Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shahnaz Namira Fairuza
"Perubahan iklim global meningkatkan urgensi pengembangan bahan bakar hijau biofuel, salah satunya dengan berbasis minyak jarak (Ricinus communis) melalui proses HEFA. Meningkat tajamnya kandungan alkana pada minyak jarak terdehidrasi oleh deoksigenasi dengan katalis basa oksida yang dilakukan peneliti sebelumnya (Supramono et al, 2024) menyiratkan adanya produksi H2 secara in-situ, yang dipergunakan untuk saturasi, tetapi hal ini butuh pembuktian. Penelitian ini mengevaluasi efek tekanan N2 dan antipolimerisasi Zn pada dehidrasi minyak jarak dengan katalis γ-Al2O3 selama 2 jam untuk meningkatkan produksi gliserol sebagai sumber H2 yang akan di-pergunakan pada reaksi deoksigenasi lanjutan. Peningkatan tekanan menurunkan bilangan hidroksil, meningkatkan viskositas, kandungan gliserol, air, dan asam karboksilat, sekaligus menurunkan ester dan aldehida. Sementara penggunaan antipolimerisasi Zn menekan pembentukan ester siklik 13-hexyloxacyclotridec-10-en-2-one (produk dehidrasi), menekan tendensi cracking asam lemak bahan baku, tetapi tidak menurunkan viskositas dari minyak mentah. Penggunaan tekanan tinggi (15 bar N2) pada dehidrasi minyak jarak disarankan untuk deoksigenasi biooil hasil dehidrasi karena ting-ginya kandungan gliserol pada biooil tersebut yang berguna untuk pembentukan gas H2 dan lebih tingginya kandungan air untuk reaksi hidrolisis trigliserida pada proses deoksigenasi berikutnya, serta rendahnya perengkahan pada rantai karbonnya pada proses dehidrasi.

Global climate change has intensified the urgency to develop green biofuels, including those derived from castor oil (Ricinus communis) through the Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA) process. The significant increase in alkane content observed in dehydrated castor oil during deoxy-genation using basic oxide catalysts, as reported by Supramono et al (2024), suggests the in-situ production of H₂ for saturation, though this requires further validation. This study investigates the effects of N₂ pressure and Zn anti-polymerization agents on the dehydration of castor oil using a γ-Al₂O₃ catalyst over 2 hours to enhance glycerol production as an H₂ source for subsequent deoxy-genation reactions. Higher N₂ pressure was found to reduce hydroxyl numbers while increasing vis-cosity, as well as glycerol, water, and carboxylic acid contents, and simultaneously decreasing ester and aldehyde levels. The use of Zn as an anti-polymerization agent suppressed the formation of cyclic esters (e.g., 13-hexyloxacyclotridec-10-en-2-one) and reduced fatty acid cracking but did not lower crude oil viscosity. High-pressure dehydration (15 bar N₂) is recommended for bio-oil deox-ygenation due to its higher glycerol and water content, which promote H₂ generation and triglyceride hydrolysis, and its reduced carbon chain cracking during dehydration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hendrawan
"Kilang minyak bumi menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, yang sekarang tidak banyak digunakan. Campuran dari vacuum residue dan senyawa ikatan rangkap terkonjugasi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan prekursor karbon aktif karena senyawa tersebut membentuk mesofasa yang stabil pada temperatur tinggi untuk memungkinkan terjadinya polimerisasi aromatik pada vacuum residue. Minyak jarak, yang tersedia di hutan tropis di Indonesia, dapat didehidrasi untuk membentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi. Polimerisasi membentuk pitch yang mengandung aromatik dengan tingkat polimerisasi yang berbeda-beda sehingga luas permukaan pori yang tinggi dari karbon aktif dapat dicapai. Proses selanjutnya adalah karbonisasi pitch untuk membentuk karbon aktif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan minyak jarak hasil dehidrasi terhadap luas permukaan pori dan amorphicity ketidakaturan kristal. Amorphicity yang tinggi akan menghasilkan luas permukaan pori yang tinggi. Luas permukaan pori dan amorphicity dibandingkan pada sampel karbon aktif yang berasal dari vacuum residue tanpa dan dengan variasi penambahan 5 , 10 , dan 15 berat minyak jarak. Selama proses pirolisis terjadi polimerisasi aromatik, terbukti dengan peningkatan kandungan Haromatik mencapai 1.65 . Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan 15 minyak jarak dapat memperbesar luas permukaan pori sebesar 27 dari 720 m2/g menjadi 1064 m2/g serta meningkatkan amorphicity karbon aktif.

Petroleum refinery produces vacuum residue in a vacuum distillation unit, which is now not much utilized. Mixture of the vacuum residue and a conjugated double bond compound can be used as feedstock to produce activated carbon precursor because the compound forms a stable mesofasa at high temperature to allow polymerization of aromatik compounds in vacuum residue. Castor oil, which is available in tropical forest in Indonesia, can be dehydrated to form conjugated double bond compounds. Polymerization can form a pitch with different extents of polycyclization of aromatiks so that high surface pore area of the activated carbon can be achieved. The subsequent process was carbonization of the pitch to form activated carbon.
The purpose of this study is to examine the effect of the addition of dehydrated castor oil on the pore surface area and the amorphicity of the activated carbon. High amorphicity leads to high pore surface area. During the pyrolysis process, polymerization aromatics occured, as evidence increasing in the content of Haromatic by 1.65. The pore surface areas and amorphicities were compared in activated carbon samples originated from vacuum residue without and with addition of castor oil with variations of 5, 10, 15 by weight of castor oil. The experiment results show that the addition of 15 of castor oil improved pore surface area by 27 from 720 m2 g to 1064 m2 g and increased the amorphicity of the activated carbon particles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etika Widiyanti
"ABSTRAK
Sampai saat ini, minyak lumas sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Namun, minyak lumas yang dikatagorikan pengerjaan logam (metal-working) belum dibuat di Indonesia produk tersebut masih diimpor. Penelitian formulasi minyak lumas pengerjaan logam (metal-working) yang akan dilakukan dititik beratkan pada peningkatan sifat ? sifat fisika dan kimia minyak jarak sebagai bahan dasar fluida pembentuk (forming fluid) yang akan digunakan sebagai rolling oil. Kebutuhan akan rolling oil di Indonesia cukup besar, terutama untuk dipakai di pabrik ? pabrik baja dan industri mobil. Dalam penelitian ini minyak jarak dipilih sebagai bahan studi karena jenis minyak ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak mineral atau minyak nabati lainnya. Minyak jarak terdiri dari sebagian besar asam risinoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung gugus hidroksil. Minyak jarak sebagai bahan dasar minyak lumas rolling oil, diharapkan indeks viskositasnya sama atau mendekati sifat ? sifat bahan dasar dari minyak mineral. Namun, nilai indeks viskositas minyak jarak ini tergolong masih rendah dan harus ditingkatkan agar dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk rolling oil. Peningkatan nilai indeks viskositas ini salah satunya dapat dilakukan melalui proses dehidrasi parsial dengan adanya katalis yang sesuai.
Uji yang dilakukan pada dehidrasi minyak jarak ini adalah penentuan bilangan iod, penentuan indeks viskositas, dan uji spektoskopi UV. Nilai optimum indeks viskositas dari produk dehidrasi minyak jarak ini adalah 133. Proses tersebut terjadi selama pemanasan 2 jam, dengan menambahkan katalis atapulgit dengan natrium hidroksida sulfat anhidrat sebesar 2 [% b/b] dan 0,5 [% b/b]. Nilai bilangan iod yang diperoleh dari produk dehidrasi ini sebesar 22,79 g I2/ g minyak. Ikatan rangkap terkonjugasi yang terbentuk dari proses ini muncul puncak pada panjang gelombang maksimum 233,25 nm. Dengan demikian indeks viskositas minyak jarak ini memenuhi kriteria sebagai bahan dasar minyak lumas untuk minyak lumas Rolling Oil sebagai pengepresan pada industri baja."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1359
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Khairani
"Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa etil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan etil ester dan produk oksidasinya secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa EC. 3.1.1.3 dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan membuat variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan etanol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Untuk etil ester asam lemak hasil hidrolisis didapatkan konversi paling tinggi pada perbandingan 1:3 sebesar 76,31 dan untuk produk oksidasinya pada perbandingan 1:2 sebesar 72.
Hasil karakterisasi menggunakan FTIR, etil ester asam lemak hasil hidrolisis memberikan pita serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1731,27 cm-1 dan 1732,15 cm-1 untuk ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi. Kedua jenis ester ini diuji kemampuan emulsifier dan keduanya mampu mempertahankan bentuk teremulsi kurang lebih 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak w/o.
Uji aktivitas antimikroba kedua ester ini memberikan hasil positif berupa adanya zona hambat pada hasil ester, asam lemak hasil hidrolisis dan asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes. Zona hambat terbesar dihasilkan oleh ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi sebesar 1,7cm terhadap kedua bakteri.

The aim of this study was to synthesis of fatty acid ethyl ester compound of hydrolyzed castor oil and its oxidation product using Candida rugosa lipase in n hexane solvent. Reaction optimization was performed by varying the mole ratio between fatty acids to ethanol, ie 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. For the fatty acid ethyl ester, the highest conversion percentage in the ratio of 1 3 was 76.31 and for Its oxidized produk at the ratio of 1 2 was 72.
The results of characterization using FTIR, fatty acid ethyl ester give absorption band C O ester at wave number 1731,27 cm 1 and 1732,15 cm 1 for its oxidized product. Both types of these esters tested the emulsifier 39 s ability and both were able to maintain an emulsion form approximately 24 hours with a water in oil emulsion type w o.
The antimicrobial activity test of these two esters gave positive results in the presence of inhibition zone on esters, fatty acids from hydrolysis and fatty acids from oxidized hydrolysis to growth of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes. The largest inhibitory zone is produced by a fatty acid ester of oxidized hydrolysis of 1.7cm against both bacteria.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Castor Oil memiliki potensi untuk digunakan sebagai minyak Iumas
menggantikan minyak lumas mineral yang tidak rumah Iingkungan dan sumbernya
tidak terbaharukan. Potensi Castor Oil sebagai alternatif minyak lumas ini adalah
selain ramah lingkungan dan sumbernya terbaharukan, juga memiliki gugus fungsi
yang dapat menempel pada permukaan logam sehingga dapat melindungi
pemiukaan logam yang saling bergeralc dari friksi (gesekan) yang pada akhimya
mengurangi tingkat keausan. Namun demikian Castor Oil mempunyai kelemahan
rentan terhadap oksidasi yang dialdbatkan adanya ikatan rangkap distruktumya.
Pada penelitian ini, Castor Oil akan dimodifikasi melalui tahapan proses
kimia yang nantinya selain menghilangkan kelemahan tersebut, akan juga
didapatkan produk turunan Castor Oil yang memiliki multi gugus iimgsi (ester,eter
dan hidfoksi) sehingga terjadi kenaikan kemampuan Castor Oil dalam hal
ketahanan anti ausnya. Tahapan-tahapan rnodifikasi tersebut adalah :
1. Transesteriiikasi, menggunakan methanol dengan katalis KOH yang akan
menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME).
2. Epoksidasi, menggunakan H201 dengan katalis asam formiat yang akan
menghilangkan ikatan rangkap COME membentuk gugus oksirana. Produk
ini bemama Epoxidizea' Castor Oil Methyl Ester (ECOME).
3. Reaksi pembukaan cincin tnenggunakan glisei ol dengan katalis Para
Toluena Sul/'ontc Acid (PTSA) yang akan membuka gugus oksirana menjadi
Castor Oil Methyl Ester Gliserol (COME Gliserol).
Dengan menggunakan uji Four Ball Wear Test didapatkan kenaikan ketahanan anti
aus pada produk tahapan modifikasi epoksida dan reaksi pembukaan cincin.
Sedangkan untuk produk transesterifikasi terjadi penurunan ketahanan anti aus.
Mengacu kepada harga Load wear index, didapatkan lcenaikan ketahanan
anti aus COME Gliseroi sebagai produk akhir sebsar 25,75% terhadap Castor Oi/
murni dan 64,64% lebih baik performa ketahanan anti ausnya lerhadap minyak
lumas mineral HVI 160s. Harga welding point juga bertambah dari pembebanan
160 kg untuk Castor Oil mumi menjadi pembebanan 200 kg untuk COME Gliserol.
Harga ini sangat jauh dibandingkan dengan welding point minyak lumas mineral
HVI l60s yang hanya sebesar pembebanan 126 kg."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Munadi
"Kilang minyak di Indonesia menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, dimana pemanfaatannya masih sangat rendah. Sebagai residu minyak berat, vacuum residue mengandung hidrokkarbon aromatik tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan tinggi. Karbon aktif saat ini banyak digunakan sebagai gas storage dan electric double layer capacitor (EDLC). Electric double layer capacitor (EDLC) dengan elektroda karbon aktif diketahui memiliki kapasitas tinggi untuk penyimpanan energi. Vacuum residue bersifat isotropik, dapat dipirolisis membentuk karbon anisotopik yang memiliki struktur kristal yang tinggi sehingga meningkatkan kekuatan mekanik karbon aktif. Dalam penelitian ini, vacuum residue dicampur dengan dehydrated castor oil yang mengandung conjugated double bonds, kemudian dilakukan pirolisis dengan heating rate 5oC/menit sampai suhu maksimum 450oC dengan holding time pada suhu maksimum selama 90 menit. Penambahan dehydrated castor oil pada vacuum residue dilakukan dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Minyak jarak dapat diperoleh dari tanaman minyak jarak, yang banyak ditanam di Indonesia, melalui proses ekstraksi biji jarak. Dehidrasi minyak jarak dilakukan menggunakan katalis natrium bisulfat dan melalui heat treatment pada suhu 230oC. Pirolisis vacuum residue dan penambahan dehydrated castor oil dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt mengurangi rasio atom C/H dari prekursor, berturut-turut dari 1,82 menjadi 1,50; 1,48; dan 1,45. Produk pirolisis vacuum residue dan dehydrated castor oil digunakan sebagai prekursor untuk proses aktivasi dan karbonisasi pembuatan karbon aktif. Aktivasi dilakukan dengan menggunakan larutan KOH yang diimpregnasi pada prekursor dan dilanjutkan dengan karbonisasi dengan heating rate 5oC/menit hingga 700oC dan holding time selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak jarak pada vacuum residue berturut-turut dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt dapat meningkatkan luas permukaan karbon aktif dari 150,32 m2/g menjadi, 236,97; 290,99; dan 357,78 m2/g.

Crude oil refineries in Indonesia produce much waste in the vacuum distillation as vacuum residue, but its utilization is still low. As heavy oil residue, vacuum residue contains high aromatics and therefore high carbon which can be utilized as raw material to produce high surface area activated carbon (AC). Such a AC is widely used in the field of gas storage and electric double-layer capacitors (EDLCs). Electric double-layer capacitors (EDLCs) with activated carbon electrodes are known to have higher capacity for energy storage. Vacuum residue containing isotropic aromatics can be pyrolysed to form anisotopic aromatics which has high crystalline content thus increasing mechanical strength of AC. In the present work, vacuum residue was mixed with dehydrated castor oil as conjugated double bond source, then followed by pyrolysis at heating rate of 5oC/min until 450oC and holding time at 450oC for 90 minutes. The amount of dehydrated castor oil added to vacuum residue was varied at 0%, 5%, 10%, and 15% weight of vacuum residue. Castor oil can be obtained from castor oil plants, which are widely grown in Indonesia, by extraction process of castor bean. Dehydration of castor oil used a catalyst of sodium bisulfate to obtain conjugated double bonds. Co-pyrolysis of vacuum residue and addition of conjugated double bonds reduce C/H atomic ratio precursors, from 1.82 to 1.50, 1.48, and 1.45. Product of co-pyrolysis of vacuum residue and dehydrated castor oil was used as a precursor to prepare for activation and carbonization. The activation was conducted by activating the precursor with KOH solution and followed by carbonization at heating rate of 5oC/min until 700oC and holding time at 700oC for 30 minutes. The results show that the addition of castor oil by 0%wt, 5%wt, 10%wt, and 15%wt improved pore surface area from 150.32 m2/g, 236.97, 290.99, and 357.78 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazahra Salsabila
"Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif.

The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Triwulandari
"Studi polimerisasi antarmuka terhadap distribusi ukuran partikel dalam pembuatan mikrokapsul poliuretan telah dilakukan dengan memvariasi beberapa parameter diantaranya yaitu waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, konsentrasi surfaktan dan perbandingan rasio monomer isosianat dan poliol (rasio NCO/OH). Polimerisasi antarmuka merupakan reaksi polikondensasi antara dua reaktan pada antarmuka yang merupakan dua cairan yang tidak saling larut untuk membentuk film polimer yang menyalut (mengenkapsulasi) fasa terdispersi. Dalam penelitian ini, monomer/reaktan tidak saling larut yang digunakan yaitu toluena diisosianat (sebagai monomer larut minyak) dan gliserol (sebagai monomer larut air). Karakterisasi terhadap produk mikrokapsul dilakukan dengan analisa particle size (untuk mengetahui distribusi ukuran partikel mikrokapsul), penentuan persen konversi, spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red), dan analisa struktur morfologi mikrokapsul poliuretan dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Variasi waktu pengadukan yang digunakan yaitu 20, 30, 40, 50 dan 60 menit.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengadukan maka distribusi ukuran partikel yang dihasilkan semakin sempit. Demikian halnya pada pengaruh variasi kecepatan pengadukan (8000 rpm, 9500 rpm dan 13.500 rpm) menunjukkan semakin besar kecepatan pengadukan maka distribusi ukuran partikel mikrokapsul yang dihasilkan juga semakin sempit. Berbeda dengan kedua parameter di atas pengaruh variasi konsentrasi surfaktan (0,11%, 0,22%, 0,33% dan 0,44%) menunjukkan semakin besar konsentrasi surfaktan maka distribusi ukuran partikel mikrokapsul semakin lebar. Pada variasi rasio monomer menunjukkan bahwa rentang ukuran partikel terkecil dihasilkan pada rasio NCO/OH = 1 dan rentang ukuran partikel terbesar dihasilkan oleh rasio NCO/OH = 1,5. Kondisi proses polimerisasi antarmuka yang memberikan distribusi ukuran partikel paling sempit yaitu ditunjukkan pada kecepatan pengadukan selama 60 menit, kecepatan pengadukan 13.500 rpm, konsentrasi surfaktan 0,11% dan rasio NCO/OH = 1.

Study on the interfacial polymerization toward the particle size distribution in the formation of polyurethane microcapsules have been carried out by varying several parameters, which were stirring time, stirring speed, surfactant concentration, and ratio between isocyanate monomer and polyol (NCO/OH ratio). Interfacial polymerization is a polycondensation reaction between two reactants at the interface of two immiscible liquids to form polymer film that encapsulates the dispersed phase. The immiscible monomer/reactants that were used in this study were toluene diisocyanate (as an oil-soluble monomer) and glycerol (as a water-soluble monomers). Microcapsule product were characterized with particle size analysis (to determine particle size distribution of mlicrocapsue), determination of percent conversion, FTIR (Fourier Transform Infra Red) Spectroscopy analysis, and morphological structure analysis of polyurethane microcapsule by using SEM (Scanning Electron Microscope). Stirring time was varied for 20, 30, 40, 50 and 60 minutes.
The results showed that longer stirring time produced narrower particle size distribution. Similarly, the influence of variations in the stirring speed (8000 rpm, 9500 rpm and 13,500 rpm) showed that higher stirring speed gave narrower particle size distribution of the microcapsules. In contrast to those two parameters, the effect of varying the surfactant concentration (0.11%, 0.22%, 0.33% and 0.44%) showed that increasing surfactant concentration gave wider particle size distribution of the microcapsules. Variation of the monomer ratio showed that the smallest particle size distribution was obtained at the ratio of NCO/OH = 1 and the largest particle size distribution was obtained at the ratio of NCO/OH = 1.5. Process condition of interfacial polymerization which gave the narrowest particle size distribution was at stirring time of 60 minutes, stirring speed of 13,500 rpm, 0.11% concentration of surfactant and NCO/OH ratio = 1."
2012
T30027
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>