Ditemukan 125422 dokumen yang sesuai dengan query
Dinanda Refa Sonia Putri
"Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam memiliki signifikansi tinggi dalam kehidupan sehari-hari bagi umat muslim baik laki-laki maupun perempuan. Namun pengalaman ruang yang dialami pengguna masjid dapat bervariasi akibat berbagai faktor salah satunya gender. Studi ini mengamati bagaimana ruang dalam masjid di Indonesia secara spesifik Kota Surabaya digunakan. Tulisan ilmiah ini bertujuan untuk mengamati konfigurasi dan penggunaan ruang masjid dengan sudut pandang gender. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengalaman ruang antara pengguna laki-laki dan perempuan akibat alokasi penggunaan ruang salat yang tidak setara. Namun terdapat penggunaan oleh perempuan terhadap ruang masjid pada kegiatan-kegiatan lain selain kegiatan ibadah yang menunjukkan agensi perempuan dalam ruang di masjid.
Mosques, as places of worship for Muslims, hold significant importance in the daily lives of both male and female Muslims. However, the spatial experience of mosque users can vary due to various factors, one of which is gender. This study observes how the spaces within mosques in Indonesia, specifically in Surabaya, are utilized. This scientific paper aims to examine the configuration and use of mosque space from a gender perspective. The study results show that there is a difference in spatial experience between male and female users due to unequal allocation of prayer space. However, there is usage by women of mosque space for activities other than worship, demonstrating women's agency in mosque spaces. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Thanti Felisiani
"Skripsi ini membahas mengenai pawestren sebagai tempat shalat perempuan pada masjid-masjid agung kuno di Jawa pada abad ke 15-20 M. Penelitian terfokus pada pawestren di enam masjid agung yang berada di Jawa, yakni pawestren pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Agung Kota Gede. Pawestren muncul sebagai wujud sosiofak dari gagasan ideologis pada masyarakat Jawa Islam. Pawestren merupakan salah satu bentuk benda budaya yang dibuat oleh manusia mengandung makna atau maksud dan tujuan tertentu. Pawestren dibangun pada masyarakat Jawa Islam sebagai bentuk apresiasi bagi kaum perempuan bahwa mereka dapat turut serta berperan aktif dalam hal beribadah dan sosial di tempat umum.
AbstractThis undergraduate thesis is studying about pawestren, as a praying room specifically for women in the ancient great mosques in Java about 15-20 Century. The focus of this research is about pawestren, which are in six great mosques at Java at Demak Great Mosque, Cirebon Great Mosque, Banten Great Moque, Yogyakarta Great Mosque, Kota Gede Great Mosque and Surakarta Great Mosque. Pawestren was an emerge sociofak from ideology concept or idea to Islamic (Muslim) Java. Pawestren is one of material culture which made by human that has meaning and purpose. Pawestren built in the communities as appreciation for women that they can participate and praying and social actively at public space."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12027
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture (CSRC), 2019
297.351 MAS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Muhammad Bobby Septian
"Tulisan ini membahas mengenai tata letak dan identitas makam pada masjidmasjid kuno di Jakarta dengan menggunakan dua belas masjid sebagai data yang dikaji. Metode penulisan penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada makam di lingkungan masjid-masjid kuno di Jakarta terdapat pola keletakan dan sisi peletakan makam favorit/paling sering dijumpai. Selain itu, diketahui pula identitas orang-orang yang dimakamkan di sana beserta tingkatan identitas sosialnya berdasarkan pembagian ruang dan atribut makam.
This research is discussing about layout and identity of tombs in ancient mosques in Jakarta with utilizing twelve mosques in total as researched data. The method used in this research consist four phases, which are formulation, data collection, data processing and interpretation. This research results revealed that tombs in ancient mosques in Jakarta have several layout patterns and favorite side of tombs that most often found. Besides of that, also known tombs identity and stratification levels based on space separation and tombs attributes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Kleinsteuber, Asti
Jakarta: Gramedia Printing, 2012
R 726.2 KLE m
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Cahayatunnisa
"Judgment of Taste yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu menjelaskan bahwa melalui kajian selera dapat diungkap makna dan faktor-faktor yang mendorong terbentuknya suatu praktik sosial termasuk terhadap sebuah material culture. Masjid kerajaan merupakan salah satu bentuk bangunan peninggalan bercorak Islam yang pada dasarnya tidak memiliki aturan khusus atau panduan dalam pendiriannya. Dalam konteks masjid kerajaan, penguasa memiliki peran penting dalam menentukan bentuk bangunan yang menjadi representasi kewibawaan dan kekuasaannya. Oleh karenanya, ingin diungkap melalui pendekatan selera Pierre Bourdieu dengan analisis arkeologi bagaimana masjid-masjid kerajaan dijadikan sebagai representasi selera penguasa. Metode yang digunakan berupa penelitian kualitatif dengan tahap-tahap yakni pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan interpretasi data. Kajian ini menggunakan analisis arkeologi yang terdiri dari analisis morfologi, gaya dan kontekstual. Hasil yang diperoleh adalah bahwa masjid-masjid Kesultanan Langkat memiliki bentuk arsitektur dan ornamen yang beragam sebagai bentuk representasi selera penguasa. Selera penguasa tersebut didorong oleh ruang sosial atau arena, habitus dan berbagai modal, baik modal sosial, budaya, simbolik maupun ekonomi. Hasil kajian ini juga mengungkap perbedaan antara bentuk masjid pusat pemerintahan dengan masjid-masjid yang ada di daerah bagian (kejuruan) dan dipimpin oleh raja kecil. Selera sultan yang pada awalnya direpresentasikan pada masjid pusat pemerintahan, pada pembangunan berikutnya juga diikuti pula oleh masjid-masjid yang berada di kejuruan sehingga menjadi identitas masjid-masjid di bawah kekuasaan Kesultanan Langkat.
Judgment of Taste proposed by Pierre Bourdieu explains that through the study of taste can be revealed the meaning and factors that encourage the formation of a social practice including a material culture. The royal mosque is one form of Islamic heritage building which basically has no specific rules or guidelines for its establishment. In the context of the royal mosque, the ruler has an important role in determining the shape of the building which represents his authority and power. Therefore, it wants to be revealed through Pierre Bourdieu's taste approach with archaeological analysis how royal mosques are used as a representation of the ruler's taste. The method used is qualitative research with the stages of data collection, data processing, data analysis and data interpretation. This study uses archaeological analysis consisting of morphological, stylistic and contextual analysis. The results obtained are that the mosques of the Langkat Sultanate have diverse architectural forms and ornaments as a form of representation of the tastes of the ruler. The ruler's taste is driven by social space or arena, habitus and various capitals, both social, cultural, symbolic and economic capitals. The results of this study also reveal the difference between the form of the mosque at the center of government and the mosques in the provinces (kejuruan) and led by small kings. The sultan's taste, which was initially represented in the central government mosque, was also followed by the mosques in the vocational area so that it became the identity of the mosques under the rule of the Sultanate of Langkat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aisyah N. Handayant, 1987-
Malang: UIN-Maliki Press, 2010
297.351 AIS m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Reza P. Saifuddin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47932
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Guntur
"Ilmu akustik telah berkembang dari abad ke-19 hingga sekarang. Penerapan ilmu akustik sudah meluas pada beberapa bangunan. Di Indonesia penerapan akustik pada bangunan masih tergolong kurang. Masjid yang merupakan bangunan ibadah yang juga merupakan bangunan umum telah banyak dibangun_ Tetapi walaupun menjadi mayoritas diantara bangunan - bangunan lainnya, masjid kadang hanya sebuah bangunan yang asal bisa berdiri sehingga yang terjadi bangunan masjid-masjid tersebut menjadi kurang kualitas keindahannya Bangunan masjid membutuhkan kualitas suara yang baik agar jamaah dapat menerima dengan baik mendengarkan suara yang disampaikan oleh penceramah atau pun dalam khutbah. Penggunaan ilmu akustik pada bangunan masjid tidak hanya membuat suara dapat terdengar Iebih baik akan tetapi suasana dalam rnasjid tidak menjadi bising oleh suara-suara dari Iuar bangunan. Sehingga menjadikan suasana yang hening untuk Iebih konsentrasi menjalankan ibadah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48306
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Galuh Anisa Putri
"Dalam membangun masjid, Islam tidak memiliki aturan mengikat mengenai bentuk masjid karena prinsip utama dalam masjid adalah fungsi (function) (Omer, 2010). Hal tersebut ditunjukan dalam arsitektur Masjid Nabawi (622 M) yang dibangun sederhana sesuai fungsi yang dibutuhkan, tapi di saat yang sama, Masjid Nabawi berperan sebagai ruang publik kota Madinah sehingga masjid sejatinya merupakan tempat beribadah sekaligus pusat komunitas. Namun, perkembangan zaman kemudian mendorong aspek fungsi tidak lagi menjadi hal utama dalam membangun masjid, seperti masjid di era Imperium Ottoman yang menekankan aspek forma. Transformasi tersebut berdampak pada peran masjid menjadi alat birokrasi pemerintah. Fenomena tersebut menunjukan relasi antara aspek fungsi dengan realisasi peran masjid di dalam komunitas muslim yang dipengaruhi oleh praktek kuasa setempat, sehingga arsitektur masjid berpotensi sebagai indikator dalam melihat praktek kuasa. Indonesia di tahun 1950-1965, di bawah pimpinan Sukarno, membangun dua masjid yang signifikan dalam sejarah perkembangan masjid Indonesia, yakni Masjid Istiqlal dan Masjid Salman, yang keduanya menggunakan langgam arsitektur modern yang menekankan aspek fungsi dalam proses perancangannya. Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aspek fungsi dijawantahkan dalam kedua masjid tersebut dan bagaimana hubungannya dengan praktek kuasa Sukarno dan peran masjid sebagai ruang publik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library