Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanna Anindya Budi Pusparani
"Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi cara
individu berinteraksi, belajar, dan berperilaku. Individu dengan ASD memiliki
kebutuhan sensorik yang spesifik, terutama terhadap lingkungan akustik. Dalam konteks
terapi, lingkungan dengan akustik yang tidak nyaman dapat menghambat proses belajar
dan interaksi dalam terapi. Perancang harus menyadari adanya sensitivitas sensori yang
dialami oleh individu dengan ASD agar dapat menyediakan lingkungan yang sesuai.
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kenyamanan akustik pada ruang terapi
autisme di Klinik Terapi Tumbuh Kembang Anak HAYQO, Bogor, dengan fokus pada
waktu reverberasi (RT) sebagai indikator utama kualitas akustik klinik terapi.
Metodologi penulisan melibatkan studi literatur, studi kasus dengan melakukan
observasi, pengukuran RT, dan wawancara dengan pengguna klinik. Analisis dilakukan
dengan membandingkan hasil observasi studi kasus di lapangan dengan studi literatur
mengenai Akustik Ruang untuk Autisme. Penulisan ini menegaskan pentingnya kualitas
akustik ruang dalam yang sesuai untuk menciptakan lingkungan terapi yang lebih
nyaman. Analisis dalam studi kasus mendukung teori bahwa lingkungan dengan
stimulus akustik yang terkendali dapat meningkatkan perhatian, konsentrasi, dan
efektivitas terapi bagi individu dengan ASD.

Autism Spectrum Disorder (ASD) is a neurological disorder that affects the way individuals interact, learn, and behave. Individuals with ASD have specific sensory needs, especially regarding the acoustic environment. In a therapeutic context, an environment with uncomfortable acoustics can hinder the learning process and interaction in therapy. Designers must be aware of the sensory sensitivities experienced by individuals with ASD in order to provide an appropriate environment. This paper aims to analyze the acoustic comfort in the autism therapy room at the HAYQO Child Growth and Development Therapy Clinic, Bogor, with a focus on reverberation time (RT) as the main indicator of the acoustic quality of the therapy clinic. The writing methodology involves literature study, case studies by conducting observations, RT measurements, and interviews with clinic users. The analysis was carried out by comparing the results of case study observations in the field with literature studies regarding Room Acoustics for Autism. This paper emphasizes the importance of appropriate indoor room acoustic quality to create a more comfortable therapeutic environment. Analysis in case studies supports the theory that environments with controlled acoustic stimuli can improve attention, concentration, and therapeutic effectiveness for individuals with ASD. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Farhan Rizqullah
"ABSTRAK

Setiap manusia membutuhkan kenyamanan ketika sedang berada didalam suatu ruang, agar dapat menunjang aktivitasnya dan menciptakan ruangan yang ideal. Salah satu hal yang dapat menciptakan ruangan yang ideal adalah ruangan yang memiliki kenyamanan akustik yang baik seperti ruangan yang tenang dan tidak menimbulkan kebisingan. Menurut Leslie L. Doelle (1986), kebisingan adalah suara yang menganggu dan dapat menimbulkan permasalahan yang ada seperti gangguan kesehatan rohani dan jasmani kita. Maka dari itu, penulis melakukan studi kasus pada penulisan skripsi yang dibuat dan akan membahas mengenai kenyamanan akustik pada suatu ruang yaitu didalam kamar hotel, yang bertujuan untuk memahami lebih dalam konsep dan kriteria-kriteria dari kenyamanan akustik.


ABSTRACT
Every human being needs comfort while in a room, so he can support his activities and create an ideal room. One of the things that can create an ideal room is a room that has good acoustic comfort such as a quiet room and no noise. According to Leslie L. Doelle (1986), noise is a noise that disturbs and can cause existing problems such as our spiritual and physical health problems. Therefore, the author conducted a case study on the writing of the thesis that was made and will discuss the comfort of acoustics in a room that is in a hotel room, which aims to understand more deeply the concepts and criteria of acoustic comfort.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Martahan Andreas Hariandja
"Penelitian terapi pijat bagi anak dengan GSA yang dilakukan dalam kurun waktu 10 – 15 tahun lebih banyak ditujukan terhadap anak yang telah didiagnosis gangguan spektrum autisme dengan rerata usia anak berada di antara 3 – 6 tahun. Di Indonesia penelitian tentang terapi pijat pada anak dengan risiko gangguan spektrum autisme belum banyak dilakukan dan dipublikasikan di jurnal ilmiah.
Prevalensi penderita gangguan spektrum autisme di beberapa belahan dunia cenderung meningkat, seperti di Negara Amerika Serikat, Cina dan negara berkembang seperti di Indonesia. Di Indonesia sendiri data dan informasi yang akurat dan lengkap dari penderita gangguan spektrum autisme (GSA) masih kurang, sehingga dikuatirkan banyak anak dengan gejala risiko gangguan spektrum autisme tidak mendapatkan penanganan secara dini.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme, mengetahui dan menganalisis modifikasi skor M-CHAT dan mengetahui hasil penerapan TPGSA dalam menurunkan skor M-Chat dan status risiko gangguan spektrum autisme pada anak Usia 18–36 bulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Desktiptif dengan pendekatan Studi Kasus. Populasi penelitian adalah anak usia 18-36 bulan yang telah mengikuti skrining/pemeriksaan M-CHAT di PKM Pasar Minggu, PKM Cipayung dan PKM Kebon Jeruk. sebanyak 1685 orang dengan angka kejadian anak risiko autisme sebanyak 14 orang (0,8%) dari bulan Mei tahun 2019 sampai dengan Maret 2020. Sampel penelitian sebanyak 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah anak yang diskrining dalam rangka modifikasi Skor M-CHAT adalah 904 anak yang dianalisis dengan Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk memperoleh nilai Cut off Point dan Sensitivitas.
Hasil analisis dengan menggunakan ROC, diperoleh cut off point ≤ 24 dengan sensitivitas 87 % dengan Confidance Interval (CI) 95% dengan ROC area under the curve 0.912. Hasil penelitian dari penerapan terapi pijat diperoleh gambaran terdapat penurunan skor M-Chat dan perubahan status risiko gangguan spektrum autsime yang dimulai pada periode III hari ke 21-30 dan periode IV hari ke 31-40 pemberian terapi pijat.
Kesimpulan penelitian ini adalah hasil analisis ROC pada modifikasi skor M-CHAT dapat digunakan untuk melakukan skrining dan menilai status risiko GSA, penerapan TPGSA dapat menurunkan skor risiko anak GSA dan dapat merubah anak risiko GSA dari risiko tingi menjadi risiko autisme dan normal.

Research on massage therapy for children with ASD that was conducted over a period of 10-15 years was mostly aimed at children who had been diagnosed with autism spectrum disorders with the average age of children being between 3-6 years. In Indonesia, research on massage therapy in children at risk for ASD has not been widely carried out and reported in the form of scientific journal publications.
The prevalence of people with Autism Spectrum Disorders in some parts of the world tends to increase, such as in the United States, China and developing countries such as Indonesia. In Indonesia alone, accurate and complete data and information from people with Autism Spectrum Disorders (ASD) are still lacking, so it is feared that many children with risk symptoms of autism spectrum disorders do not get early treatment.
This study aims to develop a massage therapy modul for children at risk for ASD, find out and analyze the modification of The Modified Check List for Autism in Toddler (M-CHAT) score and determine the results of the application of MTASD in reducing the risk score for ASD in children aged 18-36 months. The type of research used is descriptive research with a case study approach. The study population was children aged 18-36 months who had participated in the M-CHAT screening/examination at the Pasar Minggu Community Health Center (CHC), CHC of Cipayung and CHC of Kebon Jeruk as many as 1685 people with the incidence of children at risk of autism as many as 14 people (0.8%) from May 2019 to March 2020. The research sample was 10 people who met the inclusion criteria. The number of children screened in order to modify the M-CHAT score was 904 children who were analyzed by Receiver Operating Characteristics (ROC) to obtain Cut off Point and Sensitivity values.
The results of the study based on ROC analysis obtained a cut off point ≤ 24 with a sensitivity of 87 % with a Confidance Interval (CI) of 95%, with an ROC area under the curve of 0.912. From the application of MTASD, it was found that a decrease in the M-CHAT score occurred in period III starting from day 30.
The conclusion of this study is that the results of the ROC analysis on the modified M-CHAT score can be used as a score to screen and assess the risk status of ASD, the application of MTASD can reduce the risk score of children with ASD and can change children at risk of ASD from high risk to autism risk and normal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Wibisono Surya Santoso
"Aula multifungsi adalah sebuah bentuk aula yang umum digunakan pada sekolah. Aula multifungsi perlu didesain dengan tujuan utama untuk mengakomodir berbagai aktivitas yang dilakukan, termasuk aktivitas pertunjukan langsung, seminar, dan olahraga. Banyaknya aktivitas yang perlu diwadahi dapat menjadi tantangan bagi aula multifungsi dalam memberikan kenyamanan suara yang baik bagi penonton pertunjukan langsung, mengingat adanya limitasi akan penambahan elemen-elemen ruang peningkat kualitas akustik. Ditambah lagi, pedoman mendesain sekolah yaitu Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 hanya menyarankan adanya aula pada sekolah tanpa menyebutkan bagaimana cara mendesain aula tersebut. Dengan begitu, skripsi ini ditulis untuk menilai performa akustik pada sebuah aula multifungsi Sekolah Islam Al Jabr, aula sekolah yang didesain 2 tahun setelah peraturan dibuat. Evaluasi kenyamanan akustik dilakukan dengan membandingkan nilai variabel kenyamanan akustik (reverberation time, sound pressure level, D50, dan C80) terhadap kriteria desain serta standar akustik yang berlaku menggunakan aplikasi Rhinoceros + Pachyderm. Hasil simulasi menunjukkan bahwa aula sukses dalam menahan nilai reverberation time agar tidak menjadi mengganggu, namun belum cukup baik dalam memberikan kesamarataan pengalaman akustik lain pada seluruh bagian aula. Ketidakrataan ini perlu ditanggulangi, tidak hanya untuk membuat semua penonton merasakan pengalaman akustik yang sama, namun juga untuk membuat suara terdengar lebih penuh dan indah.

A multifunction hall is a form of hall commonly used in schools, designed to accommodate various kinds of activities including live performances, seminars, and sports. The various kinds of activities being accommodated could become a danger for a multifunction hall, as it might limit the hall’s use of acoustic design elements. In addition, the guide on designing schools made by the Ministry of National Education through Ministerial Regulation No. 24 Year 2007 only stated that an addition of a hall is recommended, without any rule on how it should be designed. This thesis is created to evaluate the live performance acoustic quality of Al Jabr Islamic School’s multifunction hall—a school built in 2009 in accordance with the Ministerial Regulation. Acoustic comfort evaluation is conducted by comparing the value of acoustic comfort variables (reverberation time, sound pressure level, D50, and C80) with applied design criteria and acoustic standards using computer simulation application Rhinoceros + Pachyderm. Simulation results show that the hall’s reverberation time is below the maximum standard time, but needs improvement in giving equal acoustic experience for every audience sitting inside the hall. A solution is needed to make every audience sense the same acoustic experience and to give more fullness and beauty to the sounds being played."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Maharani Eka Buana
"Setiap manusia membutuhkan kenyamanan untuk menunjang aktivitas kesehariannya di dalam ruangan. Kenyamanan khususnya dalam arsitektur dapat dilihat melalui beberapa indikator yang saling terkait, seperti kenyamanan termal dan akustik. Tingkat kenyamanan setiap manusia berbeda-beda, tak terkecuali bagi para lansia, khususnya di panti werdha. Di panti werdha, beberapa faktor kenyamanan dianggap menjadi pertimbangan lebih berkaitan dengan penurunan atau perubahan yang terjadi pada lansia itu sendiri. Untuk memahami kriteria kenyamanan termal dan akustik di panti werdha, maka dilakukan studi kasus di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. Penelitian dalam studi kasus ini dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur dan menghitung parameter secara langsung. Kemudian dilakukan simulasi untuk mendukung data pengukuran dan menilai keefektivitasnya. Berdasarkan hasil kunjungan studi ditemukan masih terdapat beberapa kondisi ruangan yang belum memenuhi standar kenyamanan termal dan akustik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti material yang digunakan, orientasi bangunan, sistem bukaan atau ventilasi, buffer zone, dan aktivitas di dalamnya. Dalam menanggapi hasil ini, tiga hal yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan termal dan akustik, yaitu jenis material, bukaan, dan penghalang (barriers).

Every human being needs comfort to support their daily activities in the room. Comfort, especially in architecture, can be seen through several interrelated indicators, such as thermal and acoustic comfort. The comfort level of every human being is different, not least for the elderly, especially in panti werdha. In panti werdha, several comfort factors are considered more related to the decline or changes that occur in the elderly themselves. In a way to understand the criteria for thermal and acoustic comfort in panti werdha, a case study was conducted at Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. The research in this case study was conducted by conducting study visits. The observations were made by measuring and calculating parameters directly. Then, simulations are carried out to support the measurement data and assess its effectiveness. Based on the results of the study visit, it was found that there were still some room conditions that did not meet the thermal and acoustic comfort standards. In this case, there are influencing factors such as the material used, the orientation of the building, the opening or ventilation system, the buffer zone, and the activities in it. Three things can be considered to increase thermal and acoustic comfort in response to these results: the type of material, openings, and barriers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Caesaria Lestari
"Latar belakang
Kemampuan meminta (mand) dan menyebut (tact) adalah kemampuan yang perlu ditingkatkan pada awal terapi verbal behavior pada anak autisme. Metode telehealth oleh orangtua dapat memberikan terapi dini. Tujuan penelitian untuk melihat efektivitas pelatihan yang dilakukan orangtua terhadap peningkatan kemampuan komunikasi awal anak GSA dalam meminta (mand) dan menyebut (tact).
Metode
Uji klinis acak terkontrol terhadap anak autisme berusia 2-5 tahun. Penilaian kemampuan anak menggunakan instrumen verbal behavior milestones assessment and placement program. Orangtua kelompok perlakuan mendapat modul video pelatihan dan bimbingan dari terapis, sebelum memulai terapi selama 3 bulan pada anak. Penilaian kemampuan ulang dilakukan pada kedua kelompok di akhir periode.
Hasil
Terdapat 40 subyek yang masuk ke dalam level 1 VBMAPP. Skor VB MAPP sesudah pemberian intervensi meningkat dari 13,83 menjadi 24,43. Peningkatan median skor mand 1 menjadi 2 dan median skor tact 1 menjadi 3 (p<0,001). Perbandingan peningkatan median skor mand antara kedua kelompok menunjukkan hasil bermakna (p=0,003). Kenaikan proporsi skor mand dan tact tampak lebih tinggi pada kelompok perlakuan.
Simpulan
Pelatihan mand dan tact oleh orangtua pada anak autisme dengan menggunakan metode telehealth efektif dalam meningkatkan kemampuan anak meminta, dan bermakna secara klinis dalam meningkatkan kemampuan anak menyebut. Metode telehealth dapat diterima oleh orangtua.

Background
Mand and tact is a skill in verbal behavior therapy that needs to be improved initially. The telehealth method are helpful for those in rural area. This study aim was to assess effectiveness of telehealth mand and tact training by parents on increasing the child’s mand and tact skill.
Methods
A randomized controlled clinical trial of 2-5 years old children with ASD. Assessment of children's milestones using verbal behavior milestones assessment and placement program. Parents in the intervention group received video modelling and guidance from a therapist before giving therapy for 3 months. Re-assessment was done in both groups at the end of the period.
Results
A total of 40 subjects with ASD in level 1 VBMAPP meet criteria. A significant increase in the VB MAPP score after the intervention, namely 13.83 to 24.43. Mand median score increased from 1 to 2, and the tact, 1 to 3 with p<0.001. Comparison of the increase in the median mand score between the two groups showed significant results (p = 0.003). The increase in the proportion of mand and tact scores was higher in intervention group.
Conclusion
Telehealth mand and tact training by parents for children with ASD effective in improving mand, and clinically meaningful in improving tact. The telehealth method can be accepted by parents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadyan Verly Luthfi
"Tersedianya sistem medis modern tidak membuat segala permasalahan kesehatan dapat terselesaikan. Maraknya keberadaan klinik terapi bekam sebagai salah satu ceruk pasar di bidang kesehatan saat ini mengindikasikan perubahan pola pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat dalam menyelesaikan segala permasalahan kesehatan termasuk menyembuhkan penyakit. Masyarakat pada umumnya akan memilih klinik terapi bekam yang profesional baik dari segi fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan. Kesesuaian dengan fasilitas dan pelayanan klinik yang ada dapat mendorong calon konsumen bergerak lebih jauh untuk memanfaatkan layanan klinik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah pelayanan klinik terapi bekam dan faktor-faktor yang mempengaruhi jangkauan wilayah pelayanannya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan komparatif secara keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pada faktor dari karakteristik klinik berupa tenaga kerja dan tempat tidur bekam menghasilkan pula perbedaan pada jangkauan wilayah pelayanan suatu klinik terapi bekam. Perbedaan besaran jangkauan wilayah pelayanan klinik terapi bekam akan menyebabkan pula perbedaan variasi pada faktor dari karakteristik konsumen yang terlihat pada pendapatan, jenis moda, etnis dan jenis tempat tinggal.

The availability of modern medical system apparently couldn’t overcome all of the health problems. The increasing number of cupping therapy clinic as one of the niche markets in the health sector today indicate the changing of people’s thought patterns, attitudes and behavior to resolve all health issues including curing diseases. People will generally choose a professional cupping therapy clinic both in terms of facilities and services offered. Conformance with clinical facilities and services can encourage someone to move further to utilize the services of the clinic. The aim of this research is to determine service area of cupping therapy clinic and the factors that affect the range of the service area. Spatial approach with comparative and descriptive method was used to analyze this research. The results showed that the differences in factor of clinic characteristic which is the quantity of the workers and cupping bed resulting the differences on the range of cupping therapy clinic’s service area. The differences on range of the service area will result in factors of consumer characteristics are more varied in terms of income, type of modes, ethnicity, and type of dwelling.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Raditha
"Latar belakang: : Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah gangguan
neurodevelopmental yang menyebabkan gangguan komunikasi sosial, interaksi serta
perilaku restriktif dan repetitif yang meliputi gangguan sensori. Gangguan pemrosesan
sensorik menimbulkan kesulitan dalam meregulasi respons terhadap sensasi dan stimulus
spesifik sehingga membatasi kemampuan berpartisipasi dalam rutinitas harian normal.
Terapi okupasi sensori integrasi (TO-SI) digunakan untuk meningkatkan kemampuan
untuk memproses dan mengintegrasi informasi sensorik. Penelitian menunjukkan bukti
ilmiah rendah hingga sedang pada anak usia lebih besar. Berdasarkan pengalaman klinis
Pusponegoro, TO-SI dapat meningkatkan perilaku positif anak GSA terutama pada usia
di bawah 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh TO-SI dalam
meningkatkan perilaku positif anak usia 2 sampai 5 tahun dengan GSA.
Metode: Penelitian pra-eksperimen di klinik Check My Child (CMC) dan Klinik Anakku
Kelapa Gading pada bulan Maret-Oktober 2019. Populasi penelitian adalah anak baru
dengan GSA usia 2-5 tahun berdasarkan DSM-5. Subyek dikumpulkan secara konsekutif
sampling. Pelaksanan TO-SI yaitu dua kali seminggu selama 12 minggu (24 kali), 60
menit untuk setiap sesi. Profil perilaku dinilai berdasarkan Vineland Adaptive Behavior-
II sebelum dan sesudah TO-SI.
Hasil: Penelitian dilakukan pada 36 subjek, 38,9% berusia 3 tahun diikuti usia 2 tahun
(33,3%), rasio lelaki dibandingkan perempuan 3 : 1. Sebelum TO-SI, perilaku positif
berada pada kategori rendah. Setelah TO-SI, terdapat peningkatan bermakna domain
komunikasi, subdomain ekspresif, reseptif dan tertulis (p<0,001; p<0,001; p<0,001; p
0,035) terutama pada kelompok usia 2-4 tahun. Domain sosialisasi, subdomain hubungan
interpersonal serta subdomain waktu luang dan bermain juga meningkat bermakna (p
0.001; p<0.001; p,0.001) terutama pada kelompok usia 2 tahun. Tidak terdapat
peningkatan bermakna pada subdomain kemampuan coping, serta domain dan subdomain
keterampilan aktivitas harian.
Kesimpulan: Kami menemukan bahwa TO-SI dengan kepatuhan teori Ayres yang baik
dalam 60 menit, dua kali seminggu selama 12 minggu dapat meningkatkan perilaku
positif anak GSA usia dini terutama usia 2 hingga 5 tahun

Background: Autism spectrum disorder (ASD) is a complex neurodevelopmental
disorder in social communication, interaction, and restrictive, repetitive pattern of
behavior (including sensory disorder). Sensory processing disorder yields difficulty in
regulating responses to sensation and spesific stimuli which limits the ability to
participate in normal life routines. Sensory integration occupational therapy (SI-OT) is a
method to increase ability to process and integrate sensory information. Most studies
showed that SI-OT has low to moderate evidence in older children. Based on clinical
experience of Pusponegoro, SI-OT might be useful for ASD treatment for children under
5 years old. We conducted a study to evaluate the effect of SI-OT in improving positive
behavior of children aged 2 to 5 years old with ASD.
Methods: A pre-post one group pre-experimental study conducted in Check My Child
clinic (CMC) and Klinik Anakku Kelapa Gading on March-October 2019. Study
population were recently diagnosed ASD children aged 2 to 5 years old. Subjects were
collected with consecutive sampling. The SI-OT were applied twice a week for 12 weeks
(24 times), 60 minutes for each session. Pre and post SI-OT evaluation of positive
behavior profiles were assessed with Vineland Adaptive Behavior Scale-II tool.
Results: A total of 36 ASD subjects aged 2 to 5 years old were studied. Most subjects
were 3 years old followed by 2 years old (38.9%; 33.3%), boys to girl ratio were 3 to 1.
The characateristics of positive bahaviors were all in low category before SI-OT. After
SI-OT, communication domain and subdomains (expressive, receptive, written
subdomain) were improved significantly (p<0.001; p<0.001; p<0.001; p 0.035). These
improvement were available in age group of 2,3, and 4 years old. Significant
improvements were also achieved in socialization domain (p 0.001) including
interpersonal relationship subdomain (p<0.001), play and leisure time sudomain
(p<0.001), especially in age group of 2 years old. In contrary, subdomain coping skill,
daily living skills domain and subdomains were not improving significantly.
Conclusions: Good fidelity of Ayres theory SI-OT in 60 minutes, twice a week for 12
weeks could improve positive behavior, in communication domain (expressive, receptive,
written subdomain) aged 2-4 years old, and socialization domain (interpersonal
relationship, play and leisure time) aged 2 years old."
2020: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Elvira Pandji Surya
"Latar belakang: Autisme adalah salah satu gangguan nerodevelopmental yang muncul pada abad ke-20. Berbagai studi epidemiologi menunjukkan peningkatan tajam prevalensi gangguan spektrum autisme (GSA). Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual 5 gangguan sensorik merupakan salah satu kriteria utama GSA. Sampai saat ini belum ada pedoman tatalaksana nonmedikamentosa GSA. Sebagian besar penelitian menekankan bahwa terapi perilaku adalah terapi terbaik untuk GSA sedangkan terapi okupasi sensorik integrasi (TO-SI) hanya memiliki bukti rendah hingga sedang. Pusponegoro dan beberapa ahli saraf anak di Indonesia berdasarkan pengalaman klinis mengamati bahwa TO-SI dapat mengurangi perilaku negatif anak GSA terutama pada usia di bawah 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh TO-SI dalam mengurangi perilaku negatif anak usia 2 sampai 5 tahun dengan GSA. Metode: Sebuah penelitian pra-eksperimen pertama dilakukan di klinik Check My Child (CMC) dan Klinik Anakku Kelapa Gading pada bulan Desember 2017 hingga April 2018. Populasi penelitian adalah anak baru dengan GSA usia 2 hingga 5 tahun. Subyek dikumpulkan secara konsekutif sampling. Profil perilaku dinilai berdasarkan Aberrant Behavior Checklist (ABC)-2 sebelum dan sesudah TO-SI dua kali seminggu selama 12 minggu (24 kali), 50 menit untuk setiap sesi. Analisis nilai normal dengan uji t dan uji Wilcoxon untuk nilai terdistribusi tidak merata. Hasil: Penelitian dilakukan pada 42 subjek usia 2 hingga 5 tahun dengan GSA, 50% usia 3 tahun, rasio anak lelaki dibandingkan perempuan 5 banding 1. Rerata profil perilaku negatif tertinggi adalah hiperaktifitas 23,61 (SD 8,91), diikuti oleh penarikan sosial 16,81 (SD 8,16), dan iritabilitas 11,43 (SD 6,99). Median perilaku stereotipik adalah 5,25 dan bicara tidak tepat 2,00. Setelah TO-SI, semua perilaku negatif menurun secara signifikan p <0,001. Perilaku hiperaktifitas menurun menjadi 12,71 (SD 8,36) sekitar 53,8%, penarikan sosial menjadi 7,94 (SD 6,18) 47,2%, iritabilitas hingga 6,62 (SD 4,99) 57,9 %, dan median stereotipik 19,0% dan bicara tidak tepat 50%. Kami mendapatkan spektrum profil perilaku anak dengan GSA yang cukup luas. Kesimpulan: Kami menemukan bahwa TO-SI dua kali seminggu selama 12 minggu dapat menurunkan perilaku negatif anak GSA usia dini terutama usia 2 hingga 5 tahun.

Background: Autism is one of emerging neurodevelopmental disorder on 20th century. Studies showed a remarkable increasing prevalence of autism spectrum disorder (ASD). Since 2013, Diagnostic and Statistical Manual 5 included sensory disorder as one of main criteria of ASD. Treatment guideline remain unclear. Most studies stressed that behavior therapy was the best treatment for ASD and sensory integration occupational therapy (SI-OT) only has low to moderate evidence. Pusponegoro and pediatric neurologists in Indonesia based on their clinical experience observed that SI-OT might be useful as ASD treatment for young children especially under 5 years old. Based on that situation, the objective of this study was to evaluate the influence of SI-OT in decreasing negative behavior of children ages 2 to 5 years with ASD. Methods: A first pre-post one group pre-experimental study conducted in Check My Child clinic (CMC) and Klinik Anakku Kelapa Gading on December 2017 to April 2018. The study population were new ASD children ages 2 to 5 years. Subject were collected with consecutive sampling. Behavior profile were assessed with Aberrant Behavior Checklist (ABC)-2 before and after SI-OT twice a week for 12 weeks (24 times), 50 minutes for each session. Analysis of normal value with t test and Wilcoxon test for unequally distributed value. Results: A total of 42 ASD subject ages within 2 to 5 years old were studied, 50% were 3 years, and boys to girl ratio were 5 to 1. The highest mean negative behavior profile was hyperactivity 23,61 (SD 8,91) followed by social withdrawal 16,81 (SD 8,16), and irritability 11,43 (SD 6,99). Stereotypic median was 5,25 and inappropriate speech 2,00. After SI-OT, all negative behavior decreased significantly p<0.001. Hyperactivity behavior decreased to 12,71 (SD 8,36) about 53,8%, social withdrawal to 7,94 (SD 6,18) 47,2%, irritability to 6,62 (SD 4,99) 57,9%, and median of stereotypic 19,0% and inappropriate speech 50%. We found a broad-spectrum behavior profile of ASD children. Conclusions: We found that SI-OT twice a week for 12 weeks could decrease negative behavior of young ASD children especially ages 2 to 5 years."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dari
seorang anak dimana disertai adanya defisit tingkah laku dan/atau intelektual. Butuh
terapi yang dapat mengoptimalkan fungsi sosialisasi anak autisme. Pemanfaatan terapi
autisme dipengaruhi oleh besarnya motivasi dari orang tua dengan anak autisme.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi orang tua dengan anak autisme untuk membawa anaknya ke klinik terapi.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Sarnpel diambil dengan teknik
consecurive sampling. Analisa data yang di gunakan adalah analisa statistik desknptii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor mempenganlhi motivasi orang tua
dengan anak autisme untuk rnembawa anaknya ke klinik terapi dengan urutan yaitu
keyakinan 18,71%, fasilitas 18,34%, biaya fasilitas 17,85%, pengetahuan 16,50%,
iingkungan 16,29%, dan pengalaman 12,31%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5107
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>