Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Gusti Khatimah
"Penuaan atau aging merupakan penurunan kemampuan berfungsi secara gradual yang dapat terjadi akibat stresor yang mempercepat proses penuaan. Penuaan pada sel endotel memiliki potensi besar menjadi target terapeutik dalam mencegah/mengobati berbagai penyakit terkait usia salah satunya resistensi insulin. Kemampuan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin akan semakin menurun seiring bertambahnya usia sehingga terjadi resistensi insulin. Andrographis paniculata (A. paniculata) merupakan tanaman herbal yang diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek A. paniculata terhadap senescence pada sel endotel yang dapat menjadi kunci pencegahan penyakit terkait usia lainnya salah satunya resistensi insulin. Penelitian ini menggunakan human umbilical vein endothelial cells (HUVECs) yang terpapar oleh tinggi glukosa dan ekstrak A. paniculata dengan dosis 3,75, 7,5, dan 15 µg/mL. Ditemukan bahwa ekstrak A. paniculata pada dosis 7,5 µg/mL memiliki kecendrungan untuk menurunkan ekspresi mRNA p16, p21, IL-6, dan IL-8, jumlah sel positif terwarnai SA-β-gal dengan signifikan, dan ekspresi IL-1α pada permukaan sel dengan signifikan. Di tambah lagi, ekstrak tersebut cendrung menurunkan ekspresi mRNA mTOR, serta dengan signifikan dapat meningkatkan ekspresi mRNA SIRT1 dan IRS-1. Sebagai kesimpulan, ekstrak A. paniculata pada dosis 7,5 µg/mL berpotensi memperbaiki senescence pada HUVECs yang terpapar tinggi glukosa melalui pengaturan ekspresi mRNA mTOR, SIRT1, dan IRS-1.

Aging or senescence refers to the steady decline in functional capacity that may happen due to pathological factors which accelerate the aging process. Senescent endothelial cells are the potential therapeutic target in prevention and treatment of age-related diseases, including insulin resistance. Andrographis paniculata (A. paniculata) is a medicinal plant that possesses properties of anti-inflammation and antioxidant. This study aims to analyze the impact of A. paniculata on the process of senescence in endothelial cells, which could play a crucial role in the prevention of age-related diseases including insulin resistance. This study used human umbilical vein endothelial cells (HUVECs) that were exposed to high glucose (HG) conditions and A. paniculata extract at 3.75, 7.5, and 15 µg/mL. A. paniculata extract at 7.5 µg/mL tended to decrease the p16, p21, IL-6, and IL-8 mRNA levels, significantly reduced the number of positive-stained-SA-β-gal cells, and decreased the number of IL-1α expression on cell surface significantly. Additionally, the extract also tended to decrease the mRNA level of mTOR, while significantly increasing the mRNA levels of SIRT1 and IRS-1. To conclude, A. paniculata extract at 7.5 µg/mL potentially ameliorated senescence in HUVECs exposed to HG via regulating mTOR, SIRT1, and IRS-1 mRNA levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf
"Latar belakang: Penuaan adalah penurunan fungsi tubuh secara progresif yang melibatkan akumulasi kerusakan oleh stres oksidatif. Secara alami, antioksidan endogen diproduksi tubuh untuk mengatasi kondisi ini. Glutathion (GSH) adalah salah satu antioksidan endogen yang mencegah kerusakan pada komponen sel penting. Ketika tua, GSH akan meningkat untuk melawan kadar radikal bebas yang meningkat. Dalam kondisi ini, asupan antioksidan eksogen dapat membantu kerja dari GSH. Tanaman herbal memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian suatu penyakit dengan sifat antioksidan dari konstituen fitokimia yang dikandungnya. Salah satu herbal Indonesia yang kaya akan sumber antioksidan eksogen adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol CA terhadap kadar GSH hepar tikus Sprague-Dawley (SD) tua.
Metode: Dua puluh satu ekor tikus tua (20-24 bulan) dibagi menjadi tiga kelompok: kontrol negatif, CA 300 mg/kgBB, kontrol positif (vitamin E 6 IU), serta enam ekor tikus muda (8-12 minggu) sebagai kontrol pembanding. Hewan coba diberi perlakuan selama 28 hari. Kadar GSH diukur menggunakan metode spektrofotometri dan data dianalisis dengan one-way ANOVA.
Hasil: Pemberian ekstrak CA mengakibatkan penurunan kadar GSH hepar tikus tua yang tidak signifikan (29.025 ± 6.410 μM/mg pada kelompok CA, sedangkan 35.495 ± 12.809 μM/mg pada kelompok kontrol negatif, p > 0.05). Hasil tersebut mendukung efek antipenuaan ekstrak CA dengan membantu GSH melawan radikal bebas, walau tidak signifikan.
Simpulan: CA tidak menurunkan kadar GSH di hepar tikus SD tua.

Background: Aging is a progressive decline in body functions that involves damage accumulation by oxidative stress. Naturally, endogenous antioxidants are produced to overcome this condition. Glutathione (GSH) is one of endogenous antioxidants that prevents damage in important cellular components. In old age, GSH will increase according to increasing free radical levels. In this condition, intake of exogenous antioxidants could help GSH. Herbal plants play an essential role in disease hindrance and control with their phytochemical constituents' antioxidant properties. Centella asiatica (CA) is one of these herbal plants.
Objective: This study aims to find CA ethanol extract's effect on the liver GSH level of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Method: Twenty one aged (20-24 months) rats are divided into three groups: negative control, CA 300 mg/kgBW, positive control (vitamin E 6 IU), and six young rats (8-12 weeks) as comparison control group. They were treated for 28 days. GSH concentration was measured by spectrophotometry and the data was analyzed by one-way ANOVA.
Result: Administration of CA resulted in an insignificant decrease in liver GSH level of aged rats (29.025 ± 6.410 μM/mg in CA treated while 35.495 ± 12.809 μM/mg in negative control). The result supports the anti-aging effect of CA extract by helping GSH in fighting free radicals, even though insignificantly.
Conclusion: CA doesn’t decrease GSH levels in the liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheryl Querida Rachmayanto
"Penuaan dini pada kulit dapat dicegah dengan produk kosmetik dengan bahan-bahan natural. dicegah dengan produk kosmetik dengan bahan-bahan natural. Asiatikosida adalah salah satu zat aktif yang dapat mencegah penuaan dini dan terkandung di dalam ekstrak Centella asiatica. Namun, asiatikosida memiliki berat molekul yang besar sehingga sulit terpenetrasi ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan mengandung asiatikosida ke dalam sistem pembawa mixed micelles. Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula mixed micelles dengan metode direct dissolution, yaitu formulasi F1-F3 dengan konsentrasi campuran surfaktan dan kosurfaktan yang berbeda. Formula di atas selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel, nilai zeta potensial dan efisiensi penjerapannya. Hasil yang diperoleh kemudian akan dikembangkan dalam masker anti-aging dan dievaluasi dari aspek organoleptis, homogenitas, stabilitas dan uji penetrasi secara in vitro. Hasil menunjukkan bahwa F1 dengan konsentrasi surfaktan-kosurfaktan total 29,2% merupakan formula terbaik dengan morfologi yang sferis, Zaverage 128,3±9,19 nm, nilai rata-rata indeks polidispersitas 0,36±0,05, nilai rata-rata zeta potensial -23,03±0,28 mV, dan nilai efisiensi penjerapan sebesar 96,91±3,09%. Pengembangan F1 sebagai masker menunjukkan jumlah kumulatif asiatikosida sebesar 3772,50 µg/cm2, persentase jumlah asiatikosida terpenetrasi sebesar 42,51% dan memberikan nilai fluks sebesar 480,77 µg/cm2/jam. Dapat disimpulkan bahwa sediaan mixed micelle memiliki daya penetrasi yang lebih baik dibandingkan sediaan blanko dan memiliki potensi sebagai produk kosmetik anti-aging.

Premature aging of the skin could be prevented by using anti-aging cosmetic products with natural ingredients. One of the active ingredients to prevent aging of the skin is asiaticoside in Centella asiatica extract. However, it has a large molecular weight, which could make it difficult to penetrate into the skin. This study aims to formulate and characterized asiaticoside from into mixed micelles system which could increase the penetration rate. In this study, the optimization of the mixed micelles formulas with direct dissolution method, formulating F1 – F3 which containing different concentrations of the surfactants-cosurfactants. Furthermore, these formulas will be characterized based on their morphology, particle size, zeta potential value and encapsulation efficiency. Formula with the best result, will be selected and will be developed for anti-aging mask, then evaluated from the aspects of organoleptic, homogeneity, stability and in vitro penetration test using Franz diffusion cells. The results show F1 with 29,2% of surfactant is the best formula with spherical morphology, Zaverage 128,3±9,19 nm, average value of polydispersity index 0,36±0,05, average value of zeta potential is -23,03±0,28 mV, and encapsulation efficiency value of 96,91±3,09%, thus it shall use for the development of anti-aging mask. In the next evaluation, F1 also showed the cumulative amount of asiaticoside was 3772,50 μg/cm2, the percentage of asiaticoside penetrated in the mixed micelles solution was 42,51% and flux value of 480,77 μg/cm2/hour. Based on these results, mixed micelles solution has better penetration than the non-mixed micelles solution and has the potential to be used as an anti-aging cosmetic product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alifian Remifta Putra
"Pendahuluan: Fork-head transcription factor of the O class 3 (FOXO3) merupakan gen yang berfungsi dalam berbagai proses metabolisme dan menjaga keseimbangan regulasi energi. FOXO3 memiliki peran penting dalam mekanisme respon terhadap berbagai stressor yang bersifat sitoprotektif, sehingga mampu mempengaruhi jangka hidup organisme dan bersifat anti-aging. Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh puasa berjangka (16 jam) dan puasa panjang (40 jam) dengan pengaruhnya terhadap ekspresi gen FOXO3 sebagai biomarka anti-aging menggunakan Kelinci New Zealand White sebagai model. Metode: Sampel liver Kelinci New Zealand White diekstrak dari masing-masing tiga kelompok kelinci yaitu kelompok kontrol, puasa berjangka, dan puasa panjang. Selanjutnya, dilakukan isolasi RNA liver menggunakan RNA Isolation Kit. Quantitative real time polymerase chain reaction (qRT-PCR) digunakan untuk mengukur tingkat ekspresi mRNA FOXO3. ANOVA dengan aplikasi IBM SPSS digunakan untuk perhitungan statistik. Hasil: Ekspresi mRNA FOXO3 ditemukan meningkat secara signifikan (p<0.05) pada kelompok puasa berjangka dibandingkan kontrol (2.17-kali), sedangkan kelompok puasa panjang dibandingkan kontrol tidak bermakna signifikan. Ekspresi mRNA FOXO3 pada kelompok puasa berjangka ditemukan juga lebih tinggi secara signifikan (p<0.05)  dibandingkan kelompok puasa panjang (2.5-kali). Kesimpulan: Ekspresi FOXO3 ditemukan meningkat pada kelompok puasa berjangka. Hal ini menunjukkan bahwa puasa berjangka dapat meningkatkan ekspresi biomarker anti-aging yaitu gen FOXO3.

Introduction: Fork-head transcription factor of the O class 3 (FOXO3), a gene that has various functions in energy metabolism and metabolic balance. FOXO3 plays an important role in initiating response toward various stressors by eliciting the cytoprotective effect that affects the lifespan of an organism. This research was conducted to study the impact of intermittent (16 hours) and prolonged fasting (40 hours) on the expression of FOXO3 gene expression in New Zealand White (NZW) Rabbits. Methods: Liver samples are taken from each group of NZW Rabbits (control, intermittent, and prolonged fasting). Further, the RNA sample is isolated from the liver by using the RNA Isolation Kit. qRT-PCR was used to measure the FOXO3 gene mRNA expression rate. ANOVA was performed with IBM SPSS application for statistical analysis. Results: mRNA expression of FOXO3 was found significantly higher (p<0.05) in the intermittent fasting group compared to control (2.17-fold), while prolonged fasting group compared to the control group not showing any statistically significant changes. mRNA FOXO3 expression in intermittent fasting was increased in a statistically significant (p<0.05) level compared to a prolonged group (2.5-fold). Conclusion: FOXO3 gene expression found to be higher in the intermittent fasting group. This result shows that intermittent fasting increases the expression of the FOXO3 gene."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friaini Zahra Murti
"Pada penelitian ini glutation akan diformulasikan dalam krim transfersom dan krim nontransfersom, lalu akan diteliti stabilitas kimia dan stabilitas fisik dari kedua krim tersebut. Stabilitas fisik diuji dengan uji stabilitas cycling test dan centrifugal test, berdasarkan hasil uji krim transfersom relatif lebih stabil. Stabilitas kimia dinilai dengan menggunakan Kromatograsfi Cair Kinerja Tinggi dengan kondisi analisis yang digunakan adalah laju alir 0,8 mL/menit, panjang gelombang maksimum 200 nm dan fase gerak dapar fosfat pH 3,0. Waktu retensi glutation 5,747 menit, faktor ikutan 1,219, regresi linear y = 14050x + 68846, r = 0,9992, LOD 6,78 µg/mL dan LOQ 22,63 µg/mL.
Uji stabilitas kimia dengan uji stabilitas dipercepat dengan kondisi 40°C/70% RH menunjukkan hasil kadar tersisa pada krim transfersom 83,44% dan krim non-transfersom 47,92%. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan hasil bahwa glutation pada krim transfersom mempunyai nilai IC50 11,89 µg/mL dan pada krim non-transfersom mempunyai nilai IC50 15,57 µg/mL. Uji penetrasi dengan sel difusi Franz menunjukkan hasil Fluks krim transfersom 510,38 µg.cm-2.jam-1 lebih tinggi dibandingkan krim non-transfersom yaitu 340,12 µg.cm-2.jam-1.

In this study glutathione will be formulated in transferome cream and non-transferome cream, then chemical stability and physical stability will be examined. Physical stability was tested by cycling test and centrifugal test stability tests, where the results of transferome cream were relatively more stable. Chemical stability was assessed by using High Performance Liquid Chromatography with the flow rate 0.8 mL/minute, maximum wavelength 200 nm and mobile phase phosphate buffer pH 3.0. Retention time 5.747 minutes, tailing factor 1.219, linear regression y = 14050x + 68846, r = 0.9992, LOD 6.78 µg/mL and LOQ 22.63 µg/mL.
Chemical stability tested by accelerated stability test with conditions of 40°C/70% RH during 3 months, the results of the remaining levels of transferome cream were 83,44% and non-transfersom cream were 47,92%. The antioxidant activity test using DPPH methode showed that glutathione in transferome cream had an IC50 value 11.89 µg/mL and in non-transferome cream had an IC50 value 15.57 µg/mL. Penetration test using Franz cell diffusion shows that Flux of transfersome cream were  510.38 µg.cm-2.hour-1, higher than non-transferome creams which are 340.12 µg.cm-2.hour-1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiyah Fatin Afifah
"N-acetylcysteine ​​adalah antioksidan yang mengandung gugus thiol / sulfhydryl dan saat ini sedang dikembangkan sebagai bahan aktif dalam krim anti-penuaan. N-asetilsistein tidak stabil karena mudah teroksidasi. Salah satu strategi untuk menjaga stabilitas N-acetylcysteine ​​adalah diformulasikan menggunakan transferome sebagai sistem pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas dan aktivitas antioksidan dari N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang diformulasikan dengan sistem pembawa yang berpindah-pindah dan yang tidak. Formulasi transferome optimal yang digunakan memiliki rasio fosfatidilkolin dan tween 80 (90:10). Stabilitas fisik diuji dengan tes bersepeda dan tes sentrifugal, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua krim stabil secara fisik. Stabilitas kimia diperoleh dari hasil penentuan zat aktif yang tersisa dalam uji stabilitas dipercepat pada kondisi 40oC dan kelembaban relatif 70% yang dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography detektor UV-Vis pada kondisi analisis optimal dan valid menggunakan kolom C18 , panjang gelombang maksimum 214 nm, laju aliran 1,0 mL / menit, volume injeksi 5 μL, dan larutan buffer fosfat fase seluler pH 3,0. Hasil uji stabilitas dipercepat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata N-asetilsistein yang tersisa dalam krim transferom adalah 82,92%, sedangkan krim non-transferom adalah 48,47%. Uji aktivitas antioksidan yang telah dilakukan membuktikan bahwa N-acetylcysteine ​​yang terkandung dalam sediaan krim memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki IC50 26,90 μg / mL dan 38,63 μg / mL. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan bahwa formulasi transferom dalam sediaan krim dapat meningkatkan tingkat penetrasi N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang 845,67 μg.cm-2.jam

N-acetylcysteine ​​is an antioxidant that contains a thiol / sulfhydryl group and is currently being developed as an active ingredient in anti-aging creams. N-acetylcysteine ​​is unstable because it is easily oxidized. One strategy to maintain the stability of N-acetylcysteine ​​is formulated using transferome as a carrier system. This study aims to compare the stability and antioxidant activity of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams formulated with mobile carrier systems and those that do not. The optimal transferome formulation used has a ratio of phosphatidylcholine and tween 80 (90:10). Physical stability was tested with a cycling test and a centrifugal test, the results obtained showed that both creams were physically stable. Chemical stability was obtained from the results of determining the remaining active substances in the accelerated stability test at 40oC and 70% relative humidity analyzed using High Performance Liquid Chromatography UV-Vis detector under optimal and valid analysis conditions using column C18, maximum wavelength 214 nm, rate flow of 1.0 mL / min, 5 μL injection volume, and cellular phase phosphate buffer solution pH 3.0. Accelerated stability test results showed that the average amount of N-acetylcysteine ​​remaining in transferom cream was 82.92%, while non-transferom cream was 48.47%. Antioxidant activity tests that have been carried out prove that N-acetylcysteine ​​contained in cream preparations has strong antioxidant activity because it has IC50 26.90 μg / mL and 38.63 μg / mL. In vitro penetration test results show that the transferom formulation in cream preparations can increase the penetration rate of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams which is 845.67 μg.cm-2.hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayuwati Waluyo
"Salah satu penyebab penuaan adalah keberadaan advance glycation end products (AGEs) dan nanopartikel emas mampu menghambat pembentukan AGEs. Nanopartikel emas sudah banyak dicoba untuk disintesis menggunakan ekstrak tanaman, pada penelitian ini ekstrak Sida rhombifolia (Sidaguri) dimanfaatkan sebagai agen pereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data keamanan dan manfaat dari nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Sidaguri. Penelitian dilakukan dengan menentukan kemampuan anti-aging dari serum mengandung nanopartikel emas dengan metode uji anti-glikasi secara in-vitro dan uji manfaat, serta menentukan keamanannya menggunakan uji iritasi dengan metode hen’s egg chorioallantoic membrane (HET-CAM) dan uji patch. Nanopartikel emas yang disintesis dengan bantuan ekstrak Sidaguri dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscopy (TEM) dan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Koloid nanopartikel emas sebanyak 10%, diperoleh dari uji anti-glikasi secara in-vitro, diformulasikan kedalam serum anti-aging dan diuji keamanannya secara ­in-vitro menggunakan uji HET-CAM. Kemudian, serum ke manusia untuk mengetahui potensi iritasi dan manfaatnya. Nanopartikel emas yang disintesis dengan bantuan ekstrak Sidaguri memiliki panjang gelombang maksimum di 547 nm dengan absorbansi 0,459, ukuran partikel rata-rata 91,29±0,48 nm, indeks polidispersitas rata-rata 0,179±0,01, nilai potensial zeta rata-rata -34,77±1,39 mV, pH rata-rata 2,84±0,08, struktur polikristallin dan mengandung 216,2 ppm emas. Nanopartikel yang diformulasikan ke dalam serum mengandung 10% koloid nanopartikel emas memiliki efek penghambatan glikasi sebesar 68,20±11,67%, tidak mengiritasi dengan nilai RI pada uji HET-CAM 0,0 dan nilai respon 0,0 setelah uji provokatif dan memiliki manfaat sebagai kosmetika anti-aging dengan meningkatkan kadar kolagen (nilai rerata akhir 64,72±27,11%) dan elastisitas kulit (nilai rerata akhir 64,11±11,67%) setelah 8 minggu pemakaian. Dengan demikian, diharapkan nanopartikel emas ini dapat digunakan sebagai salah satu agen anti-aging di kemudian hari.

Advance glycation end products (AGEs) is one of the cause of aging and gold nanoparticle inhibit the formation of AGEs. Gold nanoparticles (AuNP) has been synthetized using plant extract, in this research Sida rhombifolia (Sidaguri) extract was used. This research aims to acquire the safety and beneficial data of gold nanoparticle synthetized using Sidaguri extract. To obtain the beneficial data, anti-aging properties of gold nanoparticles were determined using in-vitro antiglycation inhibition activity test and efficacy test meanwhile the safety data were obtained using hen’s egg chorioallantoic membrane (HET-CAM) test and patch test. AuNP produced by reducing HAuCl4 solution using Sidaguri extract. AuNP formed were evaluated with spectrophotometer UV-Vis, pH meter, Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscopy (TEM) and Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Then, AuNP were formulated into serum anti-aging. Optimum dose of colloidal AuNP for anti-aging serum was 10%, obtained from in-vitro anti-glycation test. The irritation potency of serum was tested using HET-CAM method and patch test, then the efficacy test was tested by applying it to the volunteer. The developed AuNP has maximum wavelength (λmax) at 547 nm with 0.459 absorbance, average particle size was 91.29±0.48 nm, polidispersity index (PDI) was 0.179±0.01, average zeta potential was -34.77±1.39 mV, average pH was 2.84±0.08, polycrystalline structure with face-centered cubic and containing 216.2 ppm gold. Serum anti-aging containing 10% colloidal AuNP had anti-glycation effect inhibition of 68.20±11.67%. Serum anti-aging was not irritant with RI value 0,0 and response value 0,0 after provocative test. Serum anti-aging has the ability to increase skin collagen (average 64.72±27.11%) and skin elasticity (64.11±11.67) after 8 weeks of use. Thus, AuNP can be used as an anti-aging agent in the future."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Kusumawardhani
"Bedah kimia trichloroacetic acid (TCA) memiliki efek samping yang lebih banyak dibandingkan larutan bedah kimia lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pelembap dalam mengurangi efek samping pasca-bedah kimia TCA. Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda dengan metode split face yang dilakukan di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo. Penilaian global peneliti (PGP), penilaian subjektif pasien (PSP), pemeriksaan indeks eritema (IE), transepidermal water loss (TEWL), dan skin capacitance (SCap) dilakukan pada hari ke-0, 3, dan 7. Subjek penelitian (SP) merupakan wanita dengan diagnosis penuaan kulit (rata-rata usia 46,7 tahun). Sebanyak 27 SP dirandomisasi untuk mendapatkan krim intervensi (krim campuran ekstrak spent grain wax, argan oil, dan shea butter) atau krim vehikulum pada salah satu sisi wajah pasca-tindakan bedah kimia TCA 15%. Terdapat penurunan nilai PGP, PSP, kadar TEWL, dan IE pada kelompok intervensi pada hari ke-3 dan 7 dibandingkan dengan kelompok vehikulum, namun tidak signifikan secara statistik. Kadar SCap meningkat signifikan pada hari ke-7 pada pasien yang mendapat krim intervensi dibandingkan dengan krim vehikulum. Tidak ada efek samping obat yang dilaporkan pada penelitian ini. Krim campuran ekstrak spent grain wax, argan oil, dan sheabutter  aman digunakan dan dapat mengurangi efek samping pasca-bedah kimia TCA.

TCA chemical peel has more side effects than other chemical peel solutions. This study aims to assess the effectiveness safety of a post-peel cream containing spent grain wax, argan oil, and shea butter in reducing TCA peel side effects. A randomized, placebo-controlled, double-blinded, split face trial on women undergoing TCA 15% chemical peels. Assessment for global investigator assessment (GIA), subject self-assessment (SSA), erythema index, transepidermal water loss (TEWL), and skin capacitance (SCap) was conducted on days 0, 3, and 7. Twenty-seven patients (mean age 46.7 years) were recruited. There were significant improvements in GIA and SSA scores on both groups, but it is not different between the treatment groups. There were erythema index and TEWL improvement on days 3 and 7 compared to baseline, however, there were no differences between groups. The SCap measurement showed significant improvement in skin capacitance on both groups on day 7, but it was better improvement within intervention group. No adverse effects were reported. Cream containing spent grain wax, argan oil, and shea butter showed higher skin capacitance levels but did not significantly affect erythema index, TEWL, clinical and subjective assessments after TCA chemical peeling. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Dwijayanti
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses yang kompleks, antara lain ditandai oleh deplesi sel punca dan inflamasi kronis. Oleh karena itu, pemberian sel punca mesenkimal (SPM) eksogen tampak menjanjikan untuk mencegah atau mengatasi proses penuaan. SPM diketahui mempunyai kemampuan imunomodulasi, memicu regenerasi, dan dapat berdiferensiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian SPM Korda Umbilikalis Manusia (SPM-KUM) pada tikus tua.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016-2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Eksperimen dilakukan pada tikus Sprague-Dawley tua betina dan jantan berumur 22-24 bulan. Tikus tua dibagi menjadi dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari dua kelompok dosis SPM-KUM yaitu 106 /kg BB (A) dan 107 /kg BB (B). SPM-KUM diberikan secara intravena selama satu tahun dengan interval 3 bulan sedangkan kelompok kontrol diberikan NaCl 0.9%. Efek SPM-KUM pada penuaan dilihat dari kesintasan, berat badan, performa rotarod, parameter stress oksidatif (MDA dan DNA adduct), parameter inflamasi (IL-6 dan TNF-α), telomer, hormon reproduksi (estradiol dan testosteron), dan gambaran histopatologi organ hati dan ginjal. Ekspresi antibodi anti-human juga diperiksa untuk konfirmasi diferensiasi SPM-KUM di jaringan. Di akhir penelitian, tikus muda usia 3-4 bulan digunakan sebagai pembanding.
Hasil: Setelah satu tahun, tikus tua mengalami kematian, pemendekan telomer, penurunan performa rotarod, peningkatan kadar MDA, DNA adduct, IL-6 dan TNF-α, peningkatan sel Kupffer di hati serta peningkatan ekspresi lipofuscin, infiltrat inflamasi, dan p53 di hati dan ginjal. Pemberian SPM-KUM pada tikus tua memperbaiki kesintasan terutama pada tikus betina yang diberikan dosis 107 /kg BB. Kelompok tersebut memiliki telomer lebih panjang, performa rotarod lebih baik, IL-6 menurun, dan TNF-α menurun. Pemberian SPM-KUM juga meningkatkan jumlah sel Kupffer di hati dan mengurangi ekspresi lipofuscin di ginjal tanpa mempengaruhi inflamasi dan ekspresi p53 di hati dan ginjal akibat penuaan. Tidak ditemukan ekspresi antibodi terhadap mitokondria manusia di jaringan hati dan ginjal tikus.
Kesimpulan: Pemberian SPM-KUM dapat mencegah proses penuaan dengan mempertahankan panjang telomer, menurunkan sitokin pro inflamasi, memperbaiki performa fisik, mengurangi ekspresi lipofuscin terutama di ginjal sehingga memperbaiki kesintasan. Seluruh efek tersebut terutama karena efek parakrin SPM.

Introduction: Ageing is a complex process, which is marked by stem cell depletion and chronic inflammation as the main findings. Therefore, exogenous mesenchymal stem cells (MSC) administration appears to be a promising therapy for preventing or overcoming the ageing process. Furthermore, MSC is known for its immunomodulatory activity, regenerative ability, and differentiation. The present study is aimed to evaluate the effect of human umbilical cord MSC (hUCMSC) on aged rats.
Methods: The study was conducted during 2016-2020 at Faculty of Medicine Universitas Indonesia and Faculty of Veterinary Medicine Bogor Agricultural University. The experiment was conducted on female and male Sprague-Dawley rats of 22-24 months old. Aged rats were divided into control and hUCMSC-treated groups. The hUCMSC-treated groups were divided into two subgroups that received two doses of hUCMSC intravenously, i.e., 106 /kg BW (A) and 107 /kg BW (B), four times a year within three months interval. The control group received normal saline injection. The hUCMSC effect on ageing was evaluated by means of survival, body weight, rotarod performance, oxidative stress parameters (MDA and DNA adduct), pro-inflammatory parameters (IL-6 and TNF-α), telomeres, reproductive hormones (estradiol and testosterone), and histopathological features of liver and kidneys. Anti-human antibodies were also detected to confirm the differentiation of hUCMSC in tissues. At the end of the study, young rats of 3-4 months old were sacrificed as a comparison.
Results: The administration of hUCMSC 107 /kg BB in aged rats could improve survival, especially in female aged rats. This female group had the longest mean telomere length, improved rotarod performance, decreased IL-6 and TNF-α. hUCMSC increased Kupffer cells in liver and reduced lipofuscin expression in kidney without further effect on tissue inflammation and p53 expression. In addition, there was no anti-human mitochondria antibody expression in tissue.
Conclusion: hUCMSC could inhibit the ageing process through telomere length maintenance, pro-inflammatory cytokine suppression, physical performance improvement, followed by increased survival. Those effects were mainly through the paracrine effect of the MSC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Dwijayanti
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses yang kompleks, antara lain ditandai oleh deplesi sel punca dan inflamasi kronis. Oleh karena itu, pemberian sel punca mesenkimal (SPM) eksogen tampak menjanjikan untuk mencegah atau mengatasi proses penuaan. SPM diketahui mempunyai kemampuan imunomodulasi, memicu regenerasi, dan dapat berdiferensiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian SPM Korda Umbilikalis Manusia (SPM-KUM) pada tikus tua. Metode: Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016-2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Eksperimen dilakukan pada tikus Sprague-Dawley tua betina dan jantan berumur 22-24 bulan. Tikus tua dibagi menjadi dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari dua kelompok dosis SPM-KUM yaitu 106 /kg BB (A) dan 107 /kg BB (B). SPM-KUM diberikan secara intravena selama satu tahun dengan interval 3 bulan sedangkan kelompok kontrol diberikan NaCl 0.9%. Efek SPM-KUM pada penuaan dilihat dari kesintasan, berat badan, performa rotarod, parameter stress oksidatif (MDA dan DNA adduct), parameter inflamasi (IL-6 dan TNF-α), telomer, hormon reproduksi (estradiol dan testosteron), dan gambaran histopatologi organ hati dan ginjal. Ekspresi antibodi anti-human juga diperiksa untuk konfirmasi diferensiasi SPM-KUM di jaringan. Di akhir penelitian, tikus muda usia 3-4 bulan digunakan sebagai pembanding. Hasil: Setelah satu tahun, tikus tua mengalami kematian, pemendekan telomer, penurunan performa rotarod, peningkatan kadar MDA, DNA adduct, IL-6 dan TNF-α, peningkatan sel Kupffer di hati serta peningkatan ekspresi lipofuscin, infiltrat inflamasi, dan p53 di hati dan ginjal. Pemberian SPM-KUM pada tikus tua memperbaiki kesintasan terutama pada tikus betina yang diberikan dosis 107 /kg BB. Kelompok tersebut memiliki telomer lebih panjang, performa rotarod lebih baik, IL-6 menurun, dan TNF-α menurun. Pemberian SPM-KUM juga meningkatkan jumlah sel Kupffer di hati dan mengurangi ekspresi lipofuscin di ginjal tanpa mempengaruhi inflamasi dan ekspresi p53 di hati dan ginjal akibat penuaan. Tidak ditemukan ekspresi antibodi terhadap mitokondria manusia di jaringan hati dan ginjal tikus. Kesimpulan: Pemberian SPM-KUM dapat mencegah proses penuaan dengan mempertahankan panjang telomer, menurunkan sitokin pro inflamasi, memperbaiki performa fisik, mengurangi ekspresi lipofuscin terutama di ginjal sehingga memperbaiki kesintasan. Seluruh efek tersebut terutama karena efek parakrin SPM. Kata kunci: Penuaan, SPM-KUM, Telomer, Sel Kupffer, IL-6, TNF-α, Lipofuscin

Introduction: Ageing is a complex process, which is marked by stem cell depletion and chronic inflammation as the main findings. Therefore, exogenous mesenchymal stem cells (MSC) administration appears to be a promising therapy for preventing or overcoming the ageing process. Furthermore, MSC is known for its immunomodulatory activity, regenerative ability, and differentiation. The present study is aimed to evaluate the effect of human umbilical cord MSC (hUCMSC) on aged rats. Methods: The study was conducted during 2016-2020 at Faculty of Medicine Universitas Indonesia and Faculty of Veterinary Medicine Bogor Agricultural University. The experiment was conducted on female and male Sprague-Dawley rats of 22-24 months old. Aged rats were divided into control and hUCMSC-treated groups. The hUCMSCtreated groups were divided into two subgroups that received two doses of hUCMSC intravenously, i.e., 106 /kg BW (A) and 107 /kg BW (B), four times a year within three months interval. The control group received normal saline injection. The hUCMSC effect on ageing was evaluated by means of survival, body weight, rotarod performance, oxidative stress parameters (MDA and DNA adduct), pro-inflammatory parameters (IL6 and TNF-α), telomeres, reproductive hormones (estradiol and testosterone), and histopathological features of liver and kidneys. Anti-human antibodies were also detected to confirm the differentiation of hUCMSC in tissues. At the end of the study, young rats of 3-4 months old were sacrificed as a comparison. Results: The administration of hUCMSC 107 /kg BB in aged rats could improve survival, especially in female aged rats. This female group had the longest mean telomere length, improved rotarod performance, decreased IL-6 and TNF-α. hUCMSC increased Kupffer cells in liver and reduced lipofuscin expression in kidney without further effect on tissue inflammation and p53 expression. In addition, there was no anti-human mitochondria antibody expression in tissue. Conclusion: hUCMSC could inhibit the ageing process through telomere length maintenance, pro-inflammatory cytokine suppression, physical performance improvement, followed by increased survival. Those effects were mainly through the paracrine effect of the MSC. Keywords: Ageing, hUCMSC, IL-6, Kupffer cell, Lipofuscin, Telomere, TNF-α"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>