Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Husni Fadillah
"Cooling tower adalah komponen penting dalam sistem pendinginan industri yang mengandalkan perpindahan panas melalui air. Kualitas air sangat memengaruhi kinerja dan efisiensi sistem. Penelitian ini membandingkan kualitas air cooling tower dengan teknologi ozonasi dan senyawa kimia. Teknologi ozonasi diharapkan menjadi solusi ramah lingkungan dan efektif. Metode penelitian melibatkan analisis sampel air dari cooling tower dengan kedua teknologi, mengukur parameter seperti TDS, blowdown rate, electric conductivity (EC), pH, LSI, RSI, dan POSI. Hasil menunjukkan ozonasi lebih unggul dalam beberapa parameter. TDS dengan ozon turun dari 315,1 ppm menjadi 229,6 ppm, dibandingkan 297,6 ppm dengan bahan kimia. Blowdown rate naik dengan ozon (0,00169 mÂł/hari menjadi 0,00293 mÂł/hari) dibandingkan bahan kimia (0,00233 mÂł/hari). EC dengan ozon menurun dari 525,93 ÎĽS/cm menjadi 299,93 ÎĽS/cm, sementara bahan kimia meningkat menjadi 610,07 ÎĽS/cm. pH dengan ozon stabil (7,27 menjadi 7,28), sedangkan bahan kimia menurun menjadi 7,20. Indeks LSI dan RSI menunjukkan ozon lebih baik dalam mengurangi kerak. POSI juga menunjukkan siklus konsentrasi maksimum lebih tinggi dengan ozon (0,802) dibanding bahan kimia (0,727).

Cooling tower is an important component in industrial cooling systems that rely on heat transfer through water. Water quality greatly affects the system's performance and efficiency. This study compares the water quality of cooling towers with ozone treatment and chemical compounds. Ozone technology is expected to be an environmentally friendly and effective solution. The research method involves analyzing water samples from cooling towers with both technologies, measuring parameters such as TDS, blowdown rate, electric conductivity (EC), pH, LSI, RSI, and POSI. The results show that ozone treatment is superior in several parameters. TDS with ozone decreased from 315.1 ppm to 229.6 ppm, compared to 297.6 ppm with chemicals. Blowdown rate increased with ozone (0.00169 m³/day to 0.00293 m³/day) compared to chemicals (0.00233 m³/day). EC with ozone decreased from 525.93 µS/cm to 299.93 µS/cm, while chemicals increased to 610.07 µS/cm. pH with ozone remained stable (7.27 to 7.28), while chemicals decreased to 7.20. The LSI and RSI indices show ozone is better at reducing scaling. POSI also shows a higher maximum concentration cycle with ozone (0.802) compared to chemicals (0.727). "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Kelvin
"Dalam dunia industri, menara pendingin merupakan salah satu peralatan yang digunakan sebagai sirkulasi air pendingin dalam berbagai industri. Penanggulangan kualitas air pendingin yang kurang memadai dapat menyebabkan mesin seperti unit heat exchanger akan mengalami korosi atau terbentuk kerak yang menyebabkan keefektifitasan menara pendingin berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegaruh penggunaan ozon terhadap efektifitas kinerja dan kualitas air menara pendingin sistem tertutup bertipe forced draft ndash; cross flow ndash; indirect/closed. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyuntikkan ozon 3gr/hr ke dalam basin menara pendingin sistem tertutup dan melakukan uji laboratorium seperti AAS, Titrimetric, Gravimetrik, dan Spectrophotometric.
Hasil penelitian ini adalah kefektifitasan dari menara pendingin sistem tertutup setelah disuntikkan ozon memiliki nilai terkecil 6.6 dan nilai terbesar 26.7 Nilai Evaporation Loss nilai terkecil 0.03 m /h dan terbesar 0.119 m /h. Ozon terbukti mempengaruhi kualitas air pada basin menara pendingin sistem tertutup tetapi ozon belum dapat dikatakan mempengaruhi performa dari menara pendingin sistem tertutup dalam jangka 10 hari.

In the industrial world, cooling towers are one of the equipments used as cooling water circulation in various industries. Inadequate cooling water may cause the machine such as a heat exchanger unit becomes corrosion or crust formation which causes the cooling tower less effective. This study aims to determine the effect of using ozone based on performance and quality of the cooling tower with type forced draft cross flow indirect closed. 3g hr ozone is injected into closed system cooling tower as a method and conducted laboratory tests such as AAS, Titrimetric, Gravimetric, and Spectrophotometric.
As the result, the effectiveness of closed system cooling tower after ozone injection has the smallest value of 6.6 and the largest value of 26.7 . Evaporation Loss value of smallest value 0.03 m h and largest 0.119 m h. The role of ozone in closed system cooling towers affects water quality in the cooling system cooling basin but ozone does not affect the performance of the closed system cooling tower within 10 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviya Chandrika Avaurum
"Cooling tower atau menara pendingin sistem terbuka menggunakan air sebagai media untuk penukar kalor. Kerak dan alga akan muncul dan mengendap akibat kualitas air yang kurang baik sehingga proses pertukaran panas di dalam cooling tower kurang maksimal. Penggunaan chemical dinilai belum cukup efektif untuk mengatasi kerak dan lumut. Chemical juga menyebabkan iritasi pada kulit tubuh pekerja. Kutu air juga ditemukan pada air cooling tower yang diberi chemical. Alternatif dalam menjaga kualitas air cooling tower salah satunya adalah menggunakan ozon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozon terhadap kualitas air dan jumlah penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan ozonasi. Penelitian ini menggunakan miniatur cooling tower satu sel dengan sistem terbuka yang berukuran 70 x 42,5 x 53 cm. Ozon diinjeksikan ke dalam air menggunakan injektor mazzei. Air yang telah bersirkulasi kemudian diuji kualitasnya menggunakan kalorimeter HACH DR900 dan uji laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah electric conductivity, total dissolved solid, pH, alkalinitas, Ca and Mg Hardness, Na, dan Cl. Perhitungan POSI didapatkan dengan cara memasukkan data-data yang sudah didapatkan untuk mengetahui kualitas air, memprediksi nilai Cycle of Concentration maksimum yang aman tanpa menyebabkan terjadinya kerak, dan menghitung blowdown rate untuk penghematan air. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air yang diinjeksi ozon lebih baik daripada air yang tidak diinjeksi ozon karena maximum cycle dari air tersebut naik dari 10 cycle menjadi 10,3 cycle. Air sirkulasi yang diinjeksikan ozon juga terbukti mampu menjaga kualitas air karena dapat menurunkan nilai TDS dan electrical conductivity. Penghematan air yang dapat dilakukan sebesar 12,45% dibandingkan dengan air sirkulasi tanpa ozon.

Open system cooling towers use water as a medium for heat exchangers. Scale and algae will appear and settle due to poor water quality so the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. The use of chemicals is considered not effective enough to overcome scale and moss. Chemical also irritates the skin of the worker's body. Water fleas are also found in water cooling towers that are treated with chemicals. One alternative to maintaining the quality of cooling tower water is using ozone. This study aims to determine the effect of ozone on water quality and the amount of savings that can be made by using ozone. This study uses a miniature one-cell cooling tower with an open system measuring 70 x 42.5 x 53 cm. Ozone is injected into the water using a Mazzei injector. The circulating water is then tested for quality using the HACH DR900 calorimeter and laboratory tests. The data recorded from this research are electric conductivity, total dissolved solid, pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na, and Cl. The POSI calculation is obtained by entering the data that has been obtained to determine water quality, predicting the maximum safe Cycle of Concentration value without causing scale, and calculating the blowdown rate for water savings. The results of this study indicate that the quality of water injected with ozone is better than water that is not injected with ozone because the maximum cycle of the water increase from 10 cycles to 10,3 cycles. Circulating water injected with ozone is also proven to be able to maintain water quality because it can reduce the TDS value and electrical conductivity. Water savings can be made of 12,45% compared to circulating water without ozone."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Miftah Majduddin
"Menara Pendingin adalah suatu unit yang dapat membantu melakukan perpindahan kalor dimana kalor tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi. Dalam operasi menara pendingin, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan tinjauan dalam mengukur performa dari menara pendingin. Banyaknya bakteri di dalam menara pendingin menyebabkan presipitasi kerak yang dapat mengganggu efektivitas thermal dari menara pendingin dikarenakan kerak-kerak tersebut akan menghambat laju perpindahan kalor karena mempunyai resistansi thermal yang tinggi. Ada beberapa cara untuk mengurangi laju pertumbuhan dari kerak, salah satunya adalah ozonasi. Ozonasi adalah injeksi ozon pada air pendingin menara pendingin untuk mengurangi potensi dari presipitasi kerak yang akan meningkatkan performa dari menara pendingin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik efek ozonasi terharap performa dari menara pendingin dan kualitas air pendingin pada menara pendingin sistem tertutup. Metode yang digunakan untuk menguji kualitas air adalah pengujian dengan alat ukur yang dicelupkan setiap harinya dan uji laboratorium seperti AAS, Titrimetric, Gravimetrik, dan Spectrophotometric.
Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah karakterisitik laju performa setiap harinya dan laju kualitas air setiap harinya maupun saat sebelum dan sesudah ozonasi. Hasil dari nilai efektivitas yang didapat adalah 0.12 % untuk nilai terkecil dan 8.74 % untuk nilai terbesar. Ozonasi terbukti dapat meningkatkan kualitas air menara pendingin tetapi belum terbukti dapat meningkatkan performa atau efektivitas menara pendingin untuk jangka waktu ozonasi selama 15 hari.

Cooling tower is a unit or system that used for heat transfer process where the heat is not useful anymore. There is several factor in the cooling tower operations that can observed for cooling tower performance. The large amount of bacteria on cooling tower become potential of scale precipitation that can decrease the cooling tower thermal effectivity because of the scale will act as inhibitor for heat transfer rate since the scale has high value of thermal resistance. There are several method for reducing scale precipitation growth rate, one of them is ozonation or ozone injection method. The ozone will injected to the cooling water to reduce the scale precipitation growth rate that can decreases the cooling tower performance.
This research intends to find the characteristic of ozonation effect from cooling tower performance and water quality. The method for water quality checking are AAS method, Titrimetric, Gravimetric, and Spectrophotometric.
The output of this research are characteristic of cooling tower performance each day and rate of water quality before and after ozonation and each day. The effectiveness value results obtained in this research was 0.12 % for the lowest value and 8.74 % for the highest value. Ozonation has been proven to improve water quality rate of cooling towers but has not been proven to improve the performance or effectiveness of cooling towers for an ozonation period of 15 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Purwanto
"Menara pendingin adalah suatu unit yang dugunakan untuk proses pembuangan dalam sebuah sistem pendingin. Efektivitas thermal adalah suatu variabel yang sangat penting untuk menentukan hasil performa menara pendingin. Timbulnya korosi, lumut, dan presipitasi kerak dapat menghambat perpindahan panas sehingga dapat mengganggu tingkat efektivitas thermal dari menara pendingin tersebut. Bukan hanya mengurangi efektivitas termal saja, namun juga bisa merusak menara pendingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozonasi terhadap faktor-faktor penghambat tersebut. Proses ozonasi ini diharapkan akan mengurangi pertumbuhan faktor-faktor tersebut. Metode yang dugunakan adalah dengan air pendingin dari basin disirkulasikan dengan sebuah sistem baru. Dalam sistem baru tersebut air dari basin akan disuntikan ozon, lalu air kembali ke basin. Selanjutnya sampel air akan di uji di laboratorium menggunakan metode AAS, Titrimetric, Gravimetric, Spectrophotometric untuk mengetahui kualitas air. Data yang didapat dari laboratorium adalah Ph, Konduktivitas Elektrik, TDS, Ca, Alkalinitas, Mg, Na, Cl. Data tersebut selanjutnya dimasukan kedalam penghitungan menggunakan metode Practical Ozone ScalingIndex dan Langelier Saturation Index untuk mengetahui kualitas air sirkulasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini mununjukan bahwa aplikasi ozon dapat meningkatkan kualitas air dikarenakan TDS dan EC pada air siklus yang digunakan menurun. Jumlah konsentarasi siklus air yang aman digunakan pun meningkat dari 2 siklus menjadi 4 siklus.

cooling tower is a unit that is used for the disposal process in a cooling system. Thermal effectiveness is a very important variable to determine the performance of the cooling tower. The emergence of corrosion, moss, and crustal precipitation can inhibit heat transfer so that it can disrupt the level of thermal effectiveness of the cooling tower. Not only does it reduce thermal effectiveness, but it can also damage the cooling tower. This study aims to determine the effect of ozonation on these inhibiting factors. This ozonation process is expected to reduce the growth of these factors. The method used is with cooling water from the basin circulated with a new system. In the new system water from the basin will be injected with, then the water will return to the basin. Furthermore, water samples will be tested in the laboratory using the AAS, Titrimetric, Gravimetric, Spectrophotometric method to determine water quality. Data obtained from the laboratory are Ph, Electrical Conductivity, TDS, Ca, Alkalinity, Mg, Na, Cl. The data is then entered into the calculation using the Practical Ozone Scaling Index and Langelier Saturation Index method to determine circulating water quality. The results obtained from this study show that the application of ozone can improve water quality because TDS and EC in the cycle water used decrease. The amount of safe water cycle concentration is also increased from 2 cycles to 4 cycles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifian Firdaus Adji Arrazaq
"Cooling tower merupakan komponen utama dalam sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang berfungsi mendukung proses pelepasan panas melalui evaporasi. Dalam penerapan prinsip green building, cooling tower harus dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan, termasuk limbah bahan kimia dan air buangan. Penggunaan bahan kimia sebagai metode konvensional memiliki keterbatasan berupa residu berbahaya dan kebutuhan pengelolaan limbah yang kompleks. Sebagai alternatif, ozonisasi menjadi solusi inovatif yang ramah lingkungan karena efektif mengoksidasi bahan organik, mengurangi mikroorganisme, dan menjaga kualitas air tanpa meninggalkan residu. Penelitian ini membandingkan tiga metode perawatan cooling tower, yaitu tanpa perlakuan, ozonisasi, dan bahan kimia, berdasarkan pengukuran Practical Ozone Scaling Index (POSI) dan nilai maksimum cycle of concentration. Hasil menunjukkan bahwa ozonisasi memberikan kinerja terbaik dengan nilai POSI yang stabil dan rendah, dari 0,685 hingga 0,639 dalam 15 hari, menunjukkan risiko scaling yang minimal. Sebaliknya, metode tanpa perlakuan memiliki nilai POSI yang meningkat dari 0,701 menjadi 0,802, mengindikasikan akumulasi kontaminan yang tinggi, sementara metode bahan kimia menunjukkan fluktuasi dengan nilai POSI yang tidak konsisten, dari 0,741 turun ke 0,696, lalu naik kembali ke 0,727. Ozonisasi juga menghasilkan nilai maksimum cycle of concentration tertinggi pada hari ke-15 sebesar 36.71, dibandingkan bahan kimia (28.78) dan tanpa perlakuan (17.63). Dengan hasil ini, ozonisasi terbukti menjadi teknologi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menjaga kualitas air dan meningkatkan efisiensi cooling tower.

Cooling towers are a critical component of HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) systems, facilitating heat dissipation through evaporation. In the implementation of green building principles, cooling towers must be designed to minimize environmental impact, including chemical waste and water discharge. The use of chemicals as a conventional water treatment method has limitations, including hazardous residues and the need for complex waste management. As an alternative, ozonation has emerged as an innovative and environmentally friendly solution due to its effectiveness in oxidizing organic matter, reducing microorganisms, and maintaining water quality without leaving harmful residues. This study compares three cooling tower treatment methods—no treatment, ozonation, and chemical treatment—based on the evaluation of the Practical Ozone Scaling Index (POSI) and the maximum cycle of concentration. The results demonstrate that ozonation provides the best performance, with a stable and low POSI value ranging from 0.685 to 0.639 over 15 days, indicating minimal scaling risk. In contrast, the untreated method exhibited an increasing POSI value from 0.701 to 0.802, reflecting a significant accumulation of contaminants. The chemical treatment method showed fluctuating POSI values, decreasing from 0.741 to 0.696 before rising again to 0.727. Ozonation also achieved the highest maximum cycle of concentration on day 15, with a value of 36.71, compared to chemical treatment at 28.78 and no treatment at 17.63. These findings establish ozonation as a more effective and sustainable technology for maintaining water quality and enhancing cooling tower efficiency. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrullah Farad Sunaryo
"Menara pendingin merupakan satu dari komponen sistem pengkondisian udara yang berperan dalam menjaga suhu yang diinginkan untuk mendapatkan efisiensi yang ingin dicapai.Menara pendingin didefiniskan sebagai alat penukar kalor untuk mendinginkan air dari mesin pendingin melalui kondenser dengan dikontakkan secara langsung dengan air atau udara mengunakan kipas besar. Air dalam sirkulasi menara pendingin sistem tertutup berperan sangat penting sebagai media penukar kalor. Kualitas air yang kurang baik dan penanganan terhadap kualitas air yang kurang tepat dapat menyebabkan korosi dan pengendapan kerak. Korosi dapat merusak material logam dari menara pendingin yang akan menganggu efektivitas perpindahan panas pada pipa. Kerak dapat menghambat proses perpindahan kalor dan akan menyebabkan kenaikan pada konsumsi energi. Salah satu pencegahan terhadap korosi dan kerak ialah melalui ozonasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan ozon terhada korosi dan presipitasi kerak melalui indikator Langelier Saturation Index LSI, maksimum konsentrasi dari sirkulasi air tanpa ozon dan menggunakan ozon melalui indikator Practical Ozone Scaling Index (POSI), dan kualitas air melalui Total Dissolve Solid (TDS), Electric Conductivity (EC), dan pH dari air sirkulasi tanpa ozon dan menggunakan ozon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menginjeksikan ozon pada basin dan melakukan uji laboratorium terhadap kualitas air dengan metode AAS, Titrimetri, dan Gravimetri. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa air sirkulasi menara pendingin tanpa ozon cenderung korosif karena nilai LSI turun dari -5,56 menjadi -6,43 dan air sirkulasi menggunakan ozon dapat menahan laju korosi karena nilai LSI naik dari -6,43 menjadi -5,47. Air sirkulasi tanpa ozon kurang baik karena konsentrasi maksimal dari air tersebut turun dari 1,47 menjadi 1,45 dan air sirkulasi menggunakan ozon mampu menaikkan konsentrasi maksimal dari 1,45 menjadi 1,56. Air sirkulasi tanpa ozon kurang baik karena cenderung mengalami kenaikan nilai TDS dan EC dan air sirkulasi menggunakan ozon cenderung mengalami penurunan pada nilai TDS dan EC. Baik dari air sirkulasi tanpa ozon dan menggunakan ozon, tidak terlalu mempengaruhi pH.

The cooling tower is one of the components of the air conditioning system that plays a role in maintaining the desired temperature to get the efficiency. A cooling tower is defined as a heat exchanger to cool water from a cooling machine through a condenser by direct contact with water or air using a large fan. Water in a closed system cooling tower circulation plays a very important role as a heat exchanger. Poor water quality and improper handling of water quality can cause corrosion and deposition of scale. Corrosion can damage metal material from the cooling tower which will disrupt the effectiveness of heat transfer in the pipe. Crust can inhibit the process of heat transfer and will cause an increase in energy consumption. One of the prevention against corrosion and scale is through ozonation. The purpose of this study was to determine the effect of ozone use on corrosion and crustal precipitation through the Langelier Saturation Index (LSI) indicator, the maximum concentration of circulating water with/without ozone and through the Practical Ozone Scaling Index (POSI) indicator, and water quality through Total Dissolve Solid (TDS) , Electric Conductivity (EC), and the pH of circulating water with/without ozone. The method used in this research is by injecting ozone on basin and conducting laboratory tests on water quality by the AAS, Titrimetry and Gravimetric methods. The results obtained from this study indicate that the cooling tower circulation water without ozone tends to be corrosive because the LSI value drops from -5.56 to -6.43 and that circulating water using ozone can withstand the corrosion rate because the LSI value rises from -6.43 to - 5,47. Circulating water without ozone is not good because the maximum concentration of the water drops from 1.47 to 1.45 and circulating water using ozone can increase the maximum concentration from 1.45 to 1.56. Circulating water without ozone is not good because it tends to increase in TDS and EC values and circulating water using ozone tends to decrease in TDS and EC values. Both of the circulation water without ozone and using ozone, does not greatly affect the pH.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Senno Pramudika
"Air dalam sirkulasi menara pendingin sistem tertutup berperan sangat penting sebagai media penukar kalor. Kualitas air yang kurang baik akan menyebabkan timbulnya kerak akibat penumpukan kandungan garam dalam air. Ozonasi merupakan salah satu alternatif dalam menjaga kualitas air dalam menara pendingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozonasi terhadap kualitas air dan menghitung penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan ozonasi. Penelitian ini menggunakan miniature cooling tower dengan ukuran 70 x 42,5 x 53cm. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menginjeksi ozon ke basin miniature menara pendingin. Air yang telah bersirkulasi akan diuji menggunakan HACH DR 900 dan uji laboratorium untuk mengetahui kualitas air. Data yang didapat dari pengujian kualitas air adalah pH, electric conductivity, TDS, alkalinitas, Mg, Ca, Na dan Cl. Data tersebut selanjutnya dimasukan kedalam penghitungan menggunakan metode Practical Ozone Scaling Index(POSI) untuk mengetahui kualitas air sirkulasi serta memprediksi nilai Cycle of Concentration maksimum yang aman pada sirkulasi air menara pendingin dan menghitung blowdown rate untuk penghematan air. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa air sirkulasi tanpa ozon kurang dapat mempertahankan kualitas air yang bersirkulasi karena maximum cycle dari air tersebut turun signifikan dari 15,85 menjadi 3,66 pada hari kesepuluh, sedangkan air sirkulasi menggunakan ozon mampu menjaga maximum cycle dari 8,21 cycles hingga 5,15 cycles pada hari ke sepuluh. Air sirkulasi dengan ozone terbukti dapat mempertahankan kualitas air karena dapat menahan kenaikan nilai TDS dan EC. Penggunaan ozon pada air sirkulasi dapat menghemat penggunaan air hingga 35,7% dibandingkan air sirkulasi tanpa ozon.

Water in a closed system cooling tower circulation plays a very important role as a heat exchange medium. Poor water quality will cause scale to form due to the buildup of salt content in the water. Ozonation is an alternative in maintaining water quality in cooling towers. This study aims to determine the effect of ozonation on water quality and calculate the savings can be made using ozonation. This study uses a miniature cooling tower with a size of 70 x 42.5 x 53cm. The research method used is to inject ozone into basin miniature cooling tower. Circulating water will be tested using HACH DR 900 and laboratory tests to determine water quality. The data obtained from water quality testing are pH, electric conductivity, TDS, alkalinity, Mg, Ca, Na and Cl. The data is then entered into calculations using the Practical Ozone Scaling Index (POSI) method to determine the quality of circulating water and predict the maximum safe Cycle of Concentration value in cooling tower water circulation and calculate the blowdown rate for water savings. The results obtained from this study indicate that circulating water without ozone is less able to maintain the quality of circulating water because the maximum cycle of the water decreased significantly from 15.85 to 3.66 on the tenth day, while circulating water using ozone was able to maintain a maximum cycle of 8 .21 cycles to 5.15 cycles on the tenth day. Circulating water with ozone is proven to be able to maintain water quality because it can withstand the increase in TDS and EC values. The use of ozone in circulating water can save water usage up to 35.7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rainanda Muhammad Ajnannadhif
"Menara pendingin adalah suatu unit yang dugunakan untuk proses pembuangan dalam sebuah sistem pendingin. Efektivitas thermal adalah suatu variabel yang sangat penting untuk menentukan hasil performa menara pendingin. Timbulnya korosi, lumut, dan presipitasi kerak dapat menghambat perpindahan panas sehingga dapat mengganggu tingkat efektivitas thermal dari menara pendingin tersebut. Bukan hanya mengurangi efektivitas termal saja, namun juga bisa merusak menara pendingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozonasi terhadap faktor-faktor penghambat tersebut. Proses ozonasi ini diharapkan akan mengurangin pertumbuhan faktor-faktor tersebut. Metode yang dugunakan adalah dengan air pendingin dari basin disirkulasikan dengan sebuah ssstem baru. Dalam sistem baru tersebut air dari basin akan disuntikan ozon, lalu air kembali ke basin. Selanjutnya sampel air akan di uji di laboratorium menggunakan metode AAS, Titrimetric, Gravimetric, Spectrophotometric untuk mengetahui kualitas air. Data yang didapat dari laboratorium adalah PH, SO4, Konduktivitas Elektrik, Fe, TDS, Ca, Alkalinity, Mg, Na, Cl. Data tersebut selanjutnya dimasukan kedalam penghitungan menggunakan metode Practical Ozone ScalingIndex dan Langelier Saturation Index untuk mengetahui kualitas air sirkulasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini mununjukan bahwa aplikasi ozon dapat meningkatkan kualitas air dikarenakan TDS dan EC pada air siklus yang digunakan menurun. Jumlah konsentarasi siklus air yang aman digunakan pun meningkat 2 kali lipat.

A cooling tower is a unit that is used for the disposal process in a cooling system. Thermal
effectiveness is a very important variable to determine the performance of the cooling
tower. The emergence of corrosion, moss, and crustal precipitation can inhibit heat
transfer so that it can disrupt the level of thermal effectiveness of the cooling tower. Not
only does it reduce thermal effectiveness, but it can also damage the cooling tower. This
study aims to determine the effect of ozonation on these inhibiting factors. This ozonation
process is expected to reduce the growth of these factors. The method used is with cooling
water from the basin circulated with a new system. In the new system water from the
basin will be injected with, then the water will return to the basin. Furthermore, water
samples will be tested in the laboratory using the AAS, Titrimetric, Gravimetric,
Spectrophotometric method to determine water quality. Data obtained from the laboratory
are PH, SO4, Electrical Conductivity, Fe, TDS, Ca, Alkalinity, Mg, Na, Cl. The data is
then entered into the calculation using the Practical Ozone Scaling Index and Langelier
Saturation Index method to determine circulating water quality. The results obtained from
this study show that the application of ozone can improve water quality because TDS and
EC in the cycle water used decrease. The amount of safe water cycle concentration is also
increased twice
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>