Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137592 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Robby Fairuzzihab Qodarul
"Intensity modulated radiotherapy (IMRT) dan volumetric modulated arc therapy (VMAT) merupakan teknik radioterapi yang sering digunakan karena kompleksitasnya yang tinggi memungkinkan pemberian dosis yang maksimal pada target dengan meminimalkan dampak terhadap jaringan sekitar. Prosedur patient-specific quality assurance (PSQA) dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian yang baik antara dosis perencanaan pada TPS dan dosis yang diterima saat pemberian pengobatan. PRIMO adalah perangkat lunak yang dapat melakukan PSQA dengan simulasi rekonstruksi berkas dynalog. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi dosis perencanaan awal dan hasil simulasi untuk memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan yang direncanakan, serta mengevaluasi kriteria penerimaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebanyak 5 data perencanaan dan berkas dynalog IMRT dan VMAT pasien kanker head and neck disimulasikan menggunakan PRIMO untuk mendapatkan distribusi dosis, kemudian dibandingkan dengan hasil perencanaan TPS untuk mendapatkan nilai gamma pass rate (GPR), percentage of agreement (PA) dan root-mean-square error (RMS) sehingga dapat dievaluasi. Perbandingan menunjukkan bahwa GPR 3%/3 mm dan 2%/2 mm memiliki hasil yang baik, dengan nilai rata-rata lebih besar dari 95% dan standar deviasi yang cukup kecil. Namun, evaluasi PA yang dilakukan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, banyak perbandingan struktur pada DVH yang menunjukkan nilai kurang dari 99% yang menjadi batas kelulusan verifikasi. Sedangkan RMS hampir tidak memiliki dampak langsung terhadap penyimpangan distribusi dosis yang dihasilkan dan memiliki nilai yang jauh lebih baik dari batas yang ditentukan. Metode verifikasi dosis menggunakan GPR dan RMS masih menjadi relevan karena mendapatkan hasil yang sesuai dengan rekomendasi, bahkan dapat menerapkan batas yang lebih ketat menggunakan kriteria GPR 2%/2 mm ≥95% dan RMS <1 mm. PA masih belum dapat menjadi evaluator tunggal, namun bisa menjadi pendukung dari parameter lainnya.

Intensity-modulated radiotherapy (IMRT) and volumetric modulated arc therapy (VMAT) allow the delivery of maximum possible dose to the target while minimizing the influence on surrounding tissues. Patient-specific quality assurance (PSQA) is required to ensure good agreement between the planning dose by TPS and the dose received during treatment delivery. PRIMO can perform PSQA using dynalog files reconstruction simulation. This study aims to verify the simulation dose to ensure the dose delivered is in accordance with the planning dose, and to evaluate the previously established acceptance criteria. A total of 5 planning data and dynalog files for IMRT and VMAT head and neck cancer patients were simulated in PRIMO to obtain dose distribution, their results were compared to TPS planning results to obtain gamma pass rate (GPR), percentage of agreement (PA), and root-mean-square error (RMS) for evaluation. The comparison showed the 3%/3 mm and 2%/2 mm GPRs had good results, with average values greater than 95% and relatively narrow standard deviations. PA evaluation showed unsatisfactory results, with many comparisons on dose-volume histogram (DVH) having values less than 99% as the verification pass limit. Root-mean-square error (RMS) affected almost nothing in the deviation of simulated dose distribution and had better values than the specified limit. The dose verification method using GPRs and RMS was relevant because the evaluation results produced within the recommendations, stricter limits of GPR 2%/2 mm ≥95% and RMS <1 mm could be applied. The PA could not be the sole evaluator but complement other parameters for verification."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Hudigomo
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengimplementasikan film Gafchromic XR-RV3 untuk verifikasi dosis radioterapi pada IMRT dan VMAT. Evaluasi dosis pada target ditentukan dengan meletakkan film Gafchromic XRRV3 dan EBT2 padqa slab fantom Rando Alderson. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Varian Clinac Trilogy, Inc. Proses simulasi terlebih dahulu dilakukan pada fantom Rando Alderson bagian thorax dan pelvis di CT simulator Phillips, Inc. Dua kasus perencanaan IMRT dan VMAT dibuat menggunakan TPS Eclipse ver. 10. Film Gafchromic yang telah dipapar kemudian dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 ke dalam format tagged image file (.TIFF) dengan 72 dpi dan RGB 48 bit yang kemudian dianalisis menggunakan algoritma in-house yang telah dikembangkan oleh penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan pengukuran distribusi dosis pada film Gafchromic XR-RV3 dan EBT2 untuk mendapatkan dosis rata-rata dalam bentuk kurva histogram. Hasil penelitian ini memiliki persentase kesalahan terhadap dosis preskripsi pada kasus kanker prostat sebesar -4.85% pada film Gafchromic EBT2 dan -1.94% pada film Gafchromic XR-RV3 dengan teknik penyinaran IMRT, sedangkan untuk teknik penyinaran VMAT sebesar -4.48% pada film Gafchromic EBT2 dan -7.47% pada film Gafchromic XR-RV3. Di sisi lain, persentase kesalahan terhadap dosis preskripsi pada kasus kanker paru-paru dengan teknik penyinaran IMRT adalah 14.47% pada film Gafchromic EBT2 dan -4.37% pada film Gafchromic XR-RV3, sedangkan untuk teknik penyinaran VMAT sebesar 51.64% pada film Gafchromic EBT2 dan -28.07% pada film Gafchromic XR-RV3.

The research aims to implement Gafchromic XR-RV3 films in order to verify the dose of radiotherapy on IMRT and VMAT. The evaluation of targeted dose is determined by putting films of Gafchromic XR-RV3 and EBT2 on Rando Alderson slab fantom. The experiment was performed with Varian Clinac Trilogy, Inc. The simulation process was initially conducted on thorax and pelvis on Phillips Inc.’s CT Simulator. Two cases of IMRT and VMAT plans were made using Eclipse TPS ver. 10. Exposed Gafchromic films then scanned using Epson Perfection V700 into (.TIF) format in 72 dpi and RGB 48 bit which was analyzed by in-house algorithm that had been developed on a previous research. The comparison between EBT2 and XR-RV3 Gafchromic films were used to obtain average dose in the form of histogram curve. The percentage of errors in the case of prostate cancer toward the planned dose were -4.85% in EBT2 Gafchromic films and -1.94% in the XR-RV3 Gafchromic films on IMRT technique, whereas for VMAT were -4.48% on EBT2 Gafchromic films and -7.47% on XR-RV3 Gafchromic films. On the other hand, the percentage of errors in the case of lung cancer toward the planned dose with IMRT technique were 14.47% on EBT2 Gafchromic films and -4.37% on XR-RV3 Gafchromic films, while for VMAT were 51.64% on EBT2 Gafchromic films and -28.07% on XR-RV3 Gafchromic films.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Ibrahim Anhar
"Kanker payudara merupakan jenis kanker paling banyak kedua di dunia dan menjadi penyebab kematian tertinggi pada Wanita. Pengobatan menggunakan modalitas radioterapi merupakan salah satu teknik pengobatan utama dalam kasus kanker payudara. Teknik perencanaan radioterapi yang dapat digunakan untuk kasus kanker payudara adalah teknik 3DCRT dan IMRT. Verifikasi dosis merupakan salah satu tahapan penting dalam proses radioterapi untuk memastikan distribusi dosis yang diterima sesuai dengan perencanaan. Penelitian ini adalah melakukan verifikasi distribusi dosis perencanaan radioterapi menggunakan simulasi Monte Carlo. Verifikasi dilakukan pada kasus kanker payudara dengan teknik 3DCRT dan IMRT yang menggunakan modalitas linac foton 6 MV. Perencanaan radioterapi dilakukan dengan 25 fraksi penyinaran serta besar dosis setiap fraksi adalah 2 Gy. Oleh karena itu, total dosis yang diterima pasien adalah 50 Gy. Teknik 3DCRT dilakukan perencanaan menggunakan 2 lapangan penyinaran, sedangkan IMRT menggunakan 9 lapangan penyinaran. Hasil kalkulasi dosis dari treatment planning system (TPS) akan dilakukan verifikasi terhadap hasil perhitungan Monte Carlo. Parameter Gamma Indeks (GI) digunakan untuk menilai perbedaan distribusi dosis pada PTV dan OAR antara hasil kalkulasi TPS terhadap Monte Carlo.

Breast cancer is the second most commonly diagnosed type of cancer in the world and also the number one leading cause of death for women. Radiotherapy comes as one of the preferred choices for the treatment of breast cancers. Radiotherapy for breast cancer uses 3DCRT and IMRT techniques as the modality of choice for treatment. One of the most crucial steps in planning a radiotherapy treatment is dose verification to ensure the quality of the therapy is guaranteed. This research was conducted in order to verify the dose distribution to breast canser radiotherapy for 3DCRT and IMRT techniques using Monte Carlo simulation. The 3DCRT and IMRT are performed by using linac as the radiation modality with an energy of 6X, 2 Gy of dose per fraction for 25 fractions resulting in total dose of 50 Gy, the 3DCRT technique utilized 2 fields of radiation while IMRT used 9 fields. The data acquired through Treatment Planning System will then be verified against the Monte Carlo calculation. The results for this research are the comparisons for the dose distributions received by the PTV and the OARs around the target volume, the passing rates of the gamma index for each radiotherapy techniques are also calculated for verification purposes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Azzi
"Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi dosis radiasi radioterapi pada kasus kanker payudara dan kanker nasofaring (KNF). Percobaan dilakukan dengan menggunakan Linac Varian Trilogy radiasi foton berenergi 6 MV. Detektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah film gafchromic, MatriXX 2D array, TLD, dan EPID. Film gafchromic dan TLD ditempatkan dalam phantom rando untuk mengevaluasi distribusi dosis pada volume target, sedangkan untuk mendapatkan hasil registrasi film gafchromic dan MatriXX 2D array ditempatkan dalam Multi Cube, dan dilakukan juga penyinaran pada EPID. Hasil perbedaan distribusi dosis teknik IMRT dan VMAT antara film dengan dosis preskripsi TPS pada KNF PTV70 adalah 6,87% dan 8,55%, pada KNF PTV50 adalah 14,43% dan 4,65%, sedangkan pada kanker payudara 11,98% dan 12,10%. Perbedaan nilai dosis antara TLD dengan dosis preskripsi TPS teknik IMRT dan VMAT pada KNF PTV50 sebesar 1,76% dan 1,60%, dan pada kanker payudara sebesar 7,06% dan 3,36%. Selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT pada KNF sebesar -0,09% dan -1,65% antara film dan MatriXX, dan 5,13% dan 1,43% antara film dengan EPID. Pada kanker payudara selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT sebesar 0,51% dan 0,19% antara film dengan MatriXX, dan 2,28% dan 4,38% antara film dengan EPID. Verifikasi dosis radioterapi dan registrasi citra pada kasus kanker payudara dan KNF dapat dilakukan menggunakan film gafchromic, TLD, MatriXX 2D array, dan EPID.

This study was aimed to verify the radiation dose in the case of breast cancer and nasopharyngeal carcinoma (NPC). The experiments were performed using a Varian Trilogy Linac at 6 MV photon radiation and gafchromic films, Matrixx 2D Array, TLD, and EPID detectors. Gafchromic films and TLD were inserted into rando phantom to measures the dose on target volume and organ at risk. In order to evaluated the gamma index, gafchromic films and Matrixx 2D array were placed in the Multi Cube, and was irradiated with EPID in position. Results of the dose distribution differences on IMRT and VMAT between film and TPS on NPC PTV70 was 6.87% and 8.55%, the NPC PTV50 was 14.43% and 4.65%, and for breast cancer was 11,98% and 12,10%. The dose differences between TLD and TPS on IMRT and VMAT for NPC PTV50 was 1.76% and 1.60%, and the breast cancer was 7.06% and 3.36%. Gamma index differences on IMRT and VMAT technique on NPC was -0.09% and -1.65% between film and MatriXX, and 5.13% and 1.43% between films and EPID. In breast cancer the gamma index differences on IMRT and VMAT was 0.51% and 0.19% between films and MatriXX, and 2.28% and 4.38% between films and EPID. Radiotherapy dose verification and image registration for breast cancer and NPC was done using gafchromic film, TLD, MatriXX 2D array, and EPID."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2015
S59859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadli
"Tujuan penelitian ini mengevaluasi perencanaan terapi radiasi kasus nasofaring dengan teknik Intensity Modulated Radiation Therapy IMRT dan Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT menggunakan algoritma Analytical Anisotropic Algorithm AAA dan Acuros External Beam AXB versi 13.0.01. Penelitian dibagi menjadi tiga yaitu 1 analisa dose volume histogram DVH di TPS, 2 verifikasi dosis fantom slab memakai film Gafchromic EBT3 dan bilik ionisasi CC13, dan 3 verifikasi fantom rando memakai film Gafchromic EBT3 dan Thermoluniscence Dosimeter TLD. Analisa DVH menghasilkan penyimpangan AXBDm dan AXBDw terhadap AAA pada PTVtulang sebesar -1.5 dan 2.0 , sedangkan pada organ sehat inner ear dan mandibula penyimpangan AXBDm dan AXBDw sebesar 8. Conformity index AXBDm untuk IMRT dan VMAT adalah 0.58 dan 0.61, sedangkan homogeneity index AAA adalah 0.06 dan 0.05. Deviasi pengukuran dengan slab homogen dan inhomogen menunjukkan Acuros lebih kecil bacaan deviasinya dibandingkan AAA, dengan nilai deviasi 0.10 - 7.78. Verifikasi dosis titik dengan fantom rando menunjukkan hasil yang acak, nilai deviasi menunjukkan pola yang tidak bisa diprediksi terhadap algoritma mana yang akan menghasilkan deviasi lebih kecil. Pengukuran nilai gamma dengan kriteria 7 /4mm dihasilkan passing rate gamma index untuk IMRT pada AAA, AXBDm, dan AXBDw sebesar 52.7, 90.7, dan 63.66, sedangkan VMAT sebesar 61.51, 90.09, dan 92.67.

The purpose of this study to evaluate the radiation therapy planning techniques nasopharyngeal case with Intensity Modulated Radiation Therapy IMRT and Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT using algorithm Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros External Beam AXB version 13.0.01. The study was divided into three 1 the analysis of dose volume histogram DVH at TPS, 2 verification dose in slab phantom using film Gafchromic EBT3 and ionization chamber CC13, and 3 verification dose in rando phantom use film Gafchromic EBT3 and Thermoluminiscence Dosimeter TLD. DVH analysis resulted in deviations AXBDm and AXBDw to AAA on PTVbone amount 1.5 and 2.0, whereas in healthy organs mandibula and inner ear and deviation of AXBDm to AXBDw up to 8. Conformity index AXBDm for IMRT and VMAT is 0.58 and 0.61, while AAA homogeneity index is 0.06 and 0.05. Deviation measurements with homogeneous slab and inhomogen Acuros readings indicate the deviation compared to AAA, with a deviation 0 10 7.78. Point dose verification with fantom rando shows random results. Gamma value measurement criteria of 7 4mm generated gamma passing rate index for IMRT for AAA, AXBDm, and AXBDw was.7, 90.7 and 63.66, while VMAT was 61.51, 90.09, and 92.67.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taqiyudin Fadhilah
"Prostat menjadi salah satu penyakit berbahaya yang mematikan bagi pria di dunia. Pengobatan menggunakan terapi radiasi menjadi salah satu pilihan utama pada kanker prostat. Metode 3DCRT dan IMRT digunakan dalam perencanaan terapi radiasi untuk kanker prostat dengan Linac sebagai modalitas penyinaran yang berenergi 6X dengan dosis per fraksi berjumlah 2,5 Gy dan fraksi yang digunakan berjumlah 30. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk verifikasi distribusi dosis radioterapi antara teknik 3DCRT dengan teknik IMRT untuk terapi kanker prostat dengan simulasi Monte Carlo menggunakan EGSnrc. 3DCRT menggunakan 4 lapangan dan IMRT menggunakan 5 lapangan untuk terapi. Hasil penelitian memperlihatkan transpor dosis yang bergerak untuk masing-masing lapangan dan terdistribusi pada organ target dan menunjukkan distribusi dosis pada PTV dan OAR (rectum dan bladder). Passing rate gamma index yang diperoleh untuk 3DCRT dan IMRT masing-masing sebesar 72,31 % dan 71,34% dimana masih belum mencapai passing rate yang ideal baik pada 3DCRT maupun IMRT.

Prostate is one of the most deadly diseases for men in the world. Treatment using radiation therapy is one of the main options for prostate cancer. The 3DCRT and IMRT methods are used in planning radiation therapy for prostate cancer with Linac as the radiation modality with 6X energy with a dose per fraction of 2.5 Gy and the fraction used is 30. The purpose of this study is to verify the radiotherapy dose distribution between the 3DCRT technique and the IMRT technique for the treatment of prostate cancer with Monte Carlo simulation using EGSnrc. 3DCRT uses 4 fields and IMRT uses 5 fields for treatment. The results showed that the dose transport moved for each field and was distributed to the target organ and showed the dose distribution on PTV and Organ at Risk (rectum and bladder). The passing rate gamma index obtained (72,31% for 3DCRT and 71,34% for IMRT) has not yet reached the ideal passing rate for both 3DCRT and IMRT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrazani Nurhusna Syuri
"Radioterapi sebagai salah satu teknik untuk treatment kanker memiliki berbagai macam teknik seperti IMRT dan VMAT. Sebagai modalitas yang menggunakan sinar radiasi, dibutuhkan sebuah proses untuk memastikan bahwa jumlah dosis radiasi yang sebenarnya sesuai dengan yang telah direncanakan. Proses ini dapat disebut dengan PSQA. PSQA dapat menggunakan berbagai macam dosimeter seperti EPID dan 2D Array Ion Chamber. Analisis indeks gamma dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi perbandingan dosis radiasi sebenarnya dan dosis perencanaan. Dengan DD/DTA sebagai kriteria penentu kelolosan. Dari penelitian diketahui bahwa hasil rata-rata passing rate secara keseluruhan adalah EPID-IMRT = 98.32%, EPID-VMAT = 90.84%, MatriXX-IMRT = 99.85%, MatriXX-VMAT = 93.84% dengan variasi kriteria 3%/3mm, 3%/2mm, 2%/3mm, dan 2%/2mm, dengan threshold sebesar 10%. Hal ini menunjukan bahwa MatriXX memiliki passing rate yang lebih baik dibandingkan EPID, baik pada teknik IMRT maupun VMAT.

Radiotherapy as one of the techniques for cancer treatment has various techniques such as IMRT and VMAT. As a modality that uses radiation beams, a process is needed to ensure that the actual amount of radiation dose is as planned. This process can be called PSQA. PSQA can use a variety of dosimeters such as EPID and 2D Array Ion Chamber. Gamma index analysis can be used as a tool to detect the comparison of actual radiation dose and planning dose. With DD/DTA as the determining criteria for passing. From the research it is known that the overall average passing rate results are EPID-IMRT = 98.32%, EPID-VMAT = 90.84%, MatriXX-IMRT = 99.85%, MatriXX-VMAT = 93.84% with variations in criteria of 3%/3mm, 3%/2mm, 2%/3mm, and 2%/2mm, with a threshold of 10%. This shows that MatriXX has a better passing rate than EPID in both techniques, IMRT and VMAT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana
"Telah dilakukan verifikasi dosis organ target dan jaringan sehat di sekitar target dengan menempatkan TLD Rod LiF100 dan film Gafchromic EBT2 di lubang slab bagian pelvis dari phantom Rando Alderson untuk simulasi kanker prostat. TLD dievaluasi menggunakan TLD Reader Harshaw, sementara Film Gafchromic EBT2 dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 dengan mode transmisi, red channel dan resolusi 72 dpi. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan membandingkan antara dosis yang direncanakan TPS Eclipse ver. 11 dan dosis yang diukur pada target organ target dan organ beresiko menggunakan teknik IMRT dan VMAT. Hasilnya adalah deviasi dosis pada organ target menggunakan teknik IMRT dan VMAT adalah kurang dari 5%. Demikian pula, deviasi dosis pada bladder dan rectum untuk kedua teknik juga kurang dari 5% karena posisinya sangat dekat dengan target volume. Di sisi lain, deviasi dosis di femoral head lebih dari 5% untuk kedua teknik karena lokasinya pada gradien dosis rendah. Selanjutnya, deviasi dosis organ target untuk teknik IMRT cenderung lebih kecil dari teknik VMAT baik untuk TLD dan Film. Perbedaan dosis pada dosis titik organ target antara IMRT dan VMAT kurang dari 1% tetapi terjadi pada dosis yang random untuk organ beresiko. Adapun dosis permukaan pada teknik IMRT cenderung lebih kecil dari teknik VMAT jika kita menggunakan TLD, tetapi dosis pada film EBT2 cenderung sama antara teknik IMRT dan VMAT.

Have been done the dose verification of the target and healthy tissues around by placing the TLD Rod LiF100 and EBT2 Gafchromic film at slab hole of pelvic part of the Alderson Rando phantom for prostate cancer simulation. The Exposed TLDs was evaluated using the TLD Reader Harshaw, while Gafchromic Film EBT2 was scanned using Epson Perfection V700 scanner with transmission mode, red channel and resolution 72 dpi. The point dose measurements were compared between planned dose TPS Eclipse ver. 11 and measured dose at target volume organ and organ at risk for IMRT and VMAT techniques. The result is the dose difference at target volume for IMRT and VMAT are less than 5%. Similarly, the dose difference at Bladder and Rectum for both techniques are also less than 5% due to the position of OAR is very close to target volume. On the other hand, the dose difference at Femoral head are more than 5% for both techniques because the location of OAR already in low gradient dose. Furthermore, the difference dose of the target volume for IMRT technique is tends to be smaller than VMAT either for TLD and film detectors. The dose difference at point dose of target volume between IMRT and VMAT techniqe are less than 1% but it occur in random number for organ at risk. More over, the surface dose of IMRT tend to be smaller than VMAT dose if we are using TLDs, but the dose of EBT2 films tend to be similar between IMRT and VMAT techniques.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hilmy Fauzan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan file log 20-Hz dengan Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) dalam perhitungan dosis, dengan tujuan mengurangi beban kerja untuk Patient specific quality assurance (PSQA) dalam rutinitas klinis. Dalam penelitian ini, 19 rencana klinis kepala dan leher menggunakan VMAT dan 15 rencana klinis kepala dan leher menggunakan IMRT dipilih secara acak. Perangkat lunak perhitungan dosis yang digunakan adalah Eclipse, yang menggunakan AAA sebagai algoritma perhitungan dosis sekunder. Selain itu, perangkat lunak TPS Monaco juga digunakan dengan algoritma XVMC sebagai algoritma perhitungan dosis sekunder. File log 20-Hz diubah menjadi paket DICOM RT Plan dan dievaluasi menggunakan Eclipse dan Monaco sebagai sumber untuk on-treatment quality assurance. Evaluasi dilakukan terhadap beberapa metrik PTV (Dmean, D95%, dan D2%) antara RT Plan dan Log-file yang dievaluasi menggunakan kedua algoritma. Namun, untuk rencana IMRT, evaluasi hanya dilakukan menggunakan algoritma AAA. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat pada ketiga metrik PTV antara RT Plan dan Log-file Plan baik pada kasus IMRT maupun VMAT yang dievaluasi menggunakan algoritma AAA. Ketika menggunakan algoritma XVMC, korelasi pada metrik PTV menunjukkan hasil yang kuat namun dengan dua data pencilan . Analisis gamma dilakukan dengan parameter (2%/2mm/30%), (1%/1mm/30%), dan (3%/2mm/10%). Hasil evaluasi GPR pada IMRT menunjukkan hasil yang konsisten dan memenuhi semua kriteria. Hal ini didukung oleh analisis varians yang menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai GPR pada ketiga kriteria. Namun, pada hasil evaluasi GPR VMAT, uji t menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada satu kriteria, yaitu (1%/1mm/30%). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan file log 20-Hz dan algoritma AAA memiliki potensi untuk mengurangi pengukuran berbasis phantom sebagai metode Patient specific quality assurance (PSQA).

This study aims to evaluate the use of 20-Hz log-files with the Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) for dose calculations, with the goal of reducing the workload for Patient specific quality assurance (PSQA) in clinical routines. For this purpose, a total of 19 clinical head and neck VMAT plans and 15 clinical head and neck IMRT plans were randomly selected. The treatment planning system (TPS) used was Eclipse, which also served as the software for secondary dose calculation using AAA. In addition to Eclipse, the TPS Monaco was also used as software for secondary dose calculation using the XVMC algorithm. The 20-Hz log-files were converted into DICOM RT Plan packages and evaluated in Eclipse and Monaco as sources for on-treatment quality assurance. The evaluation involved comparing several PTV metrics (Dmean, D95%, and D2%) between the RT Plan and the Log-file evaluated with both algorithms. However, for the IMRT plans, the evaluation could only be performed with the AAA algorithm. The results showed a strong correlation in all three PTV metrics between the RT Plan and the Log-file Plan, both for IMRT and VMAT cases evaluated using the AAA algorithm. However, when comparing the PTV metrics using the XVMC algorithm, the results showed a strong correlation, except for two outlier data. Gamma analysis was performed using criteria of (2%/2mm/30%), (1%/1mm/30%), and (3%/2mm/10%). The GPR evaluation results for IMRT showed consistent passing rates for all criteria. This was supported by the analysis of variance, which indicated no significant differences between the GPR values for the three criteria. However, in the GPR evaluation of VMAT, the t-test indicated a significant difference in one criterion, namely (1%/1mm/30%). Therefore, the use of 20-Hz log-files and the AAA algorithm has the potential to reduce phantom-based measurements as part of Patient specific quality assurance (PSQA).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Ulhaq Fitriyah
"Nilai indeks gamma yang dihasilkan antara satu perencanaan dengan perencanaan lainnya berbeda. Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh banyak hal seperti detektor yang digunakan, kasus kanker yang berbeda, dll. Akan tetapi, terdapat passing criteria yang direkomendasikan oleh AAPM TG 119, sehingga seharusnya nilai indeks gamma tidak akan bernilai jauh dari passing criteria yang telah direkomendasikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi konsistensi verifikasi yang dilakukan di RS MRCCC Siloam Hospital Semanggi dengan cara melihat perbedaan nilai rata-rata indeks gamma setiap tahunnya selama 8 tahun sejak tahun 2011-2018. Uji statistika juga dilakukan untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh antara detektor yang berbeda, kasus kanker yang berbeda, serta teknik penyinaran yang berbeda terhadap nilai indeks gamma yang dihasilkan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pesawat LINAC Varian Clinac iX dengan TPS Eclipse versi 8.6-13, detektor 2D array bilik ionisasi MatriXXEvolution, EPID serta software Portal Dosimetry, Omni Pro I'mRT dan SPSS. Secara umum, metode penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : pencatatan data pasien, verifikasi perencanaan, evaluasi indeks gamma, uji statistika dan analisis. Uji statistika yang digunakan merupakan uji Kruskal-Wallis, Mann-Whitney dan Wilcoxon. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma setiap tahunnya. Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma antara kanker otak dan kanker prostat serta melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma yang dihasilkan antara teknik IMRT dan VMAT. Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata nilai indeks gamma detektor MatriXX dan EPID. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistika pada nilai rata-rata indeks gamma antara dua detektor, dua teknik IMRT dan VMAT, serta antara dua kasus kanker yang berbeda, sedangkan nilai rata-rata indeks gamma per tahun tidak signifikan secara statistika. Secara keseluruhan, nilai rata-rata indeks gamma setiap tahunnya konsisten. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa verifikasi yang dilakukan di RS MRCCC Siloam selama 8 tahun konsisten secara statistika.

The gamma index value generated between one plan and another is normally different. This can be affected by many factors such as the usage of different detectors, different type of cancer cases, etc. However, there is certain passing criteria recommended by AAPM TG 119, thus the gamma index value ideally should not be much far from the recommended passing criteria. Therefore, this study will evaluate the verification consistency conducted at MRCCC Siloam Hospital Semanggi by looking at the difference between the mean value of gamma index every year for 8 years since 2011 2018. Statistical tests were also performed to analyze differences and effects between different detectors, different cancer cases, and different irradiation techniques on the resulting gamma index values. The equipment used in this research was LINAC Varian Clinac iX with TPS Eclipse version 8.6 13, 2D detector MatrixEvolution ionization array, EPID and Dosimetry Portal software, Omni Pro I'mRT and SPSS. In general, the study method is divided into several stages patient data recording, planning verification, gamma index evaluation, statistical test run, and analysis. The statistical test used is Kruskal Wallis, Mann Whitney and Wilcoxon test. The Kruskal Wallis test was used to see the average difference in the gamma index value annually. In addition, Mann Whitney test was used to see the difference in gamma index mean values between brain cancer and prostate cancer and to see the difference in gamma index mean values generated between IMRT and VMAT techniques. Furthermore, Wilcoxon test was used to see the difference in gamma index mean values of MatriXX and EPID detectors. The results showed statistically significant differences on the gamma index mean values between two detectors, two IMRT and VMAT techniques, and between two different cancer cases, while the difference between gamma index mean value per year was not statistically significant. Overall, the average value of the gamma index each year is consistent. Therefore, the verification performed at MRCCC Siloam Hospital for over 8 years is consistent statistically.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>