Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Lee Klein
"Radiant infant warmer adalah perangkat medis yang menjaga bayi tetap hangat sekaligus memungkinkan intervensi medis tanpa mengganggu akses tenaga medis. Perangkat di pasaran umumnya membutuhkan daya minimal 700 Watt, berat 120 kg, dan harga sekitar Rp 40 juta. Studi ini bertujuan mengembangkan prototipe radiant infant warmer yang lebih murah, ringan, dan mampu menjaga suhu bayi dalam rentang 35-36ºC. Prototipe dibuat menggunakan material kayu multiplex dan dikendalikan mikrokontroler yang mengatur daya lampu pemanas berdasarkan sensor DS18B20. Pengujian dilakukan pada suhu ambient 26ºC dan kelembapan 62%, menggunakan lampu PX Infrared 100 Watt dan PX Spot Beam 60 Watt. Lampu dipasang pada reflektor downlight 130 mm. Hasil menunjukkan lampu PX Infrared mencapai suhu 35ºC di titik tengah dalam 2 menit 50 detik dengan daya awal 101,5 Watt, lalu mencapai kondisi tunak pada rata-rata 35,41ºC dengan daya 36,5 Watt. Lampu PX Spot Beam membutuhkan waktu 11 menit 25 detik, dengan untuk mencapai kondisi tunak dengan rata-rata temperatur 35,71ºC dengan daya 57,5 Watt. Distribusi panas lebih merata pada Spot Beam, sedangkan Infrared lebih cepat memanaskan. Prototipe ini berhasil dibuat dengan biaya Rp 2.344.150.

A radiant infant warmer is a medical device designed to keep infants warm while allowing medical interventions without obstructing access for healthcare providers. Commercial devices typically require a minimum of 700 watts of power, weigh 120 kg, and cost around Rp 40 million. This study aims to develop a prototype of a radiant infant warmer that is more affordable, lightweight, and capable of maintaining an infant’s temperature within the range of 35–36°C. The prototype was constructed using multiplex wood materials and controlled by a microcontroller that adjusts the heater lamp's power based on DS18B20 sensor readings. Testing was conducted at an ambient temperature of 26°C and 62% humidity, utilizing a 100-watt PX Infrared lamp and a 60-watt PX Spot Beam lamp. The lamps were mounted on a 130 mm downlight reflector. Results showed that the PX Infrared lamp reached 35°C at the center point in 2 minutes and 50 seconds with an initial power of 101.5 watts, then hold steady at an average temperature of 35.41°C with a power of 36.5 watts. The PX Spot Beam lamp required 11 minutes and 25 seconds to get steady at averaging temperature 35.71°C with a power of 57.5 watts. The Spot Beam provided more uniform heat distribution, while the Infrared lamp heated faster. The prototype was successfully built at a  cost of Rp 2,344,150."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Sinaringati
"ABSTRAK
Tingginya angka kelahiran bayi prematur di Indonesia menyebabkan inkubator sangat diperlukan. Seiring dengan kemajuan teknologi, inkubator bayi menjadi semakin canggih yang mana membuat harganya semakin mahal. Distribusi listrik yang belum merata di Indonesia, menjadikan inkubator elektrik tidak efektif. Salah satu solusi yang aplikatif adalah penggunaan Phase Change Materials (PCM) sebagai elemen pemanas. Karena besarnya nilai kalor laten yang dimilikinya, PCM dapat menyuplai energi panas dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dua jenis PCM sebagai elemen pemanas pada inkubator bayi, yaitu paraffin wax dan beeswax.
Variasi yang dilakukan dalam pengujian ini adalah waktu, jenis PCM, dan wadah PCM. Pengujian dilakukan dengan memanfaatkan prototipe Inkubator Grashof Seri-F dan fenomena konveksi natural. Pengukuran temperatur dilakukan menggunakan termokopel di dalam ruang inkubator, pada PCM, dan pada dinding wadah PCM. Melalui pengujian ini dapat disimpulkan bahwa paraffin wax dan beeswax mampu bekerja sebagai elemen pemanas pada inkubator bayi, yang mampu menjaga kondisi pada ruang inkubator pada rentang 32°C – 36°C. Beeswax memiliki performa yang lebih handal dibandingkan dengan paraffin wax, karena beeswax memiliki efisiensi volumetris sebagai reservoir panas yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan melalui percobaan dimana dengan volume yang sama, beeswax dapat mempertahankan suhu pada ruang bayi selama 2-3 jam lebih lama pada siang hari dan 1-2 jam lebih lama pada malam hari.

ABSTRACT
Indonesia’s high mortality rate of preterm birth causes the presence of infant incubator is very important. As the technology develops, infant incubator also becomes more developed which makes its price even higher. Furthermore, the electricity distribution issue in Indonesia makes electric incubator becoming less effective. One of the applicable solutions is the usage of Phase Change Materials (PCM) as heating element. Its high amount of latent heat makes it is capable of mantaining heat supply for a long time. The goal of this experiment is to find out the effectiveness of paraffin wax and beeswax as heating element for infant incubator.
Time, kind of PCM, and placement method is three variations that is tested in this experiment. The experiment uses Grashof Incubator F-Series prototype and natural convenction phenomenon. Data gathering is completed by measuring the temperatures of incubator, PCM, and container’s surfaces using thermocouple. Based on this experiment, can be concluded that both paraffin wax and beeswax are capable for being used as incubator’s heating element, because they can maintain incubator’s temperature in range of 32°C-36°C. Beeswax has a better performance than paraffin wax because it has higher volumetric efficiency. This is showed by the result section which states that beeswax lasts 2-3 hours longer than paraffin wax during the day and 1-2 hour longer during the night."
2015
S58170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Inkubator adalah suatu alat penghangat mangan yang penggunaannya khusus
untuk bayi prematur, dimana tubuh bayi yang lallir prematur pada umumnya tidal;
dapat mengimbangi panas yang hilang da.ri tubuhnya Hal ini dapat menyebabkan
kematian hagi bayi tersebut jika tidak ditempatlcan di ruangan yang hangat.
Kondisi udara yang ideal bagi suatu inkubator bayi adalah 32 - 34 “C dan
bergantung pada berat dan umur bayl, sedangkan untuk kelembaban relatiihya
sekitar 60%. Ruangan inkubator bayi hams dapat mencapai suhu 34 °C dalam wal-:tu
I5 menit. Hal ini berguna agar bayi prematur tidak merasa kedinginan terlalu lama.
Perancangan inkubator ini mencoba untuk meminimalkan harga suatu
inkubator dengan menggunakan komponen local dalam perancangannya dan
menggunakan komponen import seminimal munglcin Perancangan ini dimodiikasl
berdasarkan pada inlrubator bayi yang berada di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo
dengan rnerek Air-Shield Vickers.
Untuk pengujian kestabilan suhu digunakan termoregulator berupa
temperatur kontrol sehingga kita dapat menentukan apakah temperatur kontrol
tersebut dapat memenuhi persyaratan suatu inkubator. Pengujian ini juga mencoba
untuk menentukau berapa daya yang digunakan pada suatu incubator agar dapat
dicapai suhu maksimum 34 °C dalam waktu 15 menit.
Konstruksi material yang digunakan pada prototype inkubator ini terdiri dari
kayu lapis untuk ruangan inkubator dan fiberboard untuk ruang healer. Di antara
kedua bagian tersebut terdapat pelat kayu yang berlubang yang berfungsi sebagai
tempat aliran udara panas dari ruang heater ke ruang inkubator bayi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Togar P. O.
"Inkubator Transportasi merupakan alat bantu kesehatan bayi sementara, yang lahir prematur atau kurang sempurna, sebelum mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit yang memiliki peralatan medis yang lengkap. Inkubator Transportasi saat ini harganya cukup mahal sehingga pemakaiannya di rumah sakit-rumah sakit masih terbatas. Untuk mengatasi permasalahan di atas maka dilakukan rancang bangun ?Inkubator Transportasi?, dengan target harga yang lebih murah. Metoda yang digunakan dalam rancang bangun produk ini adalah metoda Karl T. Ulrich, dengan tahapan-tahapan yaitu: identifikasi kebutuhan konsumen, penyusunan dan pemilihan konsep desain, evaluasi desain, pembuatan prototipe, evaluasi dan pengujian prototipe serta spesifikasi akhir produk. Rancang bangun inkubator transportasi ini meliputi tiga bagian, yaitu: bagian Kompartemen bayi, bagian Heater dan Kontrol, serta bagian Trolly. Prototipe trolly telah terlebih dahulu selesai pembuatannya. Sedangkan prototipe bagian kompartemen bayi dan bagian heater dan kontrol mengalami perbaikan dan perubahan desain. Khusus pada bagian kompartemen bayi perbaikan prototipe I menjadi II disebabkan pintu yang tidak lancar serta bagian sisi luar dan permukaanya masih kasar. Setelah diperbaiki ternyata prototipe II tidak memenuhi standar pengujian suhu terkontrol. Oleh karena itu dilakukan perubahan disain yang menjadi prototipe III. Pengujian prototipe III kompartemen bayi ini bersamaan dengan pengujian pada prototipe heater dan kontrol. Pengujian prototipe III kompartemen bayi ini adalah pengujian suhu terkontrol pada titik-titik 10 cm dari atas masing-masing sudut tempat tidur bayi, untuk mengetahui perbedaan nilai maksimum dan minimum temperatur udara diantara keempat titik-titik temperatur yang dikalkulasikan setiap menitnya. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa prototipe III kompartemen bayi ini memenuhi Standar Nasional Indonesia, SNI 16-4942-1998."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24632
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Salah satu peralatan medis yang banyak digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah inkubator bayi yang berfungsi untuk melindungi bayi selama tahap awal kehidupan. Pengaturan suhu dalam pemakaian inkubator bayi dilakukan pada setting suhu 33°C atau 35°C atau 37°C, disesuaikan dengan kondisi bayi yang akan di lakukan perawatan. Kejadian yang menimbulkan kematian dan cedera pada bayi telah dikaitkan dengan kegagalan sistem kontrol pada inkubator, kerusakan atau cacat desain yang menyebabkan terjadinya kebakaran dan bahaya sengatan listrik, serta tingkat kebisingan yang berlebihan dapat berpengaruh buruk terhadap pendengaran bayi. Untuk mengetahui kinerja dan keselamatan listrik inkubator bayi telah dilakukan analisis pengaruh setting suhu terhadap kinerja dan keselamatan listrik terhadap 6 (enam) unit sampel inkubator bayi dari berbagai merk, dengan rentang produksi tahun 1997 sampai tahun 2013. Metode pengujian kinerja dan keselamatan listrik dengan standar: (AS 2853; 1986), (ANSI/AAMI II36; 2004), (IEC 60601-2-19; 2009), serta untuk mengetahui pengaruh setting suhu terhadap kinerja dan keselamatan listrik inkubator bayi tersebut dilakukan uji statistik multivatiriat. Hasil pengujian kinerja suhu kompartemen, kelembaban udara, aliran udara dan nilai kebisingan serta keselamatan listrik inkubator bayi seluruhnya memenuhi syarat, namun untuk perhitungan nilai ketidak pastian sesuai ISO-GUM (1995) hanya ada tiga inkubator yang memenuhi syarat. Sedangkan hasil pengujian dengan statistik multivatiriat, diketahui bahwa ada pengaruh setting suhu terhadap kinerja inkubator bayi namun tidak ada pengaruh terhadap keselamatan listriknya.

One of the medical equipment that is widely used in health care is a baby incubator that serves to protect the baby during the early stages of life. Temperature regulation in the use of infant incubator conducted at a temperature setting of 33°C or 35°C or 37°C, adjusted to the baby who will be treated. Events that cause death and injury in infants has been associated with failure of the control system in the incubator, damage or design flaw that caused a fire and electrical shock hazards, as well as excessive noise levels can adversely affect the baby's hearing. To determine the performance and safety of baby incubators we analyzed the effect of setting the temperature on the performance and electrical safety for six (6) units of samples of various brands of baby incubator, with a production range of 1997 to 2013. Test methods and performance for electrical safety by using standard: (USA 2853; 1986), (ANSI / AAMI II36; 2004), (IEC 60601-2-19; 2009), as well as to determine the effect of temperature on the performance and setting the electrical safety of the baby incubator done by multivariate statistical test. The results of the performance testing of infant incubator compartment temperature air humidity, air flow and noise as well as the value of the electrical safety all the baby incubator qualify. but with the calculation on the value of uncertainty according to ISO-GUM (1995) there are only three qualified incubator. While the results of statistical testing with multivariate, that there is the influence of the temperature setting on the performance of the baby incubator but no effect on the electrical safety."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldyan Natajaya
"Dewasa ini dengan banyaknya alat seperti sensor dan kendaraan yang bersumber daya listrik baterai, maka sistem pemantauan State of Charge (SoC) baterai khususnya yang berbahan dasar lithium semakin diperlukan. Salah satu tantangannya adalah bagaimana bisa mendesain sistem pemantau SoC yang mampu mengetahui isi baterai secara real time untuk aplikasi jarak jauh. Sehubungan dengan hal tersebut maka skripsi ini disusun dengan tujuan untuk merancang purwarupa alat yang bisa memantau SoC baterai. Alat tersebut menggunakan mikrokontroler Arduino dan LoRa SX1278 433MHz sebagai sarana komunikasinya. Akan tetapi, karena keterbatasan dari LoRa yang dipakai, maka purwarupa alat ini hanya mampu dalam kondisi Point-to-Point (PTP). Pengukuran SoC pada skripsi ini menggunakan metode pengukuran hambatan internal baterai. Pada proses karakterisasi baterai lithium ion awal diperoleh look-up table yang merupakan hubungan antara hambatan internal baterai pada proses charging dan discharging dengan nilai SoC. Look-up table ini yang selanjutnya selalu dijadikan acuan dalam penentuan SoC baterai yang terimplementasi pada sistem. Hasil percobaan membuktikan bahwa alat pemantau SoC yang diusulkan mampu melakukan pemantauan SoC baterai dengan tingkat keberhasilan pemantauan sebesar 98% pada delay 1ms.

Nowadays, with so many devices such as sensors and vehicles that are powered by batteries, a battery of State of Charge (SoC) monitoring system, especially those based on lithium, is increasingly needed. One challenge is how to design a SoC monitoring system that is able to find out the battery contents in real time for remote applications. In connection with this, this thesis was prepared with the aim of designing prototypes of devices that could monitor battery SoC. The tool uses an Arduino microcontroller and LoRa SX1278 433MHz as a means of communication. However, due to the limitations of the LoRa used, the prototype of this tool is only able to acquire Point-to-Point (PTP) conditions. SoC measurement in this thesis uses the method of measuring the internal resistance of the battery. In the initial lithium ion battery characterization process a look-up table is obtained which is the relationship between the internal resistance of the battery in the charging and discharging process with the SoC value. This look-up table is then always used as a reference in determining the battery SoC implemented in the system. The experimental results prove that the proposed SoC monitoring tool is capable of monitoring battery SoC with a monitoring success rate of 98% at 1ms delay.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Setyo Wicaksono
"Inkubator bayi adalah alat yang sangat berguna untuk mempertahankan hidup bayi yang lahir secara prematur, dengan cara mempertahankan temperatur dan kelembaban udara. Di Indonesia baru sedikit sekali institusi yang melakukan penelitian dan pengembangan tentang inkubator bayi. Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia dan PT. Medixe Sekawan Utama adalah dua institusi yang telah meneliti dan mengembangkan inkubator bayi, serta mendapatkan sertifikat dari Departemen Kesehatan, baik yang menggunakan pemanas listrik maupun lampu pijar. Akan tetapi, unjuk kerja inkubator ini belum pernah diuji di berbagai temperatur lingkungan yang rendah ( Karena itulah tujuan dari penelitian ini adalah menguji unjuk kerja inkubator bayi di tempat dengan temperatur ruang rendah (16°C - 24°C), dengan menggunakan daya lampu pijar sebesar 180 Watt secara konveksi alami. Dari pengujian, didapatkan hasil yang cukup baik ketika inkubator berada di kondisi temperatur normal (27°C, 28°C, dan 29°C), yaitu menunjukkan waktu respon yang cepat untuk mencapai temperatur ideal bayi (33°C) dan nilai heat loss-nya yang kecil. Ketika pengujian di ruang AC (23°C and 24°C), waktu respon pemanasan untuk mencapai temperatur ideal bayi menjadi lebih lambat, dan nilai heat loss-nya lebih besar. Pengujian di cold storage (16°C -22°C), menunjukkan bahwa pemanasan inkubator tidak mampu mencapai temperatur ideal bayi.

Infant incubator is one of medical instruments that important to maintain the temperature and humidity of premature-newborn baby. Only few of institution deal with research and development of infant incubator. Department of Mechanical Engineering University of Indonesia collabration with PT. Medixe Sekawan Utama have research and developed infant incubator. The incubator - both bulblamp and electric heater for the heater - have gotten certification from department of health But in fact, the performance of the incubator have never been tested in the lower temperature condition (below 25°C). Because of above reasons, this paper aims to study the performance (heating) of infant incubator in lower temperature condition (16°C - 24°C) by using 180 Watt-bulblamp in natural convection flow. The study is also analyzed the incubator's performance in normal temperature condition (27°C - 29°C). The study concluded that the incubator shows good performance in the normal temperature condition (27°C, 28°C, and 29°C), it indicates that response time to reach ideal temperature (33°C) is fast and heat losses is little. In air-conditioned room with lower temperature (23°C and 24°C), the response time getting slower and the value of heat losses are higher. Lastly, the testing in cold storage (16°C -22°C) shows that the incubator is not able to reach the ideal temperature (33°C), even only reaching below 30°C. As a result, the response time of heating can not be defined and value of heat losses showed in negative."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rafi
"Indonesia memiliki jumlah kelahiran bayi prematur hingga ratusan ribu setiap tahun. Karena Grashof Inkubator ini dibuat untuk meminimalkan tingkat kematian bayi prematur tersebut. Pengukuran all-in-one diperlukan untuk memfasilitasi proses pemantauan kinerja Grashof Inkubator. Jadi, pengukuran all-in-lowcost dan praktis dirancang dengan menggunakan DHT22 sebagai sensor kelembaban dan DS18B20 sebagai sensor suhu dan kedua sensor ini akan menjadi dikombinasikan dengan LCD. Kedua sensor DS18B20 dikalibrasi sehingga perbedaan pembacaan suhu antara kedua sensor akan seminimal mungkin. Sedangkan parameter kelembaban dipelajari untuk mengetahui karakteristik kelembaban di dalam dan di luar kabin Inkubator Grashof dan juga untuk mengetahui nilai rata-rata perbedaan kelembaban () untuk nilai persamaan Arduino sehingga satu sensor DHT22 yang akan ditempatkan di luar inkubator dapat menampilkan nilai kelembaban di dalam dan luar pada LCD. Karakteristik Kelembaban diukur dalam kondisi lingkungan yang berbeda yang terdiri dari lingkungan dengan suhu normal (30) dan lingkungan dengan suhu dingin relatif (25). Setelah itu percobaan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kelembaban di dalam kabin inkubator untuk mengantisipasi jika kelembaban di dalam berkurang secara drastis. Eksperimen menggunakan busa dan air sebagai komponen untuk meningkatkan tingkat kelembaban. Hasil percobaan ini adalah peningkatan kelembaban kabin sebesar 2-3%.

Indonesia has a birth number of premature babies up to hundreds of thousands each year. Because of this Grashof Incubator were made to minimize the death rate of those premature babies. An all in one measurement was needed to facilitate the monitoring process of the performance of the Grashof Incubator. So a low cost and practical all in one measurement were designed with the use of DHT22 as humidity sensor and DS18B20 as temperature sensor and both of these sensors will be combined with an LCD. Both of the DS18B20 sensors are calibrated so that the difference of temperature reading between the two sensors will be as minimum as possible. While the parameters of humidity were studied to know the humidity characteristics in the inside and outside cabin of the Grashof Incubators and also to know the average value of humidity difference () for the value of the Arduinos equation so that one DHT22 sensor that will be placed outside the incubator can display the values ​​of inside and outside humidity on the LCD. Humidity Characteristics are measured in different environment conditions which consist of an environment with normal temperatures (30) and an environment with relative cold temperatures (25). After that an experiment was made with a purpose to increase the humidity inside the incubators cabin to anticipate if the humidity decreases drastically inside. The experiment uses foam and water as the component to raise the humidity level. The results of this experiment were increased from cabin humidity by 2-3%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In the prototype of this tool all the signal processing done by the minimum AT89s5 system. Minimum system will get the binary code to control the direction of motion of the ship . By controling the steering angle through the steering wheel of the ship so the ship can detected movement can be monitored by viewing the display, so if there is nomovement of ships in accordance with the input code will be detected early so that expected if this system is applied to the actual sustem will be able to reduce accidents caused by the fault direction of motion of the ship. By utilizing the technology acquired digital the 0.97% error rate, spo it is possible this system to be realized."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>