadhi
"Manajemen integritas pipa penyalur dimulai dari bagaimana ancaman terhadap integritas pipa penyalur di-identifikasi dan dikelola dengan efektif. Penilaian resiko terhadap ancaman integritas pipa penyalur dilakukan terhadap aset pipa penyalur sebagai obyek yang di-analisa. Pendekatan pendataan informasi keselamatan proses (process safety information) aset pipa penyalur umumnya diperlakukan melekat sebagai satu kesatuan jalur utuh dari Launcher ke Receiver. Keberagaman mode ancaman dan mode kerusakan menjadi dasar melakukan segmentasi pipa penyalur tersebut agar penilaian resiko lebih akurat. Dengan kemajuan teknologi inspeksi saat ini, inspeksi In-Line-Inspection menjadi semakin akurat dan terjangkau. Inspeksi baseline atau re-inspeksi In-Line-Inspection berpotensi menjadi basis pendataan aset (Asset Register) karena mampu mendeteksi komponen-komponen perpipaan pada pipeline secara akurat. Dengan adanya pendataan informasi keselamatan proses secara detail pada setiap komponen perpipaan, segmentasi yang dilakukan saat penilaian resiko dapat menjadi lebih detail sampai ke level komponen. Tesis ini membahas bagaimana memanfaatkan potensi penilaian resiko yang lebih detail hingga ke level komponen dengan memanfaatkan asset register yang detail yang diperoleh dari pemanfaatan data in-line inspection. Kelemahan dari metode segmentasi detail adalah banyaknya data dan juga usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian resiko. Namun dari berkembangnya teknologi informasi saat ini, populasi data yang besar (big data) dapat dikelola dengan bantuan teknologi informasi yang relevan.

Pipeline integrity management is initiated from how hazards/threats toward pipeline integrity are to be identified and managed effectively. Risk assessment conducted to pipeline integrity hazards/threats is subjected to how the pipeline as object is perceived to be analyzed. The approach of documenting process safety information on pipeline generally developed and regarded as a whole pipeline assets consist from launcher to receiver. The diverse of threats and damage mechanism along the line is the basis of pipeline segmentation in order to specify risk assessment object thus increase its accuracy. In the development of inspection technology, in-line-inspections are become more sensitive and become more affordable. Whether baseline or re-inspection of in-lineinspection could have potential to be utilized in developing asset register, because it can distinguish pipeline components accurately. By embedding process safety information specific for each pipeline components, the segmentation taken during pipeline risk assessment can be detailed to the component level. The focus of this study is analyzing pros and cons of utilization the advantages of detailed pipeline risk assessment to component level by utilizing detailed asset register which obtained from in-lineinspection data. The weakness of detailed segmentation is the abundant of segment to be analyzed and increase the efforts during risk assessment. However, in the development of information technology, big data can be manageable by utilizing relevant information technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harisman Priladi
"Penilaian risiko untuk fasilitas lepas pantai merupakan komponen kunci dalam rangka menjaga integritas dan keandalan pipa transmisi bawah laut dan untuk memastikan distribusi produk selalu sesuai dengan standar keselamatan dan untuk memastikan kualitas & kuantitas volume sesuai dengan desain. Penilaian diperlukan untuk memberikan status dan rencana risiko, inspeksi, pemantauan dan penilaian integritas pada Pipeline dan Riser serta mitigasi sebagai sistem yang berkelanjutan. Oleh karena itu, tesis ini menyajikan risiko berdasarkan estimasi kemungkinan kegagalan (PoF) dan konsekuensi kegagalan (CoF). Estimasi PoF dilakukan secara kualitatif dengan metode scoring 3 komponen utama dalam scoring PoF yaitu kerusakan pihak eksternal, hasil inspeksi dan design & operation. CoF dibagi menjadi beberapa tingkat konsekuensi untuk setiap kelompok konsekuensi (yaitu keselamatan personel, ancaman terhadap aset, lingkungan dan reputasi & regulasi). Frekuensi pemeriksaan juga ditentukan berdasarkan tingkat Risiko, validitas data input penilaian Risiko, Tingkat keyakinan status integritas, dan Evaluasi potensi perluasan risiko. Untuk bagian pipa dan spool aset, status integritas ditentukan oleh kehilangan logam, interval ILI, dan rentang bebas.

Risk assessment for offshore facilities are a key component in order to maintain the integrity and reliability of the subsea transmission pipeline and to ensure product distribution is always compliant with safety standards and to ensure quality & quantity of volume is according to design. An assessment is needed to provide status and plans of risk, inspection, monitoring and integrity assessment on the Pipeline and Riser as well as the mitigation as a continuous system. Therefore, this thesis presents risk based on Probability of Failure (PoF) and Consequence of Failure (CoF) estimation. PoF estimation is conducted qualitatively with scoring method 3 main components in PoF scoring which are Damage by External Party, inspection results and design & operation. CoF is divided into multiple levels of consequence for each consequence group (i.e. personnel safety, threat to asset, environment and reputation & regulation). Inspection frequency also define by depends on Risk level, Risk assessment input data validity, Confidence level in integrity status, and Evaluation of potential risk expansion. For pipeline and spool section of the asset, integrity status is determined by metal loss, ILI interval and free span. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Bonardo Jonathan
"ABSTRAK
Potensi gas di Indonesia cukup besar dan masih belum dimaksimalkan. Untuk mempercepat konversi BBM ke BBG dan pembangunan penyaluran energi dibutuhkan pengiriman gas melalui pipa-pipa yang optimal. Proyek pembangunan pipa transportasi gas membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Investasi proyek pembangunan ini memiliki nilai risiko yamg tinggi, sehingga diperlukan perencanaan agar dapat mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Peneliti menghitung dampak risiko terhadap nilai investasi pembangunan pipa transportasi gas dengan studi kasus penyaluran dari FSRU Cilacap ?RU IV Cilacap. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor risiko secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan gambaran dampak risiko terhadap nilai keekonomian proyek. Metode yang digunakan yaitu Manajemen Risiko dengan pendekatan Value at Risk (VaR) dan model finansial. Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui risiko yang akan terjadi dan menghasilkan daftar kelompok risiko yang kemudian dimodelkan pada Risk Register. Kemudian dilakukan penilaian nilai risiko yang akan melihat pengaruh faktor-faktor risiko secara finansial sehingga menghasilkan rekomendasi mitigasi.

ABSTRACT
Indonesia has the potential for an adequate natural gas as an alternative energy but its use is still small until today. The development of natural gas as an alternative energy source need to be matched by an increase in infrastructure by gas pipeline transportation. However, this project has many risks which impact on the value of its feasibility is still unknown. Researcher want to calculate the risk impact analysis against financial value of gas pipeline transportation with study case delivering LNG from FSRU CILACAP to RU IV CILACAP. These risks could potentially derail the project so that the strategic plan to anticipate risks is necessary. Using Project Risk Management method, this paper analyzes risk qualitatively and quantitatively to determine the impact of such risks on the project?s feasibility with the approach of Value at Risk (VaR) and financial model. Results of these calculations is a list of possible risks that may occur, knowing the impact of risk on the project?s feasibility and risk response planning strategies to reduce the impact of such risks.
"
2015
S59638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mangatur Victor
"Dalam operasi industri migas lepas pantai instalasi pipa bawah laut digunakan sebagai moda transportasi untuk memindahkan produk migas dari satu tempat ke tempat lainnya, operasi pipa bawah laut tersebut tidak lepas dari bahaya dan resiko yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mayoritas kegagalan pipa bawah laut terjadi disebabkan karena kegagalan dalam mengenali bahaya dan tidak adanya mitigasi bahaya yang tepat.
Kegagalan tersebut dapat dicegah melalui suatu metode manajemen risiko keselamatan dan salah satu tahapan dari manajemen risiko tersebut adalah penilaian risiko. Pipa memiliki kerentanan dalam mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan berbagai insiden keselamatan yang berdampak pada keselamatan manusia, pencemaran lingkungan, serta bisnis perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian risiko pipa bawah laut 20 inchi yang berlokasi di perairan Kalimantan Timur milik PT.X
pada fase operasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari dokumen PT. X. Metodologi penilaian risiko pipeline (DNV-RP-F107) digunakan untuk mengidentifikasi risiko. Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penilaian Risiko pada Pipa utama 20” penyalur MIGAS PT X telah dilakukan pada skenario kejatuhan dan terseret jangkar, kebocoran pipa, dan kapal tenggelam dengan hasil penelitian menunjukan risiko yang masih bisa diterima (acceptable/minor risk). Mitigasi yang telah dilakukan oleh PT X
dalam mengoperasikan pipa 20” untuk terus dipertahankan agar risiko pada ketiga skenario yang diteliti dapat terus terkontrol dan berada pada tingkat risiko yangrendah/dapat diterima.

In offshore oil and gas industry operations, underwater pipeline installations are used as
transportation to move oil and gas products from one place to another, the underwater
pipeline operation cannot be separated from the dangers and risks that can be caused by
various factors. Most subsea pipeline failures occur due to failure to recognize hazards
and the absence of proper hazard mitigation. These failures can be prevented through a
safety risk management method and one of the stages of risk management is risk
assessment. Pipes have a vulnerability to damage that can result in various safety
incidents that have an impact on human safety, environmental pollution, as well as the
company's business. This study aims to conduct a risk assessment of the 20-inch
submarine pipeline located in the waters of East Kalimantan belonging to PT.X in the
operation phase. This research is a quantitative research using secondary data obtained
from PT. X. A pipeline risk assessment methodology (DNV-RP-F107) will be used to
identify risks. From the results of the analysis carried out in this study, it was found that
the Risk assessment of the 20” main pipeline for oil and gas distributor PT X had been
carried out in the scenarios of falling and being dragged by anchors, pipe leaks, and
sinking ships with the results of the study showing acceptable risks. The mitigation that
has been carried out by PT X in operating the 20” pipe is to be maintained so that the
risks in the three scenarios studied can be controlled and are at a low/acceptable level of
risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Setiawati
"Kondisi pipa penyalur sepanjang 21.7 km yang umumnya tidak tertanam dan pada beberapa area dekat dengan rumah warga sehingga potensi terjadi kegagalan sangat tinggi. Oleh karena itu dilakukan kajian kuantitatif risiko apabila terjadi kebakaran dan ledakan pada pipa penyalur gas dengan menggunakan software BREEZE dan ALOHA. Kajian risiko yang dikaji adalah risiko individu dan kelompok pada faktor kegagalan gangguan pihak luar (external interference) dan korosi.
Dari hasil analisa risiko individu dan kelompok memiliki risiko yang masih dapat diterima atau ditolerir. Namun risiko tersebut harus tetap dijaga agar masih tetap dalam batas yang diterima dengan melakukan upaya penurunan risiko seperti memasang sistem deteksi kebocoran pada pipeline, menyiapkan rencana tanggap darurat bila terjadi kebocoran pada pipa penyalur, education public, penambahan Pipeline Marker dan Warning Sign, meningkatkan frekuensi patroli, inspeksi dan perawatan secara rutin serta memberikan perlindungan tambahan pada pipa penyalur yang melintasi pemukiman agar tidak mudah dijangkau oleh masyarakat.

Pipeline condition for 21.7 km long which mostly unburied and at some area located near residential area makes it potential of failure very high. Therefore a quantitative risk a assessment conducted in case of fire and explosion on gas pipeline using BREEZE and ALOHA software. Risk assessment that were examined is individual and societal risk with the failure factor is external interference and corrosion.
From the result of individual and societal risk analysis, it shows an acceptable or tolerable risk. However these risk should be maintained in order to remain within acceptable limits by conducting an effort to reduce risk such as installing leakage detection system on pipeline, prepare an emergency response plans in case of pipeline leaking, public education, added the number of Pipeline marker and warning sign, increasing the frequency of patrol, perform continuous inspection and maintenance and provide additional protection to the pipeline that pass residential area so that it’s not easily access by the public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Bharata Purnama Putra
"Indonesia memiliki target produksi minyak bumi 1 juta BOPD dan gas bumi 12 BSCFD pada tahun 2030. Strategi untuk mencapai target produksi pada tahun 2030 adalah dengan transformasi resources to production, mempercepat chemical EOR, eksplorasi secara masif untuk penemuan sumur besar dan optimalisasi produksi lapangan existing. Optimalisasi produksi lapangan existing, salah satu faktor pendukungnya adalah fasilitas produksi sehingga dibutuhkan fasilitas produksi dengan integrity yang baik untuk meminimalkan uplanned shutdown. Instalasi migas yang memiliki risiko tinggi salah satunya adalah instalasi pipa penyalur migas. Instalasi pipa penyalur existing yang berada diperairaan laut jawa yaitu dari Cirebon Utara sampai dengan Kepulauan Seribu memiliki luas 8300 km2 dan dioperasikan oleh PT XYZ. Maka dari itu membutuhkan data inspeksi yang lengkap dan akurat untuk mengetahuinya. Metode penelitian ini menggunakan modifikasi dari index scoring Kent Muhlbauer. Tingkat risiko pada ketiga pipa penyalur bawah laut di Perusahaan XYZ yaitu 4 in GL MBA-MB2, pipa penyalur 8 in GL ECOM-EQSB, dan pipa penyalur 8 in GL MMF-MXB didapatkan kategori dengan risiko very high. Strategi inspeksi yang dilakukan untuk ketiga pipa dengan kategori risiko very high yaitu visual inspeksi (ROV), freespan assesment, pengecekan proteksi katodik (CP), inspeksi UT thickness pada bagian riser dan elbow (topside dan subsea), inspeksi UT thickness pada bagian subsea pipeline menggunakan metode NACE ICDA untuk titik pengambilan thickness dan periode inspeksi 4 tahun sekali atau berdasarkan Risk Based Inspection (RBI). Biaya dan upaya strategi inspeksi akan berbanding lurus dengan tingkat kategori risiko, oleh karena hal tersebut agar strategi inspeksi dapat optimal, efektif dan efisien maka dibagi menjadi 3 (tiga) kategori risiko yaitu low, medium dan high/very high, dimana pemilihan strategi inspeksi sesuai dengan tingkat risikonya. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dalam pembuatan suatu kebijakan ataupun regulasi untuk melakukan inspeksi pipa penyalur bawah laut secara berkala dengan menggunakan metoderisk analysis untuk menentukan strategi inspeksinya

Indonesia has a target of producing 1 million BOPD of oil and 12 BSCFD of natural gas in 2030. The strategy for achieving the production target in 2030 is transformation from resources to production, accelerating chemical EOR, massive connectivity for finding large wells, and optimizing field production. In optimizing existing field production, one of the supporting factors is production facilities, so production facilities with good integrity are needed to minimize upplanned shutdowns. One of the oil and gas installations that pose a high risk is the installation of oil and gas pipelines. The existing pipeline installation in the Java Sea, from North Cirebon to the Seribu Islands, has an area of 8300 km2 and is operated by PT XYZ. Therefore, it requires complete and accurate inspection data to find out. This research method uses a modification of the Kent Muhlbauer scoring index. The risk level of the three subsea pipelines at Company XYZ, namely 4 in GL MBA-MB2, 8 in GL ECOM-EQSB pipeline, and 8 in GL MMF-MXB pipeline, is found to be in the very high risk category. The inspection strategy carried out for the third pipe with a very high risk category is visual inspection (ROV), freespan assessment, cathodic protection check (CP), UT thickness inspection on the riser and elbow (topside and subsea), and UT thickness inspection on the bottom pipe sea using the NACE ICDA method for thickness taking points and inspection periods once every 4 years or based on risk-based inspection (RBI). The cost and effort of examining the strategy will be assessed directly with the level of the risk category. Because of this, so that the inspection of the strategy can be optimal, effective, and efficient, it is divided into 3 (three) risk categories, namely low, medium, and high/very high, where the selection of strategy inspection is appropriate with the level of risk. The results of this study are expected to be a reference in making a policy or regulation to carry out regular inspections of underwater pipelines by using the risk analysis method to determine the inspection strategy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Afdila
"Penelitian ini memfokuskan pada penilaian resiko pada pipa gas alam dengan teknik Risk Based Assessment. Beberapa survey dilakukan pada pipa untuk mengetahui keadaan aktual pipa diantaranya pengujian resistivitas tanah, pengukuran pH, pengujian sistem proteksi katodik, pengukuran ketebalan pipa dan coating dan pengumpulan data pipa. Pipa diidentifikasi untuk mengetahui potensial bahaya. Data digunakan untuk analisis probability dan consequence dari resiko.
Dari hasil penelitian didapatkan rating dari probability dan consequence. Kedua nilai tersebut diplot pada matriks resiko. Pipa gas dikategorikan medium risk. Nilai resiko tersebut dikarenakan tingginya nilai consequence yang disebabkan oleh korosi internal dari pipa. Tingkatan resiko tersebut berlaku untuk area yang masuk ke dalam radius potential impact area. Nilai potensial impact area yaitu 35,6 meter dari pipa. Beberapa insepksi harus dilakukan untuk mengurangi nilai dari resiko tersebut.

The research focused on assessing risk of gas pipeline using Risk Based Assessment technique. Several surveys were done to pipeline to understand actual condition of pipeline like soil resistivity, cathodic protection system, wall and coating thickness survey. Pipe is identified to understand potential hazard. Data are used to analysis risk probability and consequence.
The research obtained showed probability and consequence factor. Both of factor are plotted to risk matrix. Gas pipeline categorized to medium risk. Rating of risk is caused by consequence factor from internal corrosion of pipeline. Risk level is obtained for radius of potential impact area. Value of potenstial impact area is 35,6 meter from pipeline. Some inspection must be done to reduce level of risk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51087
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafiz Al Rasyid
"ABSTRACT
Jalur pipa solar onshore Balongan ? Jakarta merupakan jalur distribusi solar dari terminal BBM Balongan ke terminal Plumpang. Kondisi jalur pipa memerlukan analisa risiko karena terletak di daerah yang padat penduduk dan umur pipa yang sudah tua. Analisa risiko dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko pada setiap segmen pipa dan melakukan inspeksi berdasarkan hasil risiko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Muhlbauer dengan pendekatan penilaian parameter Probability of Failure (PoF) dan Consequence of Failure (CoF). Hasil analisa risiko diperoleh 12,38% berada pada kategori medium risk dan 87,62% berada pada kategori low risk. Terdapat 9 langkah inspeksi pemeliharaan untuk mengurangi terjadinya kegagalan pipa diantaranya adalah cleaning pigging, intelligent pigging, memeriksa Transformator Recifier, perbaikan coating, patroli, pengecekan test point, corrosion coupon, dan perbaikan fasilitas. Analisa biaya yang dilakukan menyatakan bahwa biaya saat terjadi kegagalan jauh lebih besar dibandingkan biaya pemeliharaan pipa

ABSTRACT
Balongan ? Jakarta solar onshore pipeline is solar distribution channels from Balongan fuel terminal to Plumpang terminal. During operational period, there was a history of pipe failure which caused damage and cessation of solar distribution process to Jakarta. The condition of pipeline which located at densely populated area and the old age of pipe are also becoming reasons to conduct risk evaluation of Balongan ? Jakarta onshore pipe immediately. Risk analysis was done to investigate level of risk on each pipe segment and to conduct inspection based on risk result. The method used in this research is Muhlbauer method with parameter assessment approach Probability of Failure (PoF) and Consequence of Failure (CoF). The result of risk analysis showed that 12,38% was in medium risk category and 87,62% was in low risk category. There are 9 steps of maintenance inspection to reduce the occurrence of pipe failure that is: cleaning pigging, intelligent pigging, check transformator rectifier, coating improvement, patrol, check test point, corrosion coupon, facilities improvement. Cost analysis stated that current cost suffers more failure compared to pipe maintenance cost."
2016
S63721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Irawan
"Salah satu kekhasan proyek yang ruang lingkupnya dinamis adalah proyek tersebut dapat berkurang ataupun bertambah, bisa berurutan atau tidak. Sebagai contoh ketika saat pelaksanaan pekerjaan, ternyata unit yang diperiksa masih layak untuk digunakan, maka ditunda dulu pekerjaannya tersebut. Begitu pula bila pada suatu rangkaian unit produksi terdapat perbaikan yang harus didahulukan, walaupun tidak berada pada rangkaian unit yang pertama , maka harus dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Tetapi dikarenakan dari pihak perusahaan hanya menyediakan waktu yang sedikit, maka pengelolaan proyek yang ruang lingkupnya dinamis tersebut harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Dalam studi kasus ini, penulis menemukan proyek yang mempunyai ruang lingkup dinamis proyek turnaround di sebuah perusahaan petrokimia. Pada proyek turnaround, kinerja yang paling diutamakan adalah mutu dan safety, baik selama proyek berlangsung, maupun setelah selesai dan digunakan oleh user. Hal ini dapat dipahami karena produksi perusahaan petrokimia menggunakan bahan-bahan yang berbahaya dan juga menggunakan reaktor nuklir, sehingga beresiko tinggi. Namun dengan semakin kompetitifnya perusahaan petrokimia, maka kinerja waktu proyek turnaround juga harus diperhitungan, agar tidak ada anggapan bahwa proyek tersebut adalah proyek yang banyak memakan waktu dan tentu saja biaya. Dalam upaya meminimalkan permasalahan kinerja waktu pada proyek turnaround, digunakan manajemen resiko. Dimulai dari identifikasi resiko sampai dengan respon resiko yang diambil atas dampak yang ditimbulkan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pendekatan metode kuantitatif dengan alat bantu statistika nonparametrik yang dilakukan pada 26 orang karyawan maintenance perusahaan CA. Dengan dibantu metode AHP untuk melakukan pembobotan resiko, kemudian melakukan korelasi rank Spearman, diperoleh 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kinerja waktu pada proyek turnaround, yaitu: masih terdapat item-item yang belum masuk schedule dan keterlambatan material yang dibeli dari luar negeri. Adapun respon resiko yang diambil untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan adalah dengan mitigate yaitu melibatkan engineer kontraktor pada tahap detil perencanaan dan perancangan, dan transfer yaitu mengalihkan kerugian atas keterlambatan material kepada pihak asuransi.

One of spesification project with dynamic scope its extent space project can decrease and or increase, can in a series or not. For example when moment job execution, obvious unit that inspected to still proper to be used, so postponed formerly the job. So also when at one particular production unit series found repair that, although doesn't present in first unit series, so must be done repair beforehand. But caused by from side companies only prepare time a little, so project management with dynamic scope its extent space must be done swiftly and correct.
In this case study, author finds project that has dynamic scope in turnaround project at a companies petrochemical. In project turnaround, performance most gived quality and safety, good during project goes on, also after finished and used by user. This matter perceivable because production company petrochemical use dangerous ingredients and also use buclear reactor, so that tall risky. But with more the competitiveer company petrochemical, so project time performance turnaround, also must be gived, so that there is no opinion that project project many consume time and of course cost. In the effort minimize time performance troubleshoot in project turnaround, used risk management. Begun from risk identification up to risk response on impact that evoked.
In this watchfulness, method that used approach quantitative method by means of helps statistika nonparametrik that done in 26 employees maintenance company CA. With helped method AHP to help risk leveling, then do correlation rank spearman, got 2 (two) factors that influence time performance in project turnaround, that is: still found items not yet enter schedule and materials slowness that bought from outside country. As to risk response to minimize impact that evoked with mitigate that is involve engineer contractor in planning stage, and transfer that is shift loss on materials slowness to insurence side.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>