Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165045 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunuj Nurdjanah
"Pembangunan angkutan massal berbasis listrik seperti MRT merupakan aksi mitigasi efisiensi energi di bawah skema Clean Development Mechanism (CDM) sektor transportasi. Pembangunan MRT diharapkan berimplikasi positif pada Nationally Detremined Contribution (NDC) dan sosial ekonomi Indonesia, dengan beralihnya (shifting) pengguna angkutan pribadi ke MRT. Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengguna angkutan pribadi yang shifting ke MRT serta implikasinya pada NDC. Tujuan penelitian adalah merumuskan strategi peningkatan implikasi MRT pada NDC di bawah skema CDM. Metode yang digunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan MRT Jakarta Fase 1 menghasilkan: shifting dari angkutan pribadi 53,8%; efisiensi energi 24,4%; reduksi emisi 2.732,7 Ton CO2 Tahun 2019 dan 1.004,95 Ton CO2 Tahun 2023; nilai ekonomi karbon Rp210.417.900 Tahun 2019 dan Rp77.381.150 Tahun 2023. Kesimpulan penelitian ini adalah pembangunan MRT berimplikasi positif pada NDC dan sosial ekonomi. Strategi yang direkomendasikan: penggunaan sumber energi terbarukan; mengimplementasikan penggunaan metodologi CDM; peningkatan penggunaan MRT dan mode shifting dari angkutan pribadi; pengembangan creative dan green financing

The development of electric mass transit such as the MRT is an energy efficiency mitigation action under the Clean Development Mechanism (CDM) for the transport sector. The development of the MRT is expected to have a positive impact on Indonesia's Nationally Determined Contribution (NDC) and socioeconomics by shifting private transport users to the MRT. The problem in this study is that it is not yet known which private transport users will shift to MRT and its impact on NDC. The research objective is to formulate a strategy to improve the impact of MRT on NDC under the CDM scheme. The method used is quantitative method. The results showed that the Jakarta MRT Phase 1 resulted in: shift from private transport 53.8%; energy efficiency 24.4%; emission reduction of 2,732.7 tons of CO2 in 2019 and 1,004.95 tons of CO2 in 2023; carbon economic value of Rp210,417,900 in 2019 and Rp77,381,150 in 2023. The conclusion of this study is that MRT development has positive impact on NDC and socio-economy. Recommended strategies: use of renewable energy sources; implementation of CDM methodology; increased use of MRT and mode shift from private transport; development of creative and green financing"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Erni Nora M.
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas rute dan kelayakan operasional trayek langsung Transjakarta berdasarkan analisis perbandingan pada kondisi eksisting terhadap standar dari beberapa indikator kinerja angkutan umum dan tinjauan terhadap karakteristik pola perjalanan penumpang. Obyek penelitian ini adalah layanan Transjakarta rute 6H yang melayani rute Lebak Bulus ndash; Senen.
Berdasarkan perbandingan terhadap waktu tempuh, faktor muat, frekuensi, headway, karakteristik pola perjalanan penumpang pada segmen 1, serta uji signifikansi yang dilakukan pada faktor muat dan headway, diketahui bahwa rute Transjakarta 6H tidak efektif sehingga diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan efektivitas rute tersebut. Restrukturisasi dilakukan untuk meningkatkan efektivitas layanan dengan menetapkan 3 skenario rute berdasarkan karakteristik pola perjalanan penumpang dan kemudian dilakukan analisis kelayakan operasional dari masing-masing skenario. Dari 3 skenario, Skenario 2 dan 3 dianggap layak dioperasikan dan kemudian dilakukan perencanaan operasional.
Perencanaan operasional dilakukan dengan menggunakan volume maksimum batas atas dan batas bawah untuk kedua skenario restrukturisasi rute tersebut. Masing-masing skenario memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memutuskan skenario terpilih yang akan diterapkan. Skenario resturkturisasi rute dipilih berdasarkan 3 kriteria, yaitu rute tidak boleh dipotong di halte dengan volume terpadat, jarak putar balik bus harus efektif, dan nilai batas atas dipilih sebagai langkah preventif terjadinya kenaikan arus penumpang di kemudian hari.

This research is conducted to evaluate route effectiveness and operational feasibility of TransJakarta based on comparative analysis on the existing condition to the standard of some public transportation performance indicators and characteristics of passanger travel pattern. The object of this study is Transjakarta route 6H which serving Lebak Bulus Senen route.
Based on the comparison of travel time, load factor, frequency, headway, characteristics of passenger travel pattern on segment 1, and significance test on load factor and headway, it is known that TransJakarta route 6H is ineffective and therefore required an action to increase the effectiveness of the route. Restructuring is carried out to improve service effectiveness by defining 3 route scenarios based on characteristics of passenger travel patterns and then analyzing the operational feasibility of each scenario. From 3 scenarios, Scenario 2 and 3 were considered feasible to be operated and then operational planning was performed.
Operational planning is carried out using the maximum volume of upper and lower limits for both scenarios of restructuring of the route. Each scenario has advantages and disadvantages that can be used as consideration in deciding which scenario to choose. The route restructuring scenario is chosen based on 3 main criteria, ie the route should not be cut in the most densely populated stops, the bus reversal spacing should be effective, and the upper limit value is chosen as a preventive step for the increase of passenger flow in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nur Kartikoseno
"Pertumbuhan jumlah kendaraan di provinsi DKI Jakarta terus mengalami kenaikan dimana pada tahun 2016 terdapat 18 juta kendaraan bermotor. Untuk mengatasi kemacetan yang terus meningkat setiap tahunnya, pemerintah DKI Jakarta tengah mempersiapkan moda transportasi umum baru yaitu Mass Rapid Transit MRT Jakarta. Salah satu persiapan yang harus diperhatikan MRT Jakarta sebagai penyedia jasa transportasi baru adalah kualitas pelayanan yang optimal sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keputusan calon penggunanya dalam memilih jenis transportasi umum. Penelitian ini mengidentifikasi kriteria apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan menggunakan 5 dimensi SERVQUAL dan Model Kano. Terdapat 34 atribut standar kualitas yang disesuaikan dengan standar nasional pelayanan transportasi kereta penumpang perkotaan yaitu PM No. 48 Tahun 2015 dan standar internasional yaitu EN 13816. Hasil dari Model Kano menunjukkan terdapat 15 kriteria standar pelayanan yang memiliki kategori Attractive, 13 One-dimensional, dan 5 Must be yang diterjemahkan sebagai Customer Needs untuk merumuskan strategi standar pelayanan serta 1 kriteria dengan kategori Kano Indifference yang tidak dimasukkan kedalam House of Quality Fase 1. Melalui pembentukan House of Quality, diperoleh 5 Technical Response utama yang perlu dilakukan Mass Rapid Transit MRT Jakarta untuk mempersiapkan kualitas pelayanan yang optimal yaitu: penyediaan fasilitas utama dalam stasiun dan kereta, pengembangan teknologi dan manajemen sistem informasi pendukung layanan, penerapan sistem evaluasi pelayanan yang berasal dari pelanggan, evaluasi performa pelayanan secara berkala, dan on-job training khusus maintenance staff

The number of vehicle growth in DKI Jakarta continues to increase, as in 2016 it is known that there are 18 million vehicles registered. To overcome this increasing amount of congestion every year, the government of DKI Jakarta is currently preparing a new public transportation known as Mass Rapid Transit MRT Jakarta. In this situation, one of the preparations that plays a big role is the transportation service quality itself. It rsquo s considered as one of the main factors that affects the decision of prospective users in order to choose their public transportations to reduce the usage of private car. This preliminary study identifies what, and which service criterias should considered first in order to deliver the optimum service performance using the 5 dimensional SERVQUAL and Kano Model. There are 34 attributes of service quality criterias identified which adapted from PM No. 48 2015 as national standard service quality for railway passenger transportation mode and international standard service quality from EN 13816 as a main external reference to improve its service quality standard. The result of Kano Model shows that there are 15 service criterias in ldquo Attractive rdquo category, 13 in ldquo One dimensional rdquo , and 5 in ldquo Must be rdquo which translated as ldquo Customer Needs rdquo to formulate standardized service strategies. Through the establishment of House of Quality phase 1, there are 5 major ldquo Technical Responses rdquo that needed to be done for Mass Rapid Transit MRT Jakarta to prepare in order to deliver its optimal service quality which are The provision of main facilities in stations and trains, technology and management of information system development, implementation of customer service evaluation system, periodical service performance evaluation system, and special on job training for maintenance staffs."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Ahmad
"Kemacetan merupakan masalah besar kota Jakarta. Untuk mengatasi kemacetan yang terjadi pemda DKI merencakan membangun suatu system transportasi masal (Mass Rapid Transit). Identifikasi faktor-faktor dominan dalam menentukan elevasi jalur MRT merupakan acuan penting dalam proses penentuan jalur MRT yang sistematis, berintegrasi dan berkesinambungan. Dilakukan proses penyebaran kuisioner validasi pakar dan responden dari pihak stakeholder MRT Jakarta. Lalu dilakukan analisis rata-rata faktor yang berpengaruh dominan. Kemudian dilakukan validasi pakar dan pembahasan detail dari 10 faktor-faktor dominan tertinggi.

Congestion is a major problem in Jakarta. To overcome the congestion that occurs DKI government plan to build a mass transit system (Mass Rapid Transit). Identification of the dominant factors in determining the elevation of the MRT lines is an important benchmark in the process of determining the MRT track systematic, integrated and sustainable. Do the validation questionnaire respondents from the experts and stakeholders MRT. Then the average analysis of factors influencing dominant. Then do the validation expert and detailed discussion of the 10 highest dominant factors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Diantorio Putri
"ABSTRACT
Mass Rapid Transit MRT Jakarta adalah salah satu transportasi kota yang ada di DKI Jakarta. MRT Jakarta muncul sebagai jawaban atas permasalah transportasi di Jakarta yang meliputi kemacetan, keakuratan jadwal, dan kenyamanan. Dari segi kemacetan, MRT Jakarta unggul karena memiliki jalur yang tidak beririsan dengan jalan raya. Proses operasional MRT tidak dipengaruhi kemacetan dan tidak menyebabkan kemacetan. Dari segi keakuratan jadwal, MRT Jakarta telah mengeluarga janji berupa target headway yang cukup singkat. Headway adalah interval kedatangan kereta. Dari segi kenyamanan, MRT Jakarta memiliki kualitas kereta yang cukup tinggi namun hal ini belum dapat memastikan tingkat kenyamanan MRT Jakarta, mengingat banyak faktor yang memengaruhi tingkat kenyamanan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kenyamanan MRT Jakarta berdasarkan kepadatan penumpang dan keakuratan jadwal kedatangan. Penulis menggunakan perangkat lunak ProModel 7.5 untuk melakukan simulasi atas 12 kebijakan yang telah dirancang berdasarkan tiga variabel kontrol, yaitu jumlah rangkaian kereta, jumlah kereta per rangkaian, dan headway. Dengan mempertimbangkan kepadatan penumpang dan pemenuhan target headway, kebijakan terbaik untuk peak hour adalah menggunakan 14 rangkaian kereta dengan 6 kereta per rangkaian untuk headway 5 menit, dan untuk off-peak hour menggunakan 7 rangkaian kereta dengan 8 kereta per rangkaian untuk headway 10 menit.

ABSTRACT
Mass Rapid Transit MRT Jakarta is one of the new urban transportation in Greater Jakarta area. MRT Jakarta appear as an answer for Jakarta rsquo s transportation problem, such as congestion, schedule accuracy, and level of comfort. MRT Jakarta rsquo s track is separated from highways, so it wouldn rsquo t impacted by congestion nor leads to congestions. MRT Jakarta has publish the headway target to promise the schedule accuracy. Headway is the interval time between train arrivals. MRT Jakarta has a high quality rolling stock, but this couldn rsquo t indicates MRT Jakarta overall level of comfort, since this level of comfort is affected by many factors. Therefore this research goal is to analyze MRT Jakarta level of comfort by considering passenger density and its headway target fulfillment. The researcher uses ProModel 7.5 to simulate 12 optional policies. This 12 optional policies are made of combined three control variable, which are train set, car number, and headway. By considering the passenger density and headway target fulfillment, the best specification for peak hour is 14 train set and 6 cars for each set with 5 minutes headway and for off peak hour is 7 train set and 8 cars for each set with 10 minutes headway."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jakarta sebagai ibukota negara, idealnya merupakan kota yang indah, bersih, tertib, nyaman dan teratur. Tetapi kenyataannya, Jakarta sebagai kota metropolitan yang mempunyai ciri khas kota besar, yaitu: keramaian lalu lintas kendaraan, banyaknya penduduk dan pembangunan gedung dan mall, serta banyak lagi sejumlah aktivitas yang dilakukan yang menyebabkan timbulnya kemacetan. Kemacetan lalu lintas di Jakarta mencerminkan ketidakberdayaan Pemda DKI Jakarta dahlin mengantisipasi perkembangan penduduk dan pembangunan kota Jakarta serta pertumbuhan kendaraan yang semakin pesat sehingga dahlin hal memberikan pelayanan transportasi apapun tidak bisa seeara baik terlak>ana. Padahal transportasi adalah salah satu tolok ukur dari ketahanan ekonomi suatu wi/ayah atau daerah. Program busway ditujukan untuk menjadi solusi atas persoalan transportasi massa di Jakarta, namun jalur busway itu sendiri pun masih dipertanyakan warga, apakah untuk mengatasi kemacetan atau justru menambah kemacetan di wilayah DKI Jakarta.

Jakarta as the capital of the countlY, ideally is a beautiful city, clean, orderly, comfortable and organized. But in reality, Jakarta as a metropolitan city that has typical big city, ie, traffic vehicles, large population and construction of buildings and malls, as well as many more number of activities undertaken that cause congestion. Traffic congestion in Jakarta, reflects helplessness Government of DIG Jakarta to anticipation of population growth and development of the city as well as the rapid growth of vehicle so in terms of providing transportation services of any kind can not be done. In fact, transportation is one of the benchmarks of economic resilience of a region or area. Program busway intended to be a solution to the problem of mass transportation in Jakarta, but the lane busway itself is still questionable residents, whether to tackle congestion or even add to traffic congestion in Jakarta."
Universitas Indonesia, 2012
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rezayana
"Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia memiliki permasalahan transportasi dimana jumlah kendaraan pribadi mendominasi jalanan dibandingkan dengan jumlah transportasi publik. Hingga akhirnya taksi daring hadir dan mendisrupsi sistem transportasi publik konvensional, dengan sistem pelayanan berbasis aplikasi. Hasil perbandingan regulasi taksi daring menunjukan bahwa terdapat 2 poin regulasi yang hanya diatur di Indonesia dan tidak diatur di Negara lain, yaitu pembatasan kuota taksi dan kartu standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh setiap kendaraan atau armada taksi daring.
Penelitian ini dilakukan dengan survei pengguna taksi daring di Jakarta, dengan jumlah sampel responden sebanyak 1100 orang yang merupakan penduduk DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor waktu tunggu, tariff yang lebih murah, kemudahan sistem pembayaran, kondisi mobil, dan keamanan & kenyamanan berpengaruh signifikan dengan frekuensi penggunaan, belanja, dan kepuasan layanan taksi daring. Pengguna layanan taksi daring di Jakarta mayoritas adalah wanita, dan mereka yang tidak memiliki mobil.

Jakarta as the capital city of Indonesia has a transportation problems where the number of private vehicles dominates the streets compared to the number of public transportation. In 2014 ridesourcing start to rise and disrupt the conventional public transportation systems, with application-based service systems. The comparison of ridesourcing regulations in 5 countries shows that there are 2 regulatory points only exist in Indonesia and not regulated in other countries, such as restrictions on taxi quota and standard service cards that must be fulfilled by each vehicle or taxi fleet.
This research was conducted using survey of online taxi users in Jakarta, with 1100 respondents of sample who are residents of DKI Jakarta. The results showed that the waiting time, cheaper tariffs, ease of payment systems, car conditions, and security & comfort had a significant effect on the frequency of use, spending, and satisfaction of ridesourcing consumer. The majority users of ridesourcing service in Jakarta are women, and those who do not own a car.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T51962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pricilia
"DK Jakarta, sebagai pusat ekonomi utama Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam manajemen transportasi, terutama selama jam sibuk, dengan kemacetan lalu lintas sebagai permasalahan yang paling krusial. Urbanisasi yang pesat, meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi, serta persepsi negatif masyarakat terhadap transportasi umum semakin memperburuk kondisi ini. Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 3,13% per tahun antara 2018 dan 2022, dengan sepeda motor mendominasi sebesar 75% dari total populasi kendaraan. Ironisnya, meskipun terdapat investasi besar dalam infrastruktur transportasi publik seperti MRT, LRT, dan TransJakarta, penggunaan transportasi umum justru menurun dari 30% pada tahun 2019 menjadi 25% pada tahun 2024, sementara penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi moda transportasi di kalangan penduduk Jakarta berdasarkan faktor demografis seperti usia, pendapatan, dan gender, serta mengevaluasi dampak kebijakan transportasi yang telah diterapkan. Dengan pendekatan metode campuran, penelitian ini mengombinasikan survei kuantitatif terhadap 350 responden dengan analisis kualitatif terhadap kebijakan transportasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan preferensi antar generasi: Generasi Z lebih memilih layanan transportasi berbasis aplikasi karena fleksibilitasnya, Generasi X cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena kenyamanan dan kemudahan, sedangkan Generasi Milenial menunjukkan kecenderungan lebih kuat terhadap transportasi umum yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, pandemi COVID-19 telah secara signifikan mengubah pola mobilitas, meningkatkan adopsi kerja jarak jauh, dan memperkuat peran layanan transportasi daring.
Penelitian ini merekomendasikan intervensi kebijakan strategis, termasuk peningkatan kualitas dan integrasi sistem transportasi umum, pengaturan kepemilikan kendaraan pribadi melalui pajak progresif, serta pemanfaatan teknologi modern seperti kendaraan otonom untuk meningkatkan efisiensi transportasi. Temuan ini memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan guna mengembangkan sistem transportasi perkotaan yang lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan responsif terhadap dinamika mobilitas di Jakarta.

DKI Jakarta, Indonesia’s primary economic hub, faces severe challenges in transportation management, particularly during peak hours, with traffic congestion being the most critical issue. Rapid urbanization, increasing private vehicle ownership, and negative public perceptions of public transportation have exacerbated this condition. Data from the Jakarta Metropolitan Police Traffic Directorate (Ditlantas Polda Metro Jaya) reveals an annual growth rate of 3.13% in motorized vehicles between 2018 and 2022, with motorcycles dominating at 75% of the total vehicle population. Paradoxically, despite significant investments in public transportation infrastructure, such as MRT, LRT, and TransJakarta, public transport usage has declined from 30% in 2019 to 25% in 2024, while private vehicle usage continues to rise.
This study aims to analyze transportation mode preferences among Jakarta’s residents based on demographic factors such as age, income, and gender, while also evaluating the impacts of existing transportation policies. Utilizing a mixed-method approach, the research combines quantitative surveys involving 350 respondents with qualitative analysis of transportation policies. The findings highlight distinct generational preferences: Generation Z favors app-based transportation services due to their flexibility, Generation X predominantly relies on private vehicles for their comfort and convenience, while Millennials exhibit a stronger inclination toward efficient and environmentally friendly public transport options. Furthermore, the COVID-19 pandemic has significantly altered mobility patterns, increasing remote work adoption and reinforcing the role of online transportation services.
This study recommends strategic policy interventions, including enhancing the quality and integration of public transportation systems, regulating private vehicle ownership through progressive taxation, and leveraging modern technologies such as autonomous vehicles to improve transportation efficiency. These findings provide actionable insights for policymakers to develop a more sustainable, environmentally friendly, and responsive urban transportation system tailored to Jakarta’s evolving mobility demands.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Tomi Enjeri
"Kota Jakarta terkenal akan kemacetan lalu lintasnya, sehingga sektor transportasi perlu diperhatikan secara khusus. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Transportasi Jakarta, dari 47,5 juta perjalanan di Kota Jakarta, hanya 24% yang menggunakan angkutan umum. Pemerintah Kota Jakarta sudah menyediakan moda transportasi umum baru yaitu MRT. Moda transportasi ini menawarkan konsep berbasis TOD, yaitu kawasan sekitar buffer 400 meter dari stasiun dapat di akses dengan berjalan kaki. Konsep ini telah berkembang di berbagai kota di benua Eropa dan Amerika. Kondisi ruang pada kawasan berbasis TOD dapat di nilai menggunakan pengukuran TOD Indeks. Setiap kriteria TOD Indeks memiliki indikator penelitian masing-masing. Penelitian ini menggunakan 8 kriteria dan 18 indikator yang dapat mengukur nilai dari TOD Indeks pada setiap stasiun MRT. Parameter dan kriteria penelitian berasal dari teori 6Ds. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pengolahan spasial, sehingga persebaran setiap indikator dapat dianalisa secara holistik dari sudut pandang keruangan. Kawasan TOD Stasiun Bendungan Hilir merupakan stasiun dengan nilai TOD tertinggi, sebesar 0,71. Kawasan TOD Stasiun Lebak Bulus Grab memiliki nilai TOD Indeks terendah, sebesar 0,31. Nilai TOD Indeks pada setiap stasiun dapat di pengaruhi oleh bobot dari setiap indikator dan kriteria penelitian. Melalui penelitian ini, harapannya setiap pemegang kebijakan dapat memperhatikan setiap indikator pada stasiun yang di anggap perlu untuk di tingkatkan jika kawasan tersebut hendak dijadikan kawasan berbasis TOD yang sesuai dengan konsep smart city.

The city of Jakarta is famous for its traffic jams, so the transportation sector needs special attention. Based on data from the Jakarta Transportation Management Agency, of the 47.5 million trips in Jakarta City, only 24% used public transportation. The Jakarta City Government has provided public transportation modes, namely the MRT. This mode of transportation offers a basic concept of TOD, namely the area around the 400 meter buffer from the station can be accessed on foot. This concept has been developed in various cities on the Continent of Europe and America. The space conditions in a TOD-based area can be assessed using the TOD Index measurement. Each TOD Index criterion has its own research indicators. This study uses 8 criteria and 18 indicators that can measure the value of the TOD Index at each MRT station. 6Ds. Processing data is done using spatial processing so that each indicator can be analyzed holistically from a spatial perspective. The TOD area of Bendungan Hilir Station is a station with the highest TOD value, amounting to 0.71. TOD Station in Lebak Bulus Station Takes the lowest TOD Index value of 0.31. The index TOD value at each station can be influenced by the weight of each indicator and research criteria. Through this research, it is hoped that each policyholder can pay attention to every indicator on the station that is deemed necessary to be improved if needed for a TOD-based area that is in accordance with the concept of a smart city.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rozaan Alexander Mirza Roland
"Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, sekaligus pusat perekonomian negara menyebabkan banyaknya movement atau pergerakan setiap harinya. Pergerakan ini dilakukan dengan bantuan beberapa jenis alat transportasi, namun mayoritas pergerakan di Jakarta masih berketergantungan dengan penggunaan transportasi pribadi seperti mobil, dan sepeda motor. Untuk mengatasi ketergantungan ini pemerintah DKI Jakarta telah berupaya untuk meningkatkan transportasi umum di Jakarta, dengan pengembangan beberapa moda seperti Kereta KRL, MRT, Bus TransJakarta, dan juga Kereta Api Bandara. Untuk mendukung konektivitas antar moda transportasi tersebut, pemerintah DKI Jakarta telah mengembangkan beberapa kawasan TOD, salah satunya terletak di Dukuh Atas. 
Penelitian ini menganalisis keterpaduan jadwal antar masing-masing moda transportasi yang terdapat di Dukuh Atas dengan mengamati jadwal yang tersedia yang disediakan oleh masing-masing operator moda transportasi serta waktu berjalan penumpang antar masing-masing moda serta menganalisis waktu tunggu yang disebabkan oleh jadwal dan membandingkannya dengan preferensi penumpang yang diperoleh melalui survei. 
Hasil analisis menunjukkan bahwa integrasi antara jadwal masing-masing mode tidak terintegrasi sepenuhnya karena beberapa mode lebih terhubung daripada yang lain, perbedaan antara jumlah jadwal yang tersedia serta perbedaan headway memainkan peran penting dalam integrasi dan juga hasil analisis ini.

Jakarta as the capital city of Indonesia, as well as the main economy hub of the country generates a lot of movement every single day. The movement of these people are done with the help of transportation, but most of them are privately own transportation modes such as cars, and motorcycles. To combat the high dependency on privately own transportation modes, the local government has been trying to improve the public transportation sector within the city of Jakarta, with developments of multiple modes of transportation such as the MRT, and KRL Trains, as well as the TransJakarta Buses, and also the Soekarno-Hatta Airport Railink. To support the connectivity between those modes of transportation, the local government has develop several TOD areas, one of it is located in Dukuh Atas.
This study analyzed the integration of schedule between each transportation mode located in Dukuh Atas by observing the available schedule provided by each mode of transports operator as well as the passenger walking time between each mode whilst also analysing the waiting caused by the schedule and comparing it with the passengers preference that is obtained through a survey.
The result of the analysis shows that the integration between schedules of each mode are not fully integrated as some modes are more connected than the other, the difference between the amount of available schedules as well the difference in headway plays a major factor on the integration as well as the result of the analysis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>