Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Anza Sahel
"Tesis ini bertujuan untuk mengatasi krisis perumahan di Queensland, Australia, dengan mengusulkan model apartemen hunian bertingkat yang menggabungkan perumahan sosial dengan produktivitas berbasis komunitas untuk meringankan tantangan ekonomi dan mengurangi tunawisma. Penelitian ini menekankan pada desain lingkungan hunian yang mendukung pekerja di ruang digital sambil mendorong kehidupan kolaboratif. Urgensi penelitian ini terletak pada kebutuhan mendesak untuk menciptakan solusi perumahan yang terjangkau, mengoptimalkan penggunaan ruang, dan mengintegrasikan elemen pembangunan komunitas. Kerangka teori dalam penelitian ini mencakup konsep co-housing, optimalisasi ruang, dan desain partisipatif, sehingga apartemen yang diusulkan dapat memenuhi kebutuhan fungsional dan sosial penghuninya sekaligus memaksimalkan efisiensi sumber daya. Studi kasus pada preseden yang menangani isu serupa seperti tunawisma, tantangan ekonomi, dan keberlanjutan dianalisis untuk memberikan pendekatan desain yang informatif dan wawasan yang dapat diterapkan. Metodologi penelitian ini mencakup proses desain tiga fase: pertama, melakukan penelitian terhadap kelompok sasaran dan kebutuhan ruang mereka; kedua, mengembangkan konfigurasi ruang yang seimbang antara ruang privat dan ruang bersama; dan terakhir, mengintegrasikan fasilitas yang dapat menghasilkan pendapatan untuk mendukung komunitas serta upaya pendanaan pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model hunian yang dirancang dengan baik, yang mengintegrasikan produktivitas digital dan kehidupan kolaboratif, dapat menciptakan solusi berkelanjutan dan hemat biaya untuk kekurangan perumahan di perkotaan. Desain ini memprioritaskan ketahanan ekonomi dan kohesi sosial dalam komunitas, sekaligus menjawab kebutuhan mendesak akan perumahan yang terjangkau.

This thesis aims to address Queensland, Australia’s housing crisis by proposing a multi-level residential apartment model that combines social housing with community-driven productivity to alleviate economic challenges and reduce homelessness. It emphasizes designing a living environment that supports digital-space workers while fostering collaborative living. The urgency of this study lies in the pressing need to create affordable housing solutions that optimize space and integrate community-building elements. The theoretical framework incorporates concepts of co-housing, space optimization, and participatory design, ensuring the proposed apartment meets the functional and social needs of its occupants while maximizing resource efficiency. Case studies of precedents that address similar issues of homelessness, economic challenges, and sustainability are analyzed to inform the design approach and provide actionable insights. The methodology involves a three-phase design process: first to conduct research on the target demographic and their spatial requirements, second to develop spatial configurations that balance private and shared spaces, and finally to integrate income-generating facilities to support the community and government funding efforts. The findings demonstrate that a well-designed residential model, which integrates digital productivity and collaborative living, can create a sustainable, cost-effective solution to urban housing shortages. This design prioritizes economic resilience and social cohesion within a community while addressing the critical need for affordable housing. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrena Kukita Pelawi
"Industri kecantikan telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan proyeksi pasar global mencapai $500 miliar pada tahun 2028. Namun, kecocokan warna produk tetap menjadi tantangan yang terus-menerus bagi konsumen, terutama dalam konteks belanja daring, di mana ketiadaan pengujian produk secara fisik sering kali menyebabkan ketidakpuasan, pemborosan, dan dampak lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, studi ini mengusulkan True Colour, sebuah sistem belanja makeup personal yang mengintegrasikan analisis warna pribadi atau personal colour analysis (PCA) ke dalam proses pembelian. Dengan menganalisis warna kulit, undertone, warna rambut, dan mata setiap individu, sistem ini memberikan rekomendasi warna yang disesuaikan, meningkatkan pengambilan keputusan, mengurangi pemborosan, dan mendorong praktik konsumsi yang berkelanjutan. Menggunakan metodologi seperti design sprint, design thinking, dan prinsip Agile, sistem ini dikonseptualisasikan, diprototipekan, dan diuji dengan pengguna. Peningkatan berbasis umpan balik memastikan kemudahan penggunaan dan keselarasan dengan ekspektasi pelanggan. True Colour dilengkapi dengan antarmuka yang intuitif, algoritma kecocokan, dan perjalanan pengguna yang terstruktur untuk menyederhanakan pengalaman belanja. Studi ini menyimpulkan bahwa sistem personal seperti True Colour dapat merevolusi belanja makeup dengan meningkatkan kepuasan, meminimalkan pemborosan, dan mendorong pola konsumsi yang berkelanjutan. Kerangka kerja yang diusulkan menawarkan dasar yang kuat untuk mengimplementasikan sistem serupa di berbagai pasar.

The beauty industry is projected to reach a global market value of $500 billion by 2028. Nonetheless, shade compatibility continues to pose a significant challenge for consumers, particularly in online shopping environments, where the lack of physical product evaluation frequently results in dissatisfaction, waste, and environmental repercussions. This thesis proposes True Colour, a personalised makeup shopping system that incorporates personal colour analysis (PCA) into the purchasing process to resolve this issue. The system offers customised shade recommendations by analysing individual skin tones, undertones, hair, and eye colour, thereby improving decision-making, minimising waste, and fostering sustainable practices. The system was conceptualised, prototyped, and tested with users utilising methodologies such as design sprints, design thinking, and Agile principles. Improvements based on feedback guaranteed usability and conformity with customer expectations. True Colour incorporates intuitive interfaces, compatibility algorithms, and a systematic user journey that enhance the shopping experience. The research concludes that personalised systems such as True Colour can transform makeup shopping by enhancing satisfaction, reducing waste, and promoting sustainable consumption practices. The proposed framework provides a strong basis for the implementation of analogous systems across various markets. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nugroho Firdaus Amar
"Rumah yang menjadi kebutuhan dasar manusia masih menjadi barang yang tersier bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tingginya angka backlog perumahan mendukung pernyataan tersebut. Hal ini belum diperparah oleh harga rumah yang terus melambung hingga angka keterjangkauan rumah semakin menjauhi tidak hanya masyarakat berpenghasilan rendah tapi juga masyarakat kelas menengah. Pemerintah Joko Widodo mengeluarkan program sejuta (satu juta) rumah dan kebijakan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha, untuk menciptakan kolaborasi antara pemerintah, badan usaha dan masyarakat. Sayangnya program tersebut tidak pernah sesuai target, diduga terjadi masalah dalam sistem kerjasama atau kolaborasi yang dipraktekan pada program ini. Permasalahan tersebut bahkan menyentuh Perumnas selaku badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerjasama yang terjadi pada program satu juta rumah, khususnya pada sentra timur selaku produk Perumnas dalam program tersebut. Menggunakan teori collaborative governance dan metode post positivist, serta mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan analisis dokumen-dokumen negara, penelitian ini menemukan hasil bahwa kerjasama yang ada pada program satu juta rumah tidak kolaboratif, dimana tidak terpenuhinya unsur inklusifitas, dan unsur proses transparansi.

House which is a basic human needs is still a tertiary goods for some peoplein Indonesia. The high number of backlog in housing industry supports the statement from before. That problem has not been exacerbated by house prices that continue to soar high, made it unaffordable not only to low-income communities but also middle-class society. The Government of Joko Widodo issued a million (one million) home program and Public Private Partnership policy, to create collaboration between government, privates and the community. Unfortunately the program never reach it targets, it is suspected that there is a problem in the system of cooperation or collaboration practiced in this program. The problem even touches Perumnas as a government owned enterprise. Therefore, this study aims to analyze the cooperation that occurred in the program of one million homes, especially in ‘sentra timur’ as Perumnas products in the program. Using the theory of collaborative governance and post-positivist methods, as well as collecting data by conducting interviews and analysis of state documents, this study found out that the existing cooperation on the one million home program is not collaborative, where non-fulfillment happened in the elements of inclusiveness and elements of the transparency process."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Eprisa
"Selain hunian berstatus milik, terdapat pula hunian berstatus sewa. Namun, minat terhadap hunian sewa di Indonesia belum setinggi di negara-negara maju. Dalam tulisan ini, dibahas alasan-alasan tersebut berdasarkan sudut pandang penghuninya, meliputi bagaimana kualitas hunian sewa sebagai sebuah "dwelling" dengan memahaminya melalui aspek wujud, sistem sewa, pihak yang menyewakan, dan pihak yang menyewa hunian tersebut. Tulisan ini pun dilengkapi dengan pembahasan studi kasus secara deskriptif pada sebuah kontrakan, rumah kos, dan apartemen di Jakarta dan sekitarnya dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hunian sewa yang mampu mencapai kualitas sebagai sebuah "dwelling" yang sesungguhnya bagi penghuninya, walaupun tidak seluruh hunian sewa menunjukkan hal tersebut.

Besides owner-occupied housing, there is also rental housing. Unfortunately, people`s interest towards rental housing in Indonesia is not as high as in the developed countries. This writing will discuss the reasons based on the renter`s point of view, including how the quality of rental housing as a "dwelling" is by understanding it through aspects such as the form, the rental system, the tenant, and the landlord. This writing is also completed with descriptive case study on kontrakan, rumah kos, and apartment in Jakarta and its surrounding area in which the emerged result shows that there is a rental housing that has attained the quality as a real "dwelling" to its renter, though not all rental housings show this situation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalita Sindy Hapsari
"Hunian sementara saat ini banyak diminati oleh masyarakat dengan mobilitas yang tinggi. Apartemen dianggap menjadi salah satu solusi hunian sementara bagi mereka yang mempunyai mobilitas tinggi, termasuk kalangan mahasiswa. Dalam proses pemilihan apartemen, teori perceived risk digunakan untuk menjelaskan tahap pre-purchase behavior. Teori tersebut berfungsi untuk mengurangi risiko kerugian saat mengkonsumsi barang dengan biaya beli yang tergolong tinggi. Faktor yang diperhatikan saat hendak membeli apartemen, yaitu harga hunian, lokasi, jarak tempuh menuju lokasi tertentu, fasilitas, dan lingkungan. Biaya perawatan yang dikeluarkan pun lebih banyak jika mereka membeli satu unit apartemen. Mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sinking fund, keamanan, perawatan gedung, dan kebersihan. Pada skripsi ini dibahas mengenai preferensi dan personalisasi dalam pemilihan apartemen sebagai hunian sementara. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa pada umumnya memprioritaskan jarak hunian menuju kampus, biaya sewa ataupun beli, keamanan, privasi, lalu lingkungan bertetangga. Mahasiswa melakuka proses personalisasi karena adanya housing deficit dalam hal teknis dan rasa akan rumah yang dimilikinya. 

Temporary housing are currently demanded by people with high mobility. Apartments are considered to be one of many temporary housing solutions for them, including college students. In the process of apartments selection, the perceived risk theory are used to explain the pre-purchase behavior stage. Its used to reduce the risks of deficits in terms of consuming stuffs with high purchase value. The factors that must be considered during the process of apartments selection are the purchase costs, location, distance from certain location, facilities, and environments. The maintenance costs will be increasing when people purchase apartments. They have to invest more money for the sinking fund maintenance, security, building maintenances, and sanitation. This research explains about the preferences and personalization in apartment selection as students temporary housing. The obtained results are students in general are taking the distance from certain location, rent or purchase cost, security, privacy, and neighboring environments factor as priorities. They personalize their unit to overcome housing deficit in technical terms and to overcome the feeling of home. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Gratiyana Ningrat
"Perspektif multi-level memberikan stimulasi inovasi dalam transisi sosio-teknis dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan seperti kemiskinan dan perubahan iklim. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan perubahan struktural yang mendalam karena mereka melibatkan perubahan dalam konfigurasi keseluruhan yang melibatkan teknologi, kebijakan, dan pasar. Elemen tersebut dikembangkan, dikelola, dan ditransformasikan oleh pelbagai aktor salah satunya perusahaan bisnis digital yang memiliki orientasi tujuan yang kuat. Bisnis sosial dan Islam memiliki keunggulan kompetitif dalam berperan di transisi sosio-teknis. Penelitian ini bertujuan untuk membangun ekosistem bisnis digital Islam untuk sektor pertanian agar dapat memberikan kontribusi pada transisi sosio-teknis dengan perspektif multi-level. Metode kualitatif pendekatan studi kasus ganda terpancang digunakan untuk membangun model ekosistem. Hasil yang didapatkan dari studi kasus ganda ini menunjukkan bahwa bisnis digital pertanian membutuhkan kolaborasi antara pelbagai aktor dari level lanskap seperti pembuat kebijakan hingga niche seperti komunitas lokal agar skalabilitas bisnis dan transisi sosio-teknis yang diharapkan dapat terjadi. Untuk mengatasi kesenjangan digital, infrastruktur sosial lokal dan institusi yang terintegrasi dengan rantai nilai bisnis pertanian dapat menjadi jembatan antara perusahaan dengan petani berskala kecil. Pengembangan transisi dengan maqasid al-syariah menjadi kerangka penting untuk bisnis digital Islam. Indikator pengukuran keberlanjutan bisnis dan pertanian untuk mencapai kemaslahatan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memastikan transisi sosio-teknis.

The multi-level perspective provides stimulation of innovation in socio-technical transitions in addressing social and environmental problems such as poverty and climate change. To address these problems, deep structural changes are needed because they involve alterations in the overall configuration which entail technology, policy and markets. These elements are developed, managed, and transformed by various actors for instance a purposeful digital business company. Social and Islamic business have a competitive advantage in playing a role in the socio-technical transition. This research aims to build an Islamic digital business ecosystem for the agricultural sector so that it can contributes to the socio-technical transition with multi-level perspective. The embedded multiple case studies design with qualitative method has been carried out. The results obtained from this study shows that digital agricultural business requires dynamic collaboration between various actors from the landscape level such as policy makers to niches such as local communities hence that business scalability and socio-technical transition are expected to prevail. To overcome the digital divide, local social infrastructure and institutions can be embedded with agricultural business value chain to bridge the gap between companies and smallholder farmers. The development of the transition with the maqasid al-sharia is an important framework for Islamic digital business. Indicators for measuring the sustainability of business and agriculture to achieve public interest can be further developed to ensure the socio-technical transition."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Fitria Ditianingsih
"Semakin kita mendekati Agenda 2030 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, orang-orang secara bertahap didorong untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan tersebut. Demikian pula penelitian ini dilakukan untuk menawarkan solusi, khususnya SDG No. 11 tentang permukiman. Penelitian ini dilakukan di Jakarta untuk mengantisipasi kenaikan persentase rumah tangga yang tinggal di perumahan kumuh dan tidak layak huni. Beberapa upaya yang diusulkan oleh penelitian ini adalah mengedukasi, meningkatkan kesadaran, dan memberikan akses informasi penting tentang perumahan berkelanjutan menggunakan aplikasi seluler. Aplikasi seluler adalah output fisik penelitian untuk mengatasi masalah yang dirumuskan. Design thinking diterapkan pada analisis data. Pengembangan desain telah mengalami lima tahap pemikiran desain – berempati, mendefinisikan, mengidealkan, membuat prototipe, dan menguji. Prototipe dibangun menggunakan Adobe XD sebagai alat desain. Memanfaatkan proses design thinking memungkinkan penulis untuk membuat desain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Rencana implementasi dan mitigasi kemudian dibuat untuk penggunaan aplikasi di masa mendatang. Tahap diakhiri dengan umpan balik yang diperoleh pada tahap pengujian, yang menghasilkan saran perbaikan, seperti detail visual desain, konten, dan implementasi di luar wilayah Jakarta.

As we approach closer to Agenda 2030 of the Sustainable Development Goals (SDG) adopted by the United Nations, people are progressively encouraged to contribute to achieving the goals. Likewise, this research is carried out to offer a solution, especially to SDG No. 11 concerning human settlements. This research takes place in Jakarta to anticipate the percentage of households living in seedy housing and unlivable home from moving up. Some efforts proposed by this research are to educate, raise awareness, and provide access to essential information about sustainable housing using a mobile application. A mobile application is the research's physical output to tackle the formulated problem. Design thinking is applied to data analysis. The design development has undergone five stages of design thinking – empathize, define, ideate, prototype, and test. The prototype is built using Adobe XD as a design tool. Utilizing the design thinking process enables the author to create the design in such a way that conforms to the user needs. Implementation and mitigation plans are then constructed for future use of the application. The stage ended with feedback obtained in the testing stage, providing suggestions for improvements, such as visual details of the design, contents, and implementation beyond the Jakarta region."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Nur Shabrina
"ABSTRAK
Laporan ini mencakup valuasi pasar dari rumah tinggal di aera sub-urban Kuraby, kota Brisbane, Australia. Tujuan dari ditulisnya laporan ini adalah untuk memberikan gambaran nilai dan harga properti pada area sub-urban Kuraby. Yang mana, valuasi pasar adalah salah satu komponen vital dari bisnis properti. Ditambah, kegunaan dari laporan valuasi yang sangat beragam, dapat dimanfaatkan untuk patokan pembelian dan penjualan aset, transfer, penilaian pajak, ivestasi, pembiayaan, dan juga pembagian waris.

ABSTRACT
This market report contains the valuation report of a residential/dwelling property in
Kuraby, Brisbane. The main goal is to provide a value, a price of the particular property
at that time. As we know that the valuation of real estate is a central tenet for all
businesses. Valuation, in its simplest form, is the determination of the amount for which
the property will transact on a particular date. However, there is a wide range of purposes for which valuations are required. These range from valuations for purchase and sale, transfer, tax assessment, expropriation, inheritance or estate settlement, investment and financing."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Mulya Iresha
"Jumlah penduduk di Jakarta yang terus naik menyebabkan kenaikan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per harinya. Salah satu komposisi terbesar adalah sampah plastik. Menurut data Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2005, tercatat komposisi sampah plastik adalah sebesar 13,25% sedangkan pada tahun 2011 naik menjadi 14,02%. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti potensi penerapan 3R dan Refused Derived Fuel (RDF) untuk sampah plastik di area pemukiman. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dan kuantitatif dengan mengambil sampel perumahan Kalibata Indah dan apartemen Kalibata City.
Penelitian ini mengukur timbulan dan komposisi sampah serta analisis proksimat dan nilai kalori residu sampah plastik untuk mengetahui potensi penerapan 3R dan RDF. Metode penelitian yang dipakai dalam sampling adalah SNI 19-3694-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Berdasarkan hasil analisis, potensi sampah plastik layak jual di perumahan Kalibata Indah dan apartemen Kalibata City berturut-turut adalah sebesar 40,25% atau 24,65 kg per hari dan 72,54% atau 101,1 kg per hari. Untuk potensi RDF menunjukkan hasil baik ditandai dengan nilai kalor sebesar 38,20 MJ/kg dan 38,37% MJ/kg. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah rancangan sistem pengelolaan sampah kemasan plastik serta rekomendasi dalam pengelolaan sampah plastik secara terintegrasi.

The increase of population in Jakarta also cause the increase of waste generation per day. One of the greatest composition is plastic waste. According to data from the Jakarta Sanitation Office in 2005, recorded the composition of plastic waste is equal to 13.25%, while in 2011 increased to 14.02%. This research is intended to identify potential of 3R and Refused Derived Fuel (RDF) application in residential area. Quantitative and qualitative approach is used by performing sampling in Kalibata Indah Residence and Kalibata City apartment.
This research measures waste generation and composition as well as analyzes proximate and caloric value of plastic waste residue to recognize the potential of 3R and RDF application. The research method used in sampling is SNI 19-3694-1994 on Taking and Measurement Methods of the Examples from Municipal Solid Waste Generation and Composition.
According to the analysis, potential of plastic waste recycling in Kalibata Indah Residence and Kalibata City Apartment consecutively are 40,25% or 24,65 kg per day and 72,54% or 101,1 kg per day. RDF potential is also good, indicated by calorific value of 38.20 MJ/kg and 38.37% .MJ/kg. Therefore, it requires the design of plastic packaging waste management systems and recommendations for the integrated plastic waste management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Widyakusuma
"ABSTRAK
Rumah sebagai unit properti bernilai memiliki aspek unik, permintaan dua sisi yang didasarkan
dua motif yaitu konsumsi dan investasi. Sebagai barang konsumsi, rumah dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan sebagai aset investasi, permintaan diputuskan melalui proses kelayakan investasi.
Rumah dapat dianggap komoditas yang bernilai. Barang dan jasa dikatakan mempunyai nilai bagi
seseorang apabila barang dan jasa tersebut memiliki karakteristik: (1) kegunaan tergantung karakteristik,
seperti lokasi, aksesibilitas, ukuran, desain dan bentuk lain kegunaan yang berpengaruh pada nilai
properti; (2) tersedia terbatas; (3) Hasrat atau keinginan, harapan pembeli terhadap komoditas untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan; (4) Daya beli efektif, kemampuan berpartisipasi di pasar demi
peroleh suatu komoditas ditukar dengan sejumlah uang tertentu atau barang lain setara nilainya. Rumah
sebagai unit properti memiliki faktor yang pengaruhi nilainya. Salah satu di antaranya faktor perletakan
atau lokasi rumah dalam cluster. Lokasi sekitar unit hunian dipandang sebagai suatu kesatuan dari rumah
(sense of localism). Hal ini menunjukkan lokasi rumah bukan hanya berbicara lokasi tempat rumah itu
berada akan tetapi berhubungan lingkungan sekitar. Dari suatu lokasi unit hunian yang berada di dalam
suatu kompleks perumahan dapat ditentukan nilainya berdasarkan kepada dua hal: lingkungan (posisi atau
formasi) dan aksesibilitas. Walaupun faktor lokasi bukan merupakan faktor pertimbangan utama pilihan
bertinggal di suatu tempat dalam kompleks perumahan The Grand Sentul tetapi dalam penelitian ini
variabel tipe unit dan harga dikunci sebagai bentuk batasan penelitian untuk mengetahui prioritas
preferensi pemilihan lokasi di dalam suatu cluster tanpa dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut.
Penelitian ini memaparkan bagaimana faktor posisi dan aksesibilitas dapat diterapkan untuk membedakan
nilai unit hunian di dalam kompleks perumahan The Grand Sentul dengan melihat kepada perilaku
penghuni yang bertinggal pada suatu lokasi di dalam cluster maupun unit hunian atau kavling yang
pemiliknya tidak bertinggal. Penelitian dengan pendekatan kualitatif mengkaji dinamisasi pemenuhan
kebutuhan lokasi untuk bertinggal dan berinvestasi ditinjau dari sisi pemilik melalui analisis karakter
kawasan; pemanfaatan fasilitas; proses tinggal, timbul, pemenuhan kebutuhan lokasi unit di dalam
perumahan; dan nilai rumah bagi penghuni. Secara khusus aksesibilitas dalam bentuk jalan cabang
pertama atau area sekunder cluster dan posisi dalam bentuk berhadapan dengan bangunan rumah atau
terletak pada atau dekat ujung dalam satu deret rumah menjadi prioritas dan memberi value positif bagi
isu investasi di suatu lokasi dalam cluster yang akhirnya dapat meningkatkan nilai jual unit hunian atau
kavling. Secara khusus Aksesibilitas dalam bentuk jalan utama atau area primer cluster dan Lingkungan
(posisi atau formasi) dalam bentuk dekat landmark tertentu pada cluster (daerah rekreasi) dapat menjadi
prioritas dan memberi value positif bagi isu bertinggal di suatu lokasi dalam cluster.

ABSTRACT
The House as a valuable property unit has unique aspects, demand has two sides which are based
two motives: consumption and investment. As for consumer goods, owned home to meet basic needs, but
as an investment asset demand is decided through a process of investment feasibility. The house can be
considered as a valuable commodity. Goods and services is said to have value for someone when having
characters includes:(1) usefulness, the ability to provide satisfaction of wants and needs; The usefulness
of a property depends on its characters, such as location, accessibility, size, design and other forms of
usability effect on property values; (2) available on a limited basis, the availability or supply of a
commodity relative to demand; (3) The expectation of a commodity to the buyer to satisfy their needs or
desires; (4) effective purchasing power, the ability to participate in the market in order to obtain a
commodity exchanged for a certain sum of money or other items of equal value. Home as a unit
properties have factors that influence value. One of these factors is the placement or location of a house in
a cluster. About the location of the dwelling units is seen as an integral part of the house (sense of
localism). Finally a conceptual framework for the expansion of residential areas interlocked with the
surrounding environment for the sake of convenience. This suggests that location of a house is not just
where it was but related to the surround environment. Quality of life in the form of convenience, security
of a home stay is determined by its location, in the sense of a location attractiveness is determined by two
things: position and accessibility. It can also be a factor considered by residents in choosing to live at a
location within the housing as it relates to the sense of localism. Although the location factor is not a
major consideration factor for living at a place in a residential complex The Grand Sentul but in this study
the variable type and the unit price is locked as a form of limitation of the study to determine priority in
site selection preferences in a cluster without being influenced by both variables. This study describes
how the position and accessibility factors can be applied to distinguish the value of the dwelling unit in a
residential complex The Grand Sentul by look at the behavior of residents who reside at a location within
the cluster as well as the owner of the dwelling units or lots which are not living there. The research with
qualitative method studying the dynamic needs for both living and invest location seen from the owners
by analyze characters of the region; utilization of facilities; the living, the emergence, the process of
fulfilling the needs of the housing unit locations; and the value of the home for occupants. In particular,
the accessibility of the first branch in the form of roads or secondary area clusters and positions in the
form of dealing with home building or located at or near the end of a row house can be a priority and give
a positive value for the investment issue in a location within the cluster which ultimately can increase the
sale value of the dwelling units or lots. Specifically in the form of a wide main street or area primary
cluster and positions in a form close to certain landmarks in the cluster (recreation area) can be a priority
and give a positive value for living issues at a location within the cluster."
2013
T35010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>