Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariq Falah
"Daerah “SP” merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi panas bumi di Indonesia. Daerah panas bumi “SP” terletak pada Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara.  Pada wilayah panas bumi ini, terdapat manifestasi di permukaan yaitu mata air panas Ria-ria dan mata air panas  Panabungan. Kedua mata air panas tersebut dilalui oleh sesar yang diduga merupakan jalur keluarnya manifestasi tersebut. Untuk dapat mengetahui keadaan sistem panas bumi di bawah permukaan diperlukan adanya penelitian lebih lanjut, salah satunya adalah penelitian magnetotellurik.  Pada penelitian ini terdapat 3 lintasan yang terdiri dari 17 titik pengukuran magnetotellurik.   Data yang diolah pada penelitian ini merupakan data time series. Kemudian data tersebut dikonversi menjadi data resistivitas dan fase terhadap frekuensi. Berikutnya dilakukan beberapa proses terhadap data tersebut yaitu seleksi crosspower, static shift, dan inversi. Hasilnya adalah model resistivitas 2D. Pada model 2D terdapat mode transverse electric (TE), transverse magnetic (TM), dan invariant.  Berdasarkan hasil pengolahan pada ketiga lintasan, terlihat bahwa pada mode TE dapat menunjukkan keberadaan zona konduktif dengan jelas dan dapat menunjukkan variasi resistivitas yang baik secara vertikal dibandingkan mode lain, sementara pada mode TM dapat menunjukkan keberadaan zona resistif dengan jelas dan dapat menunjukkan variasi resistivitas yang baik secara lateral dibandingkan mode lain. Mode invariant merupakan gabungan mode TE dan TM. Perbadingan ketiga mode digunakan untuk mengetahui keberadaan zona yang mungkin terlihat pada satu mode tetapi tidak terlihat pada mode lainnya, seperti zona konduktif yang diduga clay cap, zona resistivitas sedang yang diduga reservoir, dan zona resistif yang diduga sumber panas. Berdasarkan analisis terintegrasi, sistem panas bumi di wilayah SP merupakan sistem hidrotermal suhu rendah (<120 °C) dengan zona clay cap (<20 Ωm) pada kedalaman 0–1500 m, zona reservoir (20–70 Ωm) pada kedalaman ±1000 m, dan zona sumber panas (>100 Ωm) pada kedalaman >2000 m berupa intrusi batuan beku. Fluida berasal dari permukaan terakumulasi di cekungan sebagai reservoir, terpanaskan oleh intrusi batuan beku, dan keluar sebagai mata air panas melalui sesar.

Area “SP” is one of Indonesia's geothermal potential regions, located in North Tapanuli Regency, North Sumatra. This geothermal area has surface manifestations, including the Ria-ria hot spring and Panabungan hot spring, both of which are traversed by faults suspected to serve as pathways for these manifestations. To understand the subsurface geothermal system, further research is necessary, one of which is a magnetotelluric (MT) study. This study includes three survey lines consisting of 17 MT measurement points. The data collected in this study are time-series data, which were then converted into resistivity and phase data as a function of frequency. The data underwent several processing steps, including cross-power selection, static shift correction, and inversion, resulting in 2D resistivity models. These 2D models consist of transverse electric (TE), transverse magnetic (TM), and invariant modes. The processing results show that the TE mode clearly delineates conductive zones and provides better vertical resistivity variations than the other modes. In contrast, the TM mode highlights resistive zones and captures better lateral resistivity variations. The invariant mode is a combination of TE and TM modes. Comparing the three modes helps identify zones that might be visible in one mode but not in the others, such as the conductive zone suspected to be the clay cap, the moderate resistivity zone interpreted as the reservoir, and the resistive zone presumed to be the heat source. Based on an integrated analysis, the SP geothermal system is identified as a low-temperature hydrothermal system (<120 °C) with a clay cap zone (<20 Ωm) at a depth of 0–1500 m, a reservoir zone (20–70 Ωm) at approximately 1000 m depth, and a heat source zone (>100 Ωm) at depths greater than 2000 m, interpreted as an igneous intrusion. Fluids originate from the surface, accumulate in a basin as a reservoir, are heated by the igneous intrusion, and emerge as hot springs through faults. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyani Mustika Ruslita
"Energi panas bumi adalah energi terbarukan yang sedang dikembangkan di dunia ini. Namun sebelum energi panas bumi dapat dimanfaatkan, perlu dilakukan eksplorasi untuk mengetahui kondisi bawah permukaan. Ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam menentukan target eksplorasi sistem panas bumi, yaitu adanya suhu bawah permukaan yang tinggi, fluida dengan derajat keasaman netral, dan adanya zona dengan permeabilitas tinggi. Zona dengan permeabilitas tinggi berkaitan dengan adanya struktur geologi bawah permukaan atau patahan. Metode Magnetotellurik (MT) dan Metode Microearthquake dapat digunakan untuk mendelineasi keberadaan struktur bawah permukaan. Data MT riil diolah dengan metode inversi 3-D sampai akhirnya didapatkan karakteristik dari diagram polar, induction arrow, dan penampang resistivitas. Diagram polar dapat mengidentifikasi adanya patahan, sedangkan induction arrow dapat mengidentifikasi zona konduktif yang biasanya mengindikasikan struktur bawah permukaan. Hasil ini didukung oleh data MEQ riil yang telah diolah dengan menggunakan metode single station sampai didapatkan lokasi hiposenter yang menandakan zona dengan permeabilitas tinggi. Data geologi dan geokimia yang dikombinasikan dengan hasil dari pengolahan data riil MT dan MEQ tersebut menghasilkan delineasi daerah dengan suhu yang tinggi, memiliki fluida dengan derajat keasaman netral, serta zona dengan permeabilitas tinggi dan memiliki struktur bawah permukaan yang nantinya akan dijadikan target pengeboran.

Geothermal energy is a renewable energy which is now being developed all over ther world. However, before it can be optimized, exploration needed to be done in order to understand about the subsurface condition. There are three things that needed to be fulfilled in order to define the exploration target of geothermal system : high subsurface temperature, neutral fluids, and a zone with high permeability. High permeability zones are often associated with subsurface geological structure or fault. Magnetotelluric (MT) dan Microearthquake (MEQ) methods can be utilized to delineate subsurface structures. Polar diagram, induction arrow, and resistivity section are obtained from 3-D inversion of a real MT data. Polar diagram can identify the existence of a fault, meanwhile induction arrow can only identify conductive zones. These results will be supported with high permeability zone and hipocenters of real MEQ data which has been processed by single station method. Geology and geochemistry data can be combined with MT and MEQ results, thus the high subsurface zone, neutral subsurface fluids, high permeability zone and subsurface structure can be delineated, also well target location can be obtained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Rizki Rohayat
"Dalam studi ini, penerapan metode analisis diagram polar impedansi dan splitting curve data magnetotellurik (MT) Lapangan Panas Bumi Wayang Windu bagian selatan adalah untuk mendeteksi struktur geologi bawah permukaan dan juga untuk mengetahui apakah metode ini dapat diterapkan pada area tersebut. Analisis ini dilakukan dengan membuat pemodelan forward terlebih dahulu sebagai acuan.
Hasil dari pemodelan forward menunjukkan bahwa adanya perbedaan resistivitas dua batuan atau lebih yang mengalami kontak akan menyebabkan split pada kurva MT dan distorsi pada bentuk diagram polar impedasi yang membentuk elongasi sejajar atau tegak lurus terhadap struktur (garis kontak). Struktur ini dikomparasi dengan data geologi, data hiposenter microearthquake, dan data sumur.
Hasil komparasi menunjukkan bahwa terdapat empat struktur hasil interpretasi data MT yang memiliki kecocokkan dengan struktur geologi dari data geologi dan sumur, dan beberapa struktur tidak memiliki kecocokkan atau hanya merupakan resistivity structure. Di sisi lain, metode ini dapat memprediksi arah dominan struktur geologi pada area penelitian.

In this study, application of the impedance polar diagram and splitting curve analysis method on magnetotelluric (MT) data of southern Wayang Windu geothermal field are to detect subsurface geological structure and also to find out whether this method can be applied to this area. This analysis is done by making forward modelling as a reference.
The result of forward modelling shows that the difference in resistivity of two or more rocks in contact will cause a split on the MT curve and distortion in the shape of the impedance polar diagram forming parallel or perpendicular elongation to the structure (contact line). This structures are compared with geological data, microearthquake hypocenter data, and well data.
The comparation results show that four structures of MT data interpretation results have correlation with the geological structure of the geological and well data, and some structures do not have correlation or merely resistivity structures. On the other hand, this method can predict the dominant direction of geological structure in the research area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T45112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilla Armando
"Daerah penelitian AA merupakan area potensi panasbumi yang cukup prospek dan memiliki manifestasi berupa Fumarol yang memiliki temperatur 90 oC dan beberapa mata air panas yang memiliki temperatur permukaan antara 30-60 oC. Ditinjau dari informasi geologi, area ini memiliki basement batuan tersier yang ditutupi oleh produk lava andesit dan tufaan jaman kuarter. Bentukan geologi yang muncul pada area ini berupa kaldera dan beberapa struktur utama berarah NE-SW sebagai pengontrol aliran fluida menuju manifestasi. Sedangkan, struktur lokal yang membatasi area prospek dapat diidentifikasi oleh beberapa atribut dari metode Geofisika Magnetotellurik dan Gravitasi. Atribut metode Magnetotellurik dapat menghasilkan informasi terkait orientasi dominan struktur serta keberadaan zona konduktif, sedangkan atribut metode Gravitasi digunakan untuk mengetahui jenis struktur dan batas kontak dari zona regional dan residual struktur sebagai benda anomali. Dari hasil atribut dan pemodelan kedua metode tersebut beserta data pendukung geokimia, bahwa zona prospek terletak diantara kemunculan manifestasi fumarol di gunung Ambang dengan luasan prospek sebesar 11 km2 dan prediksi temperatur reservoir 260 0C. Area prospek tersebut menjadi rekomendasi sebagai lokasi exploration drilling selanjutnya dengan well output yang tinggi.

AA research area is a potential and prospect geothermal region. There are some manifestation, fumarol 90 0C and some cool hot springs that has an ambient temperature 30 60 0C. Based on geological information, there is dominantly tertiary sediment basement which are covered by andesite lava products and quartery tufaan. There are caldera and some major structure oriented NNE SSW as geological surface product and controlling some surface manifestations. Whereas, local structure which is located between major structure can be identified by several attributes of Magnetotellurik and Gravity methods. Magnetotelluric attributes can provide about structure orientation and conductive zone relocation while Gravity attributes can also answering about surface Geology structure distribution based on regional residual anomaly. Accordingly, based on integrative analysis and interpretation, prospect area is constrained between the appearance of fumarol and major structure in Ambang mount, which is covered 11km2 and prediction reservoir temperature 260 0C. It rsquo s very useful as a recomendation for the next exploration drilling location with high output well."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faruk Afero
"Metode magnetotelurik merupakan metode yang menggunakan sumber gelombang elektromagnetik natural untuk mencitrakan struktur resistivitas bawah permukaan. Tetapi salah satu tantangan yang dihadapi dalam interpretasi adalah adanya distorsi data yang disebabkan efek galvanik dari heterogenitas konduktivitas dekat permukaan maupun topografi. Salah satu teknik yang dikembangkan untuk mengekstrak data yang tidak terdistorsi adalah analisis tensor fasa. Selain itu digunakan juga data induction arrow sebagai informasi tambahan dalam analisis tensor fasa. Analisis tensor fasa diterapkan ke data lapangan panas bumi ?FH?. Dari analisis tensor fasa dapat dilakukan analisis dimensionalitas serta resistivitas data. Dari analisis dimensionalitas diketahui bahwa data dapat didekati oleh kondisi 2-D pada rentang frekuensi antara 320 Hz sampai 0.5-0.01 Hz dan bersifat 3-D untuk frekuensi lebih rendah.
Hasil analisis menyatakan arah geoelectrical strike dari area pengukuran adalah N0°E-N10°E, dengan ambiguitas sebesar 90°, atau N90°E-N100°E. Hasil analisis tensor fasa diimplementasikan dalam pemodelan resistivitas. Pemodelan 1-D dan 2-D telah menghasilkan model resistivitas sistem panas bumi lapangan ?FH?. Model ini terdiri dari lapisan dengan resistivitas bervariasi yang diinterpretasikan sebagai overburden, merupakan intrusi batuan dioritik sampai granodioritik komplek dengan ketebalan berkisar antara 500-1000 meter. Konduktor kuat dengan ketebalan sekitar 1000-3000 meter yang bervariasi yang diinterpretasikan sebagai geothermal clay cap, lapisan dengan nilai sekitar 15-40 Ohm meter hingga ke kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut yang diinterpretasikan sebagai reservoir panas bumi, dan lapisan dengan nilai lebih dari 500 Ohm meter yang diinterpretasikan sebagai batuan dasar yang merupakan bagian dari sumber panas bumi.

Magnetotelluric is a method using natural electromagnetic wave source to delineate subsurface resistivity structure. However, one of the challenge in data interpretation is galvanic effects produced by heterogeneities in near-surface conductivity distort the regional MT response. One of technique being developed to extract undistorted data is phase tensor analysis. In the other hand, induction arrow data can be applied as additional information for phase tensor analysis. Phase tensor analysis has been applied to ?FH? geothermal field data. Dimensionality and resistivity analysis can be obtained from phase tensor analysis. From dimensionality analysis, it was shown that the dimensionality of the data are 2-D in between frequency of 320 Hz till 0.5-0.01 Hz and 3-D for the lower frequency.
The results of the resistivity analysis has shown that the geoelectrical strike direction of the measurement area is N0°E-N10°E, with 90° ambiguity, or N90°E-N100°E. The results from phase tensor analysis are then applied to 1-D and 2-D resistivity modeling of ?FH? geothermal system. This model consists of layers with varying resistivity which were interpreted as the overburden, derived from the complex of dioritic to granodioritic intrusion with the thickness of 500-1000 meter, strong conductor which was interpreted as geothermal clay cap with the thickness of 1000-3000 meter, a layer with resistivity value of 15-40 Ohm meters up to a depth of 3000 meters which was interpreted as geothermal reservoir, and layer with resistivity values more than 500 Ohm m which was interpreted as a basement which was part of geothermal heat source.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yunita
"Daerah penelitian “M” merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi geotermal di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya struktur geologi dan kemunculan manifestasi di permukaan yang dapat membantu dalam mengidentifikasi keberadaan sistem geotermal di bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan inversi 3-dimensi magnetotellurik untuk mengetahui distribusi resistivitas di bawah permukaan, penentuan area prospek, serta pembuatan model konseptual dengan integrasi data magnetotellurik dan data pendukung berupa data geologi, geokimia, dan gravitasi. Berdasarkan data pendukung geologi, daerah “M” terdiri dari susunan produk vulkanik berumur kuarter dan struktur geologi dengan arah barat laut-tenggara. Dari data pendukung geokimia, ditemukan endapan travertine di sekitar manifestasi mata air panas yang relatif bersifat netral, temperatur cukup tinggi, dan berasosiasi dengan struktur geologi. Fluida di mata air panas tersebut dominan bertipe bicarbonate water yang menandakan fluida berasal dari reservoir dan dominan telah terkontaminasi oleh meteoric water. Fluida tersebut juga dominan memiliki nilai klorida tinggi yang menandakan bahwa lingkungan manifestasi mata air panas berada di lingkungan vulkanik. Selain itu, perhitungan dengan geotermometer diperoleh dugaan temperatur reservoir berkisar antara 160°C-180°C. Berdasarkan hasil pemodelan inversi 3-dimensi magnetotellurik dan data pendukung berupa model forward2-dimensi gravitasi diketahui sebaran dari variasi resistivitas dan densitas bawah permukaan yang menggambarkan lapisan clay cap, top of reservoir, dan bentuk updome yang kemungkinan merupakan heat source. Lapisan dengan nilai resistivitas rendah diduga merupakan clay cap atau batuan penudung berupa sebaran batuan beku yang mengalami alterasi. Di bawah lapisan clay cap terdapat sebaran resistivitas medium yang diindikasikan sebagai reservoir berupa batu gamping bahbotala. Di bagian bawahnya terdapat lapisan dengan resistivitas tinggi yang kemungkinan adalah batuan metamorf yang menjadi batuan dasar/basement. Diantara basement ini terdapat bentuk updome dengan resistivitas sedikit lebih tinggi yang diduga merupakan batuan terobosan atau intrusi yang dapat menjadi sumber panas bagi sistem geotermal. Sumber panas ini diduga berasal dari Dolok Tinggi Raja dikarenakan terbentuknya dome di permukaan yang mungkin diakibatkan oleh adanya larutan magma yang tidak tererupsikan keluar permukaan sehingga membentuk batuan terobosan di bawah permukaan. Adanya sumber panas ini dapat menimbulkan aliran fluida panas secara vertikal (upflow). Berdasarkan integrasi data-data tersebut, area prospek geotermal di daerah “M” diperkirakan berada di sekitar Dolok Tinggi Raja melebar ke arah timur laut, timur, dan selatan.

The research area "M" is one of the areas with geothermal potential in Indonesia. This is indicated by the presence of geological structures and the appearance of manifestations on the surface which can assist in identifying the presence of subsurface geothermal systems. This study uses 3-dimensional magnetotelluric inversion to determine the distribution of resistivity below the surface, determine prospect areas, and construct a conceptual model by integrating magnetotelluric data and supporting data in the form of geological, geochemical and gravity data. Based on supporting geological data, the "M" area consists of volcanic products of quarter age and geological structures in a northwest-southeast direction. From supporting geochemical data, travertine deposits around hot spring manifestations were found which were relatively neutral, had relatively high temperatures, and were associated with geological structures. The fluid in the hot springs is dominant of the bicarbonate water type, which indicates that the fluid comes from a reservoir and has been predominantly contaminated by meteoric water. The fluid also dominantly has a high chloride value which indicates that the manifestation environment of the hot springs is in a volcanic environment. In addition, calculations with the geothermometer obtained an estimated reservoir temperature ranging from 160°C-180°C. Based on the results of 3-dimensional magnetotelluric inversion modeling and supporting data in the form of a 2-dimensional forward gravity model, it is known that the distribution of resistivity and subsurface density variations describes the clay cap layer, top of reservoir, and up-dome shape which may be a heat source. The layer with a low resistivity value is thought to be a clay cap or a cap rock in the form of a distribution of altered igneous rocks. Beneath the clay cap layer, there is a medium resistivity distribution which is indicated as a reservoir in the form of bahbotala limestone. At the bottom, there is a layer with high resistivity which is probably the metamorphic rock that became the basement. Among these basements, there is an up-dome with slightly higher resistivity which is thought to be a breakthrough or intrusive rock which can be a heat source for geothermal systems. This heat source is thought to have originated from Dolok Tinggi Raja due to the formation of a dome on the surface which may be caused by the presence of magma solution that has not erupted off the surface to form breakthrough rock below the surface. The existence of this heat source can cause a vertical flow of hot fluid (up-flow). Based on the integration of these data, the geothermal prospect area in the “M” area is estimated to be around Dolok Tinggi Raja, widening to the northeast, east, and south."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Gusmedi Sudarmo
"Telah dilakukan penelitian guna mendelineasi sistem panas bumi lapangan geothermal ldquo;H rdquo;. Penelitian ini menggunakan metode remote sensing untuk memetakan struktur dan alterasi di permukaan. Analisis geokimia digunakan untuk mengetahui karakteristik sistem panas bumi dan analisis geofisika digunakan untuk memetakan kondisi sistem panas bumi di bawah permukaan. Berdasarkan analisis remote sensing dengan teknik band combination secara pengamatan manual menunjukkan bahwa arah utama dari kelurusan - kelurusan yang berkembang di daerah penelitian ldquo;H rdquo; adalah Barat Laut - Tenggara dan Barat Daya - Timur Laut sesuai dengan Peta Geologi Regional yang berkorelasi dengan kemunculan beberapa manifestasi. Analisis remote sensing juga menemukan 1 lokasi yang diduga merupakan alterasi di permukaan. Analisis data geokimia dilakukan terhadap 12 manifestasi menunjukkan bahwa mata air panas SL-1, SL-2, SLM-1, SLM-2, HTS-1, HTS-2, HTS-3, TBK, TLH-1, TLH -2, TLH-3 dan TLH- 4 merupakan manifestasi tipe outflow.
Berdasarkan diagram segitiga ternary Na - K - Mg, diagram Na-K/Mg-Ca, diagram Enthalpy - Chloride Mixing Model, geothermometer Na/K menunjukkan temperatur reservoar adalah sekitar 210 C - 240 C dan dapat dikategorikan ke dalam sistem geothermal moderate to high temperature. Analisis Inversi 3-D Data MT menggunakan 66 data titik ukur. Berdasarkan inversi 3-D Data MT diketahui bahwa lapisan clay cap dengan nilai resistivitas rendah le; 10 ?m tersebar di Selatan dengan ketebalan 500 meter hingga 1000 meter. Lapisan reservoar terletak di bawah clay cap dengan nilai resistivitas >10 - 65 ?m. Base of Conductor BOC diperkirakan berada pada kedalaman 700 meter dengan updome berada di antara Sesar Wairutung dan Sesar Banda. Berdasarkan peta BOC diperoleh luas area prospek geothermal sekitar 16.5 km2.

The study of ldquo H rdquo geothermal field has been conducted to delineate their geothermal system. This study uses remote sensing method for mapping structure and alteration on the surface. Geochemical analysis is used to determine the characteristics of geothermal system and geophysical analysis is used to interpret the condition of geothermal system of sub surface. Based on remote sensing analysis using band combination technique with manual observation indicates that the main direction of the developed lineaments in the research area H is Northwest Southeast and Southwest Northeast in accordance with Regional Geological Map correlated with the appearance of several manifestations. The remote sensing analysis also found 1 suspected alteration site on the surface. Analysis of geochemical data was performed on 12 manifestations shows that hot springs SL 1, SL 2, SLM 1, SLM 2, HTS 1, HTS 2, HTS 3, TBK, TLH 1, TLH 2, TLH 3 and TLH 4 are outflow manifestations type.
Based on the diagram of the ternary triangle Na K Mg, Na K Mg Ca diagram, Enthalpy Chloride Mixing Model diagram, Na K geothermometer estimates the reservoir temperature is about 210 C 240 C and can be categorized into the moderate to high temperature geothermal system. Analysis of inversion 3 D MT data using 66 data points measurement. Based on 3 D inversion MT data is known that clay cap layer with low resistivity value le 10 m spread in South with thickness 500 meter to 1000 meter. The reservoir layer is located under clay cap with resistivity value 10 m 65 m. Base of Conductor BOC is estimated to be at depth of 700 meters with an updome located around Wairutung Fault Banda Fault. Based on BOC, the prospectable area of geothermal system is about 16.5 km2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Ferdiansyah
"Daerah Prospek panasbumi "B" terletak di Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Dari data remote sensing diketahui bahwa arah utama dari kelurusan-kelurusan pada daerah panasbumi prospek "B" adalah Baratlaut-Tenggara yang sesuai dengan pola struktur geologi utama dan berhubungan dengan kehadiran manifestasi permukaan. Dari data geokimia diketahui bahwa zona outflow prospek panasbumi "B" berada pada daerah manifestasi mata air panas dan dari plotting ternary diagram Na-K-Mg menunjukkan temperatur reservoar sebesar 220 C. Analisis geofisika dari data gravitasi sebanyak 163 titik pengukuran dan dari data Magnetotellurik sebanyak 58 titik pengukuran menunjukan bahwa lapisan clay cap dengan densitas 2.2 gr/cc memiliki nilai resistivitas sebesar.

Area prospect of B geothermal area is located in Pesawaran, South Lampung District, Lampung. From remote sensing data is known that the main direction of the lineaments in the area of geothermal prospect B is Northwest Southeast in accordance with the pattern of major geological structures and associated with the presence of surface manifestations. From the geochemical data known that the prospects for geothermal outflow zone B in the region of hot springs and the manifestation of plotting Ternary Diagram Na K Mg shows a reservoir temperature of 220 C. Geophysical analysis from gravity 163 data and magnetotelluric 58 data measuring point indicate that the clay cap layer with a density of 2.2 g cc and resistivity of "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anzalna Naufal Amaya
"Pada kondisi pemanfaatan geotermal yang sedang direncanakan untuk meningkat, tahap eksplorasi menjadi tahap yang sangat penting dan dilakukan di banyak lokasi. Daerah prospek geotermal “X” belum banyak pihak yang melangsungkan tahap eksplorasi. Dalam penelitian ini, struktur daerah penelitian yang kemungkinan menjadi jalur bagi fluida geotermal didelineasi menggunakan data gravitasi darat dan juga data gravitasi satelit. Penggunaan dua jenis data ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang dimiliki oleh kedua jenis data dan untuk mengetahui data gravitasi mana yang memilki akurasi paling tinggi. Dilakukan pemisahan anomali pada data gravitasi darat dan satelit menggunakan metode Polynomial TSA orde 1 dan orde 2 serta Spectrum Analysis Bandpass Filter. Kemudian data gravitasi juga diterapkan filter First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) untuk delineasi struktur. Inversi 3 dimensi juga diterapkan pada data gravitasi darat dan gravitasi satelit karena inversi 3 dimensi lebih objektif dalam menampilkan kondisi vertikal dan lateral suatu daerah. Dari penerapan berbagai metode tersebut didapatkan kondisi daerah penelitian berupa struktur graben dengan litologi aluvium yang dikelilingi oleh batuan berdensitas tinggi seperti granit, diorite, dan metasedimen. Data gravitasi darat diintegrasi dengan data MT, data geologi, dan geokimia karena data gravitasi darat memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan data gravitas satelit, yang dibuktikan dengan kesesuaian sesar geologi dengan pola anomali gravitasi yang ada. Dari hasil integrasi, didapatkan zona resistif terduga heat source pada bagian barat daya daerah penelitian diindikasikan sebagai batuan diorit karena berdasarkan inversi 3 dimensi zona tersebut memiliki anomali gravitasi tinggi. Selain itu, zona konduktif yang berada di tengah daerah penelitian merupakan lapisan aluvium karena memiliki anomali gravitasi rendah. Dari analisis FHD dan SVD didapatkan sesar yang membatasi lapisan beranomali gravitasi tinggi dengan anomali gravitasi rendah yang mengindikasikan keberadaan graben, serta sesar tersebut menjadi jalur fluida geothermal karena terdapat manifestasi air panas di ujung sesar.

Under the conditions of geothermal utilization that is being planned to increase, the exploration stage becomes a very important stage and is carried out in many locations. The geothermal prospect area "X" haven’t carried out by many parties for the exploration stage. In this study, the structure of the study area that is likely to be a pathway for geothermal fluids was delineated using ground gravity data and also satellite gravity data. The use of these two types of data aims to find out the differences between the two types of data and to find out which gravity data has the highest accuracy. Anomaly separation for ground and satellite gravity data were performed using the Polynomial TSA method of order 1 and order 2 and spectrum analysis bandpass filter. Then the First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) filters is applied to the gravity data for structural delineation. 3-dimensional inversions are also applied to ground gravity and satellite gravity data because 3-dimensional inversions are more objective in displaying the vertical and lateral conditions of an area. From the application of these various methods, the condition of the research area was obtained in the form of graben structures with alluvium lithology surrounded by high-density rocks such as granite, diorite, and metasedic. Ground gravity data is integrated with MT data, geological data, and geochemistry because ground gravity data have higher accuracy compared to satellite gravitas data, which is evidenced by the suitability of geological faults with existing gravitational anomalous patterns. From the integration results, a suspected heat source resistive zone in the southwestern part of the study area was indicated as a diorite rock because based on the 3-dimensional inversion the zone had a high gravitational anomaly. In addition, the conductive zone in the middle of the study area is an alluvium layer because it has a low gravity anomaly. From the analysis of FHD and SVD, it was found that faults limit the high-gravity patterned layer with low gravity anomalies indicating the presence of grabens, and the fault became a geothermal fluid path because there was a manifestation of hot water at the end of the fault."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrima Wahyu
"Telah dilakukan penelitian guna delineasi zona prospek sistem panasbumi daerah ldquo;Z rdquo; menggunakan permodelan tiga Dimensi magnrtotellurik didukung data terpadu berupa geologi dan geokimia serta terintegrasi data gravitasi. Daerah panasbumi ldquo;Z rdquo; dalam tatanan tektoniknya termasuk pada jalur backarc Sumatera, tepat pada salah satu segmen sesar Sumatera bagian selatan, disusun oleh batuan vulkanik dan sedimen klastik yang berumur Tersier hingga Kuarter Andesit-Basalt . Gejala adanya sistem panasbumi pada daerah penelitian ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa alterasi dan lima mata air panas bersuhu 44,4 - 92,5 oC, pH 8,19 - 9,43 dan bertipe bikarbonat, sulfat-bikarbonat, serta sulfat-klorida. Pembentukan sistem panasbumi dipengaruhi oleh aktivitas tektonik menyerong oblique antara lempeng Samudera India dan Lempeng Kontinen Eurasia searah dengan pola sesar Sumatera.
Berdasarkan analisis air panasbumi temperatur reservoir diambil melalui perhitungan geothermomether SiO2 Fournier 1977 , Na-K Giggenbach 1988 , Na-K-Ca, diagram Na-K-Mg serta diagram Enthalphy - Cloride Mixing Model berkisar 145 - 155oC, termasuk dalam sistem panas bumi bertemperatur sedang. Berdasarkan inversi tiga dimensi data MT didapatkan kedalaman Top of Reservoar TOR sistem panasbumi daerah ldquo;Z rdquo; sekitar 400 m elevasi 50 mdpl sedangkan berdasarkan forward modeling data gravitasi lintasan 2 dimensi diperkirakan sumber panas berupa cooling instrusion diperkirakan batuan gabro ; resistivitas ge; 450 ?m ; densitas 2,95 - 3,15 gr/cc dan reservoar berupa batupasir resistivitas 50 - 250 ?m ; densitas 2,60 gr/cc . Sistem panasbumi daerah penelitian termasuk jenis tektonik fracture zone dengan temperatur sedang dengan luas daerah prospek sekitar 7,5 km2.

A study for delineating geothermal system of prospect area ldquo Z rdquo has been done by using tree dimension modeling of magnetotelluric supported unified data just like geological and goechemical and integrated gravity data. Geothermal area ldquo Z rdquo in tectonic setting included in Sumatra volcanic backarc, right on one of the southern part of Sumatra fault segment. Compodes by volcanic and clastic sendimentary rock are Tertiary to Quarternary Andesite Basalt. The existance of goethermal system in this area is indicated by the presence of thermal manifestation in form of alteration and five hot springs temperature in the ranges 44.4 ndash 92.5 oC, and pH 8.19 ndash 9.43 and type of fluida are bicarbonate, sulphate bicarbonate, and sulfate chloride. The development of geothermal system is affected by tectonic oblique between the Indian Ocean plate and the Eurasian Contenent Plate direction of the Sumatra fault patterns.
Based on the analysis of geothermal water reservoir temperature are taken through the calculation geothermometer SiO2 Fournier 1977, Na K Giggenbach 1988 , Na K Ca, Na K Mg diagram and Enthalpi Mixing Cloride Model range 145 ndash 155 oC, classified as intermediate temperature. Base on a three dimensional inversion of the magnetotelluric data obtained depth Top of Reservoir TOR geothermal system area ldquo Z rdquo about 400 m elevation 50 meters above sea leavel , while based on the two dimensional of the gravity data predicted heat sources such as cooling instrusion estimated gabbro density 2,95 ndash 3,15 gr cc and reservoar such as sandstone resistivity 50 ndash 250 m density 2,60 gr cc . The Geothermal systems of research area classified as the type of intermediate temperature tectonic fracture zone with prospect area about 7,5 km2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>